Sikap guru Sekolah Menengah Pertama terhadap lesbian : studi deskriptif pada guru usia madya di Yogyakarta - USD Repository

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SIKAP GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TERHADAP LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Guru Usia Madya di Yogyakarta)

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

  Program Studi Psikologi Oleh:

  Dini Lukasmini NIM: 069114051

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SIKAP GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TERHADAP LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Guru Usia Madya di Yogyakarta) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

  Program Studi Psikologi Oleh:

  Dini Lukasmini NIM: 069114051

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

K itamemangberbedatapi kitajugasama

  • penulis

  

Ujian atas keberanian tiba ketika

Kita berada dalam kelompok

Minoritas Raplh Sackman

  • Datanglah, pelajarilah, renungkanlah, buktikan apakah

    itu membawa kebahagiaan atau kehancuran

  • - Sang Budha

  

Mereka yang punya kendali atas orang lain mungkin punya kuasa,

tapi hanya mereka yang mampu mengendalikan diri sendirilah yang

memiliki kekuatan yang sebenarnya Lao Tzu -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini untuk : Ibuku,

  Kakak & Khuyu Ndha q

  Mereka yang menghargainya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SIKAP GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TERHADAP

LESBIAN

(Studi Deskriptif Pada Guru Usia Madya di Yogyakarta)

  

Dini Lukasmini

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap guru usia madya terhadap

lesbian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Responden dalam penelitian ini

adalah guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berusia 40 sampai 60 tahun yang berjumlah

7 orang. Ketujuh responden berasal dari SMP negeri dan swasta yang mengampu mata pelajaran

biologi, pendidikan agama, bimbingan dan konseling serta pendidikan jasmani dan kesehatan.

Peneliti menentukan responden berdasarkan kecocokan konteks atau kriteria yang telah

ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sistem terbuka, dimana individu

yang diwawancarai mengetahui dan menyadari bahwa mereka diwawancarai. Di samping itu,

individu yang diwawancarai juga mengetahui apa maksud dan tujuan wawancara. Peneliti juga

memilih untuk menggunakan wawancara yang bersifat semi terstruktur karena dalam wawancara

ini peneliti membuat panduan wawancara yang akan diajukan kepada responden tetapi tidak

menutup kesempatan bagi responden untuk melakukan improvisasi saat wawancara berlangsung

sesuai dengan kebutuhan proses wawancara. Langkah-langkah analisis data adalah dengan menulis

transkrip wawancara, membaca transkrip wawancara dengan seksama, memberikan koding,

membuat kategorisasi, membuat interpretasi dan pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sikap guru cenderung menolak keberadaan lesbian karena lesbian dianggap

melanggar norma agama dan sosial, sumber informasi lesbian berasal televisi sehingga menjadi hal

yang baru dalam masyarakat serta faktor dominan penyebab lesbian berasal dari lingkungan

pergaulan sehingga lesbian dapat kembali menjadi heteroseksual. Selain itu, guru cenderung

memberikan transfer of value daripada transfer of knowledge terkait dengan masalah seksualitas

termasuk lesbian. Guru sudah menekankan pendidikan nilai tentang seksualitas tetapi masih belum

cukup dalam memberikan pengetahuan yang proporsisonal, objektif dan ilmiah mengenai

persoalan lesbian.

  Kata kunci : sikap, guru, lesbian

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE ATTITUDES OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS TOWARD

LESBIANS

(Descriptive Study On Middle Age Teachers In Yogyakarta)

  

