PENGARUH PENERAPAN STRATEGI QUANTUM LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI KEMERDEKAAN : Eksperimen Kuasi di SDN Majalengka Kulon V dan SDN Tarikolot I Kabupaten Majalengka.

(1)

Tarikolot I Kabupaten Majalengka)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

WINA DWI PUSPITASARI 1303390

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PADA MATERI KEMERDEKAAN

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V di SDN Majalengka

Kulon V dan SDN Tarikolot I Kabupaten Majalengka)

Oleh

Wina Dwi Puspitasari

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Pendidikan Dasar

© Wina Dwi Puspitasari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SISWA PADA MATERI KEMERDEKAAN

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V di SDN Majalengka Kulon V dan SDN Tarikolot I Kabupaten Majalengka)

Oleh

Wina Dwi Puspitasari

1303390

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. NIP. 19600121198503 2 001

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP. 19651001199802 2 001


(4)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI QUANTUM LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP

SISWA PADA MATERI KEMERDEKAAN

(Eksperimen Kuasi di SDN Majalengka Kulon V dan SDN Tarikolot I Kabupaten

Majalengka)

Wina Dwi Puspitasari 1303390

Penelitian ini dilaksanakan karena masalah utama yang ditemukan yaitu rendahnya motivasi siswa dan kurangnya kemampuan dalam memahami konsep pada mata pelajaran IPS khususnya di SDN Majalengka Kulon V, kemudian untuk melihat pengaruh strategi quantum learning terhadap motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa, serta melihat ada tidaknya kendala guru dalam mengaplikasikan strategi quantum learning ini. Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi dengan desain non equivalent control group pretest-posttest. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran strategi quantum learning, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran direct instructions. Penelitian ini menggunakan sampel siswa kelas V, dimana SDN Majalengka Kulon V sebagai kelas eksperimen dan SDN Tarikolot I sebagai kelas kontrol dengan masing-masing jumlah siswa yang sama yaitu sebanyak 31 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi tes pilihan ganda, angket, lembar observasi, serta dokumentasi. Proses pembelajaran dilakukan oleh guru kelas yang sebelumnya sudah diberikan pemahaman tentang strategi quantum learning. Dari hasil analisis data di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwasannya motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa pada materi kemerdekaan di kelas eksperimen sangat baik dibandingkan dengan di kelas kontrol. Dari hasil data statistik bahwasannya strategi quantum learning sangat efesien untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, sudah selayaknya seorang guru menggunakan strategi quantum learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan potensi peserta didik khususnya dalam mata pelajaran IPS, dalam penelitian ini penggunaan strategi quantum learning perlu dikembangkan pada materi pembelajaran yang lainnya, serta pada aspek perkembangan yang berbeda selain motivasi belajar siswa dan pemahaman konsep siswa.


(5)

ABSTRACT

INFLUENCE OF IMPLEMENTATION QUANTUM LEARNING STRATEGY TO MOTIVATION AND UNDERSTANDING

CONCEPT OF STUDENTS ON INDEPENDENCE

(Quasi Experimental Design in Elementary School Of Majalengka Kulon V and Tarikolot I)

Wina Dwi Puspitasari 1303390

The research was conducted because the main problem found that students low motivation and lack of ability to understand the concepts in social studies, especially in SDN Majalengka Kulon V, then to see the influence of quantum learning strategies to motivate students learning and understanding concepts, and see whether there is any obstacle teachers in applying quantum learning strategy. This study is a quasi experimental design with non-equivalent control group pretest-posttest. Experimental class learning strategies treated quantum learning, while grade control using direct learning instructions. This study used a sample of fifth grade students, where SDN Majalengka Kulon V as an experimental class and SDN Tarikolot I as a control class with each of the same number of students as many as 31 students. The research instruments used include multiple choice tests, questionnaires, observation sheets, and documentation. The learning process is done by classroom teachers who have previously been given an understanding of quantum learning strategies.

From the analysis of the data in the experimental class and control class can be concluded that the motivation of students' learning and understanding of the concept of the independence of the material in the experimental class is very good compared with the control class. From the results of the statistical data that the learning is very efficient quantum strategy to increase the motivation to learn and improve students' understanding of concepts.

Based on the above results, it is fitting a quantum strategies teachers use learning as an alternative learning to develop the potential of students, especially in social studies, in this study the use of quantum learning strategies need to be developed in other learning materials, as well as on the developmental aspects besides different students motivation and understanding of the concept of students.


(6)

Wina Dwi Puspitasari, 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN ix

ABSTRAK x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 5

E. Struktur Organisasi Tesis 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Quantum Learning 7

1. Pengertian Strategi Quantum Learning 7

2. Karakteristik Quantum Learning 10

3. Teori Yang Mendukung Strategi Quantum Learning 11

B. Motivasi Belajar 13

1. Pengertian Motivasi Belajar 13

2. Karakteristik Motivasi Belajar 15

C. Pemahaman Konsep 20

1. Pengertian Pemahaman Konsep 20

2. Karakteristik Pemahaman Konsep 23

3. Konsep Kemerdekaan 25

D. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran IPS 30

E. Penelitian yang Relevan 34

F. Kerangka Penelitian 35

G. Hipotesis Penelitian 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 37

B. Desain Penelitian 37

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 38

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Data 40


(7)

Wina Dwi Puspitasari, 2015

F. Definisi Operasional Variabel 46

G. Teknik Pengumpulan Data 49

H. Analisis Data 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 53

1. Strategi Quantum Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa 53 a. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol 53 b. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen 60 2. Strategi Quantum Learning Terhadap Pemahaman Konsep Siswa 66 a. Data Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Siswa Pada Kelas Kontrol 66 b. Data Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Siswa Pada Kelas Eksperimen 73 3. Strategi Quantum Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep 79

a. Uji Homogenitas Pretest Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 79

b. Uji t Pretest Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 80 c. Uji Homogenitas Postest Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 81

d. Uji t Postest Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 82 e. Uji Homogenitas Pretest Pemahaman Konsep Siswa pada Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 84

f. Uji t Pretest Pemahaman Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 85 g. Uji Homogenitas Postest Pemahaman Konsep Siswa pada Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 86

h. Uji t Postest Pemahaman Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 87 4. Hasil Analisis Angket Motivasi Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pada Tiap Indikator 89

5. Hasil Analisis Soal Pemahaman Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 99

B. Pembahasan Hasil Penelitian 102

1. Pengaruh Strategi Quantum Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa 103 2. Pengaruh Strategi Quantum Learning Terhadap Pemahaman Konsep Siswa 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 106

B. Saran 107

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah. Oleh karena itu, para pendiri bangsa Indonesia memiliki cita-cita luhur yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Selanjutnya fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pada kenyataannya pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific

and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di

Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.


