Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII C SMP N 1 Kalasan pada mata pelajaran ekonomi.

(1)

viii   

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Dionysius Paschalis Januari Yanto Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan belajar siswa dengan penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII-C, SMP Negeri 1 Kalasan, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam dua siklus yaitu : siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa komponen mengajukan pertanyaan (52,78%), komponen menjawab pertanyaan (27.28%), komponen mengerjakan lembar kerja/tugas (86,11%), komponen kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (80,56%), komponen menanggapi pendapat (27,28%). penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa komponen mengajukan pertanyaan (66,67%), komponen menjawab pertanyaan (44,44%), komponen mengerjakan lembar kerja/tugas (94,44%), komponen kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (88,89%), komponen menanggapi pendapat (41,67%).


(2)

ix   

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW TYPE TO INCREASE STUDENT’S LEARNING ACTIVITY

AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE SEVENTH C CLASS STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 KALASAN ON THE

SUBJECT OF ECONOMY

Dionysius Paschalis Januari Yanto Sanata Dharma University

2011

The research aims to know the effect of the application of cooperative learning method of Jigsaw type on the subject of economics course to increase student’s activity. This research is an explorative action class research.

The research was conducted on the seventh C class students, State Junior High School Student Kalasan 1, Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of four steps, they are planning, action, observation, and reflection. Collecting data was done by using observation of student’s activity in the classroom, teacher’s activity sheet obsevation, student’s activity sheet obsevation, class activity sheet obsevation, teacher’s activity sheet in teaching and learning process, class instrument sheet obsevation, student’s activity sheet observation in group, and reflection instrument. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of the research on the first cycle shows that asking question component is 52,78%; method answering question component is 27,28%; finishing work/test sheet component is 86,11%; student’s ability of discussion/interaction in cooperative group component is 80,56%; and responding opinion component is 27,28%. On the second cycle shows that asking question component is 66,67%; answering question component is 44,44%; finishing work/test sheet component is 94,44%; and responding opinion component is 41,67%.


(3)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Dionysius Paschalis Januari Yanto

NIM: 041334077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Dionysius Paschalis Januari Yanto

NIM: 041334077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv   

PERSEMBAHAN

 

 

 

 

 

Yesus Kristus dan Bunda Maria Pembimbingku...

Kedua Orang Tua serta kakak dan adik tercinta...

Dengan penuh rasa kerendahan dan ketulusan hati skripsi ini

kupersembahkan bagi

R S _hidupku

Almamater dan Masa depanku


(8)

v   

MOTTO

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

(Yes 40:29) Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?” “Aku sangat berkuasa. Aku dapat merubah situasi apapun dengan mudah.”Yang mustahil bagi manusia tidak bagi Tuhan. Amin

(Kejadian 18:14)

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak

memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain."

(I Korintus 13:4-5) Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan.

(Mignon McLaughlin) Tidak ada rahasia dari kesuksesan. Kesuksesan merupakan hasil dari persiapan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan.

(Colin Powell)

Menjadi juara adalah hak setiap orang, apakah Anda ingin memperjuangkannya? Perjuangkanlah dan jadilah juara, minimal

jadi juara bagi diri sendiri dan bagi keluarga.


(9)

(10)

(11)

viii   

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Dionysius Paschalis Januari Yanto Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan belajar siswa dengan penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII-C, SMP Negeri 1 Kalasan, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam dua siklus yaitu : siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa komponen mengajukan pertanyaan (52,78%), komponen menjawab pertanyaan (27.28%), komponen mengerjakan lembar kerja/tugas (86,11%), komponen kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (80,56%), komponen menanggapi pendapat (27,28%). penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa komponen mengajukan pertanyaan (66,67%), komponen menjawab pertanyaan (44,44%), komponen mengerjakan lembar kerja/tugas (94,44%), komponen kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (88,89%), komponen menanggapi pendapat (41,67%).


(12)

ix   

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW TYPE TO INCREASE STUDENT’S LEARNING ACTIVITY

AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE SEVENTH C CLASS STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 KALASAN ON THE

SUBJECT OF ECONOMY

Dionysius Paschalis Januari Yanto Sanata Dharma University

2011

The research aims to know the effect of the application of cooperative learning method of Jigsaw type on the subject of economics course to increase student’s activity. This research is an explorative action class research.

The research was conducted on the seventh C class students, State Junior High School Student Kalasan 1, Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of four steps, they are planning, action, observation, and reflection. Collecting data was done by using observation of student’s activity in the classroom, teacher’s activity sheet obsevation, student’s activity sheet obsevation, class activity sheet obsevation, teacher’s activity sheet in teaching and learning process, class instrument sheet obsevation, student’s activity sheet observation in group, and reflection instrument. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of the research on the first cycle shows that asking question component is 52,78%; method answering question component is 27,28%; finishing work/test sheet component is 86,11%; student’s ability of discussion/interaction in cooperative group component is 80,56%; and responding opinion component is 27,28%. On the second cycle shows that asking question component is 66,67%; answering question component is 44,44%; finishing work/test sheet component is 94,44%; and responding opinion component is 41,67%.


(13)

x   

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Kasih. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar

Siswa Kelas VII C SMP N 1 Kalasan Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekaligus sebagai

upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan berpikir serta menambah

wacana di dunia pendidikan pada umumnya.

Penulis dengan penuh kesadaran memahami dalam penelitian ini masih

banyak terdapat kekurangannya. Oleh karenanya sumbang saran yang bersifat

membangun dari pembaca sangat diharapkan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Bambang Purnomo, S. E., M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah


(14)

xi   

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si selaku dosen penguji yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini

6. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd selaku dosen penguji yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini

7. Staf pengajar Program Studi pendidikan Akuntansi yang telah sabar

memberikan ilmu pengetahuan di dalam proses perkuliahan selama ini.

8. Tenaga administrasi Program Studi pendidikan Akuntansi yang telah

membantu kelancaran Proses Belajar ini.

9. Bapak Drs. H. Tri Rahardjo, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 1

Kalasan, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan

penelitian.

10. Bapak AG. Sukarno, S. Pd. selaku Guru Mitra Penelitian, yang telah

berkolaborasi, membantu, dan membimbing peneliti dalam melakukan

penelitian.

11. Siswa Siswi kelas VII C yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

12. Kedua orangtuaku, Bapak Yohanes Siswanto dan Ibu Valentina Supartini

yang senantiasa memberikan cinta kasih, dukungan materiil, moral, doa, dan

restunya kepada penulis selama masa awal studi hingga tersusunnya skripsi


(15)

xii   

13. Kakakku Aloysius Agung dan Adikku Tri, terimakasih atas dukungannya.

14. FITRI DWI RIYANI, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam

penelitian hingga selesai skripsi ini.

15. Rini Sundari, untuk kasih sayang, perhatian, doa, dan semangatnya yang

diberikan kepada penulis.

16. Temen-temen dari B.Y.o.S band, terimakasih selama ini telah mendorong dan

mendukung penulis untuk lebih maju.

17. Buat anak-anak kontrakan tunggorono no.6 esot, batak, lian, arpan, tri, dedy,

kampang, enjun,andre java terima kasih telah mendukung selama ini.

18. Bang Pesta yang telah bersedia selalu memberikan motivasi tentang arti

pentingnya kehidupan dalam bahasa filsafat kepada penulis.

19. Teman-teman angkatan ’04, terima kasih atas kebersamaannya khususnya

susi dan dony yg selalu memantau mendukung, dan menemani penulis dalam

penyelesaian skripsi walaupun jarak kita jauh.

20. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi

pembaca khususnya dan dunia pendidikan umumnya.

Yogyakarta, 10 Februari 2011

Penulis

Dionysius Paschalis J. Y


(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... . iv

HALAMAN MOTTO... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian. ... 6


(17)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Proses Belajar Mengajar. ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif... 10

C. Tipe – Tipe Pembelajaran Kooperatif... 13

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 14

E. Keaktifan ... 18

F. Prestasi Belajar... 23

G. Mata Pelajaran Ekonomi ... 24

H. Penelitian Tindakan Kelas ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... . 33

A. Jenis Penelitian... . 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... . 33

C. Subjek dan Obyek Penelitian... 34

D. Prosedur Penelitian... 34

E. Instrumen Penelitian... 38

H. Pengumpulan dan Analisis Data... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45

A. Lingkungan Sekolah……….. .. 45

B. VISI dan MISI ... 45

C. Tujuan... ... 47

D. Keadaan Sekolah ... ... 48

E. Peserta Didik... ... 48


(18)

xv

G. Prestasi Sekolah ... ... 59

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... ... 67

A. Deskripsi Penelitian ... ... 67

1. Observasi Pendahuluan... 68

2. Siklus Pertama... 73

a. Perencanaan... 73

b. Tindakan... 77

c. Observasi... 82

d. Refleksi... 90

3. Siklus Kedua ... ... 97

a. Perencanaan... 97

b. Tindakan... 101

c. Observasi... 105

d. Refleksi... 113

B. Analisis Komparatif Tingkat keaktifan... 120

C. Komparasi Prestasi Belajar Siswa... 124

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 127

A. Kesimpulan... 127

B. Keterbatasan Penelitian... 128

C. Saran... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aktifitas Guru Pada Siklus I ... 82

Tabel 2.2 Keterlibatan Siswa pada Siklus Pertama ... 85

Tabel 2.3 Pengamatan Terhadap Kelas ... 87

Tabel 2.4 Kesan Guru mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw Siklus I ... 90