Dini Lukasmini

ABSTRACT

This research aimed to know the attitudes of middle aged teachers toward lesbians. The

type of this research is descriptive-qualitative research. Respondents in this research were 7

junior high school (SMP) teachers, aged 40 to 60 years old. All respondents came from public and

private junior high school; teach biology, religious education, guidance and counseling, and also

physical and health education. The Respondents was chosen base on the suitability on the context

or predetermined criteria. The data collecting in this research used an open system, where

respondents knew and realized that they were interviewed. In addition, respondents who were

interviewed also knew what the intent and purpose of the interview. Researcher also chose to use a

semi-structured interviews because in this interview, researcher made an interview guide that will

be presented to the respondents, but it is possible for the researcher to improvise during the

interview base on what being needed from the interview process. The steps of data analysis were;

write a transcript of the interview, read the transcript of the interview carefully, provide coding,

making categorization, making the interpretation and discussion of research results. The research

result shown that teacher tend to reject the existence of lesbians because it was considered to

break the religious and social norms, teacher got the information about lesbians from television so

the issues about lesbians became a new thing in the society, also the dominant factor of lesbian

came from the interaction society so a lesbians may be able to came back as heterosexual. In

addition, teachers tend to give the transfer of value rather than the transfer of knowledge related

to sexuality, including lesbian issues. Teachers had emphasized education about right and wrong

values related to sexuality, but did not provide enough a proportional, objective and scientific

knowledge about lesbian issues.

  Keywords: attitudes, teacher, lesbians

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah memberikan berkat dan kekuatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari terselesaikannya karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan dan dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama proses penyelesaian skripsi ini, juga untuk diskusi dan semangatnya yang menginspirasi saya.

  2. Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi dan bapak C. Siswo Widyatmoko, M. Psi selaku dosen penguji pada saat ujian pendadaran skripsi. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah bapak berikan, semua itu amat bermanfaat bagi perbaikan dan kemajuan karya ini.

  3. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan dan dukungannya.

  4. Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas bimbingan dan segala bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

  5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya Pak Gie yang selalu ramah dan memberikan senyuman yang indah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Keluargaku tercinta : Ibu yang selalu mendoakan agar skripsi ini cepat selesai, Mbak Novi, Khuyu, Simbah Putri dan Kakung serta Lek Wawe yang selalu mendukungku dengan cara mereka sendiri

  7. Sahabatku tercinta, yang selalu ada selama kita bersama-sama meraih mimpi lewat kelas-kelas yang panas dan terkadang membosankan.

  Makasih Hayu dan Jenny, kalian yang terbaik. Kalian mendahuluiku hikk

  8. Makasih untuk ganjelan hatiku, dhaa, yang selalu mengingatkan aku untuk meneruskan tulisan ini, mendekatkan kita dengan masa depan hehe.

  Makasih karena hadir di saat yang tepat

  9. Teman-teman KKN, Mas Bayu, Neng Ina, Riris, Bekatule Ria, Cik Yen, Dani nDut, dan Tina, makasih ya telah menjadi bagian dalam hidupku.

  Khusus Neng Ina, makasih ya buat motivasinya buat Upa hehe. Dilewatin lagi sama eneng

  10. Temanku Janto, terima kasih sudah mejadi sampah dan tempat sampahku dan mengajakku refresing ke tempat-tempat yang indah. Kak Febri yang telah mengenalkanku pada sosok Ve sehingga pengerjaan skripsi ini menjadi lebih mudah. Zico yang telah meminjamkan alat perekam, terima kasih teman. Anak-anak Max gym khususnya Ricky terima kasih atas desakannya. Mas Sat dan Mbak Christin, terima kasih atas dukungan dan doa kalian. Mas kun makasih yang sebesar-besarnya, tanpamu aku gak akan bisa tidur karena masih bergelut dengan abstrak hehe.

  11. Untuk para guru yang telah merelakan waktu dan hatinya membagi banyak cerita sehingga tulisan ini bisa selesai…salut buat kalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12. Kepada Cokomarikocurcur, itheng gendut, dan nunik pratiwibago makasih kamu telah datang ke dalam hidupku dan menyembuhkan kerinduanku...Thanks God.

  13. Semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah memberikan dorongan serta bantuan baik material maupun spiritual selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak.

