Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.
x
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1
KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Fitri Dwi Riyani Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII E, SMP N 1 KALASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Ditinjau dari aspek motivasi siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa komponen keinginan/kemauan belajar sudah baik (siklus I : 3,8; siklus II : 3,9); komponen hasrat berprestasi sudah baik (siklus I : 3,5; siklus II : 3,7); komponen hasrat mengerjakan tugas sudah baik (siklus I : 3,4; siklus II : 3,9); komponen ganjaran sebagai akibat dari akhir belajar sudah baik (siklus I : 3,2; siklus II : 3,6); komponen hasrat mengikuti pelajaran sudah baik (siklus I : 3,7; siklus II : 3,8); komponen hasrat mendapat simpati sudah baik (siklus I : 3,2; siklus II : 3,6); komponen hasrat untuk menang sudah baik (siklus I : 4,3; siklus II : 4,3).
(2)
xi
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING JIGSAW TYPE TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION IN
LEARNING ECONOMICS AT THE E CLASS OF SEVENTH GRADE OF ONE STATE KALASAN JUNIOR HIGH SCHOOL
Fitri Dwi Riyani Sanata Dharma University
2010
This research aims to understand the effect of the implementation of cooperative learning model by usingJigsawtype to improve the students’ motivation. The subject of this research is the E class of seventh grade students of One State Kalasan Junior High School. This research was conducted into two cycles which consisted of four phases of each cycle, those are : planning, action, observation, and reflection. The data were collected through the instruments of teacher’s activity observation, students’ activity sheet, class activity observation sheet, teacher’s activity sheet in the teaching process, class observation sheet, and the instrument of reflection. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
Reviewing from students’ motivation aspect, the result show that the component of the students’ willingness to study is good (cycle I:3,8; cycle II:3,9); the component of the students’ eagerness of achievement is good (cycle I:3,5; cycle II:3,7); the component of students’ eagerness to do the task is good (cycle I: 3,4; cycle II: 3,9); the component of students’ reward of the study is good ( cycle I:3,2; cycle II:3,6); the component of the students’ eagerness to participate the teaching process is good (cycle I:3,7; cycle II:3,8); the component of the students’ eagerness to get the sympathy is good ( cycle I:3,2; cycle II:3,6); the component of the students’ eagerness to win is good ( cycle I: 4,3; cycle II:4,3).
(3)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1
KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
FITRI DWI RIYANI NIM: 041334072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1
KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
FITRI DWI RIYANI NIM: 041334072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2010
(5)
ii
SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1
KALASAN KELAS VII PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Oleh: Fitri Dwi Riyani NIM: 041334072
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
(6)
iii
SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1
KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Fitri Dwi Riyani NIM: 041334072
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 10 Maret 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si ... Sekretaris L. Saptono, S.Pd., M.Si ... Anggota Rita Eny Purwanti, S. Pd., M.Si ... Anggota Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si ... Anggota Drs. FX. Muhadi, M.Pd ...
Yogyakarta, 10 Maret 2010
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(7)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan syukur
dan tanda baktiku kepada:
ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
Kedua Orangtuaku, atas segala bimbingan, kasih sayang,
dan do’anya
Kakakku (Isa Warta Kusuma) dan Adikku (Umi Puspa
Sari)
(8)
v
MOTTO
“KITA BERDOA BILA KITA SEDANG DALAM KESUSAHAN DAN
MEMBUTUHKAN SESUATU, MESTINYA KITA BERDOA DALAM
KEGEMBIRAAN DAN BILA REZEKI KITA MELIMPAH”
(KAHLIL GIBRAN)
“ KEKAYAAN PENGALAMAN AKAN KEHILANGAN SUKA
CITANYA,,JIKA TIDAK ADA RINTANGAN UNTUK DI ATASI”
(9)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Maret 2010
Penulis
(10)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fitri Dwi Riyani Nomor Mahasiswa : 041334072
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1 KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain utuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal :
Yang menyatakan
(11)
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP N 1 Kalasan Kelas VII E Pada Mata
Pelajaran Ekonomi”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekaligus sebagai
upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan berpikir serta menambah
wacana di dunia pendidikan pada umumnya.
Penulis dengan penuh kesadaran memahami dalam penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangannya. Oleh karenanya sumbang saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi
(12)
viii
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S. Pd., M. Si. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, pengorbanan tenaga, dan pikiran sejak
awal hingga selesainya skripsi ini
5. Bapak Drs. H. Tri Rahardjo, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 1
Kalasan, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian
6. Ibu Winarni, S. Pd. selaku Guru Mitra Penelitian, yang telah berkolaborasi,
membantu, dan membimbing peneliti dalam melakukan penelitian
7. Siswa Siswi kelas VII E yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
8. Bapak dan Ibu Boiman, yang senantiasa memberikan cinta kasih, doa, dan
restunya kepada penulis selama masa studi hingga tersusunnya skripsi ini
9. Simbah Putri dan Tante-tanteku, yang senantiasa memberikan doa dan
restunya kepada penulis
10. Kakakku Isa Warta Kusuma dan Adikku Umi Puspa Sari, terimakasih atas
doa dan dorongannya
11. Sepupuku Mas Endi, Mbak Nining, Mbak Cici, Mas Wawan, Mbak Shinta,
Mas Teguh, Mas Ucup, Nophy, dan keponakanku Dhita, Wita, terima kasih
atas doa dan dorongannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12. Dionysius Paschalis, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam
penelitian hingga selesai skripsi ini ( ayo kapan nyusul hihihiii...)