(9)

Salah satu permasalahan yang paling mendasar pada mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang tidak efektif dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sanjaya (2010:1) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Selanjutnya dijelaskan peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered). Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi. Sehingga siswa tidak mampu menghubungkan antara materi dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut akan menyebabkan rendahnya motivasi belajar anak. Keller (2000: 126) mengemukakan bahwa anak akan termotivasi manakala guru mampu mendorong siswa untuk mengaitkan antara teori dengan kehidupan sehari-hari.

Begitu pula permasalahan utama yang ditemukan di kelas V SDN Majalengka Kulon V yaitu rendahnya motivasi siswa dan kurangnya kemampuan dalam memahami konsep materi kemerdekaan pada mata pelajaran IPS. Rendahnya motivasi siswa ditunjukan dengan banyaknya siswa yang mengobrol ketika pembelajaran berlangsung dan siswa terlihat kurang bersemangat. Sedangkan kurangnya kemampuan dalam memahami konsep kemerdekaan ditunjukan dengan banyak siswa yang kurang paham terhadap arti perjuangan mempertahankan kemerdekaan, siswa tidak mampu menjelaskan pertempuran-pertempuran yang dilakukan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, siswa kurang mampu menjelaskan bagaimana caranya menghargai jasa para pahlawan.

Rendahnya pemahaman konsep yang terjadi di kelas V SDN Majalengka Kulon V, salah satunya dikarenakan konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan dianggap terlalu abstrak sehingga guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan konsep tersebut supaya dapat


(10)

dengan mudah dipahami secara konkrit yang dapat menarik minat siswa dalam belajar, guru masih menggunakan metode klasikal dalam arti kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered) yang sesekali diikuti tanya jawab, sedangkan diakhir pembelajaran siswa diberikan tugas. Dengan demikian, siswa kurang diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kenyataannya tingkat penguasaan guru terhadap materi pembelajaran cukup baik, tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal. Ini dikarenakan guru tersebut kurang bisa memilih dan menempatkan penggunaan strategi dalam pembelajaran IPS sehingga menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman dan motivasi belajar siswa. Padahal, Guru memiliki peran yang sangat penting dalam memotivasi siswa supaya proses dan hasil belajarnya memperoleh hasil yang diharapkan. Motivasi belajar mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas. Tanpa adanya motivasi belajar yang baik dari siswa, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Sejalan dengan hal tersebut Ngalim (2003:16) menjelaskan bahwa motivasi belajar akan mempengaruhi pada prestasi belajar siswa.

Melihat pada permasalahan di atas maka, penulis pandang perlu adanya upaya konkrit supaya siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan siswa dengan mudah mampu memahami konsep khususnya dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, maka upaya untuk meningkatan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPS diperlukan strategi pembelajaran yang inovatif, memberikan suasana yang memberdayakan dan menyenangkan, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis, fasilitas yang luwes dan keterampilan belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa yaitu dengan penggunaan strategi quantum learning.

Quantum learning merupakan orkestra dari berbagai interaksi yang ada


(11)

unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi sesuatu yang akan bemanfaat bagi dirinya dan orang di sekitarnya. Sehingga menurut DePorter quantum learning mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Sejalan dengan itu, menurut Purwanto (1999: 29) menjelaskan bahwa motivasi belajar akan mempengaruhi pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat didefinisikan bahwa apabila siswa sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka hasil belajarnya pun akan tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPS dituangkan dalam sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Quantum Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kemerdekaan Indonesia”. Dalam penelitian ini akan diimplementasikan di kelas V Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah “Apakah strategi quantum learning mampu memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa pada materi Kemerdekaan dikelas V Sekolah Dasar?”. Dari rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah strategi quantum learning memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar?

2. Apakah strategi quantum learning memberikan pengaruh terhadap pemahaman konsep siswa pada materi Kemerdekaan di kelas V Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi quantum learning terhadap motivasi belajar dan pemahaman


(12)

konsep siswa pada materi kemerdekaan di kelas V Sekolah Dasar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagisemua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, terutama bagi guru dan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat bagi guru

a. Menambah wawasan guru dalam menggunakan strategi quantum

learning dan mampu memahami tahapan, perencanaan,

langkah-langkah, keunggulan dan kelemahan strategi quantum learning.

b. Menambah pengetahuan guru dalam menyajikan pembelajaran di lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa dalam rangka mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi siswa.

c. Menciptakan lingkungan belajar yang efektif serta menciptakan proses belajar yang menyenangkan.

2. Manfaat bagi siswa

a. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dengan adanya motivasi yang tinggi, siswa akan mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

b. Menambah pengetahuan siswa mengenai cara belajar yang dapat meningkatkanpemahaman konsep dalam materi IPS.

E. Struktur Organisasi Tesis Rincian dari tesis ini meliputi:


(13)

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

Bab II kajian pustaka, berisi pengertian strategi pembelajaran quantum

learning dan karakteristiknya; pengertian motivasi belajar siswa dan

karakteristiknya; pengertian pemahaman konsep siswa dan karakteristiknya; penelitian yang relevan; kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III metode penelitian, berisi beberapa komponen diantaranya lokasi dan subjek penelitian; desain penelitian; prosedur pelaksanaan penelitian; uji validitas dan reliabilitas data; instrumen penelitian; teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pengolahan atau analisis data sehingga menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian, yang dikaji secara kuantitatif.