  Yogyakarta, 11 September 2011 Penulis,

  Dini Lukasmini

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………….. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………... iii HALAMAN MOTTO…………………………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………… vi ABSTRAK……………………………………………………………. vii ABSTRACT…………………………………………………………… viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……… ix KATA PENGANTAR…………………………………………………. x DAFTAR ISI…………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL……………………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xiii

  BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………

  1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah………………………………………………..

  10 C. Tujuan Penelitian………………………………………………...

  10 D. Manfaat Penelitian……………………………………………….

  10 1. Manfaat Teoritis…………………………………………….

  10 2. Manfaat Praktis……………………………………………..

  10 BAB II. TINJAUAN TEORITS………………………………………...

  11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  33 C. Responden Penelitian……………………………………….

  E. Pembahasan………………………………………………….. 68

  40 D. Ringkasan Hasil Analisis Data Penelitian…………………… 60

  39 C. Hasil Analisis Data Penelitian……………………………….

  38 B. Pelaksanaan Penelitian………………………………………

  38 A. Proses Penelitian…………………………………………….

  37 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………..

  36 F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data……………………….

  34 E. Analisis Data………………………………………………..

  34 D. Metode Pengumpulan Data…………………………………

  A. Sikap…………………………………………………………….

  11 A. 1 Definisi Sikap………………………………………………

  33 A. Jenis Penelitian……………………………………………..

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………

  29 D. Sikap Guru Dewasa Madya terhadap Lesbian……………………… 30

  21 B. 3 . Penyebab Lesbian…………………………………………. . 24 C. Guru pada Tahap Perkembangan Dewasa Madya……………....

  18 B. 2 . Lesbian……………………………………………………..

  18 B. 1 . Pengertian Homoseksual…………………………………..

  13 B. Homoseksual……………………………………………………

  12 A. 3 Pembentukan Sikap………………………………………...

  11 A. 2 Komponen Sikap…………………………………………...

  33 B. Batasan Istilah……………………………………………… BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 80 A. Kesimpulan………………………………………………………… 80 B. Saran………………………………………………………………. 81 C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………… 82 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 83 LAMPIRAN ........................................................................................

  87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Pedoman Wawancara…………………………………………… 35 Tabel 2. Tabel Pelaksanaan Penelitian…………………………………… 39 Tabel 3. Demografi Responden…………………………………………… 40 Tabel 4. Data Sintesis Sikap……………………………………………... 63 Tabel 5. Pemahaman tentang Lesbian…………………………………… 41 Tabel 6. Sumber Informasi Lesbian……………………………………… 43 Tabel 7. Pandangan Agama terhadap Lesbian……………………………. 45 Tabel 8. Faktor Penyebab Lesbian menurut Responden…………………. 46 Tabel 9. Kemungkinan Lesbian dapat Menjadi Heteroseksual Kembali…. 48 Tabel 10. Perasaan Responden terhadap Lesbian…………………………. 50 Tabel 11. Perilaku yang Dilakukan Responden jika Dia Lesbian………… 52 Tabel 12. Perilaku yang Dilakukan Responden jika Anaknya Lesbian…. 53 Tabel 13. Perilaku yang Dilakukan Responden jika Muridnya Lesbian…. 55 Tabel 14. Perilaku yang Dilakukan Responden jika Temannya Lesbian…. 57 Tabel 15. Sikap Responden Terhadap Lesbian………………………….