13. Benny Amala, untuk kasih sayang, perhatian, doa, dan semangatnya yang
(13)
ix
14. Anto dan Mas Aji (My Spirit hehehehee....), terima kasih atas doa dan
semngatnya yang diberikan kepada penulis
15. Octa, Endah, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaannya selama ini
16. Teman-teman Sertifikasi Guru Rayon 38, terima kasih atas doa dan
dukungannya
17. Teman-teman angkatan ’04, terima kasih atas kebersamaannya
18. Terima kasih kepada Ganang Comp. yang telah membantuku dan
memberikan doanya (Mbak Vita dan Mas Unggul hehehehe thank’s a lot...)
19. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya dan dunia pendidikan umumnya.
Yogyakarta, Maret 2010
(14)
x
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1
KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Fitri Dwi Riyani Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII E, SMP N 1 KALASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Ditinjau dari aspek motivasi siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa komponen keinginan/kemauan belajar sudah baik (siklus I : 3,8; siklus II : 3,9); komponen hasrat berprestasi sudah baik (siklus I : 3,5; siklus II : 3,7); komponen hasrat mengerjakan tugas sudah baik (siklus I : 3,4; siklus II : 3,9); komponen ganjaran sebagai akibat dari akhir belajar sudah baik (siklus I : 3,2; siklus II : 3,6); komponen hasrat mengikuti pelajaran sudah baik (siklus I : 3,7; siklus II : 3,8); komponen hasrat mendapat simpati sudah baik (siklus I : 3,2; siklus II : 3,6); komponen hasrat untuk menang sudah baik (siklus I : 4,3; siklus II : 4,3).
(15)
xi
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING JIGSAW TYPE TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION IN
LEARNING ECONOMICS AT THE E CLASS OF SEVENTH GRADE OF ONE STATE KALASAN JUNIOR HIGH SCHOOL
Fitri Dwi Riyani Sanata Dharma University
2010
This research aims to understand the effect of the implementation of cooperative learning model by usingJigsawtype to improve the students’ motivation. The subject of this research is the E class of seventh grade students of One State Kalasan Junior High School. This research was conducted into two cycles which consisted of four phases of each cycle, those are : planning, action, observation, and reflection. The data were collected through the instruments of teacher’s activity observation, students’ activity sheet, class activity observation sheet, teacher’s activity sheet in the teaching process, class observation sheet, and the instrument of reflection. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
Reviewing from students’ motivation aspect, the result show that the component of the students’ willingness to study is good (cycle I:3,8; cycle II:3,9); the component of the students’ eagerness of achievement is good (cycle I:3,5; cycle II:3,7); the component of students’ eagerness to do the task is good (cycle I: 3,4; cycle II: 3,9); the component of students’ reward of the study is good ( cycle I:3,2; cycle II:3,6); the component of the students’ eagerness to participate the teaching process is good (cycle I:3,7; cycle II:3,8); the component of the students’ eagerness to get the sympathy is good ( cycle I:3,2; cycle II:3,6); the component of the students’ eagerness to win is good ( cycle I: 4,3; cycle II:4,3).
(16)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN. ... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian. ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. definisi Operasional... 8
(17)
xiii
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif... 16
C. Tipe – Tipe Pembelajaran Kooperatif... 21
D. Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw... 22
E. Motivasi Belajar Siswa ... 26
F. Mata Pelajaran Ekonomi ... 30
G. Hasil Yang Relevan... 31
H. Kerangka Berfikir... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... . 33
A. Jenis Penelitian... . 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... . 33
C. Subjek dan Obyek Penelitian... 34
D. Operasionalisasi Variabel... . 34
E. Prosedur Penelitian... 35
F. Siklus ... . 36
G. Instrumen Penelitian ... 40
H. Pengumpulan dan Analisis Data... 44
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46
A. Lingkungan Sekolah……….... 46
B. VISI dan MISI ... 46
C. Tujuan... ... 48
D. Keadaan Sekolah ... ... 49
(18)
xiv
F. Personil Sekolah... ... 50
G. Prestasi Sekolah ... ... 60
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... ... 68
A. Hasil Observasi ... ... 68
1. Observasi Pendahuluan... 68
2. Siklus Pertama... 80
a. Perencanaan... 80
b. Tindakan... 83
c. Observasi... 87
d. Refleksi... 93
3. Siklus Kedua ... ... 98
a. Perencanaan... 99
b. Tindakan... 101
c.Observasi... 105
d.Refleksi... 111
B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi... 117
1. Motivasi Belajar Siswa………. 117
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 121
A. Kesimpulan... 121
(19)
xv
B. Keterbatasan Penelitian... 122
C. Saran... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN
(20)
xvi
Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan) ...70
Tabel 5.2 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)...72
Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran ...75
Tabel 5.4 Aktifitas Guru Pada Siklus I ...88
Tabel 5.5 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I...90
Tabel 5.6 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I...93
Tabel 5.7 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ...95
Tabel 5.8 Aktifitas Guru Pada Siklus II...106
Tabel 5.9 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II ...109
Tabel 5.10 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ...112
Tabel 5.11 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ...114
Tabel 5.12 Indikator Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II ...118
(21)
Tabel 2.Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ...13
(22)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA KOTA ... 126
Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA Kabupaten ... 127
Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian... 129
Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 130
Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 136
Lampiran 2a Hand out Siklus I : Kebutuhan Manusia ... 141
