PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA.
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh :
FITRI SELVIA ERNAWATI S. 0800442
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
(2)
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA
Oleh
Fitri Selvia Ernawati S.
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fitri Selvia Ernawati S.2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA Oleh :
Fitri Selvia Ernawati S. NIM. 0800442
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Drs. Purwanto, MA. NIP . 195708231984032001
Pembimbing II
Mimin Iryanti, S.Si, M. Si. NIP . 197712082001122001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M. Si. NIP . 196807031992032001
(4)
FISIKA
Fitri Selvia Ernawati S, Drs. Purwanto, MA, Mimin Iryanti,S.Si,M.Si
Jurusan Pendidikan Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRACT
The Use of Virtual Laboratory – Based Media Learning in Cooperative model of TGT Type in Increasing Students' Comprehension of Concept on Physics Subject.
Based on the result of the previous study on the even semester final exam score for X class of one of the high schools in Bandung. The average score of final exam of physics subject is still relatively low because it does not reach KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum- minimum completeness criteria) score yet as regulated by the school. The regulated KKM score of physics subject is 75 while the average score of final exam of each class is 60. The use of multimedia in learning has the ability to represent invisible objects physically but it appropriates with the concept which can accommodate students who considered tardy in receiving. As for the model of cooperative learning of Team Games Tournaments (TGT) type is expected to give the opportunity to teacher to increase students' comprehension about the concept. The aim of this study is to find out the representation of the increasing of students' comprehension of concept after the application of learning based on virtual laboratories of cooperative model of TGT type. The finding and the analysis of data show that 1. Students' comprehension of concept that using learning virtual laboratories in cooperative model of TGT type has significantly increased. The average score of gain normalized for experiment class is 0, 51 and it is counted in medium category 2. Learning physics by using virtual laboratories create the active and joyful atmosphere. It can be showed by the result of students' response is 81, 82% students feel physics subject by using virtual laboratories media make the atmosphere of learning more joyful.
Key words: comprehension of concept, virtual laboratory , TGT
ABSTRAK
Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap nilai ujian akhir semester genap untuk kelas X salah satu SMA Negeri di Bandung. Rata-rata nilai UAS untuk mata pelajaran fisika masih tergolong rendah karena masih belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM mata pelajaran fisika yang telah ditentukan adalah 75, sedangkan rata-rata nilai UAS untuk setiap kelas yaitu 60.Penggunaan multimedia dalam pembelajaran mempunyai kemampuan dalam menghadirkan objek-objek yang bersifat tidak tampak secara fisik, tetapi cocok dengan konsep sehingga bisa mengakomodasi siswa-siswa yang dianggap lamban dalam menerima pelajaran. Adapun model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan pembelajaran berbasis laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Pemahaman konsep siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0,51 dan termasuk kategori sedang, dan (2) Pembelajaran fisika dengan menggunakan media berbasis laboratorium virtual membuat suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil respon siswa 81,82% siswa merasa pembelajaran fisika dengan menggunakan media laboratorium virtual membuat situasi pembelajaran lebih menyenangkan.
(5)
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Masalah ... 5
F. Variabel Penelitian ... 5
G. Definisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Media Pembelajaran Laboratorium Virtual ... ... 7
B. Model Kooperatif ... ... 10
C. Model Kooperatif Tipe TGT ... 13
D. Konsep ... 14
E. Pemahaman ... 15
F. Tes Pemahaman ... 17
(6)
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Metode Penelitian ... 21
B. Desain Penelitian ... ... 21
C. Populasi dan Sampel ... 22
D. Prosedur Penelitian ... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ... 25
F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 27
G. Teknik Pengolahan Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Tahap Studi Pendahuluan ... ... 33
B. Analisis Uji Coba Instrumen ... ... 33
C. Analisis Keterlaksanaan Penggunaan Media Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... ... 36
D. Analisis Profil Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... ... 38
E. Respon Siswa dan Guru Terhadap Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual dalam Model Kooperatif Tipe TGT ... ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A. Kesimpulan ... ... 47
B. Saran ... ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 50
(7)
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, 2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditetapkan pemerintah sebagai kurikulum yang berlaku sekarang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing mata pelajaran sehingga dihasilkan suatu produk pendidikan yang berkualitas. Salah satu tujuan dari mata pelajaran IPA adalah mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas: 2006). Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap,dan bertindak ilmiah sehingga menjadi manusia kreatif dan inovatif, khususnya dalam bidang sains dan teknologi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap nilai ujian akhir semester genap untuk kelas X salah satu SMA Negeri di Bandung didapat rata-rata nilai UAS untuk mata pelajaran fisika masih tergolong rendah karena masih belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM mata pelajaran fisika yang telah ditentukan adalah 75, sedangkan rata-rata nilai UAS untuk setiap kelas yaitu 60. Salah satu penyebab belum tercapainya KKM untuk mata pelajaran fisika adalah masih rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran fisika dan juga kurang menariknya pembelajaran fisika di kelas. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa memiliki tingkat
(8)
pemahaman konsep yang rendah dan mengakibatkan mata pelajaran fisika yang kurang menarik dan cenderung monoton akan sangat mempengaruhi antusiasme siswa dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah satu guru mata pelajaran fisika, selain itu juga sebagian besar siswa merasa jenuh dan mengantuk ketika pembelajaran fisika berlangsung.
Penggunaan komputer dalam pembelajaran dapat dipertimbangkan guru dalam menyampaikan pelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika, karena media pembelajaran dengan komputer pada hakikatnya dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep fisika. Dengan adanya minat yang timbul dalam diri siswa, maka pikiran siswa juga lebih terbuka untuk menerima konsep-konsep yang akan diberikan dalam proses belajar mengajar.
Teknologi komputer semakin berkembang seiring dengan tuntutan untuk memberikan kemudahan dan perubahan. Seiring diterapkannya komputer dalam bidang pendidikan maka muncul pembelajaran berbasis komputer atau
Computer Based Learning (CBL), Computer Based Intruction (CBI), Computer Assisted Intruction (CAI), yang semuanya berbasis pada
pemanfaatan komputer sebagai media dalam pembelajaran. Beberapa model pembelajaran berbantuan komputer, diantaranya: latihan, simulasi, permainan dan tutorial dengan menggunakan berbagai perangkat lunak yang beraneka ragam.
Multimedia merupakan salah satu bentuk media pembelajaran dengan menggunakan komputer. Salah satu keunggulan multimedia dalam pembelajaran adalah keterlibatan beberapa organ tubuh secara bersamaan dalam menerima/melakukan pembelajaran, seperti telinga (penerima audio), dan mata (penerima visual). Keterlibatan organ indra ini membuat informasi lebih mudah untuk dimengerti. Penggunaan komputer dalam pembelajaran merupakan salah satu langkah yang efektif dalam membantu siswa memahami konsep. Penggunaan komputer dalam pembelajaran merupakan salah satu langkah yang efektif dalam membantu siswa memahami konsep.
(9)
3
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran mempunyai kemampuan dalam menghadirkan objek-objek yang bersifat tidak tampak secara fisik, tetapi cocok dengan konsep sehingga bisa mengakomodasi siswa-siswa yang dianggap lamban dalam menerima pelajaran.
Menurut Pulaila. A (2007) keuntungan psikologis belajar melalui kegiatan laboratorium adalah memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme. Pulaila. A (2007) menuliskan manfaat dari kegiatan laboratorium adalah menambah minat dan aktivitas belajar serta memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan kesempatan kepada guru untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif/ positif (Steve Parsons dalam Slavin, 2008: 167). Tipe TGT yang mempunyai ciri khas
games dan tournaments ini menciptakan warna yang positif di dalam kelas
karena kesenangan para siswa terhadap permainan tersebut (Steve Parsons dalam Slavin, 2008: 167). Unsur games dan tournaments ini hanya dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Berdasarkan hasil penelitian Diyanto (2006: 3) alasan memilih model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. siswa dilatih keterampilan-keterampilan yang spesifik untuk membantu sesama temannya bekerja sama dengan baik;
2. adanya pengakuan atau ganjaran kecil yang harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik;
3. memanfaatkan suatu permainan dalam kelompok kecil untuk memperoleh tambahan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah; dan 4. meningkatkan prestasi siswa melalui kesempatan bekerja sama dalam
satu permainan kelompok kecil.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas peneliti menduga penggunaan media berbasis laboratorium virtual dalam model kooperatif untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep yang dipelajari. Untuk membuktikan hal tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Berbasis Laboratorium Virtual dalam Model
(10)
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran Fiska”
perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan , maka yang akan
diungkap dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan media berbasis
laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran fiska?”
Selanjutnya permasalahan tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. bagaimanakah profil peningkatan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan pembelajaran berbasis laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT?
2. bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis laboratorium virtual?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan media pembelajaran berbasis laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT?
2. mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak sekolah
(11)
5
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2. Bagi guru diharapkan penelitian ini memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran fisika.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan serta kajian untuk penelitian lebih lanjut.
E. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. profil peningkatan pemahaman konsep diperoleh dengan menghitung rata-rata gain yang dinormalisasikan dari skor tes awal dan tes akhir, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan kriteria Hake ( 1998: 65); dan 2. respon siswa terhadap implementasi virtual laboratory dilihat dari
persentase jawaban siswa terhadap pertanyaan dalam angket.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian sangat bergantung pada masalah penelitian yang diajukan. Sesuai dengan masalah yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini adalah berikut:
1. variabel bebas : Penggunaan media pembelajaran berupa laboratorium virtual dengan model Kooperatif tipe TGT; dan
2. variabel terikat : Pemahaman konsep siswa
G. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut ini.
1. Media Laboratorium Virtual pada pembelajaran didefinisikan sebagai penggunaan media pembelajaran yang menampilkan virtualisasi fenomena dan permasalahan yang disajikan pada tahap awal pembelajaran serta virtualisasi fenomena yang berkaitan dengan konsep-konsep yang diberikan selama proses pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan berbasis laboratorium virtual
(12)
ditunjukkan oleh lembar observasi yang diisi oleh observer selama pembelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Times Games ataournaments (TGT) memiliki enam tahapan. Tahap pertama adalah persiapan, tahap kedua adalah penyajian materi, tahap ketiga adalah kegiatan kelompok (kelompok belajar), tahap keempat adalah kuis/turnamen akademik, tahap kelima adalah perhitungan skor, dan tahap keenam adalah penghargaan terhadap kelompok. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT digunakan lembar observasi aktivitas guru.
3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai aspek yang mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep kemudian memaknai arti suatu materi (Bloom, 1987). Materi yang disampaikan pada penelitian ialah materi pengaruh kalor terhadap suatu zat.Aspek pemahaman konsep terdiri dari kemampuan translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Adanya kemampuan memahami konsep ini diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir.pada penelitian ini indikator pemahaman konsep siswa dilihat dari profil peningkatan skor tes pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
(13)
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis (Sugiyono, 2008: 3). Berbagai macam metode dapat digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Namun dengan memperhatikan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika siswa setelah diterapakannya virtual
laboratory dalam pembelajaran gaya, maka metode yang digunakan adalah
metode Pre- Eksperimental. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perluasan bagi informasi yang dapat diperoleh dari eksperimen sebelumnya dalam keadaan yang tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Dalam metode ini, penelitian dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian one group pretest – postest yang dilakukan dalam tiga
pertemuan. one group pretest – postest adalah eksperimen yang dilaksanakan
pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.Pembagian pembelajaran kedalam tiga pertemuan didasarkan pada alasan bahwa materi tidak bisa diselesaikan dalam satu pertemuan, sehingga diperlukan pembagian pembelajaran kedalam tiga pertemuan. Dalam desain ini, kesimpulan diambil dengan membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dengan keadaan sesudah diberi perlakuan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian
(14)
ini, yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika siswa setelah diimplementasikan virtual laboratory dalam pembelajaran.
Desain penelitian one group pretes postest yang diilustrasikan oleh tabel 3.1. Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tes awal Treatment Tes akhir
T1 X T2
Pada setiap pertemuan, sebelum pembelajaran dilakukan terlebih dahulu dilaksanakan tes awal ( T1) untuk keadaan awal pemahaman konsep siswa, kemudian diberi perlakuan ( X) berupa media virtual laboratory dalam pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes akhir ( T2) untuk mengetahui keadaan akhir pemahaman konsep siswa. Kemudian kedua hasil tes tersebut dibandingkan untuk mengetahui perbedaan yang timbul yang menunjukkan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan dilakukannya tes awal dan tes akhir dalam satu pertemuan, maka hal-hal lain berpengaruh terhadap sampel penelitian dapar diminimalisir.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas X IPA reguler salah satu SMA Negeri di Kota Bandung pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan yaitu:
a. studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan inovatif mengenai bentuk pembelajaran yang hendak diterapkan;
b. melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian guna memperoleh data mengenai tujuan yang harus dicapai
(15)
23
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
dari pembelajaran, serta indikator dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa serta alokasi waktu yang diperlukan selama proses pembelajaran;
c. menentukan populasi untuk menentukan sasaran penelitian,sedangkan sampel untuk dapat mewakili populasi yang akan diteliti;
d. menyiapkan silabus, menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang mengacu pada teori-teori pembelajaran berbantuan komputer, alat peraga, dan media pembelajaran. Selanjutnya, rencana pembelajaran yang telah disusun kemudian didiskusikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika. Penyusunan rencana pembelajaran dengan melibatkan guru dan dosen bertujuan untuk mendapatkan masukan sehingga media pembelajaran yang dapat diimplementasikan dengan baik sesuai kondisi sekolah dan kondisi siswa; dan
e. membuat instrumen penelitian untuk mengukur pemahaman konsep siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ialah menerapkan media pembelajaran berbantuan komputer sebanyak tiga pertemuan pembelajaran, setiap pertemuan pembelajaran meliputi:
a. memberikan tes awal (T1) untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment);
b. memberikan perlakuan yaitu media virtual laboratory pada pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian, yaitu suhu dan kalor;
c. selama proses pembelajaran berlangsung observasi terhadap kinerja siswa selama pembelajaran dan terhadap keterlaksanaan tahapan pembelajaran yang dilakukan guru pada format observasi yang disediakan. Observer dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa dan guru bidang studi fisika yang mengamati proses pembelajaran dan aktivitas siswa. Hasil observasi pelaksanaan media tersebut kemudian
(16)
dibahas bersama untuk dijadikan bahan perbaikan bagi pembelajaran pertemuan II, sehingga media yang akan diterapkan pada pembelajaran selanjutnya diharapkan dapat lebih baik;
d. memberikan tes akhir (T2) untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa setelah diberi perlakuan; dan
e. setelah setiap pertemuan selesai dilaksanakan, dilakukan analisis terhadap pembelajaran yang dilakukan untuk perbaikan bagi pelaksanaan pertemuan selanjutnya.
Alur penelitian ditunjukkan oleh bagan gambar 3.1
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Pendahuluan
Perencanaan & Penyusunan
Instrumen
Pelaksanaan Pengolahan Data & Pelaporan
Studi Pustaka: Pembelajaran Berbasis Media Laboratorium virtual,
Model Pembelajaran Kooperatif, pemahaman konsep, kurikulum fisika SMA.
penyusunan draft pembelajaran dan penentuan materi pokok
pembelajaran
survei lapangan: kondisi siswa, kondisi sarana dan
prasarana pembelajaran, kondisi pembelajaran fisika penentuan sampel penelitian pembuatan instrumen penelitian
judgement instrumen tes
uji coba instrumen tes
analisis tes terhadap hasil uji coba
penyusunan instrumen tes penelitian
pretest pemahaman konsep siswa pada materi impuls
dan momentum
pelaksanaan pembelajaran untuk kelas eksperimen
observasi keterlaksanaan pembelajaran selama pelaksanaan pembelajaran
posttest pemahaman konsep siswa
pembagian kemudian pengumpulan angket
respon siswa
wawancara
pengolahan data : hasil pretest dan
posttest lembar observasi
angket wawancara
interpretasi peningkatan tiap aspek pemahaman
pembahasan
kesimpulan dan saran
(17)
25
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi aktivitas guru dan tes pemahaman konsep fisika dan angket.
1. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi aktivitas guru ini sebelumnya telah dijugment dan disetujui oleh dosen pembimbing. Lembar observasi ini memuat daftar cek keterlaksanaan model pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam lembar ini juga terdapat kolom keterangan untuk memuat saran-saran observer terhadap kekurangan – kekurangan aktivitas guru selama pembelajaran. Lembar observasi ini kemudian dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap isi dari observasi tersebut.
2. Wawancara
Wawancara ditunjukkan kepada dua pihak, kepada guru mata pelajaran di sekolah yang dijadikan lokasi penelitian, dan kepada beberapa siswa yang dipilih dari kelas eksperimen. Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui tanggapan serta saran guru, sebagai pengajar yang lebih berpengalaman dibanding peneliti. Sedangkan wawancara dengan siswa bertujuan untuk mengetahui pengaruh media laboratorium virtual terhadap peningkatan tiap aspek-aspek pemahaman. Siswa yang diwawancarai dipilih berdasarkan progres peningkatan aspek pemahaman konsep suhu dan kalor.
3. Tes Pemahaman Konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa baik sebelum maupun setelah diterapkannya model pembelajaran menggunakan media lab.virtual. Tes ini disusun berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai pada setiap pertemuan pembelajaran. Soal-soal yang digunakan berupa Soal-soal pilihan ganda. Instrumen ini mencakup ranah kognitif pada aspek pemahaman (C2). Aspek pemahaman terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pemahaman translasi/kemampuan menerjemahkan, ekstrapolasi. Tes pemahaman konsep ini dilaksanakan
(18)
sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (tes awal) dan sesudah perlakuan (tes akhir) untuk setiap pertemuan. Soal-soal yang digunakan pada tes awal dan tes akhir merupakan soal yang sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut ini.
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap pertemuan yang akan dilakukan dalam penelitian berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Fisika SMA kelas X.
b. Mengkonsultasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut dan melakukan revisi kepada dosen pembimbing sebagai perbaikan awal. c. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan mata pemlajaran Fisika SMA kelas X.
d. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban.
e. Mengkonsultasikan soal-soal instrumen dan melakukan revisi kepada dosen pembimbing sebagai perbaikan awal.
f. Meminta pertimbangan ( judgment) kepada dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi fisika terhadap instrumen penelitian, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.
g. Melakukan uji instrumen di salah satu kelas di sekolah yang menjadi populasi dalam subjek penelitian berlangsung namun pada kelas yang lebih tinggi dibanding dengan kelas penelitian dengan alasan kelas yang lebih tinggi mengalami pembelajaran dengan materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian.
h. Menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas butir soal, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan realibilitas instrumen, kemudian melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing. 4. Angket
Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab
(19)
27
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau dilengkapi kalimat dengan jalan mengisi. Angket untuk siswa ditunjukkan untuk mengetahui respon siswa terhadap media virtual laboratory di dalam kelas. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tersruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban dengan bentuk jawaban tertutup yang setiap item pertanyaan telah tersedia alternatif jawaban. Model skala yang digunakan adalah model skala sikap Likert. Skala sikap ini terdiri dari 2 pilihan jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pilihan netral tidak digunakan dengan tujuan untuk menghindari sikap netral siswa, sehingga siswa akan lebih berani dalam menentukan jawaban dan menunjukkan sikap yang jelas terhadap pertanyaan atau kondisi yang diberikan.
F. Teknik analisis instrument penelitian
Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka diadakan uji coba instrumen, tujuannya untuk melihat validitas dan realibilitas instrumen sehingga ketika instrumen itu diberikan pada kelas eksperimen, instrumen tersebut telah valid dan realiabel.
1. Analisis validitas instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur ( Arikunto, 2001:65). Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria. Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgment terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi fisika.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapakan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi
(20)
√ (3.1) Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = Skor tiap butir soal Y = Skor total tiap butir soal N = jumlah siswa
Interpretasi koefisien korelasi yang menunjukkan nilai validitas ditunjukkan oleh Tabel 3.2 (Arikunto, 2009: 75).
Tabel 3.2. Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai Kriteria
0,80 <rxy 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < rxy 0,80 Tinggi 0,40 < rxy 0,60 Cukup 0,20 < rxy 0,40 Rendah 0,00 < rxy 0,20 Sangat Rendah
2. Analisis realibilitas instrumen
Realibilitas suatu perangkat tes berhubungan dengan masalah ketepatan perangkat tes tersebut. Realibilitas merupakan salah satu syarat yang penting bagi suatu perangkat tes. Realibitas menunjukkan kestabilan skor yang diperoleh ketika perangkat tes diujikan secara berulang kepada seseorang dalam waktu yang berbeda. Nilai realibitas perangkat tes ditunjukkan oleh koefisien realibilitas. Realibitas instrumen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus spearman Brown (Arikunto, 2009: 93) berikut ini.
⁄ ⁄
⁄ ⁄ (3.2) Keterangan:
r 11 = koefisien reliabilitas r
2 1 2
(21)
29
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Interpretasi Realibitas Instrumen ditunjukkan dalam Tabel 3.3 (Arikunto, 2009: 75)
Tabel 3.3.Interpretasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 <r11 1,00 Sangat Tinggi
0,60 <r11 0,80 Tinggi
0,40 <r11 0,60 Cukup
0,20 <r11 0,40 Rendah
0,00 <r11 0,20 Sangat Rendah
3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Arikunto, 2005: 208):
(3.3)
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran atau taraf kemudahan
Nt = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok tinggi Nr = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok rendah
N = Jumlah siswa pada kelompok tinggi ditambah jumlah siswa pada kelompok rendah.
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran 0 sampai 15% Sangat sukar, sebaiknya dibuang
6 %- 30% Sukar
31%-70% Sedang
71%-85% Mudah
85%-100% Sangat mudah,sebaiknya dibuang ( Arikunto, 2005: 210)
(22)
4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Menurut Arikunto (2005: 213), rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda, yaitu:
(3.4) Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tesebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Negatif Sangat buruk,harus dibuang 0.00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 – 0,40 Sedang ( saticfactory) 0,40 – 0,70 Baik ( good) 0,70 – 1,00 Baik sekali ( excellent)
( Arikunto, 2005 : 218) G. Teknik Pengolahan Data
Analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan pendekatan serta hierarki statistik. Analisis statistik diarahkan pada perbandingan skor tes awal dan tes akhir, dengan tahapan sebagai berikut:
(23)
31
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 1. Menghitung skor gain yang dinormalisasikan
Gain yang dinormalisasikan merupakan gambaran atau profil dari hasil belajar pada ranah kognitif. Penentuan gain yang dinormalisasikan menurut (Hake, 1998 : 65) yaitu dilihat dari perbandingan antara skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa, sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
Rata-rata gain yang dinormalisasi (g) dinyatakan oleh Hake (1998):
( )
(3.5)
Keterangan : (Si ) = Skor pretest (Sf) = Skor posttest (Smaks) = Skor maksimal
(g) = Nilai rata-rata gain yang dinormalisasikan
Hasil perolehan perhitungan dari gain yang dinormalisasi tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam kriteria berikut.
Tabel 3.6. Interpretasi Nilai Rata-rata Gain yang Dinormalisasi
(g) Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ (g) < 0,7 Sedang (g) < 0,3 Rendah
(Hake, 1998: 65) 2. Analisis data angket
Angket pada penelitian ini diberikan hanya untuk mengetahui respon terhadap pembelajaran. Data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif menggunakan rumus:
(3.6)
Keterangan :
% AJ = Persentase alternatif jawaban
∑nj = Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban ∑n = jumlah siswa
(24)
Berdasarkan rumus diatas, analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah mencari persentase dari jawaban siswa terhadap soal yang diberikan yang berkaitan dengan virtual laboratory. Persentase yang diperoleh memperlihatkan gambaran respon siswa terhadap perlakuan yang diterapkan.
Kriteria persentase respon siswa disajikan dalam tabel 3.7. Tabel 3.7. Kriteria Persentase Respon Siswa Besar persentase Interpretasi
0 % Tak seorang pun 1% - 25% Sebagian kecil 26 % - 49 % Hampir setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 75 % Sebagian besar 76 % - 99 % Pada umumnya
100 % seluruhnya
Kuncoroningrat (Rohim, 2006 : 65)
3. Data Wawancara
Data wawancara diolah dengan cara melihat jawaban responden dalam hal ini guru mata pelajaran fisika kelas X di SMA tempat penelitian dilaksanakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukkan dan kemudian dijabarkan sebagai gambaran mengenai keadaan siswa.
4. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas guru dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Dalam lembar observasi aktivitas guru disediakan kolom keterangan sebagai penjelas dari apa yang didapat oleh observer. Hal ini dilakukan agar kekurangan/kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bisa diketahui sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik.
(25)
33
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
5. Persentasi Keterlaksanaan Media Lab.Virtual untuk setiap Pertemuan Pembelajaran
Menghitung persentasi keterlaksanaan media lab.virtual untuk setiap pertemuan pembelajaran menggunakan rumus berikut:
% keterlaksanaan =
(26)
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung kelas X mengenai penggunaan media pembelajaran berbasis laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe teams games tournaments (tgt) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran fisika diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0,51 dan termasuk kategori sedang sedangkan untuk masing-masing kemampuan pemahamannya sebagai berikut:
a. Pemahaman konsep siswa pada kemampuan translasi mengalami peningkatan yang signifikan setelah diterapkannya media laboratorium virtual. Dapat dilihat dari nilai rata-rata gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,33
b. Pemahaman konsep siswa pada kemampuan interpretasi siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan kategori sedang. Besar gain ternormalisasi peningkatan interpretasi siswa adalah 0,57. c. Pemahaman konsep siswa pada kemampuan ektrapolasi siswa
kelas eksperimen mengalami peningkatan paling besar dengan gain ternormalisasi untuk aspek ekstrapolasi sebesar 0,78. Secara kualitatif aspek pemahaman ekstrapolasi mengalami peningkatan kategori tinggi dari hasil wawancara dengan siswa yang memiliki gain tinggi pada aspek ekstrapolasi, para siswa mengungkapkan penyajian laboratorium virtual diakui menarik dan sangat membantu siswa dalam memahami materi.
(27)
48
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2. Pembelajaran fisika dengan menggunakan media berbasis laboratorium virtual membuat suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil respon siswa 81,82% siswa merasa pembelajaran fisika lebih menyenangkan.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut, antara lain:
1. ketika akan menerapkan model ini guru perlu memperhatikan alokasi waktu dan materi yang akan diajarkan. Jika memang materinya dirasa cukup sulit dan memerlukan waktu yang cukup banyak, maka bisa dibuat lebih dari satu kali pertemuan; dan
2. diperlukan penelitian lebih lanjut dalam penerapan media pembelajaran berbantukan komputer dengan menggunakan sofware yang berbeda untuk pokok bahasan yang berbeda.
(28)
Arikunto, S. (2007).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.(1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baser, Mustafa. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 6
No. 1.
Bloom, B.S. (1978). Taxonomy Of Educational, The Clasification Of Educational
Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: David Mckay
Company,Inc.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar .Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (2007). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: standar kompetensi, mata pelajaran Fisika,
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Diyanto. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui
Tipe TGT Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat.
Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia di: www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHf1cc.dir/doc.p df.com.Diakses tanggal 14 April 2013.
Else, N. Dan Resmiyanto, R. (2010) .Lab Virtual dengan simulasi asyik dari
PHET [Online].Tersedia :http://mgmpfis-sma-sby.ucoz. [29 Maret 2011]
Felder, Richard M. (1994). Cooperatif Learning in The Technical Corse. (online), (cll/d/My% Document/Coop%20 Report).
Hake. (1998). Chapter IV Result (The Hake Factor). [online]. Tersedia: dwb4.uni.edu/diss/Royuk_diss_04.pdf [17 Oktober 2010]
(29)
50
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, B. (2009) Models of Teaching ( model-model pengajaran),Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Nur, Muhammad. (1996). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: university Negeri. Nurudin, Muhammad (2011). Sejarah perkembangan media dan pengertian
media pembelajaran PAI sebagai disiplin ilmu. PHET [Online]. Tersedia :
http://goeroendeso.wordpress.com/2009/02/07/peranan-media-pembelajaran. [2 April 2012].
Panggabean, Luhut. (1996). Metode Penelitian. Bandung: Tidak Diterbitkan. Pulaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatrif siswa SMA Materi Suhu dan Kalor. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Setyaningsih, N. dan Mutaqin (2002). Penggunaan Model Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Peluang. Lembaga Penelitian UMS.
Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia.
Suyatna, Agus. (2009). Pemanfaatan Laboratorium Fisika Virtual.Lampung : FKIP Unila.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Universitas Pendidikan Indonesia.(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Wahyuni, Dwi. (2001). Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri
(1)
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan rumus diatas, analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah mencari persentase dari jawaban siswa terhadap soal yang diberikan yang berkaitan dengan virtual laboratory. Persentase yang diperoleh memperlihatkan gambaran respon siswa terhadap perlakuan yang diterapkan.
Kriteria persentase respon siswa disajikan dalam tabel 3.7. Tabel 3.7. Kriteria Persentase Respon Siswa Besar persentase Interpretasi
0 % Tak seorang pun
1% - 25% Sebagian kecil 26 % - 49 % Hampir setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 75 % Sebagian besar 76 % - 99 % Pada umumnya
100 % seluruhnya
Kuncoroningrat (Rohim, 2006 : 65)
3. Data Wawancara
Data wawancara diolah dengan cara melihat jawaban responden dalam hal ini guru mata pelajaran fisika kelas X di SMA tempat penelitian dilaksanakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukkan dan kemudian dijabarkan sebagai gambaran mengenai keadaan siswa.
4. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas guru dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Dalam lembar observasi aktivitas guru disediakan kolom keterangan sebagai penjelas dari apa yang didapat oleh observer. Hal ini dilakukan agar kekurangan/kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bisa diketahui sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik.
(2)
33
5. Persentasi Keterlaksanaan Media Lab.Virtual untuk setiap Pertemuan Pembelajaran
Menghitung persentasi keterlaksanaan media lab.virtual untuk setiap pertemuan pembelajaran menggunakan rumus berikut:
% keterlaksanaan =
(3)
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung kelas X mengenai penggunaan media pembelajaran berbasis laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe teams games tournaments (tgt) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran fisika diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual dalam model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0,51 dan termasuk kategori sedang sedangkan untuk masing-masing kemampuan pemahamannya sebagai berikut:
a. Pemahaman konsep siswa pada kemampuan translasi mengalami peningkatan yang signifikan setelah diterapkannya media laboratorium virtual. Dapat dilihat dari nilai rata-rata gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,33
b. Pemahaman konsep siswa pada kemampuan interpretasi siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan kategori sedang. Besar gain ternormalisasi peningkatan interpretasi siswa adalah 0,57. c. Pemahaman konsep siswa pada kemampuan ektrapolasi siswa
kelas eksperimen mengalami peningkatan paling besar dengan gain ternormalisasi untuk aspek ekstrapolasi sebesar 0,78. Secara kualitatif aspek pemahaman ekstrapolasi mengalami peningkatan kategori tinggi dari hasil wawancara dengan siswa yang memiliki gain tinggi pada aspek ekstrapolasi, para siswa mengungkapkan penyajian laboratorium virtual diakui menarik dan sangat membantu siswa dalam memahami materi.
(4)
48
2. Pembelajaran fisika dengan menggunakan media berbasis laboratorium virtual membuat suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil respon siswa 81,82% siswa merasa pembelajaran fisika lebih menyenangkan.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut, antara lain:
1. ketika akan menerapkan model ini guru perlu memperhatikan alokasi waktu dan materi yang akan diajarkan. Jika memang materinya dirasa cukup sulit dan memerlukan waktu yang cukup banyak, maka bisa dibuat lebih dari satu kali pertemuan; dan
2. diperlukan penelitian lebih lanjut dalam penerapan media pembelajaran berbantukan komputer dengan menggunakan sofware yang berbeda untuk pokok bahasan yang berbeda.
(5)
Fitri Selvia Ernawati, 2014
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Laboratorium Virtual Dalam Model Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (Tgt) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Arikunto, S. (2007).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.(1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baser, Mustafa. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 6
No. 1.
Bloom, B.S. (1978). Taxonomy Of Educational, The Clasification Of Educational
Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: David Mckay
Company,Inc.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar .Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (2007). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: standar kompetensi, mata pelajaran Fisika,
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Diyanto. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui
Tipe TGT Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat.
Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia di: www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHf1cc.dir/doc.p df.com. Diakses tanggal 14 April 2013.
Else, N. Dan Resmiyanto, R. (2010) .Lab Virtual dengan simulasi asyik dari
PHET [Online].Tersedia :http://mgmpfis-sma-sby.ucoz. [29 Maret 2011]
Felder, Richard M. (1994). Cooperatif Learning in The Technical Corse. (online), (cll/d/My% Document/Coop%20 Report).
Hake. (1998). Chapter IV Result (The Hake Factor). [online]. Tersedia: dwb4.uni.edu/diss/Royuk_diss_04.pdf [17 Oktober 2010]
(6)
50
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, B. (2009) Models of Teaching ( model-model pengajaran),Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Nur, Muhammad. (1996). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: university Negeri. Nurudin, Muhammad (2011). Sejarah perkembangan media dan pengertian
media pembelajaran PAI sebagai disiplin ilmu. PHET [Online]. Tersedia :
http://goeroendeso.wordpress.com/2009/02/07/peranan-media-pembelajaran. [2 April 2012].
Panggabean, Luhut. (1996). Metode Penelitian. Bandung: Tidak Diterbitkan. Pulaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatrif siswa SMA Materi Suhu dan Kalor. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Setyaningsih, N. dan Mutaqin (2002). Penggunaan Model Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Peluang. Lembaga Penelitian UMS.
Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia.
Suyatna, Agus. (2009). Pemanfaatan Laboratorium Fisika Virtual.Lampung : FKIP Unila.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Universitas Pendidikan Indonesia.(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Wahyuni, Dwi. (2001). Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri