ANALISIS FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN DI UD. ANGGUN RAYA WARU - SIDOARJO.

(1)

ANALISIS FLEKSIBILITAS

SUPPLY CHAIN

DI UD. ANGGUN RAYA

WARU - SIDOARJO

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

RIZALDHI AKHBAR

0732010122

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR. WB.

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah di berikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN DI UD. ANGGUN RAYA WARU- SIDOARJO”. Tak ada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-NYA.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Azis dan Ibu Yuni selaku pembimbing di lapangan dan selaku pemilik perusahaan UD. Anggun Raya. Juga Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staff di UD. Anggun Raya yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.


(3)

5. Bapak Dr.Ir. Minto W, MM. Selaku Dosen Pembimbing I saya, terima kasih telah membimbing saya dengan sabar dan Banyak sekali membantu dalam segala hal yang membuat penulis menjadi pribadi yang lebih baik.

6. Ibu Ir. Erlina P, MT. selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing, mengarahkan dan memberi masukan-masukan yang positif . 7. Ibu Enny A, ST.MT dan Ibu Ir. Iriani , MMT selaku dosen penguji seminar 1. 8. Bapak Ir. Didi S. dan Bapak Dr.Ir. Minto W. selaku dosen penguji seminar 2. 9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan TI. 10.Anak – anak kelas paralel C,terutama geng jilbab (ana,shinta,pu3,vina,ratih)

juga bintang kelas Devis Z* *dan Adit Star**, Mahmud & Dwi(1 lab Selama 2 tahun), Rizky* cuplis(teman yang membantu aq tanpa pamrih selama lab), temen Ass Dos Bapak Tri Susilo( cuplis, mac, gojir*,& mbabud), Arief (funny boy), para praktikan q , Danang (Lost boy), Made, Maretha, Dina,Ucrit, Febrianto P.** (penyemangat and best friend) dan semua yang anak C yang belom tertulis,,, you are the best.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan UD. Anggun Raya pada khususnya.

Wassalamualaikum WR. WB.

Surabaya, Mei 2011


(4)

THANK*S TO

1. Kepada Allah SWT. Yang telah merestui semua kejadian yang terjadi dalam pembuatan laporan ini baik yang di sengaja maupun tidak disengaja. Kedua Orang tua yang selalu setia mendengar keluh kesah anaknya ini

MAMA & PAPA PU3,ONENG,ESTER,SHINJA,& MADE Febri and Febrina 2. Temen satu pemotretan ( Mantan model kutu air)xixixixix

3.

MAHMUD GALEH DEVIS** & ADIT** Brenkkkkk …………tentunya,,,

4. RATIH VINA PIKHU& Me, pu2

5. Gojir , yg ftox f**cker, Yadi &couple,


(5)

ABSTRACT

Currently, the concept of Supply Chain has been widely discussed by experts managerial enterprise, it starts with an awareness that the Supply Chain (supply chain) is a very important part for the company. To be able to compete with its competitors, the company should have an advantage and always keeping customer satisfaction, supply chain itself is supported by internal factors and external factors. Internal factors which involve a series of Supplier Systems, Product Design, Production Systems, and Delivery System. External factors which include suppliers and distributors or retailers who represents corporate clients should also be considered by the company in order to achieve 2 things above.

UD.Anggun Raya is one of the production company that produces products in Sidoarjo chairs. UD business field. Anggun Raya is a chair maker in accordance with the type of booking, ranging from orders (bookings from customers), inputs (raw materials), the process of transformation (or production) into outputs (finished goods). With this, the assessment of supply chain flexibility necessary for companies to know the level of supply chain flexibility. Because the measurement is only applied to the production of performance indicators such as engine efficiency and total efficiency, while for the assessment of flexibility in a company that includes four dimensions of system suppliers, product design, production systems, and delivery system is still not there so not to inform the overall supply chain flexibility.

With the problem then do research on supply chain flexibility, namely the ability of the company deal with fluctuations that occur, which in itself relates to machine flexibility, process flow of raw material, type, worker, and all are incorporated into the manufacturing system and production system. Flexibility includes the four dimensions of Supplier Systems, Product Design, Production Systems, and Delivery System. With the hope of supply chain flexibility can be seen at UD. Anggun Raya and what priority to the improvement parameter in UD.Anggun Raya.

Based on research results obtained at UD. Anggun Raya showed that the level of supply chain flexibility in flesksibel company as a whole (both) where all the main dimensions to reach a percentage above 80%, respectively from the smallest to the largest percentage Product design 81,67%, 92.92%, Supplier System 87,89, Systems Production of 89,37%,and 92,41% Delivery System.

Keywords: Flexibility in the supply chain, systems suppliers, product design, production systems, delivery systems, efficiency, degree, subjective, functional


(6)

ABSTRAKSI

UD.Anggun Raya merupakan salah satu perusahaan produksi yang menghasilkan produk kursi yang berada di Sidoarjo. Bidang usaha yang dilakukan UD.Anggun Raya adalah pembuat kursi sesuai dengan jenis pemesanan, mulai dari order (pemesanan dari pelanggan), input (bahan baku), proses transformasi (atau proses produksi) menjadi output (barang jadi). Dengan ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui tingkat fleksibilitas supply chain. Karena pengukuran hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total, sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di perusahaan yang mencakup empat dimensi yaitu supplier system, product design, production system, dan delivery system masih belum ada sehingga belum dapat menginformasikan fleksibilitas supply chain secara menyeluruh.

Saat ini konsep tentang Supply Chain telah banyak dibicarakan oleh pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier Sistem, Product Design, Production System, dan Delivery Sistem.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian tentang fleksibilitas

supply chain, yaitukemampuan perusahaan dalam menghadapi fluktuasi-fluktuasi

yang terjadi, dimana fleksibilitas sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi. Fleksibelitas mencakup empat dimensi yaitu

Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery System.

Dengan harapan dapat diketahui fleksibilitas supply chain yang ada di UD. Anggun Raya dan parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di UD. Anggun Raya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di UD. Anggun Raya menunjukkan bahwa tingkat fleksibilitas supply chain yang ada di perusahaan secara keseluruhan flesksibel (baik) dimana seluruh dimensi utama mencapai prosentase di atas 80%, secara berurutan prosentase dari yang terkecil hingga yang terbesar yaitu Product Design 81,67%, Supplier System 87,89%, Production System 89,37%, dan Delivery System 92,41%.

Kata kunci : Fleksibilitas supply chain, supplier system, product design, production system, delivery system, efisiensi, level, subyektif, fungsional


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Semakin tingginya persaingan di era globalisasi saat ini dan semakin mudahnya memperoleh informasi maka tingkat persaingan usaha akan semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut tidak hanya sekedar mempertahankan kinerja yang sudah diraih tapi juga harus meningkatkan service level yang sudah ada dalam memenuhi permintaan konsumen dan memenangkan persaingan.

UD. Anggun Raya merupakan suatu perusahaan yang memproduksi furniture berupa kursi dengan bahan baku utama rotan. Pada mulanya perusahaan ini berdiri dengan inisiatif pemiliknya pada tahun 1994 dan dengan seiring berjalannya waktu perusaahaan ini berkembang menjadi seperti sekarang ini, tetapi tetap dengan nama perusahaan yang lama yaitu UD.Anggun Raya. Pada saat ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui level fleksibilitas supply chain. Selama ini UD. Anggun Raya (management) menganggap dengan tingginya fluktuasi permintaan dari konsumen membuat fleksibilitas antar departemen kurang fleksibel. Sehingga dibutuhkan fleksibilitas supply chain dalam menghadapi persaingan. Untuk itu perlu mengukur fleksibilitas supply chain. Selama ini kondisi yang ada di UD. Anggun raya adalah belum melakukan penilaian fleksibilitas supply chain, hanya melakukan penilaian secara subyektif dan fungsional dari pemimpin perusahaan. Semakin tinggi tingkat permintaan yang tidak tetap dan adanya perubahan permintaan yang cukup fluktuatif dari konsumen ditambah dengan banyaknya


(8)

bahan baku yang diperlukan juga sangat dibutuhkan fleksibilitas perusahaan yang sangat tinggi, untuk mencapainya suatu perusahaan memerlukan dukungan dari seluruh komponen dalam supply chain yaitu fleksibilitas dari supplier, distributor dan retailer

Fleksibilitas perusahaan menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam menghadapi persaingan, karena dengan fleksibilitas diharapkan customer

satisfaction dapat tercapai. Namun saat ini masih banyak perusahaan yang hanya

menilai level fleksibilitas dalam konteks sistem produksi sehingga perlu adanya penilaian fleksibilitas dalam konteks supply chain. Dalam konteks supply chain, tidak hanya memperhatikan faktor internal tetapi juga faktor eksternal mulai dari supplier sampai retailer. Untuk mencapai fleksibilitas yang tinggi, keseluruhan

channel harus saling mendukung. Pengukuran fleksibilitas supply chain ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu supply chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapinya.