Lampiran 2b Hand out Siklus II : Tindakan Ekonomi dan Motif
Ekonomi ... 142
Lampiran 3a Soalgamesdan Kuis Siklus I... 143 Lampiran 3b Soalgamesdan Kuis siklus II... 146 Lampiran 4a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 149
Lampiran 4b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 153
Lampiran 4c Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 157
Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian ... 161
Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 164
Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 168
Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... 171
Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I... 172
Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II... 174
Lampiran 7 Kuesioner Motivasi Belajar... 176
Lampiran 7a Intrumen/Tabulasi Motivasi Siswa Pra Pendahuluan ... 177
(23)
xix
Lampiran 7c Instrumen/Tabulasi Motivasi Siswa Siklus II ... 181
Lampiran 8a Instrumen Refleksi Guru Siklus I... 183
Lampiran 8b Instrumen Refleksi Guru Siklus II ... 184
Lampiran 9a Instrumen Refleksi Siswa Siklus I ... 185
Lampiran 9b Instrumen Refleksi Siswa Siklus II ... 186
(24)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta
didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada
seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di
sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam
pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan
metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
(25)
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat
ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah,
dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
menjadi pasif.
Upaya peningkatan motivasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada
gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan
belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di
dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
SMP Negeri 1 Kalasan adalah salah satu SMP Negeri di Kabupaten
Sleman. Dari tahun ke tahun sekolah ini semakin dipercaya masyarakat
(26)
semakin meningkatnya jumlah peminat yang mendaftar di sekolah ini. Sebagai
rasa tanggung jawab terhadap jaminan mutu sekolah ini, upaya-upaya
perbaikan dan peningkatan pembelajaran terus dilakukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, namun dari tahun ke tahun masih saja dijumpai
masalah pembelajaran. Pemecahan masalah pembelajaran ini merupakan
tanggung jawab bersama antara tenaga kependidikan dan guru sehingga akan
tercapai keprofesionalan pendidik. Kerjasama yang erat dan sinergi antara
keduanya mutlak diperlukan untuk segera mewujudkan tercapainya
peningkatan mutu pendidikan dalam arti luas.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru ekonomi terhadap
aktivitas belajar siswa kelas VII E SMP N 1 Kalasan diperoleh gambaran
bahwa secara umum siswa kelas VII E ini selama kegiatan belajar mengajar
ekonomi belum menunjukkan unjuk kerja yang optimal. Hal ini dapat
ditunjukkan dari kurangnya motivasi mereka selama melakukan kegiatan
pembelajaran ekonomi, masih banyak siswa mengamati hal-hal yang bukan
materi pembelajaran ekonomi, sehingga perolehan pengetahuan siswa selama
belajar kurang optimal karena banyak waktu digunakan untuk hal-hal di luar
materi. Masalah utama yang dihadapi guru ekonomi adalah kurangnya
motivasi siswa dalam belajar dan belum terbiasanya siswa untuk berinteraksi
secara ilmiah di dalam proses belajar mengajar selama guru melakukan proses
pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan guru belum menunjukkan
peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa yang optimal dalam
mata pelajaran ekonomi. Hal ini dikarenakan guru hanya melakukan
(27)
Kenyataan di atas juga berkaitan dengan sarana yang mendukung
proses belajar mengajar, yaitu buku paket, buku pegangan siswa dan buku
penunjang lainnya untuk bidang studi Ekonomi sangat terbatas. Bahkan buku
paket yang dimiliki siswa hanyalah pinjaman dari perpustakaan sekolah.
Masalah yang juga dihadapi oleh guru, terutama guru mata pelajaran ekonomi
terletak pada siswa. Mengingat kondisi siswa yang sangat beragam,
diantaranya jenis kelamin, kemampuan akademik dan karakter siswa dalam
suatu kelas, memunculkan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Ini menjadi
tantangan bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif
sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Peningkatan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran dapat
dirangsang oleh kegiatan pembelajaran yang membimbing siswa untuk belajar
terarah sehingga mereka termotivasi untuk mendapatkan prestasi belajar yang
optimal. Dari berbagai masalah yang muncul, peneliti menyimpulkan bahwa
akar masalah yang dihadapi adalah tentang kurangnya motivasi belajar siswa.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa ini, ada berbagai macam model
pembelajaran yang bisa digunakan, yaitu Cooperative Learning(CL), Contextual Teaching Learning (CTL), (PBS), dan lain-lain. Alternatif model pembelajaran yang peneliti gunakan adalah model pembelajaran Kooperatif
(Cooperatif Learning), karena Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
(28)
Di dalam model pembelajaran kooperatif ini terdapat berbagai macam
tipe pembelajaran, diantaranya adalah tipe pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Teams Accelerate Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Jigsaw. Alternatif tipe pembelajaran yang peneliti gunakan adalah tipe pembelajaran Jigsaw, karena model pembelajaran tipe
Jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran yang berusaha menyatukan berbagai informasi/konsep yang tersebar secara acak sehingga menjadi satu
kesatuan informasi/konsep yang dapat dipahami secara utuh. Tipe ini
melibatkan siswa untuk melakukan sendiri aktivitas belajar sehingga yang
diperoleh dalam proses pembelajaran akan menjadi ingatan yang setia serta
siswa juga mempunyai keterampilan dan kecakapan motoriknya. Salah satu
cara penerapan untuk tipe pembelajaran jigsaw ini adalah melalui diskusi kelompok, yaitu dibagi menjadi kelompok-kelompok pakar/ahli. Agar
penerapan kegiatan ini menjadi optimal, maka siswa dipandu untuk
menemukan sendiri maksud dan tujuan dari konsep atau topik yang menjadi
bagian mereka selama proses pembelajaran (Amin, 2004; Maarif, 2005).