Bab V kesimpulan dan rekomendasi yang berupa pemaparan tafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Saran dan rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya dan para pemerhati pendidikan serta para pendidik.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Majalengka Kulon V dan SDN Tarikolot I yang beralamat di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Majalengka Kulon V dan SDN Tarikolot I, dimana kelas V SDN Majalengka Kulon V sebagai kelas eksperimen dan kelas V SDN Tarikolot I sebagai kelas kontrolnya, setiap masing-masing kelas memiliki jumlah siswa yang sama sebagai sampel, yaitu sebanyak 31 siswa.

Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen didasarkan pada kemampuan sekolah dalam menerapkan strategi quantum learning. SDN Majalengka Kulon V dianggap lebih mampu dalam menerapkan strategi

quantum learning dibanding SDN Tarikolot I. hal ini didasarkan pada

ketersediaan fasilitas yang dimiliki kedua sekolah tersebut.

Populasi penelitian menurut Furqon (2009: 146) adalah sekumpulan objek, orang, dan keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelas V yang berjumlah 62 siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, baik laki-laki maupun perempuan dengan rata-rata berusia 10-11 tahun. Sebelum dilakukan penelitian maka tahap pertama yang harus dilakukan adalah uji coba instrumen.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen kuasi. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa sekolah dasar antara yang mendapat pembelajaran dengan strategi pembelajaran


(15)

pembelajaran yang biasa dipakai oleh guru kelas di sekolah tersebut. Guru kelas tersebut biasa memakai strategi pembelajaran direct instruction.

Penelitian eksperimen kuasi yang akan dilaksanakan yaitu dengan bentuk nonequivalent (pretest and posttest) control group design yang mengacu pendapat Fraenkel dan Wallen (2007: 278). Dimana dilakukan tes awal (pretest) terhadap kedua kelompok tersebut berupa soal tes. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan strategi quantum learning dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran non quantum learning yaitu

direct intruction. Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan dalam

pembelajaran, maka diakhiri dengan pemberian tes akhir (post test) terhadap kedua kelompok siswa itu berupa angket dan soal tes. Perangkat soal tes awal dan tes akhir menggunakan perangkat tes yang sama. Adapun bagan desain untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Observasi Awal Perlakuan Observasi Akhir

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan: O1 = Pretest O2 = Posttest

X1= pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran quantum learning.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Identifikasi masalah mengenai pendekatan, strategi, model pembelajaran, metode, dan media pembelajaran yang sedang dilaksanakan pada mata pelajaran IPS Sekolah Dasar.


(16)

b. Menentukan permasalahan yang akan diteliti yaitu berupa pengaruh kelas yang didesain dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum

learning dengan kelas yang didesain dengan menggunakan strategi

pembelajaran non quantum learning (direct instruction).

c. Hasil dari identifikasi masalah dilanjutkan dengan studi kepustakaan atau sumber rujukan berupa buku atau sumber lain yang membahas tentang strategi pembelajaran quantum learning. Kemudian studi lapangan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

1) Menentukan subjek penelitian, penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V, yaitu di SDN Majalengka Kulon V sebagai kelas eksperimen dan SDN Tarikolot I sebagai kelas kontrol. Kelompok kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran quantum

learning, dan kelompok kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran direct instruction.

2) Peneliti memberikan arahan kepada guru kelas V di kelas eksperimen tentang pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum learning.

3) Peneliti bersama guru menyusun RPP yang didesain dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum learning dan instrumen tes (tes tulis).

4) Pengujian instrumen dengan tujuan agar valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

5) Analisis hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen.

6) Hasil uji coba instrumen setelah perbaikan kemudian disahkan untuk digunakan dalam proses penelitian.

a. Tahap pelaksanaan

1) Pelaksanaan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum ada perlakuan.


(17)

2) Pelaksanaan perlakuan oleh guru dengan penggunaan strategi

quantum learning dan pembelajaran tanpa penggunaan strategi

pembelajaran quantum learning.

3) Observasi kelas tentang pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Postest untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan pemahaman

konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Tahap pengolahan dan analisis data

1) Pengolahan data motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa. 2) Analisis data kuantitatif dengan uji-t terhadap rerata skor pretest dan

postest.

3) Analisis observasi dan tes tulis.

Adapun rancangan jadwal penelitiannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.2

Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

No Jenis kegiatan Waktu

Pelaksanaan 1 Perencanaan

Menentukan subjek penelitian Desember 2014 Pengarahan kepada guru model Februari 2015

Uji coba soal Februari 2015

Analisis hasil uji coba Maret 2015

2 Pelaksanaan

Pretest April 2015 Perlakuan (treatment), observasi, wawancara April 2015 3 Pengolahan dan analisis data

Analisis data motivasi belajar Mei 2015 Analisis data pemahaman konsep Mei 2015

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004: 137). Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat


(18)

untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Tiga jenis reliabilitas yaitu stability reliability, representative reliability,

equivalence reliability. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur

reliabilitas diantaranya adalah rumus Spearman Brown:

r11

= adalah nilai reliabilitas

r

b = adalah nilai koefisien korelasi

Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).

Instrumen yang diuji yaitu berupa tes pilihan ganda sebanyak 30 soal dan angket sebanyak 25 soal. Dari ke-30 soal tersebut terdapat 20 soal yang dinyatakan valid, dan sebanyak 25 soal kuesioner yang valid dari 25 soal. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik statistik inferensial parameter, dimana teknik ini dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata hasil tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui normalitas data adalah sebagai berikut:

H0 : Data berditribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal

2.rb 1 + rb

r

11


(19)

Untuk menghitung normalitas suatu data akan dilakukan dengan uji shapiro-wilk, karena data yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah lebih dari 30 siswa. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika dengan , maka H0 ditolak

Jika dengan , maka H0 diterima

Dengan P-value adalah nilai signifikansi hasil perhitungan (Trihendradi, 2012: 94).

c. Mengetahui homogenitas populasi yang berdistribusi normal dilakukan uji F dengan taraf signifikansi = 0,05 dan nilai Fhitung dicari dengan rumus, (Sugiyono, 2010: 140) yaitu:

Dengan kriteria pengujian:

Jika harga Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima. Jika harga Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. d. Uji perbedaan dua rata-rata (uji-t)

Untuk menentukan adanya perbedaan rata nilai pretest dan rata-rata nilai postest digunakan uji t, dengan rumus:

dengan

Keterangan :

dsg adalah deviasi standar gabungan adalah rata-rata kelas eksperimen adalah rata-rata kelas kontrol

n1 adalah jumlah siswa kelas eksperimen n2 adalah jumlah siswa kelas kontrol

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat pengumpulan data. Intsrumen yang dipakai adalah lembar angket (kuesioner), tes pemahaman konsep, lembar observasi dan lembar wawancara. Instrumen penelitian ini


(20)

untuk mengetahui kemampuan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum learning di kelas V SDN Majalengka Kulon V dalam materi pokok mempertahankan kemerdekaan

1. Lembar angket (kuesioner)

Angket merupakan salah satu alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan secara tertulis dengan kemungkinan jawaban yang diberikan kepada responden (Arikunto, 2006: 28). Lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur motivasi belajar siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan strategi quantum learning. Angket yang diberikan berupa pertanyaan dengan alternatif jawaban selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Angket ini dibuat dari variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan, maka disusun butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi instrumen. Berikut adalah tabel distribusi pernyataan dari tiap-tiap indikator.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa

Variabel Sub

Variabel Indikator

Nomor Pertanyaan Positif Negatif Motivasi

Belajar Siswa (Sardiman, 2009: 83).

Ketekunan Mengikuti PBM di kelas Mempersiapkan fasilitas Mengerjakan tugas-tugas

12 5

23

Keuletan Sikap terhadap kesulitan Usaha mengatasi kesulitan

4, 10 1, 14 Minat dan

Ketajaman

Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran

Semangat dalam mengikuti PBM

9

8, 17, 18, 19, 20

21

Prestasi Belajar

Keinginan untuk berprestasi Kualifikasi hasil

Memahami materi

3, 7 13 22

11, 24


(21)

Kemandirian Penyelesaian tugas/PR Menggunakan kesempatan

di luar jam pelajaran

2, 16

6, 15

Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam angket motivasi siswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 4=Selalu; 3=Sering; 2=Jarang; 1=Tidak pernah.

b. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1=Selalu; 2=Sering; 3=Jarang; 4=Tidak pernah.

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mendistribusikan skor dan menghitung rentang penilaian pada skala motivasi belajar dalam penelitian ini menggunakan rentang skor 1 sampai 4 dengan banyak butir 20 pernyataan, Perhitungan skala likert (dalam sudirman, 2012) ditentukan secara rinci di bawah ini:

- Skor maksimal: Jumlah pernyataan x skor tertinggi (25 x 4 = 100) - Skor minimal: Jumlah pernyataan x skor terendah (25 x 1 = 25) - Rentang kelas interval: skor tertinggi – skor terendah (100 – 25 = 75) - Panjang interval: rentang skor interval : kategori (75 : 3 = 25) - Banyak kriteria kategori: tinggi, sedang dan rendah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka kategori tingkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Kategori Tingkat Motivasi Belajar Siswa

Interval skor Kategori Kualifikasi

75 – 100 Tinggi

Siswa pada level ini memiliki motivasi yang tinggi dimana semua apek dalam indikator dapat tercapai seluruhnya, dimana siswa sangat memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima dan apa yang coba dipersepsi.

50 – 74 Sedang

Siswa pada level ini tergolong cukup mampu

memotivasi diri untuk lebih semangat belajar, dimana siswa cukup memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang


(22)

Interval skor Kategori Kualifikasi diterima dan apa yang coba dipersepsi.

25 – 49 Rendah

Siswa pada level ini memiliki motivasi belajar rendah artinya siswa belum mampu menimbulkan motivasi belajar dalam diri mereka sehingga motivasi belajar dominan berasal dari luar diri (faktor eksternal), dimana siswa kurang memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima dan apa yang coba dipersepsi.

Tabel 3.4 di atas menjelaskan tentang tingkat motivasi belajar siswa menjadi tiga kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Dengan adanya interval skor maka akan lebih mudah bagi peneliti untuk mengklasifikasikan data berdasarkan hasil skala likert tentang motivasi belajar siswa.

2. Tes pemahaman konsep

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda. Tes ini bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi pokok kemerdekaan Indonesia yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan strategi quantum learning. Tes yang digunakan dibuat berdasarkan taksonomi Bloom revisi pada jenjang pemahaman (C2). Setiap soal dibuat berdasarkan pada indikator dan sub variabel pada variabel pemahaman konsep. Sub variabel yang dipakai diadopsi dari Bloom yang meliputi translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Berikut adalah distribusi pertanyaanya.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Siswa

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor

Pertanyaan Pemahaman

Konsep

Translasi Pengertian kemerdekaan

Menjelaskan makna kemerdekaan

Menjelaskan makna peristiwa pertempuran

1, 2, 3, 4, 6, 15

Interpretasi Karakteristik kemerdekaan

Diakui oleh bangsa lain Bebas menentukan arah

Memiliki harga diri yang tinggi

5, 8, 9, 18, 19


(23)

Elemen-elemen kemerdekaan

Memiliki wilayah Memiliki pemerintah Mempunyai rakyat Mempunyai ideologi Mempunyai SDA

10, 12, 14, 16, 17, 20

Ekstrapolasi Manfaat kemerdekaan

Terbebas dari penindasan dan penjajahan

Bebas mengembangkan diri

7, 11, 13

3. Lembar observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik. Observasi digunakan karena memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut:

a. Peneliti akan lebih mampu untuk memahami konteks data. b. Peneliti akan memeroleh pengalaman langsung.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memeroleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Peneliti tidak hanya mengumpulkan data untuk memeroleh kesan pribadi dan merasakan suasana situasi yang diteliti (Sugiono, 2008:86)

Pada penelitian ini observasi bertujuan untuk melihat kesesuaian antara aktifitas guru dengan langkah-langkah strategi quantum learning. Berikut adalah lembar observasinya.