Dengan adanya penilaian fleksibilitas dalam konteks supply chain

diharapkan perusahaan dapat melakukan perbaikan-perbaikan tingkat fleksibilitas mulai dari Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery System. Sehingga dapat diketahui fleksibilitas supply chain yang ada di UD. Anggun Raya dan parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di UD. Anggun Raya .


(9)

1.2.Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah yang dimunculkan pada penelitian ini adalah : “Seberapa besar tingkat fleksibilitas supply chain di UD. Anggun Raya dan parameter – parameter apa saja yang di prioritaskan untuk diperbaiki ?”

1.3.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada empat dimensi yaitu Supplier System, Product

Design, Production System, dan Delivery System tidak sampai pada

konsumen.

2. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staf departemen yang mengerti tentang Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery System sebagai objek penelitian ini.

1.4.Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan tersedia setiap saat dari supplier dengan kualitas yang dikehendaki oleh perusahaan.

2. Parameter-parameter fleksibilitas supply chain yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.


(10)

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengukur tingkat fleksibilitas supply chain.

2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang diprioritaskan untuk diperbaiki dan usulan perbaikan.

1.6.Manfaat Penelitian

Dari latar belakang yang telah dibahas diatas, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh manfaat yaitu :

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan mampu mengetahui fleksibilitas supply chain yang lebih terintegrasi, mampu mengetahui nilai pencapaian kinerja supply chain untuk setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka sistem pengukuran supply chain perusahaan.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang pengukuran fleksibilitas supply chain dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai supply chain.

3. Bagi Universitas

Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan, yang mungkin dapat berguna bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri pada khususnya. Terutama memberikan informasi mengenai fleksibilitas supply chain.


(11)

1.7.Sistematika Penulisan

Didalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yaitu kondisi yang menyebabkan penelitian dilakukan, pokok permasalahan, tujuan penelitian yaitu hasil akhir yang dicapai, batasan masalah yaitu agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, serta sistematika penulisan yang mendeskripsikan isi laporan penelitian ini secara keseluruhan dan singkat.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang mendasari dan mendukung pokok bahasan yang diperlukan penelitian ini yang berhubungan dengan fleksibilitas supply chain dan pendekatan AHP. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan referensi di dalam menyelesaikan permasalahan yang ada baik dalam pengolahan data maupun dalam menginterprestasikan hasil dari pengolahan data.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian masalah dalam tugas akhir ini. Dengan adanya urutan-urutan langkah ini diharapkan tercapainya tujuan dari penelitian ini.


(12)

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dan pengolahan terhadap data-data tersebut untuk mencapai tujuan dari penelitian ini.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan hasil pengolahan data akan didapatkan penyelesaian permasalahan sehingga dapat memberikan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini dan sekaligus saran yang membangun untuk perusahaan yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Supply Chain

Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.

Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan, dan pemecahannya di titikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang.

Oleh karena itu, Supply Chain manajemen dapat didefinisikan sebagai berikut : Supply Chain Manajemen adalah sebuah rangkaian dari pendekatan untuk mengefisiensi integrasi supplier, manufaktur, gudang dan pasar. Jadi semua diproduksi dan didistribusikan pada jumlah dan waktu yang tepat agar meminimalkan biaya dan kebutuhan kepuasan pelayanan (David Sinchi Levi, 2000).

Melihat dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Supply Chain adalah Logistics Network. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang


(14)

merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :

1. Suppliers; 2. Manufacturer; 3. Ditribution; 4. Retail Outlets; 5. Customers.

Adapun definisi dari supply chain itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :

1. Schroeder

Supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen.”

2. Beamon

Supply chain adalah proses manufaktur yang terintegrasi mulai dari bahan baku yang diproses menjadi produk jadi kemudian didistribusikan ke konsumen.”

3. Indrajit dan Djokopranoto

“Supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang tersebut.’


(15)

4. Dewan Supply Chain Management Professionals

"Supply Chain Management meliputi perencanaan dan pengelolaan semua aktivitas yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan pengelolaan logistik.”

5. Schroeder

“Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan konsumen sekarang dan di masa depan.”

6. Simchi-Levi et al

SCM adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.”

Dalam penelitian terdahulu (Setiawan, Dwi, 2005 jurusan teknik industri, UPN Jatim) juga disebutkan bahwa Supply Chain merupakan mata rantai perusahaan dalam menerapkan konsep pengadaan barang yaitu mulai suplier hingga retailer. Selain itu untuk menentukan tingkat kebutuhan dan kemampuan perusahaan, diperlukan suatu metode yang memuat kinerja perusahaan dalam menerapkan Supply Chain itu sendiri yaitu menggunakan kuisioner.

Area cakupan Supply Chain apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi Supply Chain adalah :


(16)

1. Kegiatan merancang produk baru (product development) 2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)

3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control) 4. Kegiatan melakukan produksi (production)

5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi (distribution)

Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa Inggrisnya bisa disebut purchasing, procurement, atau supply function), bagian produksi, bagian perencanaan produksi (sering dinamakan bagian production planning and inventory control, PPIC), dan bagian-bagian pengiriman atau distribusi barang jadi. Tabel 2.1 menguraikan lebih lanjut beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masing-masing bagian

Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain

Bagian Cakupan Kegiatan

Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier, dalam perancangan produk baru

Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier.

Perencanaan dan Pengendalian

Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan

Operasi atau Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kuaitas

Pengiriman atau Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber : “ Supply Chain Management", Pujawan,I Nyoman (2005), Penerbit Guna Widya,


(17)

2.2. Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat dipertimbangkan sebagai sebuah faktor yang menentukan dari persaingan dalam peningkatan pesaing di pasar. Fleksibilitas sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi. Fleksibilitas disini akan dijelaskan tentang sistem fleksibilitas menufaktur dan sistem fleksibilitas Supply Chain.

2.3. Sistem Fleksibilitas Manufaktur

Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan permintaan yang datang ( Groover 2000 ), Sedangkan menurut Zhang ( 2003 ) Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi, sedangkan fleksibilitas manufaktur di definisikan sebagai kemampuan dari organisasi untuk memanage sumber daya produksi dan ketidakpastian yang ada untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas manufaktur sering kali diidentikkan dengan sistem fleksibel mesin (fleksible machine system ).

Menurut Groover (2000) sebuah sistem manufaktur baru dapat dikatakan Fleksibel jika :


(18)

1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda berdasarkan sistem.

2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi. 3. Mampu dengan cepat mengubah set up.

Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannyalah yang memungkinkan untuk difleksibilitaskan.

Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur otomatis.

1. Part Variety Test

Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat memproses part dengan style yang berbeda-beda yang tidak berada pada sekumpulan model.

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Machine Fleksibility, Production Fleksibility

2. Schedule Change Test

Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur siap menerima perubahan pada jadwal produksi dan merubah kuantitas benda atau produksi.


(19)

Tipe Fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Mix Fleksibilitas, Volume Fleksibilitas, Expansion.

3. Error Recovery Test.

Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur mampu merecover peralatan-peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan membreak down nya, sehingga produksi secara umum tidak terganggu.