  58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Aspek Kognitif………………………………………………… 87 Lampiran 2. Aspek Afektif………………………………………………….. 92 Lampiran 3. Aspek Konatif………………………………………………….. 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap terhadap homoseksualitas sangat bervariasi dari satu budaya

  ke budaya lain dan dari waktu ke waktu. Studi yang dilakukan Ford & Beach pada masyarakat dari berbagai etnis menunjukkan beragam sikap mulai dari ketidaksetujuan hingga toleransi dan penerimaan (Nevid, Rathus & Greene, 2003). Misalnya dalam masyarakat Amerika Serikat, pada awalnya homoseksual dianggap sebagai suatu bentuk penyakit mental, namun setelah

  American Psychiatric Association (APA) menghilangkan homoseksual dari

  daftar gangguan mental, homoseksual yang mencakup gay, lesbian dan biseksual tidak lagi dianggap sebagai gangguan mental meskipun gay dan lesbian terus menjadi target permusuhan, ketakutan dan prasangka yang ekstrem. Pada tahun 1973, American Psychiatric Association mengakui bahwa homoseksualitas bukan sebuah bentuk penyakit mental dan menghapus klasifikasi gangguan mental homoseksualitas, kecuali dalam kasus dimana individu tersebut menganggap orientasi seksualnya adalah abnormal (Santrock, 2002).

  Namun demikian, tampaknya masyarakat tetap menganggap homoseksual, termasuk lesbian sebagai penyakit mental. Seperti yang diungkap oleh Ken Plummer (1992) dalam bukunya Modern Homosexualities yang menyatakan bahwa tulisan-tulisan tentang gay dan lesbian pada tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sebelum 1970-an menyebabkan kaum gay dan lesbian dimasukkan dalam kategori orang-orang yang sinting dan kesepian di dunia ini (“Studi Gay”, 2000). Akan tetapi, lesbian, gay dan biseksual tidak terbukti lebih terganggu secara psikologis dibandingkan kelompok heteroseksual. (Coleman dan Reiss, dalam Nevid, Rathus & Greene, 2003). Keberadaan homoseksual perempuan atau lesbian di masyarakat menjadi sesuatu hal yang idealnya disadari dengan penuh toleransi (Manji, 2008). Terlepas diterima atau tidak diterimanya kehadiran lesbian, masyarakat seharusnya menyadari dan memahami bahwa terdapat sekelompok orang yang memiliki orientasi seksual yang berbeda. Namun sayangnya lesbian masih dipandang masyarakat awam sebagai sesuatu yang negatif.

  Di Indonesia, lesbian termasuk sebagai tindakan pornoaksi, seperti yang tertuang dalam Undang – Undang Pornografi pasal 4 ayat 1(2008).

  Selain itu, Perda Sumatra Selatan tahun 2004 pasal 8 ayat 1 mengkategorikan lesbian sebagai perilaku pelacuran. Hal ini menandakan bahwa Negara belum memahami konsep orientasi seksual, sehingga lesbian masih dianggap sebagai penyimpangan seksual. Undang – Undang Pornografi dan Perda tersebut juga membuktikan bahwa lesbian diperlakukan secara diskriminatif oleh Negara. Amoral, asusila, pembawa aib dan penyakit masyarakat merupakan sebagian kecil dari stigma sosial yang diberikan terhadap lesbian (Krisna, 2006). Stigma yang melekat kuat pada lesbian menjelma menjadi perilaku diskriminatif terhadap lesbian. Stigma masyarakat dan agama masih menganggap bahwa lesbian adalah perbuatan asusila, abnormal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menentang kodrat Tuhan karena melakukan hubungan seksual yang tidak menghasilkan keturunan. Banyak rubrik konsultasi psikologi di beberapa majalah dan koran yang menyudutkan lesbian. Beberapa pemberitaan di media massa, lebih menyarankan seorang lesbian untuk bisa kembali menjadi heteroseksual. Salah satu caranya dengan lebih banyak bergaul dengan lawan jenis dan mengurangi pergaulan dengan teman-teman homoseksual yang dianggap dapat menularkan sifat-sifat homoseks (Kamilia, 2008). Sebagian masyarakat merasa khawatir melihat perilaku kaum lesbian yang semakin berani menunjukkan eksistensinya, bahkan dianggap sebagai gaya hidup yang sedang trendi (Karisa, 2004). Kekhawatiran ini menimbulkan ketakutan yang tidak rasional terhadap lesbian. Masyarakat kemudian merasa berhak untuk memiliki prasangka terhadap lesbian yang terwujud dalam bentuk kekerasan personal atau permusuhan hingga vandalism, pelecehan, dan serangan fisik (Freiberg dan Katz, dalam Nevid, Rathus & Greene, 2003).

  Kekerasan dan diskriminasi yang diterima oleh lesbian seperti penyerangan seksual, kekerasan fisik, verbal maupun non verbal dan perampokan mempengaruhi hubungan lesbian dengan masyarakat. Banyak lesbian yang memilih untuk menjauhi masyarakat atau bersikap seolah-olah dirinya heteroseksual guna menghindari perlakukan buruk masyarakat. Lesbian lebih banyak bersikap tertutup karena menganggap masyarakat hanya melihat sisi negatif dari lesbian saja. Penelitian yang dilakukan Herek (1999) menunjukkan bahwa kekerasan tersebut menyebabkan timbulnya perasaan mudah cemas, marah, depresi, merasa lebih mudah diserang, kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  percaya pada orang-orang yang berbuat baik, dan mempunyai perasaan rendah terhadap penguasaan.

  Ketakutan masyarakat ini muncul karena adanya anggapan bahwa lesbian berharap untuk menjadi anggota dari gender lainnya yaitu menjadi laki-laki, dan anggapan bahwa lesbian tidak bisa menjadi orang tua yang baik karena anak-anak mereka akan menjadi lesbian seperti orang tuanya.

  Penilaian masyarakat terhadap kaum lesbian cenderung terfokus pada interaksi atau hubungan seksual saja, serta menganggap lesbian bertanggung jawab terhadap epidemi AIDS (Jenny, Roesler, Poyer dan Peplau, dalam Nevid, Rathus & Greene, 2003).

  Selain itu, masyarakat umum masih menyamakan lesbian dengan gangguan identitas gender, padahal kedua hal ini berbeda. Kaum lesbian memiliki identitas gender yang konsisten dengan anatomi seks mereka, dimana lesbian memiliki minat erotis atau tertarik secara seksual pada anggota gender mereka sendiri. Hal ini berarti kaum lesbian masih merasa dirinya sebagai wanita, dan tidak ingin menjadi anggota jenis kelamin yang lain serta tidak merasa jijik pada alat genital mereka, seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang dengan gangguan identitas gender (Nevid , Rathus & Greene, 2003). Davison (1991) dan Haldeman (1994) menambahkan bahwa ketakutan terhadap kemungkinan akan kehilangan keluarga, teman, karir, dan komunitas keagamaan disertai adanya diskriminasi, kekerasan seksual serta stigma negatif dari masyarakat membuat lesbian tidak nyaman dengan orientasi seksualnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gender seringkali disamaartikan dengan seks atau jenis kelamin.

  Gender mengacu pada dimensi sosial sebagai laki-laki atau perempuan. Fakih (1996) menjelaskan konsep gender yang lebih mengacu pada suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun kultural. Kontruksi gender tersebut adalah pria dan wanita dianggap memiliki atribut kepribadian yang berlawanan. Pria bersifat maskulin seperti kuat, rasional, jantan dan perkasa sedangkan perempuan bersifat feminin seperti lemah lembut, emosional, atau keibuan. Sebagai akibatnya perempuan diharuskan memenuhi sifat dari atribut tersebut yaitu feminin. Sedangkan jenis kelamin (seks) merupakan pemberian (given) yakni kita sebagai pria dan wanita (Moses, 1996). Atribut pada konsep gender dapat dipertukarkan sedangkan jenis kelamin (seks) tidak dapat dipertukarkan.

  Kontruksi gender dibentuk, disosialisasikan dan diperkuat melalui ajaran keagamaan maupun negara melalui proses yang panjang. Sosialisasi gender ini dianggap seolah-olah sebagai sifat biologis yang tidak bisa diubah lagi (Fakih, 1996). Konstruksi masyarakat yang berlaku juga mengharuskan seseorang untuk menjadi heteroseksual karena berdasarkan kontruksi tersebut hanya satu orientasi saja yang diakui yaitu heteroseksual (Riza, 2007).

  Identitas gender yaitu rasa sebagai laki-laki atau perempuan diperoleh sebagian besar anak-anak pada usia 3 tahun melalui orang tua.

  Ketika anak-anak beranjak remaja, guru mempunyai peran yang penting dalam perkembangan remaja karena sebagian besar waktu remaja dihabiskan dalam lingkungan sekolah. Salah satu perkembangan remaja adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  perkembangan seksual, yang diperoleh melalui pelajaran biologi, bimbingan dan konseling, pendidikan jasmani dan kesehatan serta pelajaran agama. Pada bagian ini guru mengajarkan kepada peserta didiknya mengenai apa yang dianggap normal dan abnormal dalam masyarakat termasuk perilaku dengan lawan jenis. Selain itu, peran guru juga penting karena peserta didik cenderung lebih dekat dengan gurunya dan lebih mendengarkan perkataan guru daripada orangtuanya. Selain itu, guru menjadi orang tua kedua bagi anak-anak.

  Yogyakarta sebagai kota pelajar, memiliki tenaga pendidik yang tidak sedikit. Menurut Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (DAPODIK) dari 528 SMP/ MTs, masyarakat Yogyakarta yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik sebanyak 6.787 orang (“Dapodik”, 2011). Guru merupakan profesi yang tugasnya berkaitan dengan keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih (Suparwoto, 2004). Mendidik berkaitan dengan pengembangan kepribadian peserta didik, mengajar lebih ditekankan pada bidang intelektual dan kemampuan berfikir, sedangkan melatih berkaitan dengan pengembangan ketrampilan peserta didik. Dengan kata lain guru memberikan layanan pendidikan bagi generasi muda penerus bangsa.

  Dalam proses belajar-mengajar, terjadi proses transfer of learning dimana peserta didik mendapatkan pengetahuan atau kerangka berfikir yang baru. Tidak jarang, guru juga memberikan sikap dan keyakinannya terhadap permasalahan tertentu, seperti sikap dan keyakinan mengenai lesbian. Sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dan keyakinan yang ditularkan oleh guru menjadi penting (Martínez, Montero & Sanchez, dalam Testor et al., 2000), karena sikap dan keyakinan yang ditunjukkan oleh guru ini terkadang diimitasi oleh muridnya. Mengingat sikap guru dapat diimitasi oleh peserta didiknya, maka menjadi penting untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, perasaan dan perilaku guru terhadap lesbian. Melalui pengetahuan guru terhadap lesbian, dapat diketahui apakah guru telah mentransfer informasi yang proposional mengenai lesbian mengingat hal yang berbau seksualitas atau lesbian masih dianggap ditabu. Melalui emosi dan perasaan guru, dapat diketahui bagaimana penilaian mereka terhadap lesbian, apakah guru cenderung membenarkan dan memandangnya sebagai hal yang normal, atau menyalahkan dan menganggap lesbian sebagai bagian dari penyimpangan. Dari emosi dan perasaan guru juga dapat diketahui apakah guru merasa nyaman atau tidak saat memberikan materi tentang seksualitas dan homoseksual. Menurut penelitian yang dilakukan Alldred, David & Smith (2003), mereka yang berusia lebih tua merasa tidak nyaman jika harus membicarakan hal yang berhubungan dengan seks kepada peserta didiknya. Akibatnya para guru lebih memilih untuk menghindar jika ditanya masalah seputar seksualitas termasuk homoseksual meskipun materi tersebut ada dalam mata pelajaran. Ketidaknyamanan guru ini berakibat pada terbatasnya informasi yang diberikan dan transfer pengetahuan yang salah mengenai seksualitas. Hal ini dapat menyebabkan peserta didik mencari informasi dari narasumber dari luar sekolah, baik informasi dari luar guru maupun orang tua seperti televisi, film, atau teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sebaya yang bukan berasal dari media pendidikan. Sedangkan melalui perilaku guru, dapat diketahui bagaimana kecenderungan perilaku guru terhadap seksualitas termasuk homoseksual, apakah cenderung memihak atau tidak menolak.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap guru terhadap lesbian. Guru mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi siswa untuk mengembangkan sikap penerimaan dan penghormatan ataupun penolakan terhadap keanekaragaman orientasi seksual, yang dilakukan melalui proses transfer informasi maupun imitasi sikap guru oleh peserta didiknya, dimana sikap guru ini juga dipengaruhi oleh stigma negatif yang melekat pada lesbian, keengganan memberikan informasi yang berkaitan dengan seksualitas, karena hal – hal yang berkaitan dengan seksualitas masih dianggap tabu. Farr (Testor et al., 2000) menyatakan bahwa guru adalah kelompok profesional yang mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Hal ini berarti bahwa guru mempunyai tanggung jawab untuk memberikan informasi yang proporsional, obyektif dan ilmiah mengenai seksualitas termasuk informasi mengenai lesbian.

  Secara khusus, penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dimana masyarakatnya terdiri dari berbagai macam etnis sehingga pandangan masyarakatnya akan cukup bervariasi. Selain itu, responden penelitian ini adalah guru yang termasuk pada usia tahap perkembangan dewasa madya (40

  • – 60 tahun). Pada usia tahap perkembangan dewasa madya karena guru pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  usia ini diharapkan/diasumsikan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup baik dalam memberikan informasi mengenai seksualitas termasuk lesbian dan mengampu pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan seksualitas, seperti guru biologi, guru pendidikan agama, guru bimbingan dan konseling serta guru pendidikan jasmani dan kesehatan.

  Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena penelitian tentang lesbian masih sangat sedikit di Indonesia. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih terfokus pada kondisi psikis para lesbian, seperti kesepian, motivasi, ataupun relasi dengan orang lain, dan jarang ada yang meneliti tentang sikap guru dimana guru mempunyai peran penting dalam pembentukan persepsi/ sikap masyarakat umum terhadap lesbian. Penelitian yang dilakukan Testor dan kawan-kawan (2010) mengatakan bahwa guru merasa sangat sensitif terhadap isu keanekaragaman dalam arti lebih luas (etnis, budaya, seksual, dll) namun dalam penelitannya 88% guru tidak menunjukkan sikap berprasangka terhadap gay dan lesbian. Hal ini dikarenakan adanya pengalaman kedekatan dengan pria gay atau lesbian sehingga mengurangi kesenjangan antara nilai-nilai pribadi dan perilaku serta prasangka homophobic. Mengingat pentingnya mempelajari tingkat prasangka terhadap gay dan lesbian dalam sekelompok orang dengan bertanggung jawab terhadap pendidikan maka penelitian ini menarik untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan guru menjadi sentral dari pembentukan sikap masyarakat terhadap lesbian. Selain itu, posisi kaum lesbian tidaklah menguntungkan karena masyarakat pada umumnya hanya mengakui hubungan heteroseksual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  saja. Terlepas diterima atau tidak diterimanya kehadiran lesbian, masyarakat seharusnya menyadari dan memahami bahwa terdapat sekelompok orang yang memiliki orientasi seksual yang berbeda. Peneliti berharap adanya perubahan sosial dalam masyarakat yaitu masyarakat dapat menerima perbedaan orientasi seksual.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimanakah gambaran sikap guru terhadap lesbian?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui gambaran sikap pada guru terhadap lesbian.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Memberikan suatu wacana tambahan bagi dunia Psikologis, khususnya Psikologi Sosial dan Psikologi Pendidikan mengenai tema lesbian dan kegunaannya dalam melihat permasalahan psikologis di sekitarnya.