Tabel 2.5 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I ... 93

Tabel 3.1 Aktifitas Guru Pada Siklus II... 106

Tabel 3.2 Keterlibatan Siswa pada Siklus Kedua ... 109

Tabel 3.3 Pengamatan Terhadap Kelas ... 111

Tabel 3.4 Kesan Guru mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw Siklus I ... 114

Tabel 3.5 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I ... 117

Tabel B.1 Perkembangan Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa Pada Pra Penelitian, Siklus I, Siklus II ... 121

Tabel C.1 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Pada Pra Penelitian, Siklus I, Siklus II ... 124


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…………. 29


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Permohonan Ijin Penelitian dari Universitas

Surat Keterangan Ijin dari BAPPEDA Kota

Surat Keterangan Ijin dari BAPPEDA Kabupaten

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 2a Materi Pembelajaran Siklus I

Lampiran 2b Materi Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3a Lembar Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 3b Lembar Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 4 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal)

Lampiran 4a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada

Observasi Pendahuluan

Lampiran 4b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada Siklus I

Lampiran 4c Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anecdotal) pada Siklus II

Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal)

Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada

Observasi Pendahuluan

Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada

Siklus I

Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada


(22)

xix

Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal)

Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada

Observasi Pendahuluan

Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada

Siklus I

Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada

Siklus II

Lampiran 7 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

Lampiran 7a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

Siklus I

Lampiran 7b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

Siklus II

Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kelas

Lampiran 8a Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus I

Lampiran 8b Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus II

Lampiran 9 Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa

Lampiran 9a Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada

Observasi Pendahuluan

Lampiran 9b Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada

Siklus I

Lampiran 9c Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada


(23)

xx

Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok

Lampiran 10a Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada

Siklus I

Lampiran 10b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada

Siklus II

Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru

Lampiran 11a Instrumen Refleksi Guru pada Siklus I

Lampiran 11b Instrumen Refleksi Guru pada Siklus II

Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa

Lampiran 12a Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus I

Lampiran 12b Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus II


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada prinsipnya tugas mengajar atau menjadi seorang guru itu adalah menghantarkan peserta didik dalam kelas untuk melaksanakan proses belajar mengajar secara aktif. Mengajar adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru bagi peserta didik dalam menyampaikan materi pelajaran di depan kelas, oleh karena itu mengajar merupakan suatu proses kompleks, tidak hanya menyampaikan informasi dari guru kepada peserta didik saja banyak tindakan yang harus dilakukan apalagi tujuan dari mengajar adalah hasil belajar yang baik. Agar mengajar lebih efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik dan meningkatkan mutu mengajarnya. Kesempatan belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan peserta didik secara aktif selama belajar. Semakin banyak siswa yang terlibat aktif, makin tinggi prestasi belajar yang dicapai siswa. Sebaliknya apabila guru tidak dapat mengajar dengan efektif maka apa yang di ajarkan tidak akan dapat di terima oleh peserta didik, peserta didik akan malas belajar, kurangnya semangat diantara peserta didik dalam mengikuti pelajaran yang berlangsung dan kemungkinan akan timbul perbuatan peserta didik yang dapat merugikan suasana proses belajar mengajar.


(25)

Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa secara searah. Seorang guru memberikan pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari gurunya. Berbeda dengan paradigma baru dimana pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif dengan interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa.

Metode yang biasa dipakai oleh guru dalam mengajar yaitu metode ceramah dan diskusi. Ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, ada kemungkinan siswa tidak mendengarkan, ngobrol dengan teman yang lain, acuh tak acuh dengan penjelasan guru, mencari kesibukan lain, bahkan tidak memperhatikan dikarenakan siswa merasa bosan. Sementara jika guru mengajar dengan metode diskusi, sekilas di dalamnya siswa tampak terlibat aktif dalam kelompok. Namun jika dilihat lebih mendalam mungkin akan tampak bahwa hanya beberapa siswa yang aktif di dalam kelompok diskusi tersebut. Sementara beberapa siswa terlibat aktif di dalam kelompok, ada juga beberapa siswa yang tidak aktif terlibat mungkin karena malu mengemukakan pendapat, malu bertanya, bahkan bosan sehingga lebih memilih untuk mencari kesibukan sendiri. Akibatnya, siswa yang aktif akan dapat lebih mengerti dibandingkan dengan siswa yang tidak aktif. Dari uraian tersebut tampak bahwa metode ceramah dan diskusi kadang kurang efektif dalam proses belajar mengajar sehingga akan berdampak negatif pada kemauan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang nantinya juga memungkinkan akan berdampak pada prestasi belajar siswa.