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Routing Fleksibilitas 4. New Part Test

Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat mengidentifikasikan produk yang mempunyai desain yang baru yang belum ada sebelumnya kedalam produk yang telah ada dilantai produksi dengan baik, tipe fleksibilitas yang telah ada di lantai dengan baik, Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Product Fleksibility.

Terhadap beberapa tipe fleksibilitas manufacturing, suarez et al (1996) dan Beamon (1999) membagi menjadi Aframe work yaitu : Mix Fleksibilitas, di bawah ini akan disebutkan beberapa tipe fleksibilitas, dan definisi dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(20)

2.4 Tipe Fleksibilitas Manufakturing

Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Manufakturing

Tipe Fleksibilitas Definisi

Fleksibilitas Manufakturing

Kemampuan organisasi untuk mengatur sumber produksi dan ketidakpastian untuk memenuhi pesanan pelanggan Fleksibilitas Mesin Kemampuan untuk melakukan operasi yang berbeda

secara ekonomis dan efektif Fleksibilitas Tenaga

Kerja

Kemampuan untuk melakukan tugas dengan ekonomis dan efektif

Fleksibilitas Penanganan Material

Kemampuan untuk mengatur berbagai pengolahan material secara ekonomis dan efektif

Fleksibilitas Routing Kemampuan untuk memproses berbagai tipe rute dengan ekonomis dan efektif

Fleksibilitas Volume

Kemampuan untuk mengakomodasikan produksi part yang tinggi dan merendahkan kuantitas total pada

produksi, memberikan invers tatap pada sistem. leksibilitas Campuran

Kemampuan untuk mengubah campuran produk dimana pada saat yang sama sehingga menangani kualitas produk

secara keseluruhan, sehingga produk part yang sama hanya berbeda pada proporsinya saja.

Sumber : “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility", Pujawan,I Nyoman (2002), Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok

Gambar 2.1 Kategori fleksibilitas sel dan sistem

(Groover, P. Mikell (2001), Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Prentice Hall International, Inc.)

Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas manufaktur dangan customer satisfaction.

Keterangan :

H0 : Hipotesis H0 , Fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak positif secara signifikan terhadap volume fleksibility.

Fleksibilitas Manufakturing Competence

Machine Fleksibility Labor Fleksibility

Material Handling Fleksibility Routing Fleksibility Fleksibilitas Manufakturing Capability Volume Fleksibility Mix Fleksibility Costumer satisfaction H0 H1 H0 H1


(21)

H1 : Hipotesis H1 fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak positif secara signifikan terhadap mix fleksibility.

H0 : Hipotesis H0, Volume fleksibility mempunyai dampak positif terhadap

costumer satisfaction.

H1 : Hipotesis H1 mix fleksibility mempunyai dampak positif tehadap costumer

satisfaction.

Keuntungan dari fleksibilitas manufaktur (Groover 2000) :

a. Menambah Utilisasi mesin

b. Berkurangnya mesin yang membutuhkan perbaikan. c. Mengurangi kebutuhan Factory floor space.

d. Lebih mudah untuk melakukan perubahan, e. Mengurangi kebutuhan inventory

f. Mengurangi lead time manufacturing.

g. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja langsung dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

h. Kesempatan untuk melakukan Unattended production.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa fleksibilitas tidak hanya tersusun dari single variable, namun merupakan suatu multi-dimensi banyak teori yang menyatakan dimensi-dimensi (type) apa saja yang menyusun fleksibilitas manufaktur seperti dikutip oleh Duclos, yaitu teori Browne Dubois, et al (1984) membagi fleksibilitas manufaktur menjadi 8 dimensi, Sethi dan Sethi (1990) 11 dimensi, Vokurka dan O’leary-kelly (2000) 15 dimensi, dan masih banyak lagi. Menurut Tsourveloudis dan Phillpis (2000), terdapat 9 dimensi atau type, yaitu :


(22)

1. Fleksibilitas Mesin

Merupakan kemampuan membuat perubahan diantara operasi-operasi yang memproduksi beberapa produk diukur dari jumlah operasi dan waktu yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu operasi ke operasi yang lain.

Parameter yang digunakan :

a. Setup atau chargeover time

Yaitu berhubungan dengan variasi persiapan seperti peralatan, positioning part dan release, perubahan software dan lain-lain.

b. Versatility

Yaitu variasi operasi yng mampu dilakukan untuk mesin c. Adjustability

Yaitu berhubungan dengan ukuran ruang kerja dan dimensi yang dapat ditangani mesin.

2. Fleksibilitas Routing

Merupakan kemampuan sistem untuk memproduksi part dengan menggunakan beberapa alternatif rute dan dibagi menjadi beberapa rute professional, dan mesin cadangan untuk mengatasi terjadinya breakdown. Parameter yang digunakan :

a. OperationCommonality

Merupakan jumlah operasi yang mampu dilakukan oleh sekelompok mesin secara bersamaan untuk memproduksi satu set part.

b. Substitutability

Merupakan kemampuan sistem untuk mengatur kembali rute dan schedule secara efektif pada saat terjadi kegagalan.


(23)

3. Fleksibilitas Material Handling System

Merupakan kemampuan sistem transportasi untuk memindah beberapa jenis part dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien.

Parameter yang digunakan : a. Faktor Rerouting

Kemampuan material handling yang mengubah jalur perpindahan secara otomatis atau hanya dengan sedikit setup delay dan biaya.

b. Variasi Lead

Batasan yang dimiliki oleh MHS mulai dari volume dimensi dan berat untuk dapat memindahkan bawaannya yang ada, seperti work places, tools, jugs, fixlures dan lain-lain

c. Kecepatan Transfer

Fleksibilitas dari transportasi 4. Fleksibilitas Produk

Merupakan kemampuan dalam mengubah part ini dalam rangka produksi baru secara kwantitatif dapat diukur melalui waktu dan cost yang diperlukan untuk setiap perubahan yang terjadi.

Parameter yang digunakan :

a. Variasi Part

Jumlah produk baru pada sistem manufaktur yang mampu diproduksi tanpa adanya tambahan investor namun cukup dengan menggunakan mesin yang telah ada saat ini.


(24)

b. ChargeoverPart

Menggambarkan kemampuan untuk menampung variasi yang menjadi tuntutan pasar.

c. PartCommonality

Namun merupakan jumlah part yang sama, diassembly untuk menghasilkan produk final. Hal ini juga menunjukkan kamampuan untuk membuat produk baru dengan cepat dan ekonomis, dan juga mengindikasikan perbedaan antara dua part.

5. Fleksibilitas Operasi

Merupakan kemudahan mengubah urutan operasi dari proses produksi. Dapat diukur dengan mengatur jumlah urutan proses yang berbeda yang dapat dilakukan.Parameter yang digunakan adalah : Jumlah urutan produksi

6. Fleksibilitas Proses

Merupakan kemampuan sistem manufaktur untuk memproduksi beberapa jenis part tanpa melakukan konfigurasi ulang.

Parameter yang digunakan :

a. SetTipe Part b. SetupCost 7. Fleksibilitas Volume

Merupakan kemampuan sistem untuk mengubah volume produksi dan tetap mampu beroperasi untuk mencapai keuntungan.


(25)

8. Fleksibilitas Ekspansi

Merupakan kemampuan sistem disusun dalam bentuk model-model dan melakukan perluasan.

Parameter yang digunakan : a. Modularity Index

Merepresentasikan kemudahan dalam menambah mesin-mesin pada sistem produksi tanpa melakukan effort dan perubahan yang signifikan.

b. Kemampuan Ekspansi

Kemampuan untuk menambah kapasitas tanpa harus membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.

9. Fleksibilitas Labour

Merupakan kemudahan untuk menempatkan personel pada suatu departemen yang dapat dicapai dengan adanya multi-trained off, sehingga mampu melakukan berbagai macam tugas.

a. TrainningLevel b. JobRotation


(26)

2.5 Fleksibilitas Supply Chain.

Supply Manufacturing Distribution Customer Gambar 2.2 rangkaian Supply Chain

(Sumber : beamon, B. M. (1999) Measuring Supply Chain Performance, International Journal Of Operation and Production Management).

Keterangan : Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga suppliers’suppliers atau sub-suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers’suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.

Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan ranatai kedua, yaitu manufacture. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan


(27)

jadi yang berada di pihak suppliers, manufavturer,dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep suppliers partnering misalnya, penghematan ini dapat diperoleh.

Distribution

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagaian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepad retailers atau pengecer.

Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply


(28)

baru betul-betul berhanti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud.

Rantai penyediaan (Supply Chain) terdiri dari berbagai aspek yang secara langsung maupun tak langsung dapat memenuhi permintaan dari pelanggan, Supply Chain tidak terdiri dari manufaktur dan supplier tetapi juga termasuk di dalamnya transportasi, informasi, warehouse, retailer dan pelanggan itu sendiri.

Fleksibilitas di titik beratkan pada kemampuan mengalokasikan fluktuasi yang terjadi pada komponen-komponen dari Supply Chain yaitu : supplier, distributor dan konsumen.

Pengukuran fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi.

Menurut Beamon (1999) Supply Chain adalah sebuah proses yang terintegrasi dimana didalamnya bahan baku dikenai proses manufaktur untuk dijadikan produk akhir, kemudian dikirimkan kepada konsumen (baik itu melalui distribusi, retail, ataupun keduanya).

Dari pemahaman inilah berkembang sebuah ide untuk menganalisa tentang Supply Chain lebih jauh termasuk dalam hal ini melakukan pengukuran terhadap Fleksibilitas Supply Chain tersebut.

Penyelesaian tentang Fleksibilitas dalam sistem Manufakturing diatas sangat berhubungan dengan Fleksibilitas yang ada pada Supply Chain hal ini dikarenakan fleksibilitas manufakturing mempunyai peranan yang sangat penting dalam internal perusahaan sedangkan Supply Chain sendiri juga berpengaruh pada


(29)

internal perusahaan, sehingga pengaruh Fleksibilitas Manufakturing terhadap Fleksibilitas dalam Supply Chain sangat luas dibandingkan dengan Fleksibilitas dalam Internal perusahaan, hal ini tidak lain disebabkan oleh luasnya jaringan dalam Supply Chain itu sendiri. Fleksibilitas SupplyChain dapat digunakan untuk menganalisa terhadap kemampuan system secara keseluruhan untuk menghandel fluktuatif yang bisa terjadi pada volume dan jadwal dari supplier, pabrik dan konsumen yang merupakan rangkaian dari pada Supply Chain itu sendiri.

Fleksibilitas Supply Chain sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan Supply Chain itu sendiri, terlebih lagi pada perusahaan yang mempunyai kondisi ketidak pastian yang sangat tinggi.

Fleksibilitas merupakan tanggung jawab setiap elemen yang berada dalam Supply Chain, baik itu internal perusahaan, yakni departemen-departemen yang ada dalam perusahaan maupun eksternal perusahaan mulai dari supplier, distributor, retailer termasuk disini pihak yang membantu dalam penyediaan informasi.

Komponen – komponen dari fleksibilitas yang mempengaruhi pada aktivitas dalam Supply Chain, termasuk di dalamnya fleksibilitas untuk memperoleh informasi mengenai permintaan dan selanjutnya digunakan sebagai pertukaran informasi antar organisasi yang ada dalam Supply Chain tersebut.

Menurut Garavelli (2003) fleksibilitas dalam suatu Supply Chain sangat kompleks dan terdiri dari multi dimensi konsep dan sangat sulit untuk diringkas. Namun satu hal yang perlu ditekankan pada fleksibilitas dalam suatu Supply Chain haruslah mempunyai kemampuan untuk merespon perubahan yang


(30)

terjadi baik itu perubahan yang datang dari dalam perusahaan sebaik dengan perubahan yang datang dari luar perusahaan.

Menurut Duklos et al (2001) enam komponen fleksibilitas Supply Chain telah diidentifikasikan berdasarkan fleksibilitas manufacturing yang telah dibahas sebelumnya, yaitu :

1. Production System Fleksibility

Kemampuan untuk menyusun modal dan operasi-operasi untuk melakukan respon dari kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen (perubahan produk, volume) pada setiap titik dalam Supply Chain.

2. Market Fleksibility

Kemampuan untuk dapat melakukan produksi sesuai pesanan dan mampu membangun hubungan dekat dengan konsumen dan melibatkan mereka ( konsumen) dalam design dan melakukan modifikasi produksi baru maupun produksi yang telah ada.

3. Logistik Fleksibility

Kemampuan melakukan perubahan dalam penerimaan dan delivery produksi baik dari pihak supplier maupun konsumen dengan pengeluaran biaya yang seefektif mungkin ( perubahan lokasi konsumen, globalisasi dan penundaan). 4. Supply Fleksibility

Kemampuan untuk mengatasi perubahan permintaan supply, seiring dengan permintaan dari konsumen.


(31)

5. Organizazional Fleksibility

Kemampuan untuk menggalang tenaga kerja ahli untuk kebutuhan Supply Chain dalam menentukan permintaan dari konsumen.

6. Information Fleksibility

Kemampuan untuk menyusun struktur system informasi sesuai dengan dinamika perubahan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka untuk memenuhi permintaan dari konsumen.

Penggambaran Fleksibilitas suatu Supply Chain pada dasarnya haruslah meliputi secara keseluruhan dari pada sistem yang ada dalam Supply Chain itu sendiri, yaitu dimulai dari Supplier sampai dengan konsumen, dimensi-dimensi fleksibilitas yang ada dalam suatu Supply Chain haruslah mampu mencerminkan seluruh elemen tersebut.

Kemudian model dan karakteristik tersebut dikembangkan oleh Swafort yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun mencakup keseluruhan elemen dalam Supply Chain, dimensi-dimensi itu adalah: Sourcing, produck, development, production, delivery.

Sourcing adalah penilaian yang diberikan pada kemampuan yang di miliki dalam hal pengadaan bahan baku dan berkaitan dengan supplier system. Product development merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan yang dimiliki untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan terhadap adanya produk baru yang disebut juga sebagai produk design. Production adalah penilaian yang diberikan atas kemampuan dari dalam perusahaan, yang pada bagian terdahulu lebih dikenal sebagai Fleksibilitas Manufakturing lebih tepatnya


(32)

dikenal dengan production system. Delivery merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan untuk hal yang berhubungan langsung dengan konsumen untuk delivery system.

Penjelasan yang lebih lanjut dan untuk memudahkan melakukan penilaian (assessment) terhadap fleksibilitas yang telah disebutkan diatas diuraikan menjadi parameter-parameter yang lebih spesifik, seperti dapat dilihat pada tabel 2.3 yang secara umum dapat dipakai untuk melakukan penilaian terhadap target Fleksibilitas Supply Chain

Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain

No. Deskripsi

Supplier System

1.1 Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk

1.2 Biaya rendah untuk mengalihkan pembelian dari satu pemasok ke yang lainnya 1.3 Sebagian besar pemasok memiliki kemampuan produksi/memasok bermacam-macam

tipe produk yang berbeda

1.4 Sebagian besar produk memiliki kapasitas persediaan yang besar

1.5 Sebagian besar pemasok mampu memproduksi produk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat

1.6 Dengan biaya setup yang rendah, sebagian besar pemasok mampu memproduksi dalam jumlah yang kecil

1.7 Memiliki bermacam-macam model transportasi untuk pengiriman produk dari pemasok 1.8 Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada

1.9 Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari pemasok ke perusahaan

1.10 Pemasok mampu mengirim permintaan yang mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah

Product Design

2.1 Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain

2.2 Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan pengembangan produk dapat dilakukan 2.3 Tim pengembangan produk memiliki kemampuan mengembangkan beragam produk

dengan tipe dan spesifikasi yang berbeda

2.4 Memiliki software dan sumber daya lain untuk mempermudah membuat, memodifikasi, dan mensimulasi desain

2.5 Ketika desain produk melibatkan tim yang jauh lebih besar, ada jaringan untuk mempermudah berkomunikasi, tentang ide, desain dokumen, dsb

2.6 Tim mampu menghasilkan desain yang berbeda dalam jumlah besar

2.7 Ketika desain baru membutuhkan material baru, mudah untuk mendapatkan konfirmasi kemampuan pemasok untuk memasok material baru

Production System

3.1 Ada beragam fasilitas produksi yang terletak di lokasi yang berbeda

3.2 Memiliki kapasitas produksi yang besar sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen yang tinggi


(33)

No. Deskripsi

3.3 Ketika total permintaan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas/kemampuan gudang, mudah untuk melakukan outsourcing

3.4 Fluktuasi dalam permintaan dapat diatasi dengan kerja lembur

3.5 Sebagian besar pekerja adalah multi-terampil, sehingga mereka dapat mudah beralih dari satu pekerjaan/tugas lain

3.6 Mesin adalah serbaguna sehingga dapat mengolah tugas/pekerjaan yang berbeda

3.7 Mampu mengakomodasi sampai batas waktu tertentu bila ada perubahan dari konsumen

3.8 Waktu setup untuk sebagian besar mesin rendah, sehingga untuk ukuran golongan rendah diproses secara ekonomis

3.9 Ada alternatif jalan yang ditempuh untuk menghasilkan produk

3.10 Sistem perencanaan produksi mampu merubah jadwal produksi yang sudah ada

3.11 Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat

Delivery System

4.1 Memiliki model transportasi yang berbeda untuk pengiriman produk ke pelanggan 4.2 Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali

pengiriman dari perusahaan ke pelanggan

4.3 Jumlah pengiriman sangat kecil, sehingga pengiriman pemesanan ke pelanggan dapat dipenuhi

4.4 Dapat melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang kecil

4.5 Jika ada permintaan mendadak, perusahaan dapat mengirimkan produk dengan memilih model transportasi yang lebih cepat

4.6 Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan

4.7 Perusahaan merancang jadwal pengiriman lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat

4.8 Biaya rendah untuk merubah jumlah, tipe dan/atau tanggal pengiriman

Sumber : “Assessing supply chain flexibility: a conceptual framework and case study", Pujawan, I Nyoman (2004), Int. J. Integrated Supply Management, Vol. 1, No. 1, pp.79–97

Seperti yang telah disebutkan pada bagian atas bahwa tidak semua parameter penilaian Fleksibilitas Supply Chain ini digunakan untuk menilai. Penggunaannya disesuaikan dengan kondisi riil yang terjadi pada perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Untuk dimensi Production System, parameter yang tidak terpakai adalah Penggunaan bahan pengganti karena UD. Anggun Raya tidak memiliki material pengganti.

Sehingga parameter – parameter dalam tiap dimensi yang sesuai dengan kondisi Supply Chain di UD. Anggun Raya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(34)

Tabel 2.4 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain yang Relevan di UD.Anggun Raya

No. Deskripsi

1. Supplier System (SS) 1.1

(SS1)

Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk 1.2

(SS2)

Sebagian besar produk memiliki kapasitas persediaan yang besar 1.3

(SS3)

Sebagian besar pemasok mampu memproduksi produk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat

1.4 (SS4)

Memiliki bermacam-macam model transportasi untuk pengiriman produk dari pemasok 1.5

(SS5)

Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari pemasok ke perusahaan

1.6 (SS6)

Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada 1.7

(SS6)

Pemasok mampu mengirim permintaan yang mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah

2. Product Design (PD) 2.1

(PD1)

Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain 2.2

(PD2)

Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan pengembangan produk dapat dilakukan 2.3

(PD3)

Tim pengembangan produk memiliki kemampuan mengembangkan beragam produk dengan tipe dan spesifikasi yang berbeda

2.4 (PD4)

Ketika desain baru membutuhkan material baru, mudah untuk mendapatkan konfirmasi kemampuan pemasok untuk memasok material baru

3. Production System (PS) 3.1

(PS1)

Ada beragam fasilitas produksi yang terletak di lokasi yang berbeda 3.2

(PS2)

Ketika total permintaan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas/kemampuan gudang, mudah untuk melakukan outsourcing

3.3 (PS3)

Fluktuasi dalam permintaan dapat diatasi dengan kerja lembur 3.4

(PS4)

Sebagian besar pekerja adalah multi-terampil, sehingga mereka dapat mudah beralih dari satu pekerjaan/tugas lain

3.5 (PS5)

Mesin adalah serbaguna sehingga dapat mengolah tugas/pekerjaan yang berbeda 3.6

(PS6)

Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat

4 Delivery System (DS) 4.1

(DS1)

Memiliki model transportasi yang berbeda untuk pengiriman produk ke pelanggan 4.2

(DS2)

Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari perusahaan ke pelanggan

4.3 (DS3)

Dapat melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang kecil 4.4

(DS4)

Jika ada permintaan mendadak, perusahaan dapat mengirimkan produk dengan memilih model transportasi yang lebih cepat

4.5 (DS5)

Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan

4.6 (DS6)

Perusahaan merancang jadwal pengiriman lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat


(35)

Tingkat fleksibilitas untuk tiap Supply Chain belum tentu sama hal ini disebabkan pengaruh oleh tingkat ketidak pastian demand yang dialami tiap supply chain, semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka Supply Chain harus semakin Fleksibel, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.3 berikut :

Low demand Somewhat Somewhat high demand

Uncertainty demand demand uncertainty

certainty uncertainty

1 2 3 4

Semakin Fleksibel

Gambar 2.3 Tingkat fleksibilitas Supply Chain

(Pujawan, I Nyoman (2002), “ A Conceptual Framework For Assesing Supply Chain Fleksibility” Proceeding 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok.

Keterangan :

1. Low demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.

2. Somewhat demand certainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang sedang dengan tingkat kepastian tinggi.

3. Somewhat demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang sedang dengan tingkat ketidak pastian tinggi.


(36)

4. High demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.

2.6 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand

Perbedaan tingkat fleksibilitas pada Supply Chain berarti terjadi perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor tersebut, dianggap tidak terlalu penting.

Menurut Beamon (1999) keuntungan dari fleksibilitas Supply chain adalah :

• Mereduksi jumlah backorder yang ada.

• Mereduksi jumlah lost sales.

• Mereduksi jumlah order yang terlambat.

• Menambah kepuasan konsumen.

• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan Faktor musiman.

• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi mesin (machine breakdown).

• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi dari supplier.


(37)

• Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi pengiriman.

• Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru dan pesaing baru

2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain

Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment mengenai seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter fleksibilitas supply chain lah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini dengan sebelumnya menyesuaikan parameter-parameter mana sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang diukur fleksibilitas supply chain yang dimilkinya menurut Pujawan (2002) yang dikutip oleh Eunike (2002), identifikasi kondisi fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kuadran fleksibilitas Supply Chain. II

Unmatched condition Over design system

I

Matched condition

Requirement hight

Unmatched condition Fleksibility is too low IV

Low matched Condition III


(38)

(Sumber : Pujawan (2002)) A Coceptual Frame work for Assessing supply chain. Flexibility, ' Proceeding 7)

Kondisi I dan III adalah keadaan yang menunjukkan keadaan seimbang, yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan fleksibilitas sebanding, kebutuhan yang tinggi akan mampu memenuhi (I) dan walaupun fleksibilitasnya rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan akan fleksibilitasnya juga rendah.

Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan memerlukan penanganan. Kondisi II dapat terjadi pada saat kebutuhan akan fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah yang dinamakan Overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak efisien dalam perusahaan dan akan memyebabkan pula banyaknya cost yang akan terbuang secara sia-sia.

Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan terjadinya Nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya Lost Oppurtunity yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada, dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat bersaing dipasar. Selanjutnya dapat diketahui tingkat fleksibilitas SupplyChain sebagai berikut:

Tbk = x100%

Terbobot Kebutuhan

Nilai Total

Terbobot Kemampuan

Nilai Total


(39)

2.8 Perhitungan Skor Gap

Penilaian Fleksibilitas suatu Supply Chain berdasarkan perhitungan yang merupakan perbedaan antara penilaian terhadap pasangan pernyataan untuk requirement (kebutuhan) dan kapasitas untuk tiap parameter Fleksibilitas untuk perhitungan ini perlu adanya suatu skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut, skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut yang digunakan disini adalah skala Likert yaitu skala 1 s.d 5.