Tabel 3.6

Instrumen Observasi Guru dalam Penerapan Strategi Quantum Learning

No Aspek Penilaian Hasil Pengamatan

Ya Tidak

1 Guru melakukan pengkondisian agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran (tumbuhkan) 2 Guru mensugesti positif peserta didik supaya mereka

bersemangat (tumbuhkan)

3 Guru menstimulasi peserta didik ke arah pembelajaran 4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(tumbuhkan)

5 Guru mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran (alami)

6 Peserta didik diarahkan untuk mengidentifikasi materi dan merumuskan jawaban sementara (alami)


(24)

No Aspek Penilaian Hasil Pengamatan

Ya Tidak

8 Guru memberikan tugas kepada peserta didik (namai) 9 Guru mengarahkan peserta didik untuk

mendemonstrasikan hasil pekerjaannya (demonstrasi) 10 Guru memberikan tugas kembali

11 Guru mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah disampaikan (ulangi)

12 Guru bersama peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran

13 Guru memberikan penguatan (reinforcement) 14 Peserta didik merayakan hasil yang mereka peroleh

F. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian eksperimen kuasi ini menggunakan variabel x (bebas) dan variabel y (terikat) yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel menurut Sugiyono (2009: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat, maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah quantum learning. Penjelasan lebih lanjut tentang variabel bebas seperti di bawah ini:

1. Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu

quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2010: 16). Adapun sintaks atau langkah penerapan strategi pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR DePorter (2005: 10) adalah sebagai berikut:

a. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah

Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar.

b. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat


(25)

c. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan sebuah masukan.

d. Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.

e. Ulangi, tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan

menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

f. Rayakan, Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

Quantum Learning didasarkan pada bagaimana otak memproses informasi.

Menurut DePorter quantum learning didasarkan pada tiga indikator berdasarkan modalitas yang digunakan peserta didik dalam memproses informasi, yaitu: (1) visual (belajar dengan cara melihat); (2) auditorial (belajar dengan cara mendengar); (3) kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Kaitannya dengan hal di atas bahwa strategi quantum learning berangkat dari ide dasar tentang penemuan otak dan potensi manusia, yang diaplikasikan dalam pembelajaran sesuai dengan gaya belajar pesera didik. Disinilah teori-teori tentang otak manusia memiliki relevansi yang signifikan sehingga belajar menjadi lebih bermakna (Ratnawati, 2005).

Selanjutnya adalah variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa. Penjelasan lebih lanjut dijabarkan di bawah ini:

2. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman, 2009: 73). Kemudian motivasi menurut Purwanto (1990: 71) adalah pendorongan, yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Lebih lanjut Sardiman (2009: 83) mengemukakan bahwa motivasi belajar siswa meliputi indikator:


(26)

a. Ketekunan dalam belajar, maksudnya peserta didik selalu hadir di sekolah, mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pembelajaran di sekolah.

b. Ulet dalam menghadapi kesulitan, keuletan peserta didik dapat diidentifikasi melalui sikap peserta didik dalam menghadapi kesulitan dan usaha yang dilakukan pada saat mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, dapat diidentifikasi melalui kebiasaan peserta didik dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

d. Berprestasi dalam belajar, peserta didik dikatakan memiliki motivasi tinggi manakala mereka memiliki keinginan untuk berprestasi dan mereka mampu mencapai kualifikasi hasil yang diharapkan.

e. Mandiri dalam belajar, peserta didik dikatakan memiliki motivasi jika memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan misalnya, mengerjakan tugas/PR dan belajar mandiri di luar jam pelajaran.

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.

3. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep berasal dari dua kata, pemahaman dan konsep. Pengertian pemahaman dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (dalam Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa “Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain”.

Menurut Bloom (dalam Subiyanto, 1988: 49) membagi pemahaman menjadi tiga indikator yang langsung disesuaikan oleh peneliti dengan konsep materi kemerdekaan, yaitu sebagai berikut:

a. Mengurutkan peristiwa kemerdekaan, dan menjelaskan makna peristiwa pertempuran. (translasi).


(27)

b. Menjelaskan kembali peristiwa pertempuran setelah kemerdekaan, dan menghubungkan konsep kemerdekaan dengan kehidupan sehari-hari. (interpretasi).

c. Kemampuan memprediksi akibat dari pertempuran setelah kemerdekaan, dan memiliki semangat juang kepahlawanan. (ekstrapolasi).

Dengan demikian pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menangkap, menginterpretasi dan mengaplikasikan materi yang diperolehnya. Pemahaman konsep juga dapat ditujukan melaui kemampuan seseorang dalam memprediksi kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, observasi, wawancara dan angket atau kuesioner. Tes yang dilakukan terdiri dari pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep peserta didik sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan

posttest dilakukan untuk mengetahui perubahan kemampuan memahami

konsep setelah diberikan perlakuan. Penyusunan tes diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaiannya dan nomor butir soal beserta kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Selanjutnya observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kesesuaian aktivitas guru dengan langkah-langkah dalam strategi quantum

learning. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala yang ditemukan

ketika proses pembelajaran dengan menggunakan quantum learning. Sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7


(28)

No

Teknik Pengumpulan

data

Intrumen pengumpul

data Tujuan

1 Tes Lembar tes tulis pilihan ganda

(pretest dan posttest)

Mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa

2 Angket (kuesioner)

Lembar angket (kuesioner)

Mengukur motivasi belajar siswa

3 Observasi Lembar observasi Melihat kesesuaian aktivitas guru dengan langkah-langkah dalam strategi quantum learning

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis. Data yang diperoleh berupa nilai hasil pretes dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan uji statistik. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan

postest yang memuat indikator motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui normalitas data adalah sebagai berikut:

H0 : Data berditribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal

Untuk menghitung normalitas suatu data akan dilakukan dengan uji shapiro-wilk, karena data yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Jika dengan , maka H0 ditolak. Jika dengan , maka H0 diterima.

Dengan P-value adalah nilai signifikansi hasil perhitungan (Trihendradi, 2012: 94).


(29)

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians dialkukan antara kelompok eksperimen (SDN Majalengka Kulon V) dan kontrol (SDN Tarikolot I), dan antara kelompok pretest dan posttest dalam satu kelompok eksperimen atau kontrol. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Hipotesis yang digunakan untuk menghitung homogenitas suatu data adalah sebagai berikut:

H0 : Varians kedua kelompok sampel homogen. H1 : Varians kedua kelompok sampel tidak homogen.