(26)

Berdasarkan pengalaman yang telah dialami peneliti selama duduk di bangku SMA dan ketika melakukan praktik mengajar di lapangan masih banyak guru pada waktu mengajar menggunakan metode diskusi dan ceramah. Ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, pada awalnya siswa masih dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak penjelasan dari guru. Namun lama kelamaan siswa mulai kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, ada yang ribut ngobrol dengan teman, ada yang sibuk sendiri, intinya banyak siswa yang cenderung tidak merespon lagi pembelajaran dari guru. Kemudian ketika guru mengajar dengan menerapkan metode diskusi kurang lebih kondisinya sama dengan ketika guru menerapkan metode ceramah. Sekilas siswa memang tampak aktif di dalam kelompoknya, namun jika dilihat lebih dalam ternyata hanya beberapa siswa yang benar-benar aktif sedangkan yang lain cenderung pasif. Siswa yang pasif kebanyakan hanya menggantungkan diri pada jawaban teman yang aktif yaitu dengan menyalin jawaban teman ke dalam lembar tugasnya. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah dan diskusi kurang begitu efektif dalam proses pembelajaran sehingga hal ini menyebabkan kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu dapat mendorong siswa untuk lebih antusias lagi dalam mengikuti pelajaran.

Metode mengajar yang tepat hendaknya dapat dilakukan oleh semua pihak khususnya yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama guru atau guru sebagai seorang pengajar. Metode mengajar yang tepat adalah yang dapat melibatkan


(27)

seluruh siswa di dalam kelas, baik secara individu maupun kelompok. Keterlibatan siswa secara individual dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik diri siswa. Sedangkan keterlibatan siswa di dalam kelompok akan berhubungan dengan proses pemerolehan pengetahuan melalui siswa dengan siswa yang lain atau siswa dengan guru.

Dalam kenyataannya sebenarnya ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dan dikembangkan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Sebenarnya inti dari model pembelajaran ini adalah mengajak siswa untuk belajar dengan saling bekerja sama dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang bervariasi (tinggi, sedang, rendah). Bahkan tidak sebatas pada kemampuan melainkan dapat diterapkan pada keberagaman anggota kelompok baik itu jenis kelamin, suku, ras, agama, dan sebagainya. Sedangkan dalam menyelesaikan tugas kelompok, maka setiap kelompok saling bekerja sama dalam memahami suatu pelajaran. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan yaitu: (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi antar anggota; (5) evaluasi proses kelompok.

Di dalam model pembelajaran kooperatif ini terdapat berbagai macam tipe pembelajaran, diantaranya adalah tipe pembelajaran Student Teams Achievement

Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Teams Accelerate

Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),


(28)

pembelajaran Jigsaw. Model pembelajaran tipe jigsaw ini dapat membantu guru dalam menciptakan suasana belajar yang sangat menyenangkan. Dalam metode ini para siswa tidak hanya berinteraksi dengan sesama anggota kelompok tetapi juga berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain. Alasan penggunaan metode

jigsaw yang dikaitkan dengan konteks siswa merupakan salah satu cara

meningkatkan daya kreatif guru dalam menyiapkan proses belajar mengajar agar siswa tidak merasa bosan sehingga lingkungan belajar menjadi lebih efektif dan siswa tetap termotivasi untuk belajar materi. Jika metode ini dapat diterapkan dengan baik, maka para siswa terdorong untuk ikut terlibat dalam diskusi kelompok. Dengan kondisi pembelajaran seperti ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran guru-guru di SMP masih cenderung menerapkan metode ceramah dan diskusi pada hampir di setiap pertemuan. Metode tersebut dirasa kurang efektif dan bervariasi guna meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar SiswaKelas VII C SMP Negeri 1 Kalasan Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.


(29)

B. Batasan Masalah

Dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari berbagai tipe, namun dalam penelitian ini hanya dimaksudkan untuk menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw dan menyelidiki pengaruhnya terhadap peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan merupakan suatu sikap berani berpendapat, keberanian bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan dalam mengerjakan lembar kerja atau tugas baik individu maupun kelompok. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat diukur secara langsung dan menggunakan tes.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan permasalahan yaitu: bagaimana peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada pembelajaran ekonomi ?

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode kooperatif tipe


(30)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Ekonomi. 2. Bagi peneliti

Sebagai calon seorang pendidik, penelitian ini sangat bermanfaat dalam pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tujuan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi terutama guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan dan pengelolaan sumber-sumber belajar.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Proses Belajar Mengajar

Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern diartikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13). Definisi yang kedua ini memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.

Menurut Syah (1995:237), proses belajar mengajar secara singkat dapat disebut juga sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar, dimana tekanan kegiatan adalah pada siswa yang belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu hubungan antara guru dengan siswa yang bersifat suatu pengajaran. Suasana yang bersifat pengajaran ini siswa melakukan suatu aktivitas belajar melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mangajar yang dilakukan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar, selain guru menggunakan suasana yang bersifat pengajaran, dianjurkan memanfaatkan komunikasi banyak arah agar siswa dapat belajar secara aktif.


(32)

Artinya, selain siswa berkomunikasi dengan guru tetapi siswa juga berkomunikasi dengan siswa yang lain.

Sedangkan Winkel (1996:59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dimana perubahan yang dimaksud bersifat relative konstan dan tetap melekat.

Lain halnya dengan pendapat Burner (1984:9), proses belajar dibedakan ke dalam tiga fase, yakni: (1) informasi, baik yang menambah atau memperluas pengetahuan maupun yang bertentangan dengan yang telah kita ketahui sebelumnya; (2) transformasi, pengubahan informasi dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsepstual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas; dan (3) evaluasi yang berisi penilaian pengetahuan yang diperoleh dan apakah transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Berdasarkan uraian diatas maka belajar yaitu suatu usaha dan latihan yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Proses belajar diartikan sebagai tahap perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Sedangkan mengajar diartikan sebagai suatu usaha yang membantu memudahkan kegiatan belajar dimana dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan para siswa agar siswa terlibat dalam aktifitas belajar.


(33)

B.Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Sulihatin (2005:5), berpendapat bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Sedangkan menurut Lie (2002:12), sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.


(34)

Heterogen merupakan salah satu ciri pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam satu kelompok tersebut terdiri atas dua sampai lima siswa yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda, jenis kelamin berbeda, bahkan jika dimungkinkan berasal dari suku yang berbeda pula. Menurut Roger dan Johnson tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative

learning. Lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk

mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie, 2002:32) : 1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini berkumpul dan bertukar informasi yang kemudian pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung sari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative

learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilakukan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan mudah dan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk


(35)

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

4. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomnikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

Jadi pada dasarnya pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk belajar bersama-sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan tugas atau masalah kelompok. Di dalamnya anggota kelompok saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami pelajaran dan keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok.


(36)

C.Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) yang diantaranya adalah:

1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap anggotanya terdiri dari 4 – 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja kedalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

2. Teams Games Tournaments ( TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4 -5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw

adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

4. Teams Accelerate Instruction (TAI)

Dalam model TAI guru mempresentasikan materi pelajaran secara individu atau kelompok kecil siswa yang mempunyai unit tahap yang sama. Siswa ditempatkan sesuai dengan kecepatan kemampuan belajarnya sehingga siswa


(37)

yang satu dengan siswa yang lain, unit yang ditempuhnya berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka masing-masing. Setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes untuk akhir dilakukan tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah dari unit setiap kelompok yang memenuhi criteria mendapat sertifikat atau penghargaan.

5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Model CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam model CIRC, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.

D.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al (Lie, 2002:69) sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.


(38)

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para


(39)

anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Ada delapan langkah dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Lie, 2002:69), yaitu:

1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian. 2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan

mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat

4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.

5. Siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka masing-masing. 6. Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan

masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.

8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.


(40)

Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

2. Menerapkan bimbingan sesama teman 3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi 4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Sikap apatis berkurang

7. Pemahaman materi lebih mendalam 8. Meningkatkan motivasi belajar Kelemahan metode kooperatif jigsaw

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik , sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh.

Variasi dalam metode ini yaitu sebagai berikut: jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan


(41)

siswa yang lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

E.Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998:13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Aktivitas peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian peranan pendidikan. Aktivitas merupakan asas penting dalam asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani, 2004:6).


(42)

Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001:2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri.

Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Beberapa aktivitas siswa pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa dalam kegiatan interaksi dalam pembelajaran. Hal ini tidak berarti guru pasif atau


(43)

tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar.

Herman Handoyo (Rias, 1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada uraian di bawah :

1. Menguji.

Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.

2. Mengungkapkan.

Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model-model dari situasi masalah yang dihadapi.

3. Membuktikan.

Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alasan yang terstruktur.

4. Mengaplikasikan masalah.

Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.

5. Menyelesaikan masalah.

Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.

6. Mengkomunikasikan.

Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing – masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan – gagasan yang nyatakan siswa lain.

Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas


(44)

disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.

Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa, tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapanpun, dimanapun agar mendapat prestasi yang baik. Bisaa melakukan, seperti halnya aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.

Kecenderungan dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif sendiri. Bruner (Erizal Gani,2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan


(45)

untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subyek haruslah aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktvitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.

Ada beberapa hal untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, meliputi beberapa hal :

1. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat. 2. Interaksi siswa dalam kelompok kooperatif.

3. Keberanian siswa dalam bertanya.

4. Kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja. 5. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan.

Sejalan dengan hal di atas, menurut Sriyono (Http://learning-withme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang


(46)

mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

F. Prestasi belajar

Prestasi adalah kecakapan nyata dan dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Karena dapat diukur maka bersifat sementara dan dapat dipengaruhi beberapa faktor yang ada. Winkel (1984:64) mengemukakan bahwa prestasi itu bukti usaha yang dapat dicapai. Jadi kesimpulannya bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat diukur secara langsung dan menggunakan tes. Sementara itu menurut Surakhmad (1990:700) prestasi belajar adalah pemahaman pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angkanilai yang diberikan guru.


(47)

Slameto (1998:56) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern dan faktor ekstern. Adapun penjelasan faktor intern, yaitu faktor jasmaniah terdiri atas kesehatan dan cacat tubuh dan faktor psikologis terdiri atas intelegensi perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan, sedangkan penjelasan faktor ekstern antara lain: (a) faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar anggota, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, (b) faktor sekolah terdiri atas metode belajar, kurikulum, relasi antar guru dan siswa, relasi antar siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas belajar, dan (c) faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

G. Mata Pelajaran Ekonomi

Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi dalam kehidupan. Adapun ruang lingkupnya adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan, mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan dan pengelolaan keuangan perusahaan.


(48)

Sedangkan menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan, ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.

H. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom

action research (CAR), yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada

tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3) :

1. Penelitian

Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Tindakan berhubungan dengan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas

Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa


(49)

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Sedangkan menurut Wibawa (Susento, 2007:1), PTK adalah kajian yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kemmis dan McTaggart (Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif dan dilakukan oleh anggota-anggota komunitas dalam situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktek-praktek sosial.

Sementara itu menurut Rustam (2004:1), PTK merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Gwynn Mettetal (2001:7) juga menyebutkan classroom action research is a method of finding out what works best in your own classroom so that you can improve student learning.

Menurut Wibawa (Susento,2007:3), pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam website PPPG Tertulis Bandung menjelaskan manfaat PTK sebagai berikut:


(50)

1. Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empiric, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.

3. Peningkatan profesionalisme guru

Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan , dan lalu memperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

Di dalam PTK, ada beberapa tahap perencanaan yang terdiri atas mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan (Rustam, 2004:4)

1. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah

Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah baik yang bersifat pengelolaan kelas maupun instruksional. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri melihat pembelajaran yang dikelolanya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan.


(51)

Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah itu perlu dianalisis dan dirumuskan. Tujuannya adalah agar paham akan hakikat masalah yang dihadapi.

3. Merencanakan tindakan perbaikan

Berdasarkan rumusan masalah, guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dalam langkah ini guru merancang tindakan perbaikan, rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran.

Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa siklus di dalamnya, tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:4)

a. Perencanaan

Merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan perubahan yang diinginkan.

b. Tindakan

Melaksanakan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran. c. Observasi

Mengamati hasil tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa d. Refleksi

Mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil tindakan dari pelbagai kriteria.


(52)

Gambar 2.1

Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan Gambar 2.1 : 1. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian yang sebidang. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk diterapkan di dalam kelas.

Pelaksanaan  Tindakan

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan 

Pelaksanaan  Tindakan  Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan 

Siklus 1 


(53)

2. Pelaksanaan tindakan

Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau tim peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi sedang dalam proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan setelah satu siklus selesai.

3. Observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dilakukan. Dalam hal ini peneliti mengobservasi guru, siswa, dan kelas. Adapun salah satu bentuk observasi yang digunakan adalah catatan anekdotal. Suatu observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa

yang terjadi di dalam kelas

b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati


(54)

d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif 4. Refleksi

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan pada Gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2

Komponen-komponen Refleksi

Penyimpulan Pemaknaan

Penjelasan  Tindak Lanjut

Analisis

Siklus  Berikutnya 

Pemanfaatan Pemantapan 


(55)

Keterangan Gambar 2.2 :

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka tindakan perlu dilanjutkan pada siklus 2, demikian seterusnya hingga siklus yang ketiga. Pada siklus selanjutnya perlu dilakukan perencanaan kembali. Siklus tersebut merupakan kesatuan dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, analisis dan evaluasi, serta refleksi.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 :44). Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMPN 1 Kalasan Glondong Tirtomartani Kalasan, Sleman Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan bulan Agustus – September 2009.


(57)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMPN 1 Kalasan Yogyakarta. 2. Obyek penelitian

Obyek penelitiannya adalah pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

D. Prosedur Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode jigsaw. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah menggunakan metode jigsaw.

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah :

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.


(58)

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap

kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

a. Siklus pertama.

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan atau tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi :

1) Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yang meliputi:

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan materi presentasi.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi : (1) Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran.


(59)

(2) Lembar observasi kegiatan guru di kelas (3) Instrumen pengamatan kelas.

(4) Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok. (5) Instrumen refleksi.

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

a) Guru bidang studi ekonomi bertindak sebagai guru yang membimbing dan mengarahkan siswa.

b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 anggota/siswa yang memiliki karakteristik yang heterogen.

c) Setiap kelompok mendapatkan topik dari materi yang akan dibahas dalam bentuk teks.

d) Setiap siswa dalam anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari topik tersebut dan mereka menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya.

e) Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada bagian topik yang sama dan mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya tersebut dalam batas waktu tertentu.


(60)

f) Setelah setiap kelompok ahli selesai berdiskusi dan sudah menguasai materi secara individu tentang bagian yang mereka diskusikan, mereka kembali ke kelompok asalnya dan kemudian memaparkan atau mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman yang lainnya.

g) Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.

h) Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari seluruh rangkaian pembelajaran

i) Guru mengadakan kuis 3) Observasi

Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa tampak dari keberanian mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, partisipasi siswa dalam kelompok, dan kemampuan mengerjakan lembar kerja yang diberikan. Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder .

4) Refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap hasil prestasi belajar siswa. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu :


(61)

a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya.

b) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis, peneliti melakukan self-reflection

dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing- masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

b. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan


(62)

perbaikan yang direncanakan. Hal-hal yang terkandung di dalam RPP yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keberhasilan, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi/ prosedur pembelajaran.

b. Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Adapun pembagian kelompok di sini telah ditentukan terlebih dahulu oleh guru mitra sebagai pihak yang lebih mengerti tentang siswa yang heterogen. 2. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

yang telah direncanakan. Instrumen yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat keaktifan dan prestasi belajar siswa dipilah menjadi tiga bagian, yaitu secara menyeluruh (kelas), kelompok, dan secara individu. Dalam mengukur keaktifan kelas digunakan lembar observasi keaktifan dan keterlibatan belajar siswa, sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa di dalam kelompok instrumen yang diperlukan yaitu lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.

3. Observasi

Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:139). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel


(63)

untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman, 1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

a. Observasi pendahuluan

1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 4). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.

2) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 6). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang terjadi di kelas selama pembelajaran.

3) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student). Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal


(64)

(lampiran 5) dan lembar observasi keaktifan dan keterlibatan siswa (lampiran 9). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran. b. Observasi saat PTK dilaksanakan

1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 4) dan dalam bentuk lembar observasi kegiatan guru (lampiran 7). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.

2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student). Dalam penelitian ini, observasi terhadap perilaku siswa dilakukan peneliti dengan membuat lembar observasi kegiatan siswa (lampiran 9) untuk mengetahui tingkat keaktifan dan keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar. Di samping itu, peneliti juga membuat catatan anekdotal (lampiran 5). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.

3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal


(65)

(lampiran 6) dan dalam bentuk instrumen pengamatan kelas (lampiran 8). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.

4. Refleksi

Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi guru (lampiran 11) dan lembar refleksi siswa (lampiran 12)

F. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan:

1) Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap metode jigsaw yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.

2) Observasi

Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data


(66)

melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas.

3) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang perencanaan pembelajaran ekonomi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai jumlah siswa dan latar belakang siswa sebagai dasar menentukan jumlah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Selanjutnya, audio-visual digunakan untuk mendukung 3 teknik terdahulu dan penguat hasil penelitian.

2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui perkembangan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran. a) Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe jigsaw


(1)

Lampiran 11b

Instrumen Refleksi

Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II

No Uraian Komentar

1 Penilaian guru tentang komponen pembelajaran: a. Materi Ajar

b. LKS

c. Soal Kuis/Tes bab d. Contoh RPP e. Kunci LKS f. Tes Hasil Belajar g. Suasana Kelas h. Cara Kerja Siswa

i. Keterampilan Kooperatif yang Dilatihkan

a.Tercapai b. Baik c. Tercapai d. Baik e. Baik f. Tercapai g. Hidup h. Baik i. Baik 2 Selama kerja kelompok siswa :

a. Mendengarkan orang lain b. Mengajukan pertanyaan c. Mengorganisasikan ide-idenya d. Mengorganisasikan kelompok e. Mengacaukan kegiatan

f. Melamun

a. Ya b. Ya c. Ya d. Ya

e. Tidak Ada f. Tidak Ada 3 Keuntungan yang diperoleh dalam

merencanakan dan menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Siswa dapat secara aktif dalam proses KBM

4 Hambatan yang mungkin akan ditemui, jika nanti guru akan merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw seperti yang telah dilakukan

Seiring waktunya kurang efektif

5 Apakah siswa berminat untuk mengikuti KBM yang telah dilakukan dan KBM berikutnya yang akan dilakukan

Berminat karena Siswa dapat hidup dalam KBM.


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

Lampiran 12b

Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

jigsaw Siklus II

Skala Penilaian % No Aspek yang diamati

Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju 1 Bagaimanakah pendapat Anda

mengenai komponen Kegiatan Belajar Mengajar ini :

a. Topik/materi yang dipelajari b. LKS

c. Materi Ajar d. Suasana Kelas e. Penampilan Guru

f. Keterampilan kooperatif yang dilatihkan 38.89 33.33 33.33 5.56 19.44 25 61.11 61.11 66.67 63.89 80.56 75 0 5.56 0 47.22 0 0 0 0 0 11.11 0 0

Berminat Tidak Berminat

2 Apakah Anda berminat untuk mengikuti KBM berikutnya seperti yang telah Anda ikuti?

100

Ya Tidak

3 Selama kerja kelompok saya : a. Mengemukakan pendapat b. Ikut berpartisipasi

c. Mengajukan pertanyaan d. Menjawab pertanyaan e. Mengerjakan tugas

80.56 94.44 52.78 47.22 100 75 5.56 47.22 52.78 Komentar 4 Keuntungan yang saya peroleh

dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw

Dari 36 siswa menyebutkan keuntungan yang diperoleh : sebanyak 38.89% siswa lebih cepat memahami pelajaran, 25% siswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru, 2.78% siswa bebas mengemukakan dan menghargai pendapat, 11.11% siswa merasa asyik dan menyenangkan, 33.33% merasa adanya kekompakan antar teman, 36.11% siswa merasa pembelajaran lebih efektif.


(4)

Komentar 5 Hambatan yang saya temui, selama

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw seperti yang telah dilakukan.

Dari 36 siswa menyebutkan beberapa hambatan yang diperoleh :8.33% siswa tidak ada saling menghargai pendapat, 33.33% siswa tidak jelas/bingung, 66.67% siswa merasa bahwa suasana kelas yang kurang kondusif, 8.33% siswa susah untuk berkonsentrasi, 13.89% siswa merasa tidak ada hambatan, 11.11% siswa merasa tidak adanya kekompakan antar teman, 5.56% siswa merasa masih malu untuk bertanya dan berpendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

Lampiran 13b

Daftar Nilai Perkembangan Hasil belajar Siswa

No NAMA PRA

OBSERVASI

SIKLUS I

SIKLUS II 1 ADVENT NATA KUSUMA DHALIAWAN S 8 7 9

2 ANITA FEBRIANA SETYANDARI 8 10 9

3 ARIFI DWI NUGROHO 7 9 9

4 BAYU KRESNA RAMADHANI 6 7 8

5 BENEDICKTA YUVENTA DEI SUSILO 6 6 9

6 CLARA EUGYENA CAPELA 8 9 9

7 DANDANG BUDI KUSUMO 8 9 9

8 DIAN SARI ROMADHONI 8 8 10

9 DILLAH NOVLENTO WIBOWO 8 10 9

10 DIO DWI ANDAYA ADI MASSANA 7 8 10

11 DWI NINGTYASRAHMAWATI 8 7 9

12 DYAH AYU UTARI 6 8 8

13 EDGAR CAESAR LUKITO 7 9 10

14 ERVINA 7 6 9

15 EUGENIA KRINADYA PRAMESTHI A 8 6 9

16 FENDY NUR HIDAYAT 8 8 9

17 FIRMAN GIFARI 8 9 9

18 FLORENTINA RISAN PAHARGY ANINGTY 8 9 9 19 HERIBERTUS SEPTIAN SANTYO NUGROHO 8 8 9

20 INTEN NURAINI 8 8 9

21 LAILI DINA AZIZAH 8 10 10

22 LUCIA DESI ANITAASARI 8 10 10

23 MUHAMMAD WILDAN MUBARAK 8 6 9

24 NICOLAUS ADITYO 7 8 10

25 NIKODIMOS TRI LAKSONO 8 7 8

26 OKTAVIA SAFITRI 8 9 8

27 RAYMUNDA RINI VIVIATY 8 9 9

28 RIZKY NUGRAHENI PURNAMAWATI 8 8 10

29 SARAH LAKSMINING AJI 8 8 10

30 SHELA DIANA PUTRI 7 8 10

31 SUNGSANG PURNA GUSTAMA 7 9 8

32 SYIFA NUR AULIA 7 8 9

33 TRI UTAMI 8 8 9

34 VIKA SEPTI NOVITA SARI 8 10 8

35 YOSAVAT SADEWO 8 8 10

36 YOSSIE PUTRI ISNAINI 8 7 10

Jumlah 274 294 329


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR EKONOMI PADA Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Ekonomi Pada Siswa VII A SMP N 2 Gatak Tahun Ajaran 2012/2013

0 1 15

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR EKONOMI PADA SISWA VII A SMP N 2 Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Ekonomi Pada Siswa VII A SMP N 2 Gatak Ta

0 1 12

Desain model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI.

0 2 83

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa SMA N 1 Kalibawang kelas XA.

0 0 238

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA N 1 Depok Yogyakarta.

0 0 272

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 0 231

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi - USD Repository

0 0 206

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 237