Definisi dari setiap skala untuk Kebutuhan adalah:

1. Elemen dan fleksibilitas tidak relevan untuk supply chain tersebut dan tidak perlu dipertimbangkan.

2. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang rendah. 3. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sedang. 4. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang tinggi.

5. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi. Definisi dari setiap skala untuk Kemampuan adalah :

1. Supply Chain tidak fleksibel untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan. 2. Supply Chain sangat memiliki fleksibel yang rendah untuk elemen fleksibilitas

yang bersangkutan.

3. Supply Chain memiliki fleksibilitas yang sedang untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.

4. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang tinggi untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.


(40)

5. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang sangat tinggi untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.

Perhitungan Gap atau skor fleksibilitas untuk setiap pasangan pertanyaan dihitung sebagai berikut :

Flexibilitas = Requirement Score Capability Score

Jika hasil pengurangan positif, maka menunjukkan bahwa perlu untuk dilakukan perbaikan terhadap elemen fleksibilitas yang bersangkutan, sedangkan bila hasil pengurangannya negatif menunjukkan sebaliknya.

2.9 Uji Validitas

Untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner yang disebar, maka dilakukan uji validitas. Apabila data valid, dilanjutkan dengan pengujian reliabilitas. Apabila data tidak valid maka perlu ditinjau ulang pada penyusunan kuesionernya. Validitas dihitung dengan menggunakan rumus korelasi produk momen :

r = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Yi Yi n Xi Xi n Yi Xi XiYi n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ Dimana :

r = koefisien korelasi yang di cari n = jumlah responden

X = skor tiap- tiap variabel Y = skor total tiap responden

Data bisa dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel.


(41)

2.10 Uji Reliabilitas

Untuk menguji ketepatan hasil pengukuran kuesioner dilakukan uji reliabilitas. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan jika tes tersebut memberikan hasil yang tepat. Cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus ‘alpha’ :

          −       −

=

2

1 2 11 1 ) 1 ( σ σ b k k

r

Dimana :

r

11 = reliabilitas instrument

k

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

.

2

b

σ = jumlah varians butir

2 1

σ

= varians total

Besarnya reliabilitas yang paling baik adalah 1 dan yang paling jelek adalah 0. Semakin besar nilai yang diperoleh, maka semakin besar reliable atribut tersebut, apabila perhitungan tidak reliable, maka perlu ditinjau pada penyusunan kuisionernya.

2.11 Analitic Hierarchy Process (AHP)

Pengertian AHP adalah merupakan model pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty yang merupakan suatu model yang komperhensif dan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan kualitatif sekaligus.


(42)

Model AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap sebagai input utamanya. AHP menggunakan model hierarkis yang terdiri dari satu tujuan (goal), kriteria (atau beberapa sub criteria) dan alternatif untuk setiap masalah keputusan dalam menentukan penelitian diantara alternatif digunakan skala tertentu agar dapat dihasilkan bobot dari masing-masing alternatif keputusan, skala yang dipakai dalam perbandingan berpasangan terdiri dari 9 angka yaitu:

Tabel 2.5 Skala Perbandingan Berkala Intensitas

kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan.

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong suatu elemen dibandingkan elemen yang lain. 5 Elemen yang satu lebih penting dari

elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian sangat mendukung satu elemen dibandingkan dengan elemen yang lain. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting

dari elemen yang lain.

Satu elemen yang kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari

pada elemen yang lain.

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain dan memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

Intensitas kepentingan

Keterangan Penjelasan

2,4,6,8 . Nilai-nilai antara 2 nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai diberikan bila ada 2 kompromi diantara 2 pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya

Sumber : Pengambilan Keputusan ( bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L,1993. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta


(43)

Kelebihan AHP

AHP mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan proses pengambilan keputusan yang lainnya antara lain adalah sebagai-berikut :

a. Konsistensi

AHP mempunyai kemampuan untuk melacak konsistensi langsung dari pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

b. Sintesis

AHP mampu menuntun kepada suatu taksiran yang bersifat menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

c. Pengukuran

AHP mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu skala yang digunakan untuk mengukur hal yang tidak berwujud dan suatu metode untuk menetapkan prioritas.

d. Kompleksitas

AHP mempunyai kemampuan untuk memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan system untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks.

e. Kesatuan

AHP mampu memberikan suatu model tunggal yang mudah untuk dimengerti, luwes untuk digunakan pada aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur.

f. Saling ketergantungan

AHP mampu menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.


(44)

Salah satu keistimewaan dan keuntungan utama dari AHP yang berbeda dengan model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan yang dibuat oleh manusia sebagian didasari atas logika dan sebagian yang didasari atas unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi.

Model AHP memiliki pendekatan yang hampir identik dengan model perilaku politis yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusan, pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarchy yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, criteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan criteria yang paling bawah.

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau criteria yang setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai target kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [ ( n-1 ) / 2 ] buah , dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

5. Menghitung nilai Eigen (Eigen Value) dan menguji konsistensinya,jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.


(45)

7. Menghitung Vektor Eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan, riil vector eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini dilakukan untuk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hierarki terendah seperti pencapaian tujuan.

8. Memeriksakan konsistensi hierarki jika nilainya lebih besar dari 10% maka penilaian data Judgement harus diperbaiki.

Untuk mengukur bobot prioritas setiap element dalam matrik perbandingan maka digunakan operasi matematis berdasarkan operasi matrik dan vector yang disebut eigenvektor. Eigenvektor adalah sebuah vector yang apabila dikalikan dengan sebuah bilangan scalar / parameter yang tidak lain adalah eigen value, persamaannya adalah sebagai berikut :

A ×w=λ×w Dimana : w = Eigenvektor λ = Eigenvalue

A = Matrik bujur sangkar

Pengukuran konsistensi dalam model AHP dilakukan dalam 2 tahap, yaitu mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur konsistensi keseluruhan hierarki suatu matrik, misalnya dengan 3 unsur ( i, j, k ) dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsistensi 100% jika memenuhi syarat : aij ×ajk= aik

Pengukuran konsistensi dari suatu matrik itu sendiri didasarkan atas suatu eigen value maksimum dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang


(46)

biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari hierarki konsistensi :

CI = ( λmaks – n ) / ( n – 1)

Dimana : λmaks = Eigen Value n = ukuran matrik

CI = Indek konsistensi

Indek konsistensi tersebut dapat diubah kedalam bentuk rasio konsistensi dengan membaginya dengan suatu Indeks random, indeks random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1-10. yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran matriksnya, makin tinggi tingkat konsistensi yang dihasilkan.

Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika judgement numeric diambil secara acak diri skala 1/9, 1/8, …,1, 2,…,9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, adapun nilai indeks random dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini :


(47)

Tabel 2.6 Nilai Random Indeks

Nilai Random Indeks

Ukuran Matrik Random Indeks (inkonsisten)

1,2 0,00

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

8 1,41

9 1,45

10 1,49

11 1,51

12 1,48

13 1,56

14 1,57

15 1,59

Sumber : Pengambilan Keputusan (bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L, 1993. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Perbandingan indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random dapat dituliskan sebagai berikut :

CR = CI / RI

Dimana : CR = rasio konsistensi

CI = indeks konsistensi

RI = indeks random

Untuk model Analitycal Hierarchy Process, matrik dapat diterima jika rasio konsistensi ( consistency ratio ) ≤


(48)

2.12 Program Expert Choice

Untuk memudahkan pengolahan data pada proses analytic hierarcy process maka digunakan software expert choice.

Expert Choice merupakan suatu software yang dipakai untuk melakukan pembobotan berdasarkan metode analytic hierarchy process, dalam penelitian tugas akhir ini pembobotan dilakukan dengan menggunakan expert choice agar proses pembobotan yang dilakukan lebih cepat.

Keuntungan dengan menggunakan software ini adalah :

1. Proses pembobotan dapat dilakukan dengan cepat dari pada dengan proses manual.

2. Nilai dari responden yang tidak konsisten bisa dicari sehingga hanya perlu meminta pertimbangan lagi kepada responden untuk nilai-nilai yang tidak konsisten tadi.