Untuk menghitung homogenitas suatu data akan dilakukan dengan uji Lavene. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Jika dengan , maka H0 ditolak. Jika dengan , maka H0 diterima.

Dengan P-value adalah nilai signifikansi hasil perhitungan (Trihendradi, 2012: 136).

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Apabila sebaran data berdistribusi normal dan varians kedua kelompok sampel homogen, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan uji t dengan rumus:

s

n n

X X t

2 1

2 1

1 1

  

Apabila sebaran data berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan statistik nonparametrik dengan uji Mann-Whitney. Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata suatu kelompok data adalah sebagai berikut:


(30)

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : Kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Untuk menghitung perbedaan rata-rata data akan dilakukan dengan menggunakan uji t atau Man-Whitney tergantung distribusi data dan varians kedua kelompok sampel. Pengujiannya adalah sebagai berikut:

Jika dengan , maka H0 ditolak. Jika dengan , maka H0 diterima.

Dengan P-value adalah nilai signifikansi hasil perhitungan (Trihendradi, 2012: 125).


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pengolahan data dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi quantum learning terhadap motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran direct instructions, hal ini terlihat dari hasil uji t

indepentdent sample diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,004, lebih kecil

dari . Hal tersebut berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, motivasi belajar siswa yang mendapatkan quantum learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instructions, hal ini dikarenakan strategi pembelajaran yang digunakan sangat relevan dengan kondisi suasana belajar siswa sehingga motivasi untuk belajar tumbuh dalam diri anak. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar yang efektif. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil uji statistik yang membuktikan bahwasannya quantum learning dapat memberikan sebuah perubahan terhadap motivasi belajar anak di SDN Majalengka Kulon V, selain itu dapat dilihat secara langsung melalui pengamatan bahwasannya siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, terlihat memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, penuh perhatian terhadap pembelajaran, konsentrasi, tekun, kemudian tidak cepat bosan dan berusaha mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa selalu hadir di sekolah setiap penelitian, hal ini memberikan gambaran bahwasannya mereka tertarik dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru modelnya, terlihat ulet, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, kemudian terlihat mandiri dalam belajar, hal ini dibuktikan dengan semua peserta didik mengerjakan pekerjaan rumahnya tanpa ada satupun yang tidak mengerjakan. Dan yang terakhir mereka lebih senang berlama-lama


(32)

di dalam ruangan walaupun bel istirahat berbunyi, hal ini menunjukan bahwasannya dengan quantum learning pembelajaran menjadi menyenangkan dan anggapan mereka seperti sebuah hiburan atau pertunjukan yang tidak mau mereka lewati.

2. Strategi quantum learning terhadap pemahaman konsep siswa memiliki pengaruh yang sangat signifikan dibandingkan dengan pembelajaran direct

instructions pada kelas kontrol, hal ini terlihat dari hasil uji t indepentdent sample diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, lebih kecil dari . Hal tersebut berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, pemahaman konsep siswa yang mendapatkan quantum learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instructions, hal ini dikarenakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan pada proses berpikir yang tenang, nyaman dan menyenangkan. Dengan strategi

quantum learning ini siswa mampu menjelaskan kembali informasi yang

diperoleh dengan menggunakan kata-katanya sendiri meskipun penjelasan atau susunan kata-katanya tidak sama dengan apa yang diberikan kepada siswa, akan tetapi kandungan maknanya tetap sama. Siswa sudah mampu memahami konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan dimana dilihat dari hasil belajar mereka yang sangat baik, serta siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

B. Saran

1. Pembelajaran dengan strategi quantum learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, khususnya untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS siswa, karena motivasi adalah ruh dari kegiatan pembelajaran supaya anak berprestasi dalam akademiknya, penulis mengharapkan dari pendidik ada upaya dan program-program dalam meningkatkan motivasi belajar anak.


(33)

2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS melalui quantum learning, diantaranya: optimalkan kekuatan AMBAK, penataan lingkungan belajar yang tidak membuat siswa cepat bosan, harus memupuk sikap juara supaya memacu dalam belajarnya, bebaskan gaya belajarnya seperti gaya belajar visual, auditoral, dan kinestetik, membiasakan mencatat hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa, serta jadikan anak lebih kreatif supaya menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya

3. Diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai implementasi pembelajaran IPS melalui quantum learning dengan kondisi sekolah yang variatif serta pengembangan kemampuan sosial yang lainnya.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

A. Tabrani R. (1994). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Alifah, Alika. (2012). Model pembelajaran Quantum Teaching. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/9528834/ [20 Desember 2014].

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, J. W dan Feather. N. T. (1994). A Theory Of Achievement Motivation. New York.

Bloom, Benyamin S. (1979). Taksonomy of Educational Objectives (The

Clasification of Educational Goals) Handbook 1 Cognitive. Domain.

London: Longman.

Boeree, C. G. (2008). Psikologi Sosial: pengantar psikologi sosial motivasi. (Dalam I. Taniputera, Penerjemah). Yogyakarta: Prismasophie. (Karya asli diterbitkan tahun 2000).

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

DePorter and Mark Reardon. (2005). Quantum Teaching. Bandung : Mizan Media Utama.

DePorter and Mike Henarcki. (2002). Quantum Learning. Jakarta: Gramedia.

. (2010). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

. (2000) Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Deci, E. L., Koestner, R.,& Ryan, R. M. (2001). Extrinsic Rewards and Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again. Review of Educational

Research, Spring 2001, Vol. 71, No. 1, 1-27. [Online]. Tersedia:

http://www.psych.rochester.edu/SDT/publications/pub_edu.html. [02 Dese- mber 2014].

Dick, Walter & Carey Lou. (1985). The Systematic Design of Intruction. London: Scott, Foresman and Company.


(35)

Dirgagunarsa, Singgih. (1978). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.

Djamarah, B, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Furqon. (2009). Statiska Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E. (2007). How to Design and Evaluate Research in

Education 3th Edition. Singapore McGraw-Hill, INC.