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu cara meningkatkan daya kreatif guru dalam menyiapkan proses belajar mengajar
sehingga siswa tidak merasa bosan, lingkungan belajar menjadi lebih efektif
dan siswa tetap termotivasi untuk belajar materi. Kegiatan ini dilakukan untuk
membuktikan fakta dan konsep, mendorong rasa ingin tahu siswa dan
(29)
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80), motivasi adalah dorongan
terhadap kekuatan mental yang terjadi pada diri siswa. Sedangkan motivasi
belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Motivasi
dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik
adalah dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.
Berdasarkan dari beberapa pemikiran di atas maka untuk menguasai
permasalahan yang ditemukan, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP N 1 Kalasan Kelas VII E pada Mata Pelajaran Ekonomi”.
B. Batasan Masalah
Dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari
berbagai tipe, namun dalam penelitian ini hanya dimaksudkan untuk
menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw dan menyelidiki pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Motivasi belajar merupakan keinginan/kemauan belajar, hasrat ingin
berprestasi, hasrat mengerjakan tugas, ganjaran sebagai akibat akhir belajar,
(30)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan
masalah yaitu : bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipejigsawpada mata pelajaran ekonomi.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Guru
Untuk mengembangkan strategi pembelajaran berbasis penelitian yang
memiliki karakteristik pendekatan yang relatif sama, sehingga terbentuk
profesionalisme pendidik atau guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
2. Siswa
Untuk dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran sehingga
berdampak pada peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran
(31)
3. Peneliti
Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu berpusat pada siswa.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas
pengajaran di lapangan.
F. Definisi Operasional
1. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
berlangsung dalam suatu kelas secara bersama (Suharsimi, 2006 :3)
2. Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
3. Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana kelompok dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap
pelajar/siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian
menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian
pengajar atau guru mengadakan ulangan/kuis.
4. Motivasi adalah dorongan terhadap kekuatan mental yangterjadi pada diri
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research (CAR), yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian
yang dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3) :
1. Penelitian
Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Tindakan berhubungan dengan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.
Sedangkan menurut Wibawa (Susento, 2007:1), PTK adalah kajian
yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang
(33)
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kemmis dan
McTaggart (Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah
suatu bentuk refleksi diri secara kolektif dan dilakukan oleh anggota-anggota
komunitas dalam situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan
praktek-praktek sosial.
Sementara itu menurut Rustam (2004:1), PTK merupakan sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat. Gwynn Mettetal (2001:7) juga
menyebutkanclassroom action research is a method of finding out what works best in your own classroom so that you can improve student learning.
Menurut Wibawa (Susento,2007:3), pelaksanaan PTK oleh guru akan
meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru,
meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam website PPPG Tertulis Bandung menjelaskan manfaat PTK sebagai berikut:
1. Inovasi pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
(34)
2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empiric, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan profesionalisme guru
Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan , dan lalu memperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Di dalam PTK, ada beberapa tahap perencanaan yang terdiri atas
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta
merencanakan perbaikan (Rustam, 2004:4)
1. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah
Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah baik yang bersifat pengelolaan kelas maupun instruksional. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri melihat pembelajaran yang dikelolanya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan.
2. Menganalisis dan merumuskan masalah
Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah itu perlu dianalisis dan dirumuskan. Tujuannya adalah agar paham akan hakikat masalah yang dihadapi.
3. Merencanakan tindakan perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah, guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dalam langkah ini guru merancang tindakan perbaikan, rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran.
(35)
Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa siklus di dalamnya,
tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:4) :
a. Perencanaan
Merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan perubahan yang diinginkan.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran. c. Observasi
Mengamati hasil tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa
d. Refleksi
Mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil tindakan dari pelbagai kriteria.
Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi (2006:3) adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan berlangsung dalam suatu kelas secara bersama.
Sedangkan menurut Rustam (2004 :1) mendefinisikan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) sebagai sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar atau prestasi belajar siswa dapat
(36)
Gambar 2.1
Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan Gambar 2.1 :
1. Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal
teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang
telah diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan
pembelajaran/penelitian yang sebidang. Dalam penelitian ini
penulis akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipejigsaw untuk diterapkan di dalam kelas.