  2. Manfaat Praktis

  Memberikan wawasan serta wacana baru bagi para guru atau institusi terkait, agar memberikan pendidikan seks yang proporsional terhadap para pengajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bagian ini akan dideskripsikan tinjauan teoritis yang berhubungan

  dengan topik penelitian. Secara garis besar pada bab ini akan diuraikan: sikap yang terdiri dari definisi, komponen dan faktor pembentuk sikap, homoseksual yang terdiri dari lesbian dan faktor penyebab lesbian, guru usia madya dan gambaran sikap guru terhadap lesbian. Bagian ini akan membantu peneliti memberikan dasar teoritis dalam memahami apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang akan dilakukan oleh responden, dalam hal ini guru usia madya terhadap keberadaan lesbian.

A. Sikap A.1. Definisi Sikap

  Berkowitz (Azwar, 1995) mengatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluatif atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Menurut skema triadic (triadic schema), Secord & Backman (Azwar, 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Baron dan Byrne (2003) sikap adalah evaluasi terhadap aspek-aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dunia sosial. Seringkali sikap kita ambivalensi-mengevaluasi objek sikap baik secara positif maupun negatif.

  A.2. Komponen sikap menurut Sears (1988) adalah :

  a. Komponen kognitif yaitu terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai obyek sikap tertentu-fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang obyek. Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari aspek kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Menusia mengamati suatu objek psikologik dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Objek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar dan sosialisasi memberikan bantuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologik tersebut. Melalui aspek kognisi ini akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat berdasarkan nilai keyakinan (belief) terhadap objek tersebut.

  b. Komponen afektif yaitu terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek, terutama penilaian.

  c. Komponen perilaku/ konatif yaitu terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menggunakan pendapat Secord & Backman yaitu skema triadic (triadic schema). Menurut skema triadic sikap merupakan keteraturan antara kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek atau aspek di lingkungannya. Dalam konteks penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana pengetahuan (kognitif), perasaan dan emosi (afektif), serta kesiapan untuk bertindak (konatif) pada guru usia madya dalam memandang keberadaan lesbian.

  A.3. Pembentukan Sikap

  Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

  Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (Azwar, 1995) adalah : a. Pengalaman pribadi

  Apa yang dialami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai tanggapan dan pengha yat an, ses eorang harus mempun yai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif akan tergantung pada berbagai faktor lain. Akan tetapi, Middlebrook (Azwar, 1995), mengatakan bahwa tak adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

  Pembentukan kesan atau ungkapan terhadap objek meruapakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri objek yang dimiliki oleh stimulus.

  Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

  b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar individu merupakan salah-satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat individu, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi individu, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang statusnya tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain- lain.

  Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap konformitas atau searah dengan sikap orang yang dianggap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  c. Pengaruh Budaya Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayan pula lah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya, dan hanya kepribadian individu yang kuat saja lah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

  d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

  e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya-ajarannya.

  Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

  f. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang

Dokumen yang terkait

Hubungan antara kompetensi profesional guru dengan ptrestasi belajar siswa : studi korelasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Legok-Tangerang

0 13 80

Keterampilan prosessains pada guru IPA Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten.

0 2 106

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman.

0 0 193

Sikap guru SMA terhadap program sertifikasi guru : studi kasus pada guru ekonomi dan akuntansi SMA di Kota Yogyakarta.

0 0 156

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta

0 1 318

Sikap guru terhadap program sertifikasi dalam peningkatan kinerja guru : studi kasus guru-guru sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 111

Pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Sikap masyarakat Yogyakarta terhadap kaum metroseksual : studi deskriptif - USD Repository

0 0 107

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 191

Perbedaan kompetensi guru sebelum dan sesudah mengikuti program sertifikasi : studi kasus guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri dan swasta di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 197