Harlen, Wayne and Crick, Ruth Deakin. (2003). Testing and Motivation for

Learning, Graduate School of Education, Assessment in Education. Journal

Assassment in Education, Vol.10, No.2 July 2003, 183.

Inunk. (2011). Teori Sibernetik. [Online]. Tersedia: https://id.scribd.com/doc/ 53909931/TEORI-SIBERNETIK [18 Desember 2014].

Iskandari. (2009). Psikologi pendidikan: motivasi pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) press.

Julaeha, Siti. (2008). Memahami Gaya Belajar dan Strategi Belajar. [Online]. Tersedia: http://202.159.18.43/ptjj/32siti.htm. [27 November 2014].

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kardiyono. (1980). Mengajar Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: P3G Departemen P dan K.

Kemp, J. E. (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB.

Keller, John. (2000). How to Integrate Learner Motivation Planning into Lesson

Planning: The ARCS Model Approach. [online]. Tersedia: http://www.arcsmodel.com [15 Desember 2014].

. (1987). Development and Use of The ARCS Model Of

Instructional Design. Jurnal of Instructional Development.

Kraus, Rachel. (2008). You Must Participate Violating Research Ethical

Principles Through Role Play. College Teaching.131-136.

Malo, Manasse. (2002). Pendekatan Kuantitatif. [Online]. Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2008/09/18/pendekatan-kuantitatif/ [20 januari 2015].


(36)

Muhaimin, dkk. (1996). Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya Pembelajaran

Agama). Surabaya: CV. Citra Media.

Muhibbinsyah. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Musianto, Lukas S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian: Jurnal Manajemen & Kewirausahaan

Vol. 4, No. 2, September 2002: 123 – 136.

Nashar, H. (2004). Peranan Motivasi dan kemampuan awal dalam Kegiatan

Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Pintrich, Paul R & Dale H. Schunk. (2002). Motivation in Education (Theory,

Research, and Application). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Pintrich, Paul and Schunk, Dale. (1996). Motivation in Education, Theory,

Research, and Application. New Jersey: Prentice-Hall.

Poedjiadi. (1999). Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih.

Pramesti, Getut. (2013). Smart Olah Data Penelitian dengan SPSS 21. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Purwanto, Ngalim. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya.

. (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Ratnawati. (2005). Aplikasi Quantum Learning. Jurnal Pendidikan Islami. 14 (1), hlm. 57-78 Deporter dkk, Quantum Teaching; Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000).

Riyanto, Yatim. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prada Media Group.

Rosyidi, Ahyar. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum

Berbasis Lingkungan terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Kelas VI SMPN I Keruak. Jurnal Program Pascasarjana Program Studi

Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013) Universitas Pendidikan Ganesha.

Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Depdiknas.


(37)

Rusyan, T, A. (2005). Motivasi Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Pranada Media Group.

. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada.

. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Rosdakarya.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers.

. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers.

. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.

Saryono. (2007). Pemanfaatan Terapi Musik untuk Meningkatkan Kesadaran

Pasien Trauma Kepala Berat. The Soedirman Journal Nursing.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum: motivasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Soehino. (2005). Ilmu Negara. Yogjakarta: Liberty.

Soenjono Dardjowijojo. (1996). “Lima Pendekatan Mutakhir dalam Pengajaran

Bahasa” dalam Muljanto Sumardi (ed). Berbagai Pendekatan dalam

Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pelita Sinar Harapan.

Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan dan Pengetahuan Alam. DEPDIKBUD.

Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Graha.

Sudirman. (2012). Cara Menghitung Kriteria Obyektif (Hasil Ukur). [Online]. Tersedia: http:/Sudirman-Fmump.Blogspot.Com/2012/03/Cara Menghit ung-Kriteria-Obyektif-Hasil. [20 Februari 2015].


(38)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. (2009). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susilowati, Erma. (2011). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum

Learning Dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Pada Kompetensi Dasar Atmosfer Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Di Muka Bumi . Tidak terbit: Thesis Universitas Sebelas Maret.

Syamsudin, Abin. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Taniredja, Tukiran, dkk. (2012). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Trihendradi, C. (2012). Step by Step SPSS 20 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Vestari, D. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan

Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. SPS: Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Weiner, Bernard. (1992). Human Motivation. London: Sage Publication.

Wibawa. (2013). Teori Belajar Kontruktivisme. [Online]. Tersedia: http://wiare.-blogspot.com/2013/02/teori-belajar-konstruktivisme.html. [02 Februari 2015].

Widodo, Untung Hadi. (2009). Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. [Online]. Tersedia: https://spupe07.wordpress.com/2009/12/29/pendekatan-kuantitat if-dan-kualitatif/ [26 Januari 2015].


(39)

Wikipedia. (2015). Revolusi Nasional Indonesia. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Nasional_Indonesia#Dampak. [1 Juli 2015].

Wingkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Tabrani R. (1994). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Alifah, Alika. (2012). Model pembelajaran Quantum Teaching. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/9528834/ [20 Desember 2014].

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, J. W dan Feather. N. T. (1994). A Theory Of Achievement Motivation. New York.

Bloom, Benyamin S. (1979). Taksonomy of Educational Objectives (The Clasification of Educational Goals) Handbook 1 Cognitive. Domain. London: Longman.

Boeree, C. G. (2008). Psikologi Sosial: pengantar psikologi sosial motivasi. (Dalam I. Taniputera, Penerjemah). Yogyakarta: Prismasophie. (Karya asli diterbitkan tahun 2000).

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Darsono, Max. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press.

DePorter and Mark Reardon. (2005). Quantum Teaching. Bandung : Mizan Media Utama.

DePorter and Mike Henarcki. (2002). Quantum Learning. Jakarta: Gramedia. . (2010). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

. (2000) Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Deci, E. L., Koestner, R.,& Ryan, R. M. (2001). Extrinsic Rewards and Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again. Review of Educational Research, Spring 2001, Vol. 71, No. 1, 1-27. [Online]. Tersedia: http://www.psych.rochester.edu/SDT/publications/pub_edu.html. [02 Dese- mber 2014].

Dick, Walter & Carey Lou. (1985). The Systematic Design of Intruction. London: Scott, Foresman and Company.


(2)

Dirgagunarsa, Singgih. (1978). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Djamarah, B, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Furqon. (2009). Statiska Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education 3th Edition. Singapore McGraw-Hill, INC.

Harlen, Wayne and Crick, Ruth Deakin. (2003). Testing and Motivation for Learning, Graduate School of Education, Assessment in Education. Journal Assassment in Education, Vol.10, No.2 July 2003, 183.

Inunk. (2011). Teori Sibernetik. [Online]. Tersedia: https://id.scribd.com/doc/ 53909931/TEORI-SIBERNETIK [18 Desember 2014].

Iskandari. (2009). Psikologi pendidikan: motivasi pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) press.

Julaeha, Siti. (2008). Memahami Gaya Belajar dan Strategi Belajar. [Online]. Tersedia: http://202.159.18.43/ptjj/32siti.htm. [27 November 2014].

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kardiyono. (1980). Mengajar Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: P3G Departemen P dan K.

Kemp, J. E. (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB. Keller, John. (2000). How to Integrate Learner Motivation Planning into Lesson

Planning: The ARCS Model Approach. [online]. Tersedia:

http://www.arcsmodel.com [15 Desember 2014].

. (1987). Development and Use of The ARCS Model Of Instructional Design. Jurnal of Instructional Development.

Kraus, Rachel. (2008). You Must Participate Violating Research Ethical Principles Through Role Play. College Teaching.131-136.

Malo, Manasse. (2002). Pendekatan Kuantitatif. [Online]. Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2008/09/18/pendekatan-kuantitatif/ [20 januari 2015].


(3)

Muhaimin, dkk. (1996). Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya Pembelajaran Agama). Surabaya: CV. Citra Media.

Muhibbinsyah. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Musianto, Lukas S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian: Jurnal Manajemen & Kewirausahaan

Vol. 4, No. 2, September 2002: 123 – 136.

Nashar, H. (2004). Peranan Motivasi dan kemampuan awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Pintrich, Paul R & Dale H. Schunk. (2002). Motivation in Education (Theory, Research, and Application). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Pintrich, Paul and Schunk, Dale. (1996). Motivation in Education, Theory, Research, and Application. New Jersey: Prentice-Hall.

Poedjiadi. (1999). Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih.

Pramesti, Getut. (2013). Smart Olah Data Penelitian dengan SPSS 21. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Purwanto, Ngalim. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya. . (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya. Ratnawati. (2005). Aplikasi Quantum Learning. Jurnal Pendidikan Islami. 14 (1),

hlm. 57-78 Deporter dkk, Quantum Teaching; Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000).

Riyanto, Yatim. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prada Media Group.

Rosyidi, Ahyar. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Lingkungan terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Kelas VI SMPN I Keruak. Jurnal Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013) Universitas Pendidikan Ganesha. Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:


(4)

Rusyan, T, A. (2005). Motivasi Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Pranada Media Group.

. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada.

. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Rosdakarya.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers.

. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers.

. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.

Saryono. (2007). Pemanfaatan Terapi Musik untuk Meningkatkan Kesadaran Pasien Trauma Kepala Berat. The Soedirman Journal Nursing.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum: motivasi. Bandung: CV Pustaka Setia. Soehino. (2005). Ilmu Negara. Yogjakarta: Liberty.

Soenjono Dardjowijojo. (1996). “Lima Pendekatan Mutakhir dalam Pengajaran

Bahasa” dalam Muljanto Sumardi (ed). Berbagai Pendekatan dalam

Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pelita Sinar Harapan.

Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan dan Pengetahuan Alam. DEPDIKBUD. Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Graha. Sudirman. (2012). Cara Menghitung Kriteria Obyektif (Hasil Ukur). [Online].

Tersedia: http:/Sudirman-Fmump.Blogspot.Com/2012/03/Cara Menghit ung-Kriteria-Obyektif-Hasil. [20 Februari 2015].


(5)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. (2009). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susilowati, Erma. (2011). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Learning Dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA

Pada Kompetensi Dasar Atmosfer Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan

Di Muka Bumi . Tidak terbit: Thesis Universitas Sebelas Maret.

Syamsudin, Abin. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Taniredja, Tukiran, dkk. (2012). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung:

Alfabeta.

Trihendradi, C. (2012). Step by Step SPSS 20 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Vestari, D. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. SPS: Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Weiner, Bernard. (1992). Human Motivation. London: Sage Publication.

Wibawa. (2013). Teori Belajar Kontruktivisme. [Online]. Tersedia: http://wiare.-blogspot.com/2013/02/teori-belajar-konstruktivisme.html. [02 Februari 2015].

Widodo, Untung Hadi. (2009). Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. [Online]. Tersedia: https://spupe07.wordpress.com/2009/12/29/pendekatan-kuantitat if-dan-kualitatif/ [26 Januari 2015].


(6)

Wikipedia. (2015). Revolusi Nasional Indonesia. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Nasional_Indonesia#Dampak. [1 Juli 2015].

Wingkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. . (1987). Psikologi pembelajaran. Jakarta: Gramedia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MAYARAKAT (STM) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD KELAS IV PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN (Penelitian True Eksperiment di Kelas IV SDN Sindanghaji I dan SDN Tarikolot I Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka).

0 2 31

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwimunding II dan SDN Mirat I Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka).

0 0 33

PENGARUH PERMAINAN JELAJAH CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka).

0 0 35

PENGARUH PERMAINAN BILBAKCAGAM TERHADAP TES HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN Gunungsari I dan SDN Ranjikulon II di Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 37

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA :Studi Eksperimen Kuasi di SDN Cijati Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

1 13 42

PENGARUH MEDIA BERBASIS KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI BENCANA ALAM DAN DAMPAKNYA (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas V SDN Cibodas I dan SDN Cibodas II Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka).

0 0 36

Pendekatan Matematika Realistik Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SDN Munjul III Majalengka

0 0 11

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BAGIAN-BAGIAN UTAMA TUBUH HEWAN DAN KEGUNAANNYA DI KELAS II SDN KULUR I KECAMATAN MAJALENGKA KABUPATEN MAJALENGKA

0 0 8

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI QUANTUM LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

0 0 13