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan
Siklus 1
(37)
2. Pelaksanaan tindakan
Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario
tindakan dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang
aktual menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan
pembelajaran, guru atau tim peneliti dapat memodifikasi
tindakan walaupun implementasi sedang dalam proses, tetapi
jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan setelah
satu siklus selesai.
3. Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan
secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan
untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam
pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan
prosedur observasi yang mudah dilakukan. Dalam hal ini
peneliti mengobservasi guru, siswa, dan kelas. Adapun salah
satu bentuk observasi yang digunakan adalah catatan anekdotal.
Suatu observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi
peristiwa yang terjadi di dalam kelas
(38)
c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati
d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif
4. Refleksi
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua
informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi
merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang
terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang
dilakukan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan
pada Gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2
Komponen-komponen Refleksi
Keterangan Gambar 2.2 :
Penyimpulan n Pemaknaan
an
Penjelasan Tindak Lanjut
Analisis
Siklus Berikutnya
Pemanfaatan Pemantapan
(39)
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu
diurai, dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya,
dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori
tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang
mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi
merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan
makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat
adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan
perbaikan. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada
siklus 1, maka tindakan perlu dilanjutkan pada siklus 2, demikian
seterusnya hingga siklus yang ketiga. Pada siklus selanjutnya perlu
dilakukan perencanaan kembali. Siklus tersebut merupakan kesatuan dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi,
analisis dan evaluasi, serta refleksi.
B. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Etin Sulihatin & Raharjo (2007 : 4), berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap
(40)
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota.
Sedangkan menurut Nurhadi (2004 : 112), pembelajaran kooperatif
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.,
kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka tujuan pembelajaran. Menurut
Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas,
struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan
struktur tugas, tujuan serta penghargaan model pembelajaran lain. Dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,
(41)
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif
sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Masih menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Pada waktu siswa
melakukan proses belajarnya untuk pemecahan masalah, bantuan/bimbingan
guru adalah berupa pertanyaan-pertanyaan(Mbulu, 2001). Selain pertanyaan
(42)
penemuan (discovery). Dengan kata lain, guru menstimulasi pembelajar untuk aktif berfikir untuk menemukan, sehingga mereka akan mampu berpikir
analitis, sintesis, komparatif secara mandiri (Moston, 1972 dalam Anonymous,
2005a dan 2005b). lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus
diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie; 2002:32):
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lainnya bisa mencapai tujuan mereka.
b. Interaksi tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
c. Tanggung jawab perseorangan
unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya. Pengajar yang efektif dalam pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebalum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
(43)
Berikut adalah keuntungan mengapa pembelajaran kooperatif
dikembangkan (Nurhadi, 2004 :112):
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
f. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan
g. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
h. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif
i. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik
j. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
(44)
C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8):
1. Student Team Achievement Division(STAD)
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikleompokkan secara heterogen, setiap anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya smua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
2. Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
4. Teams Accelerate Instruction (TAI)
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI guru mempresentasikan materi pelajaran secara individu kelompok kecil siswa yang mempunyai unit tahap yang sama. Siswa ditempatkan sesuai dengan kecepatan kemampuan belajarnya sehingga siswa satu dengan siswa yang lain, unit yang ditempuhnya berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka masing-masing. Setipa akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan dari
(45)
teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes akhir dilakukan tanpa bantuan dari satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah dari unit setiap kelompok yang memenuhi kriteria mendapat sertifikat atau penghargaan.
5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Pada tipe ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil secara heterogen. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk
mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas
menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka
mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli
dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk
menguasai bahan pelajaran/materi. Setelah menguasai materi yang menjadi
bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing.
Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman
(46)
jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu
sama seperti STAD.
Langkah-langkah dalam penerapan jigsawadalah sebagai berikut :
a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota
dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa
dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali kekelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut
kelompokjigsaw(gigi gergaji).
b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
(47)
c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntutan dan isi materi yang runtut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembentukan dan Penghargaan Kelompok, menurut Slavin (1995)
guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa
bekerja dalam kelompok.
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan
sebagai berikut. Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok :
a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar
(awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai
ulangan sebelumnya.
b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa
bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata
nilai kuis I dan nilai kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai
(48)
c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan
berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal)
masing-masing siswa.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa
yang memiliki kemampuan belajar berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
Kelemahan metode kooperatifjigsaw
1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka
dikhawatirkan kelompok akan macet
2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal
jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang
belum terkondisi dengan baik , sehingga perlu waktu merubah posisi yang
(49)
Variasi dalam metode ini yaitu sebagai berikut: jika tugas yang
dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa
berkumpul dengan siswa yang lain yang mendapatkan bagian yang sama dari
kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian
tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri
dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam
kelompoknya.
E. Motivasi Belajar Siswa
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80), motivasi adalah dorongan
terhadap kekuatan mental yangterjadi pada diri siswa. Sedangkan motivasi
belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Dalam hal
ini dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung
adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Guru mencoba memberikan dan mengembangkan berbagai upaya yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari itu
peran guru sangat membantu untuk meningkatkan belajar siswa. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (1999:101) upaya-upaya tersebut antara lain:
(1)optimalisasi penerapan prinsip belajar; (2) optimalisasi unsur dinamis
belajar dan pembelajaran; dan (3) optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan
kemampuan siswa.
Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam penerapan prinsip
(50)
belajar maka dari guru itu perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis,
(b) belajar menjadi lebih bermakna, bila siswa dihadapkan pada pemecahan
masalah yang menentangnya, (c) belajar menjadi lebih bermakna, bila guru
mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program
kegiatan tertentu, dan (d) sesuai dengan perkembangan jiwa siswa maka
kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah (Dimyati dan
Mudjiono, 1999:102).
Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam unsur dinamis belajar
dan pembelajaran pada diri siswa dan lingkungannya antara lain (a)
memberikan kesempatan pada siswa, untuk mengungkap hambatan belajar
yang dialami, (b)memelihara minat, kemauan dan semangat belajar sehingga
terwujud tindakan belajar, (c) meminta kesempatan pada orang tua siswa/wali,
agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar,
(d) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, dan (f)
guru merangsang siswa dengan penguatan, dan memberikan rasa percaya diri
bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil (Dimyati dan
Mudjiono, 1999:103-104).
Upaya pengoptimalisasian pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
siswa, antara lain : (a) siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, (b)
guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa, (c) guru memecahkan hal-hal
yang sukar dengan mencari cara memecahkan masalah, (d) guru mengajarkan
cara memecahkan masalah, mendidik keberanian mengatasi
kesukaran/masalah, (e) guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi
(51)
kesukaran belajarnya sendiri, dan (h) guru menghargai pengalaman dan
kemampuan siswa agar belajar secara mandiri (Dimyati dan Mudjiono,
1999:105-106).
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang salah satunya adalah motivasi intrinsik dan
ekstrinsik, yaitu :
a) Motivasi Intrinsik
Adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986:89). Dilihat dari segi tujuan
kegiatan belajar, motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang
terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri. Intrinsic motivation are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes. b) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar
tetap penting sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis,
berubah-ubah dan juga mungkin komponen lain dalam proses belajar
mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan
motivasi ekstrinsik.( Sardiman,1986:91)
Menurut Sardiman(1986:83), motivasi yang ada pada diri setiap
orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(52)
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Berbagai unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah
(Dimyati dan Mujiono, 1999):
a. Cita-cita atau Aspirasi siswa. Adanya cita-cita akan membangkitkan siswa untuk berusaha lebih tekun.
b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.
c. Kondisi siswa. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi jasmani dan rohani siswa. Pada saat siswa sakit, atau sedang marah, kecewa, akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
d. Kondisi lingkungan siswa. Pengaruh-pengaruh yang dibawa lingkungan baik di sekolah, keluarga, tempat tinggal, pergaulan dengan teman sebaya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dukungan yang diberikan orang tua, adanya kompetisi yang positif dan pola pikir yang mendukung antara teman sebaya akan lebih membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan sosial maupun budaya yang ada pada siswa akan mendinamiskan motivasi belajar. Sehingga pada akhirnya lingkungan yang berkembang di sekitar siswa akan menjadi daya dorong siswa memiliki harapan-harapan tertentu yang sekaligus akan menumbuhkan motivasi untuk mewujudkannya. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru merupakan tenaga
profesional yang setiap saat berjumpa dengan siswa. Sehingga ia sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, pujian yang diberikan kepada siswa yang berprestasi, dukungan kepada siswa, kata sapaan, dan lain-lain merupakan cara sederhana untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Prayitno (1989) menyatakan bahwa betapapun baiknya potensi anak
(53)
lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajar,
maka belajar tidak akan berlangsung secara optimal. Seseorang melakukan
suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar
akan menunjukkan hasil yang baik.
Arden N. Frandsen dalam Sardiman A. M.(1986:46)ada beberapa hal
untuk mengetahui motivasi siswa di dalam proses pembelajaran, yaitu :
1. Keinginan/kemauan belajar.
2. Hasrat berprestasi.
3. Hasrat mengerjakan tugas.
4. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar.
5. Hasrat mengikuti pelajaran
6. Hasrat mendapat simpati.
7. Hasrat untuk menang.
F. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang
mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang
ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Ruang
lingkup mata pelajaran ekonomi dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang
terjadi dalam kehidupan. Adapun ruang lingkupnya adalah perilaku ekonomi
dan kesejahteraan, mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan,
spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan dan
(54)
satuan pendidikan, ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan
berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi.
G. Hasil Yang Relevan
Ross & Raphael (1990) menemukan bahwa komunikasi dalam
kelompoklah yang menyebabkan meningkatnya hasil akademik siswa. Antil,L.