2.13 Skala Servqual

Konsep Servqual disini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap tingkat fleksibilitas Supply Chain dari perusahaan yang diteliti, kemampuan dari SupplyChain perusahaan untuk fleksibilitas diidentikkan dengan persepsi, sedangkan kebutuhan dari Supply Chain perusahaan untuk Fleksibel diidentikkan dengan harapan skala yang digunakan adalah Skala Likert yaitu 1-5. nilai Gap didapatkan dengan mengurangi nilai kebutuhan dengan nilai kemampuan. Gap yang didapatkan akan dikalikan dengan bobot yang berasal dari pengolahan dengan software Expert Choice untuk menentukan prioritas perbaikan


(49)

Gap terbobot suatu criteria, semakin besar nilai Gap terbobot suatu kriteria, berarti semakin perlu dilakukan perbaikan terhadap kriteria tersebut.

2.14 Pengertian Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri – ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua cara dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat (1998:82) sebagai berikut:

1 . 2+

=

d

N

N n

Dimana: n=Jumlah sampel N=Jumlah populasi

d

2 =Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

2.15 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu perlu dijadikan referensi oleh peneliti, seperti pada Tugas Akhir yang berikut ini:

1. Eunike, Agustina. Analisis Terhadap Fleksibilitas Suatu Supply Chain (StudiKasus PT. Philips Ralin Electronics Surabaya), Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2002.


(50)

a. Permasalahan : mengenai cara untuk mengukur fleksibilitas supply chain di PT. Philips Ralin Electronics

b. Hasil penelitian :

1. Dari evaluasi bobot yang diberikan oleh pihak manajemen terhadap dimensi dan parameter-parameternya, dimensi delivery system dan production system memiliki prioritas yang lebih besar bagi supply chain Philips, yaitu masing-masing dengan bobot yang sama, sebesar 30.9%, supplier system diberi bobot 24.10%, dan terakhir product design dengan bobot 14.2%

2. Kemampuan dari supply chain Philips 87.5% masih dibawah kebutuhan yang ada, hanya 8.33% saja yang berada pada kondisi ideal, dan 4.17% yang mampu melebihi kebutuhan yang ada. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk dapat mencapai tingkat fleksibilitas yang diinginkan terdapat 37.5% (9 dari 24) parameter fleksibilitas yang memerlukan prioritas untuk ditingkatkan. Dari kesembilan parameter tersebut 44.4% berasal dari dimensi supplier system, ditambah 11.11% berasal dari product design namun juga berhubungan dengan kemampuan supplier. Ini berarti 50% dari parameter tersebut berhubungan dengan kemampuan supplier.

3. Dengan mengetahui nilai-nilai requirement dan capability parameter-parameter fleksibilitas dapat dilakukan perhitungan mengenai tingkat fleksibilitas dari supply chain Philips yaitu 75.51%, yang dapat diartikan bahwa kondisi fleksibilitas supply chain Philips adalah cukup baik, terutama yang berkaitan dengan kemampuan intern, namun demikian


(51)

tingkat fleksibilitas menjadi kurang optimal akibat rendahnya fleksibilitas yang dimiliki oleh pihak supplier. Hal ini nampak pada angka fleksibilitas masing-masing dimensi tersebut, yaitu delivery system 79.77%, production system 79.67%, product design 73.70%, dan paling rendah adalah supplier system dengan tingkat fleksibilitas 65.38%. penyebaran nilai tingkat fleksibilitas yang merata menunjukkan kemampuan yang hampir sama pada masing-masing dimensi bila dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, namun berbeda dengan kondisi dari supplier system, tingkat fleksibilitas yang dimiliki rendah, dan hal ini berpengaruh pada fleksibilitas supply chain secara keseluruhan.

2. Aprillianti, Susan. Penilaian Fleksibilitas Supply Chain (Studi Kasus PT. Philips Ralin Electronics Surabaya), Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2003.

a. Permasalahan : mengenai penilaian fleksibilitas supply chain di PT. Philips Ralin Electronics dengan menggunakan model yang relatif mudah

b. Hasil penelitian :

1. Perlu adanya penilaian terhadap fleksibilitas supply chain agar PT. Philips Ralin Electronics mengetahui level fleksibilitas supply chain perusahaan saat ini

2. Dimensi supply (weight = 0.22) adalah dimensi yang paling tidak fleksibel, sedangkan dimensi delivery (weight = 0.31) paling fleksibel. Oleh karena itu dimensi supply merupakan dimensi yang menjadi prioritas untuk diperbaiki dalam meningkatkan fleksibilitas supply chain.


(52)

3. Sucipto, Wawan. Pengukuran Dan Analisis Fleksibilitas Supply Chain Pada Divisi General Engineering PT. PAL INDONESIA, Skripsi Teknik Industri UPN “Veteran” Surabaya, 2005.

a. Permasalahan : bagaimana pengukuran fleksibilitas suatu supply chain pada Divisi General Engineering PT. PAL Indonesia dan apakah hasil pengukuran terhadap fleksibilitas supply chain tersebut dapat digunakan untuk mengakomodasi Perubahan-perubahan yang dihadapinya.

b. Hasil penelitian :

1.Tingkat Fleksibilitas Supply Chain pada Divisi General Engineering PT. PAL Indonesia masih cukup fleksibel dari masing – masing dimensi dan parameternya sebesar 70,35% sedangkan tingkat Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama secara berurutan adalah Product Design 77,5%, Delivery System 72,20%, Production System 65,90% dan Supplier System 65,80%.

2.Tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Supplier System tertinggi adalah Lead time suplier 91,7% dan yang terendah adalah Kemudahan menjalankan sistem penjadwalan 60,80%. Untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Product Design tertinggi adalah Menghasilkan desain berkulitas dengan cepat 85% dan terendah adalah Kemampuan mengkonfirmasikan suplier untuk menyediakan bahan baku pendukung produk baru 72,10%. Untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Production System yang tertinggi adalah Perbaikan mesin yang rusak dengan cepat 72,70%, sedangkan yang terendah adalah menggunakan beragam urutan proses 60%. Sedangkan untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Delivery System yang


(53)

tertinggi adalah pemenuhan pemintaan berasal dari lebih dari satu distributor 86,50% dan yang terendah adalah pengiriman dengan kuantitas yang fleksibel 68,20%

3.Dari hasil perhitungan tingkat prioritas dapat dilihat prioritas yang harus diutamakan untuk meningkatkan tingkat fleksibilitas perusahaan adalah merubah jadwal produksi dengan cepat (Production System) dan prioritas terakhir adalah perbaikan pada Lead time suplier (Supplier System).

4. Sutaji, Slamet. Analisis dan Pengukuran Terhadap Fleksibilitas Supply Chainpada PT. Pertiwi Mas Adi Kencana Waru Sidoarjo, Skripsi Teknik Industri UPN “Veteran” Surabaya, 2008.

a. Permasalahan : Bagaimana Fleksibilitas Supply Chain yang harus dilakukan PT. Pertiwi Mas Adi Kencana untuk mengatasi fluktuasi yang akan dihadapi

b. Hasil penelitian :

1.Tingkat Fleksibilitas Supply Chain secara keseluruhan cukup flesksibel. Tingkat Fleksibilitas Dimensi Utama secara berurutan sebagai berikut : Delivery System 97.91%, Production System 90.50%, dan Supplier System 94.32%

2.Secara berurutan prioritas yang harus dilakukan perbaikan beserta usulan perbaikannya sebagai berikut :

1. Produce various different routing (Production System). 2. Produce various different products (Production System). 3. Delivery urgent request (Supplier System).


(54)

5. Delivery flexible quantity (Delivery System).

6. Produce or revise production plans/schedule quickly (Production System).

7. Tranmit delivery request/information easily and quickly (Delivery System).

8. Backup supplier (Supplier System).

9. Use multi modal transportation system (Supplier System). 10.Supplier lead time (Supplier System).


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perusahaan pada UD. Anggun Raya yang berlokasi di Jl. Brebek 1 D No. 23, Waru – Sidoarjo, Jawa Timur. Pengambilan data dimulai pada bulan Januari 2011 hingga semua data yang dibutuhkan tercukupi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Identifikasi Variabel

Sebelum melakukan penelitian, harus diidentifikasi dulu apa yang akan diteliti sehingga dapat diketahui apa yang menjadi masalah pada perusahaan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :

a) Variabel Terikat

Variabel Terikat adalah Variabel yang besarnya tergantung dari variabel bebas, variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat fleksibilitas supply chain

b) Variabel Bebas

Variabel Bebas adalah Variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dalam penelitian ini mencakup empat dimensi yaitu Supplier System, Product

Design, Product System, Delivery System seperti yang diperlihatkan dalam


(1)

16.

Supllier

System Pemasok mampu mengirim permintaan yang

mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah

0.0084 16

17.

Supllier

System Memiliki bermacam-macam model

transportasi untuk pengiriman produk ke pemasok

0.0080 17

18.

Production

System Mesin adalah serbaguna sehingga dapat mengolah pekerjaan/tugas lain

0.0072 18

19.

Delivery

System Jika ada permintaan mendadak, perusahaan

dapat mengirimkan produk dengan memilih model transportasi yang lebih cepat

0.0053 19

20. Production

System Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat

0.003 20

21.

Delivery

System Memiliki model transportasi yang berbeda

untuk pengiriman produk ke pelanggan

0.0027 21

22.

Delivery

System Perusahaan merancang jadwal pengiriman

lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat

0.0022 22

23. Delivery System

(DS5)

Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan

0.0021 23

Usulan Perbaikan

Tingkat fleksibilitas yang ada di perusahaan adalah fleksibel (baik). Oleh sebab itu disarankan untuk mempertahankan tingkat fleksibilitas yang sudah ada di perusahaan saat ini. Sedangkan usulan perbaikan yang disarankan untuk parusahaan menggunakan 1 – 5 parameter yang nilai gap nya paling besar, karena untuk parameter berikutnya nilai gap nya sudah tidak terlalu besar sehingga tidak perlu diadakan usulan perbaikan. Berdasarkan dari tabel 4.27 dapat digunakan untuk membuat usulan perbaikan sebagai berikut :


(2)

Tabel 4.28 Usulan Perbaikan Bagi Perusahaan

No. Dimensi Deskripsi Gap

Terbobot

Prioritas Perbaikan

Usulan perbaikan

1. Product

Design

Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain

0.0813 1

Pekerja dapat melakukan pekerjaan di divisi lain yang

sifatnya umum

2. Supllier

System

Pemasok memiliki kemampuan produksi/memasok bermacam-macam tipe

produk yang berbeda

0.0585 2

Perusahaan hendaknya mampu memiliki lebih banyak lagi pemasok

3. Product

Design

Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan pengembanagn produk

dapat dilakukan

0.057 3

Diharapkan perusahhan mampu menekan biaya dan

tetap memenuhi selera konsumen

4.

Delivery System

Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk

dalam sekali pengiriman dari perusahaan ke

pelanggan

0.0304 4

Perusahaan hendaknya lebih meningkatkan lagi system

pengiriman ini karena biayanya lebih murah

5. Supllier

System

Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan

banyak selalu ada

0.027 5

Perusahaan disarankan untuk menyediakan stok

dlm jumlah besar agar konsumen dapat mendapatkan produk yang

mereka inginkan

4.12 Pembahasan

Secara berurutan saran perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan yaitu :

1. Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di Bagian lain . Karyawan di bagian manufaktur dapat bekerja di bagian distribusi apabila produksi menurun di karenakan kurangnya karyawan di bagian itu. (Product Desing)

2. Pemasok memiliki kemampuan produksi/memasok bermacam-macam tipe produk yang berbeda. Diharapkan dengan ini perusaahaan mampu memilki lebih banyak lagi pemasok, supaya proses produksi tidak terganggu. Ini dikarenakan terdapat penundaan pada proses produksi lalu karena kurangnya


(3)

bahan baku . Selama ini perusahaan memiliki 3 Supplier yg dianggap sebagai Supplier utama (Supplier System)

3. Dengan biaya rendah, kegiatan outsourcing dapat dilakukan oleh tim pengembangan produk. Pembelian Desing baru dari luar perusahaan diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar.. ( Product Desing)

4. Secara teknis dan ekonomis mampu mengirimkan beberapa produk dalam sekali pengiriman dari perusahaan ke pelanggan. UD. Anggun Raya dapat menggunakan armada pengiriman yang lebih besar sehingga dapat mengangkut lebih banyak lagi berbagai Produk dalam sekali pengiriman. (Delivery System) 5. Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada. Dikarenakan

banyaknya pesanan dalam jumlah kecil sehingga perusahaan menyiapkan stok dan menambah tempat penyimpanan (Gudang) agar tidak terjadi penumpukan di tempat produksi (Supplier System).


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penilitian pengukuran tingkat fleksibilitas supply chain di UD. Anggun Raya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengukuran tingkat fleksibilitas supply chain di UD. Anggun Raya secara keseluruhan flesksibel (≥80%), secara berurutan prosentase dari yang terkecil hingga terbesar yang yaitu Product Desing 81,67 %, Supplier System 87,89 %, Production System 89,37%, dan Delivery System 92,41%

2. Parameter – parameter yang perlu di prioritaskan untuk diperbaiki yang ada di UD. Anggun Raya adalah :

a. Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain

b. Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk c. Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan dapat mudah dilakukan d. secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam

sekali pengiriman dari perusahaan ke pelanggan

e. jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada

Dan usulan perbaikan untuk perusahaan dari parameter – parameter yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut:


(5)

a. Agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan para pekerja sehingga dapat melakukan pekerjaan di divisi lain yang sifatnya umum, sehinnga dapat memenuhi keingina konsumen (Product Desing)

b. Diharapkan dengan ini perusaahaan mampu memilki lebih banyak lagi pemasok, supaya proses produksi tidak terganggu. Ini dikarenakan terdapat penundaan pada proses produksi lalu karena kurangnya bahan baku (Supplier System)

c. Dikarenakan SDM pengembangan produk terbatas, diharapkan perusahaan mampu menekan biaya dan tetap dapat memenuhi selera konsumen ( Product Desing)

d. Untuk dapat ditingkatkan lagi karena biaya pengiriman menggunakan system ini biayanya lebih murah sehingga dapat menguntungkan perusahaan, sehingga dapat bersaing dengan competitor lain dan juga menguntungkan konsumen (Delivery System)

e. Perusahaan disarankan untuk menyediakan stok dlm jumlah besar agar konsumen dapat mendapatkan produk yang mereka inginkan (Supllier System)

5.2. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah :

Dari hasil penelitian diatas, UD. Anggun Raya diharapkan untuk mengukur tingkat kinerja supply chain perusahaan dapat menggunakan metode fleksibilitas Supply Chain, juga disarankan untuk mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas yang sudah ada di perusahaan saat ini.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Beamon, B.M., 1999, Measuring Supply Chain Performance, International Journal of Operation and Production Management, Vol. 19 No. 3 PP 275 – 292.

Chopra, Sunil, Meindl, 2001, Supply Chain Management Strategy Planning and Operation, Prentice – Hall Upper Saddle River, New Jersey.

Pujawan, I Nyoman (2002), “ A Conceptual Framework and Case Study For Assesing Suppy Chain Flexibility” Proceedings 7th Asia Pacific Decissions Sciences Conference, Bangkok.

Pujawan, I Nyoman (2005), “Supply Chain Management”, Penerbit Guna Widya, Surabaya

Saaty, T.L., (1993), “Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi Yang Kompleks”, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of operations management, 173-191 Indrajit, R. E dan Richardus D (2002), “Konsep Manajemen Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang”. PT. Gramedia Widiasrana Indonesia.

Zabidi, Yasrin, 2001, Supply Chain Management : Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan.

Groover, M. D. (2000), Automation, Production Systems, and Computer Integrated manufacturing, Prentice-Hall, Upper Sadlle RIVER, New Jersey