R, Jenkins Jr, Wayno SK & Vadasy PF (1998) melakukan studi untuk meneliti
hubungan antara kelaziman, konseptualisasi dan praktek penggunaan
pembelajaran kooperatif oleh guru-guru SD. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa mereka menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan beberapa
pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam :
1. Meningkatkan pengetahuan akademik
2. Siswa terlibat aktif
3. Pengetahuan sosial
Edy Sutanto (2006:32) mengatakan bahwa pemahaman belajar siswa
kelas VIII MTsN Konda pada materi pokok persamaan garis dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
H. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah kurangnya motivasi
siswa disebabkan oleh adanya kebiasaan yang senang menunda pekerjaan
(55)
meningkatkan motivasi belajar siswa maka model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model alternatif yang dapat digunakan. Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini sangat ditekankan kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing
kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang
terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus
menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan
individu sebagai anggota kelompok. Adanya penghargaan kelompok
menimbulkan masing-masing anggota kelompok memiliki motivasi untuk
belajar sungguh-sungguh.
Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menunjukkan efektifitas yang tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik
itu dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi maupun dari
pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat
(56)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan suatu informasi bagaimana
tindakan yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini
mengikuti suatu daur (siklus) yang di dalamnya terdapat kegiatan
merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan
(observasi) dan melaksanakan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.
Penelitian ini menuntut kehadiran peneliti dan guru bidang studi
ekonomi di lapangan karena berperan sebagai instrumen peneliti dan pemberi
tindakan. Peneliti dan guru bidang studi ini disebut sebagai team teaching. Kehadiran peneliti dan guru di lapangan adalah menyusun rencana kegiatan,
melaksanakan pembelajaran, mengumpulkan data dan melaksanakan
wawancara dengan subjek penelitian (siswa). Dalam melaksanakan penelitian
ini, tim peneliti (peneliti dan guru) merekam dan mencatat tingkah laku siswa
dan semua kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Kalasan yang beralamat
di Glondong, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571
(57)
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan/dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober
2009.
Pengambilan data dilakukan selama 2 siklus.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
VII E SMP N 1 Kalasan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata
pelajaran ekonomi.
D. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam hal ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian dimaksudkan untuk menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran ekonomi. Penerapan metode kooperatif tipe jigsaw tersebut dilaksanakan dalam 2 siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada masing-masing tahap
(58)
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar
siswa. Tingkat motivasi diukur dengan menggunaklan instrumen yang
berupa angket motivasi belajar siswa. Tingkat motivasi bertujuan untuk
mengukur motivasi siswa terhadap keinginan/kemauan belajar, hasrat
prestasi, hasrat mengerjakan tugas, ganjaran sebagai akibat akhir belajar,
hasrat mengikuti pelajaran, hasrat mendapat simpati dan hasrat untuk
menang.
E. Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali
dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran
di kelas sebelum menggunakan metodejigsaw.Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup
observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain
dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga
mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan
kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah
menggunakan metode jigsaw. Pra-penelitian(kondisi awal) ini digunakan sebagai dasar penentuan target pencapaian untuk kegiatan dalam setiap siklus.
(59)
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah :
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
F. Siklus
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a) Siklus pertama
Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama meliputi:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipejigsaw, yaitu:
a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi
(60)
siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau etnik.
Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah:
rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, materi, lembar soal kuis, lembar jawab siswa, lembar observasi dan instrumen refleksi.
b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
(1) Kriteria keberhasilan penerapan proses pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw terhadap peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan.
(2) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas
(3) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan siswa di kelas
(4) Lembar penilaian kemampuan siswa masing-masing dalam
mengerjakan kuis
(5) Instrumen refleksi
2. Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Membagi siswa dalam kelompok
Siswa dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri
dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi
akademik, ras atau etnik. Dalam 1 kelompok, masing-masing siswa
(61)
Kemudian orang pertama dari masing-masing kelompok
berkumpul dan membentuk kelompok yang diberi nama
“Kelompok para ahli I”.hal yang sama juga dilakukan oleh orang
kedua sampai orang kelima. Selanjutnya, guru membagikan materi
kepada masing-masing kelompok para ahli. Fungsi kelompok
adalah untuk mendalami materi bersama teman kelompoknya.
b) Pembahasan
Guru bersama siswa melakukan pembahasan materi dengan metode
tanya jawab
c) Kuis
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi,
maka guru mengadakan kuis/ulangan seputar materi yang
diberikan.
3. Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan.
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak
pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: motivasi siswa dapat dilihat
dengan kemauan siswa untuk megikuti proses pembelajaran
(kuesioner). Pengamatan juga dilakukan menggunakan perekaman
denganvideo camcorder. 4. Refleksi
(62)
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan
hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa. Ada dua macam
refleksi yang dilakukan yaitu:
a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan
pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya
(penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu
disempurnakan).
b) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi
dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam
siklus kedua.
b) Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama
dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada
siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.
Demikian juga halnya dengan siklus ketiga, hasil refleksi siklus pertama
(63)
G. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan menggunakan : a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja
yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa
saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan
perbaikan yang direncanakan. Hal-hal yang terkandung di dalam RPP
yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keberhasilan,
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi/
prosedur pembelajaran.
b) Grouping
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-6 orang.
Adapun pembagian kelompok di sini telah ditentukan terlebih dahulu
oleh guru mitra sebagai pihak yang lebih mengerti tentang siswa yang
heterogen. Penentuan kelompok ini didasarkan pada kurang luasnya
kelas tempat pelaksanaan model pembelajaran tipeJigsaw. 2. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang telah direncanakan. Pengukuran motivasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Instrumen ini memuat tentang:
(64)
Indikator Jumlah Item Nomor Item 1. Keinginan/kemauan belajar
2. Hasrat berprestasi
3. Hasrat mengerjakan tugas
4. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar 5. Hasrat mengikuti pelajaran
6. Hasrat mendapat simpati 7. Hasrat untuk menang
5 3 3 4 3 2 1
1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8 9, 10, 11 12, 13, 14, 15 16, 17, 18 19, 20 21
Dalam kuesioner ini terdapat 2 pernyataan, yaitu pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Item pernyataan positif ditunjukkan pada no. 1, 2, 3, 5,
6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21 sedangkan item pernyataan
negatif ditunjukkan pada no. 4, 7, 12, 18. Kuesioner ini diisi oleh siswa
setelah keseluruhan proses pembelajaran selesai yakni setelah kuis.
3. Observasi
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:139). Pengumpulan data melalui
observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel
untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di
kelas. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada
Bergerman, 1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok
yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
a. Observasi pendahuluan
(65)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam
proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat
catatan anekdotal. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang
bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru
selama pembelajaran.
2) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam
proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat
catatan anekdotal. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang
bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang terjadi di kelas
selama pembelajaran.
3) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat
catatan anekdotal dan lembar observasi motivasi siswa. Catatan
anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik
tentang motivasi siswa selama pembelajaran.
b. Observasi saat PTK dilaksanakan
(66)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam
proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat
catatan anekdotal dan dalam bentuk lembar observasi kegiatan
guru. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih
spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran.
2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
Dalam penelitian ini, observasi terhadap perilaku siswa dilakukan
peneliti dengan membuat lembar observasi kegiatan siswa untuk
mengetahui tingkat motivasi siswa selama proses belajar mengajar.
Di samping itu, peneliti juga membuat catatan anekdotal. Catatan
anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik
tentang kegiatan siswa selama pembelajaran.
3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam
proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat
catatan anekdotal dan dalam bentuk instrumen pengamatan kelas.
Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih
spesifik tentang kegiatan siswa selama pembelajaran.
(67)
Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan
kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi
guru dan lembar refleksi siswa.
H. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar
yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data
dilakukan dengan:
1) Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam
kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125).
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan
motivasi belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap
metodejigsawyang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi. 2) Observasi
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28).
Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti
pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara
(68)
3) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang perencanaan
pembelajaran ekonomi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai jumlah siswa dan latar belakang siswa sebagai dasar
menentukan jumlah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Selanjutnya, audio-visual digunakan untuk mendukung 3 teknik terdahulu dan penguat hasil penelitian.
2. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif
untuk mengetahui perkembangan motivasi siswa di dalam proses
pembelajaran.
a) Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala
yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe
jigsaw sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
b) Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan motivasi
belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian,
(69)
46
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Lingkungan Sekolah
SMP Negeri 1 Kalasan berada di tepi jalan raya Negara yang
menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta, berdekatan dengan kantor
pemerintah yaitu Kepolisian sektor Kalasan, Rumah Sakit Bhayangkara dan
Koramil Kalasan. SMP NEGERI 1 KALASAN beralamat di jl.Solo Km 14,
Glondong, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Dalam hal keamanan,
lokasi sekolah berdekatan dengan Kepolisian sektor Kalasan, Koramil
Kalasan dan pihak sekolah telah memiliki Satuan Pengamanan (Satpam)
berjumlah 2 (dua) orang dan penjaga malam yang cukup memadai, yang siap
mengamankan keadaan sekolah. Selain itu, masyarakat sekitar dengan penuh
kesadaran ikut menjaga semua aset milik sekolah.
B. Visi dan Misi VISI
UNGGUL PRESTASI, TANGGUH DALAM IMTAQ SERTA CINTA
BANGSA DAN NEGARA
Dengan Indikator :
1. Unggul dalam Perolehan Nilai ujian Nasional
2. Unggul dalam disiplin
(70)
4. Unggul dalam kesenian
5. Unggul dalam perilaku mewujudkan Lingkungan Sekolah yang Sehat,
Nyaman dan Asri
6. Unggul dalam Olah Raga
7. Unggul dalam bersopan santun
8. Unggul berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin
9. Unggul dalam penggunaan Komputer, Karya Ilmiah Remaja ,Kesenian
dan Ketrampilan dan materi olimpiade sain.
MISI
1. Efektivitas pembelajaran dan bimbingan agar siswa berkembang
secara optimal sesuai potensi yang dimiliki.
2. Melaksanakan pendisiplinan terhadap semua komponen sekolah sehingga
Melaksanakan penanaman nilai-nilai dan penerapan lingkungan sekolah
yang sehat, nyaman dan asri
3. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran
agama yang dianut, mencintai Bangsa dan Negara, berbudaya serta arif
dalam bertindak.
4. Melatih peserta didik menguasai Seni Batik, Seni Tari, Seni Suara, Seni
Karawitan, Drumband, Kerajinan dan Ketrampilan.
5. Melaksanakan penanaman nilai-nilai dan penerapan lingkungan sekolah
yang sehat, nyaman dan asri
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI