PERAN PUSKESMAS DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN LANSIA UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA DI PURWOKERTO SELATAN.

(1)

PERAN PUSKESMAS DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN LANSIA UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA

DI PURWOKERTO SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yanuar Diah Lavety NIM. 11102241002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

 Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)  H ari ini harus lebih baik dari hari kem arin dan hari esok adalah harapan.


(6)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis Kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta doa yang tak

pernah lupa mereka sisipkan sehingga penulis berhasil menyusun karya ini.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

yang begitu besar.

3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan


(7)

PERAN PUSKESMAS DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN LANSIA UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA

DI PURWOKERTO SELATAN

Oleh

YanuarDiahLavety NIM 11102241002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1). Apa saja program pemberdayaan lansia yang ada di Puskesmas Purwokerto Selatan, 2). Ketercapaian program pemberdayaan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan, dan 3) Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program pelayanan kesehatan lansia di PuskesmasPurwokerto Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah petugas Puskesmas, kader lansia dan lansia.Tenikpengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrument utama dalam melakukan penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis interaktif dengan tiga komponen pokok dalam model analisis ini adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan menggunakan trianggulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) program pemberdayaan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan meliputi cek up kesehatan,senam lansia,dan penyuluhan kesehatan, 2) ketercapaian pelaksanaan program pemberdayaan lansia meliputi a) program cek up kesehatan lansia yang dilaksanakan seminggu sekali dengan kegiatan seperti cek gula darah, timbang berat badan, cek tensi serta pemberian obat, b) program senam lansia dilaksanakan sebulan sekali dengan didampingi instruktur senam, c) program penyuluhan kesehatan dilaksanakan sebulan sekali dengan narasumber dari Puskesmas Purwokerto Selatan dan materi setiap pertemuan berbeda yang sesuai dengan kebutuhan lansia, 3) faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan lansia di PuskesmasPurwokerto Selatan yaitu adanya bantuan dana dari APBD dalam bentuk pembelian tensimeter, program bina keluarga lansia dan peran aktif kader lansia, sedangkan faktor penghambatnya yaitu kesulitan dalam berkomunikasi dengan lansia,dana swadaya yang belum mencukupi untuk setiap pertemuan, dan kurangnya dukungan keluarga lansia.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperolehgelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya

berjalan dengan lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran

pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Dr. PujiYantiFauziah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing

penulis dari awal sampai akhir pada skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. Seluruh Pegawai Puskesmas Purwokerto Selatan dan kader Lansia di Puskesmas Purwokerto

Selatan yang telah memberikan izin dan bantuan pada penelitian.

6. Bapak HadiPriyatmono, Ibu Oenang Widyani, Amd, atas doa, perhatian, kasih sayang, dan segala

dukungannya.

7. Orang-orang terkasihku Melanita Indrianis, Halida Elfarizka, Refita Aqdwirida, Shinta Adesti

E.R, Desi Neliyahani, Candra Puspitasari, Pika Yunianti, Tutik Hidayati, Alif Widiantoro, Dwi

Anggara, Brian Yusuf Permana, Moza Afik M atas perhatian, dukungan, masukan, senyuman, dan


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... Ii HALAMAN PERNYATAAN... Iii HALAMAN PENGESAHAN... Iv MOTTO... V HALAMAN PERSEMBAHAN... Vi ABSTRAK... Vii KATA PENGANTAR... Viii DAFTAR ISI... X DAFTAR TABEL... Xii DAFTAR GAMBAR... Xiii DAFTAR LAMPIRAN... Xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 10

C. Batasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah... 11

E. Tujuan Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lanjut Usia... 13

1. Pengertian Lanjut Usia... 13

2. Masalah yang dihadapi Usia Lanjut... 16

3. Klasifikasi Lansia... 20

4. Pelayanan terhadap Lanjut ... 5. Kesehatan Lanjut Usia... 20 21 B. Pemberdayaan... 23

1. Pengertian Pemberdayaan... 23

2. Pola Pemberdayaan Masyarakat... 25

3. Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat... 27

4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat... 5. Faktor-faktor yang MempengaruhiPemberdayaan……….. 28 30 C. Puskesmas... 1. Pengertian Puskesmas... 2. Tujuan Puskesmas... 3. Fungsi Puskesmas... 4. PeranPuskesmas……….………... 5. Upaya Penyelenggaraan... D. kajianPenelitian yang Relevan... 31 31 33 34 37 37 40 E. KerangkaBerfikir ………..………. ……….. 43


(11)

Halaman BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 47

B. Subyek Penelitan... 49

C. Setting Penelitian... 49

D. Sumber dan Jenis Data... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Teknis Analisis Data... 53

G. Keabsahan Data... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambar Umum Lokasi Penelitian... 56

1. Deskripsi Lembaga... 56

2. Profil Lembaga... ... 57

3. Subjek Penelitian... 4. DeskripsiWaktuPenelitian………….……… 59 60 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 60

1. Program Puskesmas Purwokerto Selatan untuk Memberdayakan Lansia... 60

2. Hasil Ketercapaian Program Pemberdayaan Lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan... 69

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan... 4. Pembahasan ……… 74 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 82

B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA... 85


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Informan………... 48

Tabel 2. Cara Pengumpulan data………... 53

Table 3. Data KetenagakerjaanPuskesmastahun 2014-2015……… 56

Table 4. DaftarsubjekPenelitian………... 61


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berfikir...

Gambar 2. StrukturOrganisasiPuskesmasPurwokerto Selatan…..……… 46 161


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi... 88

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi... 90

Lampiran 3. Pedoman wawancara…... 91

Lampiran 4. Hasil Observasi... 98

Lampiran 5. HasilWawancara... 103 Lampiran 6. Hasil Dokumentasi...

Lampiran 7. CatatanLapangan……….

137 141 Lampiran 8. Display Data, Reduksi Data, dan Kesimpulan Wawancara...

Lampiran 9. SuratIjinPenelitian FIP UNY………... Lampiran 10. SuratIjinPenelitian KESBANGLINMAS Yogyakarta……… Lampiran 11. SuratIjinPenelitian BPMD Semarang……….. Lampiran 12. SuratIjinPenelitian KESBANGPOL Banyumas………..………… Lampiran 13. SuratIjinPenelitian BAPEDA Banyumas………. Lampiran 14. SuratIjinPenelitianDinasKesehatanBanyumas………..

152 162 163 164 166 167 168


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, proses ini berlangsung secara berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu kedokteran mampu meningkatkan umur harapan hidup para lansia dan ada kecenderungan harapan hidup akan bertambah lebih cepat karena majunya tekhnologi yang semakin berkembang. Banyak terdapat anggapan yang menyatakan bahwa lanjut usia hanya menimbulkan masalah dan membebani anggota keluarga, masyarakat dan lingkungan tempat diaman mereka tinggal.

Memasuki abad ke-21 mendatang, jumlah Lansia (kaum lanjut usia berumur 60 tahun keatas) mencapai hampir setengah miliar jiwa. Bahkan diproyeksikan pada tahun 2025, jumlahnya mencapai 1,2 miliar jiwa. Setiap bulan, orang yang melewati ambang batas 60 tahun mencapai hampir satu juta jiwa. Di Indonesia, diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total penduduk (tahun 2010) dan menjadi 11,34% (tahun 2020). Berdasarkan data dari Badan kesehatan dunia WHO, menunjukkan bahwa penduduk lansia di Indonesia mendatang (tahun 2020) sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, dan


(16)

balitanya tinggal 6,9%, hal ini yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik, 2009). Peningkatan jumlah usia lanjut ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah pokok seperti meningkatnya beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah, khususnya berhubungan dengan kebutuhan layanan khusus, penyediaan dan perluasan lapangan kerja, pelayanan konsultatif sosial psikologis, bantuan sosial ekonomi, upaya pelestarian sosial budaya, dan pelayanan rekreatif (Cunha, 2001: 15). Ada tiga permasalahan pokok yang dihadapi lansia dikaitkan dengan status sosialnya, yaitu : (1) lansia bercerai, masalah yang dihadapi pendapatan, interaksi sosial, pengasingan, identitas baru, kehilangan interaksi keluarga; (2) lansia janda/duda, masalah yang dihadapi kehilangan, kesepian, relokasi, kesehatan, dukungan; (3) lansia menikah kembali masalah yang dihadapi anak-anak yang asing, menentukan pola hubungan baru, masalah penyesuaian (Indrawati, 2012: 30). Pada tahun 2010, penduduk lansia lebih banyak didominasi oleh perempuan disegala usia dibanding laki-laki.

Lanjut usia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis, sosial dan ekonomi yang cenderung mengarah pada penyeseuaian diri yang sulit di lingkungan keluarga dan masyarakat karena hidupnya merasa kurang dibutuhkan di dalam keluarga dan lingkungannya. Kemudian pada saatnya para lanjut usia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara sempurna. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan fisik, kesehatan yang mulai menurun dan berpengaruh pada daya pikirnya dan menjadikan mereka seolah-olah tidak mempunyai kemampuan yang bisa dimanfaatkan bagi


(17)

dirinya sendiri maupun dikeluarga dan dilingkungannya. Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit. Masalah kesehatan pada umumnya merupakan masalah yang paling dirasakan oleh usia lanjut. Yang diharapkan bagi lansia adalah bagaimana agar masa tua dijalani dengan kondisi sehat, bukan dijalani dengan sakit-sakitan. Dalam masa degranasi tidak memungkinkan para lanjut usia untuk bekerja kembali atau disebut juga memasuki masa pensiun yang berakibat pada menurunnya pendapatan, kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari. Penghasilan para lansia biasanya berasal dari pensiunan, tabungan dan bantuan dari anak atau anggota keluarga lainnya. Bagi lanjut usia yang penghasilannya mencukupi tidak masalah tetapi bagi yang tidak memiliki penghasilan yang tidak mencukupi akan memberikan masalah. Selain masalah kesehatan dan ekonomi ada juga masalah psikologis, dimana masalah yang dihadapi pada umumnya meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lanjut usia yang miskin, post power syndrome dan sebagainya.

Menurut Mentri Kependudukan/kepala BKKBN (1999) melalui Siti Partini (2011: 7) yang menyatakan bahwa Indonesia telah memasuki era penduduk berstruktur tua (aging population), bahkan sejak tahun 1995 untuk beberapa provinsi di Indonesia proporsi lanjut usianya bahkan telah jauh berada diatas patokan penduduk berstruktur tua yakni 7%, antara lain Daerah Istimewa Yogyakarta (12,5%), Jawa Timur (9,46%), Bali (8,93%), Jawa


(18)

Tengah (8.9%), dan Sumatra Barat (7,98%). Selanjutnya (Siti Partini, 2011: 7) melalui Budihardja, (2008) dalam seminar tentang usia lanjut menyatakan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN) Depkes diharapkan Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun pada tahun 2009.

Dari berbagai kejadian yang ada, pemerintah seharusnya sadar bahwa sudah saatnya mengapresiasi para lansia dengan bersikap adil, yang tidak dapat disamakan dengan perlakuan terhadap anak-anak dan para remaja.

Pemerintah seharusnya mempunyai mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai dengan umur mereka, membantunya melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya dalam proses transformasi pendidikan moral. Dengan demikian mereka tidak merasa terabaikan dan terasingkan.

Dalam UU No. 13 tahun 1998 Pasal 9 di sebutkan bahwa upaya pemberdayaan lanjut usia dimaksudkan agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik bagi lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial. Untuk dapat memberdayakan para lansia tersebut diperlukan adanya ssuatu program yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan para lansia. Kebutuhan lansia tidak hanya berupa perhatian terhadap kesehatan fisik namun juga kesehatan psikisnya. Beberapa program untuk para lansia difokuskan pada kesehatan lansia, kesehatan memang penting namun kebutuhan lansia untuk terus bersosialisasi dengan teman sebaya juga penting dalam menopang kesehatan psikis lansia.


(19)

Ambar T. Sulistitayani (2004 : 77-78), mengungkapkan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Proses merujuk pada tindakan yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan dengan menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dengan cara mendorong, membangkitkan, dan memotivasi kesadaran akan potensi yang dimiliki hingga timbul kemandirian. Dengan demikian adanya pemberdayaan lansia memungkinkan para lansia tetap dapat berkontribusi sesuai dengan potensi yang dimilikinya, terutama bagi lansia yang masih potensial, hingga mereka menjadi mandiri. untuk mencapai kemandirian harus melalui beberapa tahap pemberdayaan yaitu tahap penyadaran dan pembentukan perilaku, tahap transformasi kemampuan, dan tahap peningkatan kemampuan.

Dalam rangka pemberdayaan lansia telah banyak program yang digulirkan oleh pemerintah untuk para lansia dalam berbagai bidang, antara lain bidang kesehatan, bidang sosial, bidang mental spiritual, bidang pendidikan dan bidang ekonomi. Dalam bidang kesehatan seperti Puskesmas Santun Lansia, Posyandu lansia, Home Care, dan Jamkesmas bagi lansia tidak mampu. Dalam bidang sosial antara lain melalui pelayanan sosial di dalam panti, pelayanan sosial di luar panti dengan melibatkan keluarga dan masyarakat seperti Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Lansia, Kelompok Usaha


(20)

Bersama (KUBE) Lansia, serta adanya Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU). Dibidang pendidikan lansia dibina dengan berbagai penyuluhan, serta dibidang ekonomi meliputi pelayanan penempatan kerja dan perluasan kesempatan kerja.

Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan perundang-undangan, yang diantaranya seperti tercantum dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19 disebutkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Dalam permasalah yang ada diatas puskesmas adalah salah satu lembaga yang mampu memberdayakan kesehatan lansia. Adapun berbagai macam program yang disediakan oleh puskesmas


(21)

seperti kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu), posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. Selama ini lebih banyak dikenal untuk melayani kesehatan ibu dan anak. Padahal dalam pelayanan kesehatan di puskesmas, ada juga jenis program posyandu lansia, yang dikhususkan untuk melayani para lanjut usia. Karena manula (manusia usia lanjut) juga memerlukan perhatian khusus, mengingat perkembangan fisik dan mentalnya yang rentan dengan bermacam masalah kesehatan.

Dalam hal ini Puskesmas merupakan salah satu alternatif pilihan bagi lanjut usia untuk memberikan pelayanan terhadap usia lanjut. Dimana sejahtera itu sendiri menurut Undang-Undang No 13 tahun 1998 Kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 yang berbunyi “Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila”.


(22)

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Puskesmas Purwokerto Selatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang mengedepankan kualitas. Puskesmas Purwokerto Selatan sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmas

melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.

Adapun peran dan fungsi pokok dari Puskesmas adalah :

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya.

Dalam kaitannya dengan peran yang ketiga yaitu memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu, kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang berbagai masalah kesehatan juga harus diberi tempat. Petugas Puskesmas memberikan penyuluhan tentang kesehatan


(23)

pribadi, sanitasi, gizi, kesehatan jiwa, imunisasi, KIA, pencegahan penyakit dan KB. Yang mana tugas tersebut sangat berkaitan dengan tugas promotif, yang bertujuan agar konsep dan praktek kesehatan yang masih baru dapat diterima masyarakat (Sciortino,1999:54).

Di Puskesmas Purwokerto Selatan terdapat beberapa program pelayanan untuk memberdayakan lansia yaitu seperti senam lansia yang dilaksanakan di puskesmas, cek up kesehatan yang dilaksanakan di beberapa pos naungan Puskesmas, serta penyuluhan program yang dilaksanakan di Balai Desa terdekat. Puskesmas Purwokerto Selatan menaungi 9 Posyandu lansia dengan jumlah lansia 35 orang per Posyandu.

Disamping itu adapun program seperti senam lansia yang dilaksanakan guna memberdayakan lansia agar para lansia tetap segar bugar dan mampu menjalani hidup mereka seperti biasa. Penyuluhan kesehatan juga merupakan program unggulan yang ditujukan untuk lansia, penyuluhan kesehatan ini meliputi berbagai macam penyakit yang menyerang lansia seperti hipertensi, gula, jantung. Adapun penyuluhan gizi agar lansia juga mengetahui apa saja gizi yang harus terpenuhi pada para lansia.

Dengan melihat berbagai urgensi mengenai kesehatan lansia yang telah dipaparkan diatas, peneliti mengangkat penelitian untuk menggali apa saja peran puskesmas sebagai lembaga pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat di bidang kesehatan dalam memberdayakan kesehatan lansia.


(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Lanjut usia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara sempurna.

2. Penurunan kondisi fisik dan psikologis menyebabkan lansia mengalami berbagai macam permasalahan seperti permasalahan sosial, fisik, dan psikologis.

3. Kurangnya sosialisasi tentang program pemberdayaan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan sehingga Puskesmas dianggap seperti rumah sakit (sebagai tempat untuk orang-orang sakit).

4. Tuntutan profesi atau pekerjaan yang menyita hampir semua waktu sehingga keluarga tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memberikan perhatian dan perawatan kepada para lanjut usia.

5. Latar belakang lansia dan karakter lansia yang berbeda-beda yang menjadi faktor penghambat pegawai Puskesmas dalam menjalankan perannya, sehinnga keaktifan dan kekreatifan pegawai Puskesmas diperlukan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penilitian ini mengingat adanya keterbatasan waktu, kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka fokus penelitian dibatasi pada peran Puskesmas dalam upaya memberdayakan kesehatan lansia di Purwokerto Selatan.


(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukaan diatas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut : 1. Apa saja program pemberdayaan lansia yang ada di Puskesmas

Purwokerto Selatan ?

2. Bagaimana ketercapaian dari program pemberdayaan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan ?

3. Faktor apa saja yang menjadi penghamat dan pendukung dari pelaksanaan program memberdayakan lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan apa saja program pemberdayaan lansia yang ada di

puskesmas purwokerto selatan.

2. Mendeskripsikan ketercapaian program pemberdayaan lansia di puskesmas purwokerto selatan.

3. Mendeskripskan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program pelayanan kesehatan lansia di puskesmas purwokerto selatan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi praktisi dan akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar Sekolah khususnya pengetahuan tentang lansia.


(26)

2. Bagi Puskesmas Purwokerto Selatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelaksanaan program pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan.

3. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang peran puskesmas dalam program pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Lanjut Usia

1. Pengertian lanjut usia

Menurut E.B Surbakti (2013: 1-2), menjelaskan bahwa usia lanjut adalah orang-orang yang sudah berusia enam puluh lima tahun keatas yang secara nomal mereka sudah mengalami berbagai kemunduran kemampuan (kapasitas dan kapabilitas) baik fisiologis maupun psikologis. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

a. Kemunduran kemampuan bereaksi b. Kemunduran daya refleksi

c. Kemunduran kemampuan kognisi (seperti daya ingat terutama ingatan jangka pendek)

d. Kemunduran daya talar (penalaran)

e. Kemunduran kemampuan menganalisa ( daya analitis) f. Kemunduran fisik

g. Kemunduran kesehatan

Lansia adalah seseorang yang dapat mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan).

Pengertian dan penggolongan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut : Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, dan ada dua kategori : Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Lansia tidak potensial adalah lansia


(28)

yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Jadi bisa disimpulkan lansia adalah seseorang yang usianya diatas 60 tahun ada yang masih produktif yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan lansia yang tidak produktif yang tergantung kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Masyam (2008: 17) lansia dibagi dalam lima klasifikasi, meliputi :

1) Pralansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun, 2) lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, 3) lansia resiko tinggi yaitu seorang berusia 70 tahun atau lebih, 4) lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa, 5) lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain”(Maryam, 2008: 17)

Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik atau biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial bahkan juga masyarakat menganggap seakan tugas-tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bermasyarakat yang juga merupakan salah satu ciri fase ini, biasanya usia lanjut merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

Susanto Wibisono (1991: 21) mengungkapkan bahwa usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Berbagai kalangan ahli menggunakan usia 60 tahun


(29)

sebagai batas kelompok lanjut usia. Prayitno (1982: 55) mengungkapkan bahwa pembagian umur yang dipakai patokan oleh WHO mengenai usia lanjut adalah :

a. Usia lanjut muda (young old) Umur 60-69 tahun

b. Usia lanjut menengah (middle old) Umur 70-79 tahun

c. Usia lanjut tua (old) Umur 80-89 tahun

d. Usia sangat lanjut (very old) Usia lebih 90 tahun

Dari pengertian lanjut usia yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah kondisi dimana seseorang telah menempuh umur selama 60 tahun lebih dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan berkurang. Seseorang dikatakan lanjut usia tergantung dari aspek yang ditinjau. Lanjut usia merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup misalnya dalam perubahan kesehatan fisik sehingga mereka harus mengurangi aktifitas atau kegiatan yang tidak sesuai dengan kemampuan nya lagi dan yang dapat mengganggu kesehatan fisiknya. Dengan usianya yang sudah lanjut biasanya dapat mengalami berbagai macam jenis penyakit. Sehingga bagi para lanjut usia semestinya harus berhati-hati dalam menjaga keadaan tubuhnya karena biasanya lanjut usia sangat rentan terhadap berbagai resiko yang ada.


(30)

Lanjut usia bisa dibagi menjadi dua yaitu lanjut usia yang potensial dan lanjut usia yang tidak potensial. Lanjut usia yang potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan mampu menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia yang tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

2. Masalah yang dihadapi usia lanjut

a. Masalah pada usia menengah atau pra lanjut usia (active aging, 10 : 2010) :

1) Keuangan dengan penghasilan yang menurun secara drastis.

2) Hubungan sosial yang terganggu dengan suami/isteri/anak maupun keluarga besar masyarakat terutama menghadapi anak remaja/dewasa muda dengan berbagai permasalahan sosialnya.

3) Usia yang membatasi karir untuk jabatan yang lebih tinggi. 4) Kekhawatiran menghadapi masa depan yang gejalanya

biasa disedub sindrme pasca berkuasa (post power syndrome) berpotensi menyebabkan penyakit mendadak

dan/ kematian (terutama laki-laki).

5) Persiapan untuk pengembangan karir kedua perlu dilakukan pada masa persiapan pension.


(31)

b. Masalah pada lanjut usia (active aging, 11:2010)

1) Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis, terutama bagi lansia laki-laki yang cenderung menyendiri dibandingkan lansia perempuan yang diasuh oleh keluarga besar.

2) Terjadi perubahan hubungan sosial karena lanjut usia cenderung mengisolasi diri dan kurang melakukan sosialisasi dengan sebaya, sejawat lebih muda, anak dan cucu.

3) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit menjadi lebih lama.

4) Akses transportasi yang tidak/belum ramah lanjut usia dan terlalu jauh dari rumah.

5) Berat beban pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri dan tidak jarang untuk anggota keluarga yag lain seperti menjaga rumah, pekerjaan rumah, mengasuh cucu, dan lain-lain.

Selain itu masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lansia dikelompokan menjadi masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan, dan masalah psikologi.

a. Masalah ekonomi

Pada masa lanjut usia ditandai dengan menurunnya produktifitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya


(32)

pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian berkaitan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Menurut Hurlock (2004: 396) dalam Siti Partini (2011: 11)

menyatakan bahwa apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang maka minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang bisa dilakukan pada kehidupan masa muda, tetapi untuk sekedar menjaga mereka tetap mandiri. yang mereka memikirkan yaitu bagaimana mereka tinggal, dimana dan bagaimana mereka tidak tergantung pada saudaranya atau tidak tergantung pada bantuan orang lain.

b. Masalah sosial budaya

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun.Kurangnya kontak sosial ini juga menimbulkan perasaan kesepian, murung terasingkan. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang didalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain (Siti Partini, 2011: 12).

Menghadapi kenyataan ini maka pelu dibentuk kelompok-kelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan mempertemukan para anggota lanjut usia lainnya sehingga kontak sosial pun berlangsung.

c. Masalah kesehatan

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit.

Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit ini disebabkan oleh


(33)

menurunnya fungsi berbagai organ tubuh. Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan degrenatif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lannjut agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaan (Siti Partini, 2011: 13).

Departemen Kesehatan mencanangkan tujuan program kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

d. Masalah psikologis

Masalah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya meliputi : kesepian, terasing dari lingkungannya, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan dll. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi-fungsi fisik dan psikis akibat proses penuaan.

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety needs), kebutuhan akan masa memiliki dan dimiliki serta rasa kasih saying (the belongingness and love needs), kebutuhan akan rasa aman. Adanya aktivitas pekerja


(34)

3. Klasifikasi Lansia

Lansia merupakan seseorang yang sudah mencapai umur enam puluh tahun keatas. Oleh karna itu terdapat berbagai macam klasifiskasi yang dapat dikategorikan dalam jenis lansia, yaitu :

a. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Wahjudii Nugroho (1992: 13) menggolongkan lanjut usia menjadi empat yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun 2) Usia lanjut (olderly) 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (ld) 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatan 90 tahun b. Klasifikasi lansia menurut UU no 13 Tahun 1998

1) Lansia

Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih 2) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.

3) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak mampu lagi mencari nafkah, shingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

4. Pelayanan terhadap lanjut usia

Pelayanan terhadap lansia pada konteks ini yang dimaksud adalah pelayanan dalam bentuk jasa/pelayanan karena tidak berbentuk barang atau tidak berwujud. Seperti yang diungkapkan


(35)

oleh Koder dan Amstrong (1993: 494) jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sementara Robert D. Reid (1989: 29) memberikan penjelasan mengenai jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud tidak seperti produk yang berwujud jasa bukan barang fisik, tapi sesuatu yang menghadirkan kegiatan atau perbuatan. Kehadiran ini umumnya dilakukan atas dasar personal yang sering berhadap-hadapan langsung antara individu.

Christian Gonroos (1990: 27) mencoba memadukan pengertian jasa sebagai aktifitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi antara konsumen dan pemberi jasa dan sumber daya fisik atau barang dan system yang memberikan jasa, yang meberikan solusi bagi masalah-maslaah konsumen.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan terhadap lanjut usia adalah sebuah pelaksana kegiatan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh lansia.

5. Kesehatan lanjut usia

Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pengertian kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang dapat


(36)

memberikan kesempatan hidup sehat bagi setiap orang sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang semaksimal mungkin. Kualitas SDM suatu bangsa dilihat dari derajat kesehatan yang ada (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).

Hal ini sejalan dengan Undang-undang Lansia No. 13 Tahun 1998 Bab VI Pasal 14 ayat (1) pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar, ayat (2) disebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah berupa peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lansia, upaya penyembuhan (kuratif) yang diperluas pada bidang pelayanan geriatik/gerontologik, dan pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kroni dan penyakit terminal, dan ayat (3) disebutkan bahwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan lanjut usia yaitu keadaan sehat baik jasmani dan rohani yang dapat memberikan kesempatan hidup bagi lanjut usia.


(37)

B. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Menurut Eddy Ch. Papilaya (dalam Zubaedi, 2007 : 42). Pemberdayaan diartikan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi kurang mampu sehingga mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan melelui upaya membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan potensi yang dimiliki menjadi tindakan nyata. Menurut Suparjan dan Hempri Suyatno (2003 : 50), onsep pemberdayaan merupakan proes belajar yang menekankan orientasi pada proses serta partisipasi masyarakat sehingga tumbuh keinginan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dengan kemampuan mengidentifikasi kebutuhan, sumber daya, dan peluang. Kedua pengertian tersebut mengacu pada upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan melibatkan partisipasi dari masyarakat sendiri yang tentunya lebih mengetahui potensi yang dimiliki ioleh mereka sendiri sehingga dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan menurut Jim Ife (dalam Zubaedi, 2007 : 98), pemberdayaan yaitu memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan pada warga untuk meningkatkan


(38)

kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya.

Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan, pemberdayaan dapat dimaknai dengan suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kekampuan, dan/atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar Sulistiyani, 2004 : 77-79). Proses merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah dalam hal penguasaan pengetahuan, sikap perilaku sadar dan kecakapan keterampilan menjadi lebih baik dalam penguasaan ketiga hal tersebut.

Menurut Isbandi (2008 : 79), makna pemberdayaan itu bukan hanya satu interpretasi melainkan bisa lebih dari sattu interpretasi bergantung pada tujuan pembangunan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpilkan bahwa pemberdayaan pada lansia lebih dimaknai sebagai sebuah upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka meningkatkan peran lansia dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan melibatkan partisipasii diri lansia sebagai penggerak utama.


(39)

2. Pola Pemberdayaan Masyarakat

Perbedaan sudut pandang seseorang dalam menilai apa yang sesuai bagi masyarakat dalam rangka memberdayakan masyarakat menyebabkan munculnya berbagai pola pemberdayaan masyarakat. Menurut Tatang M. Amirin (2010 : 39), pola sendiri diartikan sebagai model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang merupakan gambaran mengenai suatu realitas yang menggambarkan sesuatu bekerja guna memudahkan memahami atau mengkajinya. Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya system, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Dengan kata lain pola pemberdayaan masyarakat merupakan tahapan atau proses, dengan demikian pola pemberdayaan masyarakat merupakan tahapan atau proses untuk memperoleh daya atau kemampuan dari yang belum atau kurang berdaya hingga mampu dan berdaya secara mandiri.

Proses pemberdayaan mengacu pada Unitide Nations seperti yang diungkapkan oleh Mangatas Tampubolon (dalam Zubaedi, 2007 : 100-103), yaitu :

a. Mengetahui karakteristik masyarakat setempat

b. Mengumpulkan informasi terkait masyarakat setempat c. Mencari dukungan key person setempat

d. Mensitulasi masyarakat untuk mulai menyadari adanya masalah

e. Memfasilitasi masyarakat dan mendiskusikan dan mecari solusi atas permasalahannya


(40)

f. Membantu mengenali skala prioritas penyelesaian masalah

g. Membangun rasa percaya diri

h. Menetapkan program yang akan dijalankan sesuai skala prioritas

i. Mengenali dan mengetahui kekuatan yang dimiliki untuk memecahkan masalah

j. Memberdyakan agar mampu menyelesaikan masalah secara berkesinambungan

k. Tumbuhnya kemandirian masyarakatyaitu kemampuan menolong diri sendiri dan orang lain

Menurut Ambar T Sulistyani (2004 :83-84), terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam pemberdayaan, tahapan-tahapan tersebut yaitu :

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli akan perlunya peningkatan kapasitas diri.

b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapa-keterampilan agar dapat mengambil peran di masyarakat

c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan inovasi yang berujung pada kemandirian.

Menurut Hogan (dalam Isbandi, 2008: 84-86), pemberdayaan itu bersifat berkesinambungan sebagai sebuah siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu :

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan yang tidak meberdayakan.

b. Mendiskusikan alas an mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan.

c. Mengidentifikasi suatu masalah atau proyek.

d. Mengidentifikasi basis daya atau kekuatan yang bermakna untuk melakukan perubahan.

e. Mengembangkan rencana aksi dan


(41)

Dalam setiap tahapan dari pemberdayaan selalu melibatkan proses identifikasi baik berupa identifikasi masalah maupun identifikasi potensi sebagai awalan untuk menentukan langkah selanjutnya. Namun sebeum melakukan identifikasi tentu perlu adanya penyadaran pada masyarakat mengenai perlunya sasaran untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Setelah mereka menyadari dan mampu mengidentifikasi maka langkah selanjutnya adalah tindakan nyata dalam mewujudkan keberdayaan mereka.

3. Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Mathews (dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, 2013 : 105) menjelaskan bahwa prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijakan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten. Sehingga seorang penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip pemberdayaan yang telah ada. Adapun prinsip-prinsip dalam pemberdayaan masyarakat menurut Dhana dan Bhatnagar (dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, 2013: 16) yaitu :

a. Minat dan kebutuhan

b. Organisasi masyarakat bawah c. Keragaman budaya

d. Perubahan budaya

e. Kerjasama dan partisipasi

f. Demokrasi dalam penerapan ilmu g. Belajar sambil bekerja


(42)

i. Kepemimpinan j. Spesialis yang terlatih k. Segenap keluarga l. Kepuasaan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat perlu mempertimbangkan berbagai prinsip yaitu :

a. Pemberdayaan harus sesuai dengan tujuan, sasaran dan manfaat yang tepat sesuai dengan apa yang ingin diberdayakan.

b. Pemberdayaan harus dilandasi dengan adanya peran aktif anatara yang memberdayakan dan diberdayakan.

c. Pemberdayaan harus dilakukan dengan terampil oleh penyuluh agar materi cepat dikuasai oleh masyarakat.

4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat


(43)

Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (afektif, kognitif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan-keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut. (Ambar Teguh S, 2004:80-81)

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013 : 109) mengklasifikasikan beberapa tujuan pemberdayaan masyarakat, yaitu :

a. Perbaikan pendidikan

Dalam arti pemberdayaan harus dirancang sebagai bentuk pendidkan yang lebih baik.

b. Perbaikan aksebilitas

Dengan tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup diharapkan akan memperbaiki aksebilitasnya.

c. Perbaikan tindakan

Dengan berbekal perbaikan pendidikan dan perbaikan aksebilitas dengan beragam sumberdaya yang lebih baik diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan yang semakin lebih baik.

d. Perbaikan kelembagaan

Dengan perbaikan kegiatan atau tindakan yang dilakukan diharapkan akan memperbaikai kelembagaan, temasuk pengembangan jejaring kemitra-usahaan. e. Perbaikan usaha

Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesbilitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan. f. Perbaikan pendapatan

Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, dharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya termasuk pendapatan keluarga dan masyarakat


(44)

g. Perbaikan lingkungan

Perbaikan pendapatan diharapkan mampu memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.

h. Perbaikan kehidupan

Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan akan membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

i. Perbaikan masyarakat

Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh keadaan lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujudnya kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakan pemberdayaan masyarakat adalah dimulai dengan pemberdayaan pendidikan. Pemberdyaan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik, misalnya dengan meningkatnya pendapatan ekonomi yang didapat dari berberapa usaha dan kerja maupun bisnin yang dilakukan. Dengan demikian tujuan pemberdayaan akan tercipta apabila semua masyarakat di berdyakan dari segi dasar yaitu pendidikan yang nantinya akan berdampak terhadap kesejahteraan hidup masyarakat.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan

Menurut Shrode dan Voich (Tatang M. Amirin, 2003 : 23), ada empat kriteria untuk menentukan penting tidaknya suatu tujuan yaitu mutu atau kualitasnya, banyaknya atau kuantitasnya, waktu dan biaya.


(45)

Keempat hal tersebut dapat mejadi suatu faktor yang dapat mendukung maupun menghambat keberhasilan suatu tujuan, keempatnya kadang tidak berjalan seiringan tetapi dipilih mana yang paling menguntungkan. Dalam hal jumlah, banyaknya anggota dan ketersediaan sarana prasarana. Dalam hal mutu, kemampuan pelatih dan daya tangkap serta sikap anggota merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan. Waktu dan biaya juga penting dalam mendukung keberlangsungan suatu lembaga dan kegiatan.

Dari empat criteria yaitu mutu, jumlah, waktu dan biaya, pilihan criteria mana yang dipegang oleh seseorang atau suatu lembaga juga tergantung pada banyak hal diataranya faktor kebutuhan, system nilai yang dianut, dan juga kemampuan keuangan sehingga akhirnya timbul perhitungan untung-rugi (Tatang M. Amirin, 2010: 24)

Pilihan yang dipergunakan dalam mempertimbangkan kriteria mutu, jumlah, waktu dan biaya didasarkan pada mana yang lebih menguntungkan sehingga bisa saja terjadi perpaduan dari lebih satu kriteria yang dipilih.


(46)

C. Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas sebagai unit pelaksana tekhnis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat yang optimal. (Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas Departemen Kesehatan RI:2006)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).


(47)

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2. Tujuan Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang: a) memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; b) mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, c) hidup dalam lingkungan sehat; dan d) memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


(48)

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Puskesmas untuk menyembuhkan penyakit, pemulihan kesehatan perorangan, memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit 3. Fungsi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, bahwa puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga


(49)

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat dan sekitarnya untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut serta tidak menimbulkan ketergantungan serta dapat memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas. Sehingga dalam pelayanannya lebih mudah.

Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 128/MENKES/SK/II/2004 puskesmas memiliki fungsi antara lain :


(50)

Puskesmas selalu berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

b. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam meperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan, pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial dan budaya masyarakat setempat.

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :

1) Pelayanan Kesehatan Perorangan 2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Puskesmas melakukan beberapa cara untuk merangsang


(51)

masyarakat melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan dan rujukan medis kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan tidak menimbulkan ketergantungan, memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerjasama dengan sektor bersangkutan dalam melaksanakan program kesehatan

4. Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).

5. Upaya penyelenggaraan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia


(52)

sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang (Trihono, 2005).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005). Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan


(53)

mulut,upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Trihono, 2005). Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatankabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembanganpuskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (Trihono, 2005).

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu, dinas kesehatan


(54)

kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya (Trihono, 2005).

Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Peran Pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia ( Skripsi Swastika Dela Prabandewi. 2014. Universitas Negri Yogyakarta )

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pelaksanaan kegiatan yang ada di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur antara lain meliputi: (a) Pelayanan pengelolaan makanan, ( b) Pelayanan Fisik, (c) Pelayanan psikis, (d) Pelayanan kesehatan, (e) Pelayanan rohani, (f) Pelayanan sosial, (g) Pendampingan Ketrampilan dan Kesenian. Peran Pekerja sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur adalah, peran pekerja sosial sebagai pendidik, Pekerja sosial sebagai pembela, Pekerja sosial sebagai mediator/fasilitator (


(55)

Perantara ), Pekerja sosial sebagai pemungkin ( Enabler ), Pekerja sosial sebagai penjangkauan ( Outreach ).

Yang menjadi faktor pendukung dari peran pekerja sosial lansia dalam meningkatkan kesejahteraan lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur antara lain, adanya kolaborasi dengan mahasiswa praktik yang ada di PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur sangat membantu pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya, team work antar pekerja sosial yang saling mendukung, mempunyai jejaring atau kerjasama dengan lembaga-lembaga lain, sedangkan yang menjadi faktor penghambat dari peran pekerja sosial lansia dalam meningkatkan kesejahteraan lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur antara lain, karakter klien yang berbeda-beda, kemaun klien yang berbeda-beda, dituntut untuk memiliki lingkungan yang bersih akan tetapi simbah atau klien mengalami defisit kebersihan.

Penelitian yang relevan diatas, berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai peran Puskesmas dalan upaya memberdayakan lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia. Disini kesamaan objek sebagai dasar penelitian yaitu mengenai pemberdayaan lansia untuk meningkatkan kesehatan. Adapun perbedaan antara peelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada subjek lembaga yang berbeda.


(56)

2. Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Puskesmas (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi masyarakat mengenai peranan Puskesmas Jatinom dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Kelurahan Krajan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten). ( Skripsi Rahayu Purwatiningsih. 2008. Universitas Sebelas Maret)

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Jatinom, Klaten dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas Jatinom yaitu Proses pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Jatinom pun daripersepsi masyarakat dilihat sebagai hal yang sangat positif. Masyarakat merasa cukup puas dengannya. Mengenai pelayanan Puskesmas Jatinom dapat dilihat dari kecepatan, kemudahan dan kenyamanan pelayanan baik pada saat mendaftar, admministrasi, pemeriksaan dan pengambilan obat. Petugas-petugas Puskesmas Jatinom baik petugas medis maupun non-medis dimata masyarakat dianggap sudah cukup handal dalam melakukan pelayanan. Hal tersebut didukung oleh beberapa hal berikut, yaitu penampilan fisik petugas yang bersih dan rapi, sikap yang ramah dan sabar, serta sangat komunikatif dalam pemberian informasi yang detail dan jelas kepada seluruh pasien maupun pengunjung Puskesmas Jatinom. Petugas medis yaitu dokter, perawat maupun asisten perawat di Puskesmas Jatinom juga selalu bertindak cepat dan tepat dalam penanganan


(57)

pasien. Seluruh pasien maupun pengunjung sama-sama memiliki hak yang sama yaitu diberi kesempatan untuk bertanya dan menerima informasi tentang suatu hal selengkap mungkin.

E. Kerangka Berfikir

Lanjut usia merupakan orang yang sudah berusia enam puluh lima tahun ketas yang secara normal mereka sudah mengalami brbagai kemunuduran kemampuan baik fisiologis maupun psikologis. Untuk meningkatkan kesehatan lansia diperlukannya dukungan keluarga agar terjaganya kesehatan lanjut usia.

Di masa tua itu terdapat banyak masalah yang dihadapi oleh lanjut usia,di antaranya adalah masalah ekonomi, masalah kesehatan, sosial dan psikologis. Dan pada masa-masa seperti itu lansia akan merasa terasingkan karena sudah mulai jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya puskesmas merupakan alternatif pilihan bagi lanjut usia untuk meningkatkan kesehatanya.

Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Ada beberapa cara Puskesmas memberikan layanan untuk memberdayakan lansia seperti senam lansia, cek up kesehatan dan penyuluhan program.

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, fokus penelitian ini adalah menggali informasi tentang peran Puskesmas dalam upaya


(58)

memberdayakan lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia serta faktor-faktor yang mendukung dan penghambat dari peran Puskesmas tersebut. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang dillakukan dapat menjadi acuan bagi lansia dan keluarga bawah peran Puskesmas memiliki peran yang besar dan positif bagi kelangsungan kesehatan lansia.


(59)

Gambar 1 : Kerangka Berfikir

LANSIA

Peran Puskesmas :

- Sebagai Penyelenggara kesehatan

- Sebagai pengorganisasian masyarakat

PUSKESMAS

Posyandu lansia : - Kader lansia -Tenaga medis - Tokoh masyarakat -Keluarga lansia Lansia Berdaya

Masalah yang dihadapi lansia: - Masalah ekonomi

- Masalah psikologis - Masalah sosial - Masalah kesehatan


(60)

F. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja program yang dilaksanakan di Puskesmas Purwokerto Selatan untuk memberdayakan lansia dalam upaya meningkatkan kesehatan lansia?

a. Bagaimana pelaksanaan program cek up kesehatan untuk memberdayakan lansia ?

b. Bagaimana pelaksanaan program senam lansia untuk memberdayakan lansia ?

c. Bagaimana pelaksanaan program penyuluhan kesehatan lansia untuk memberdayakan lansia ?

2. Bagaimana ketercapaian dari program pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan?

a. Bagaimana ketercapaian program cek up kesehatan dalam memberdayakan lansia ?

b. Bagaimana ketercapaian program senam lansia dalam memberdayakan lansia ?

c. Bagaimana ketercapaian program penyuluhan kesehatan dalam memberdayakan lansia ?

3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dari pelaksanaan program pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan? 4. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dari pelaksanaan

program pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan?


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam bukunya Djamian Satori dan Aan Komariah yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti suatu proses langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik sutau artefak dan lain sebagainya. Penelitian ini tetap memperhatikan nilai-nilai yang ada pada lembaga.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexy J. Moleong, 2005:83) Penelitian melalui pendekatan kualitatif deskriptif ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang peran puskesmas dalam upaya memberdayakan lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia di Puskesmas Purwokerto selatan.


(62)

B. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2003:119) menerangkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sentral karena pada subyek peneliti itu data tentang variabel yang di teliti berada dan diamati oleh peneliti.

Cara memilih informan dengan menggunakan purposive adalah dengan memilih informan tergantung dengan kriteria apa yang digunakan. Sehingga kita menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria informan yang diambil. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang peran Puskesmas dalam upaya memberdayakan lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia, maka informan yang diperlukan adalah pegawai puskesmas purwokerto selatan berjumlah 1 orang, kader lansia berjumlah 3 dan lansia berjumlah 11 lansia.

Kriteria informan (lanjut usia) sebagai berikut:

1. Orang lanjut usia yang masih sehat (bisa diajak untuk berkomunikasi) 2. Orang lanjut usia yang berkenan untuk di mintai informasi.

Tabel 1. Data Informan

Nama Informan Lama Massa Jabatan

HP Pegawai Puskesmas 29 th

SP Kader Lansia 10 th

OW Kader Lansia 10 th

NP Kader Lansia 10 th

SP Lansia -

SY Lansia -

SA Lansia -

ST Lansia -


(63)

Nama Informan Lama Masa Jabatan

ST Lansia -

AM Lansia -

TM Lansia -

KW Lansia -

YT Lansia -

MR Lansia -

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Purwokerto Selatan yang merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilyah kerja.

Penelitian meliputi kegiatan para lansia di Puskesmas Purwokerto Selatan. Penetapan dan penetuan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa:

1. Puskesmas Purwokerto Selatan merupakan salah satu tempat yang berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi penduduk contohnya lansia agar memperoleh derajat yang optimal.

2. Puskesmas Purwokerto Selatan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah yang berada di bawah naungan Dinas Kesehatan.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan sekunder.


(64)

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari informan dan pihak lain yang terkait atau data memberikan wawancara langsung. Data yang dibutuhkan adalah informasi mengenai peran pegawai Puskesmas dan faktor-faktor pendukung maupun penghambatnya dalam proses kegiatan peawatan lanjut usia.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh tidak langsung dari obyek penelitian tetapi peneliti memperoleh data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode. Dan pada penelitian ini data data tersebut diperoleh dari perpustakaan, internet, maupun koran.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh jenis data yang dibutuhkan penelitian , maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan gejala yang jadi obyek penelitian. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para Ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi(Nasution, 2002: 56). Observasi merupakan kegiatan yang mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat data atau informasi


(65)

secara sistematis. Penilai tidak melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan atau dialami orang lain (Sudjana, 1992: 238).

Dalam penelitian ini peneliti berperan serta aktif dan terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana peran puskesmas dalam upaya memberdayakan ansia untuk meningkatkan kesehatan lansia di puskesmas purwokerto selatan. Observasi dilakukan dengan mengacu pada pedoman observasi yang telah peneliti buat yaitu observasi pada aspek kondisi fisik dan non fisik. Kondisi fisik berupa ruang pelaksanaan kegiatan serta sarana dan prasarana. Sedangkan kondisi non fisik mencakup pelaksanaan kegiatan serta peran pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung dengan responden ataupun pihak lain yang terkait dengan penelitian. Dalam definisi lainnya wawancara ialah percakapan dengan maksud tertentu. Pecakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara ( interviewer ) yang mengajukann pertanyaan dan terwawancara ( interviewee ) yang memberikan jawaban ( Moleong, 2010 : 186 ) maksud mengadakan wawancara antara lain : mengkontruksi menggenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.


(66)

Peneliti menggunakan metode wawancara dikarenakan peneliti ingin menggali sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan pemberdayaan lansia. Dalam penelitian ini akan dilakukan wawanacara dengan pihak puskesmas untuk memperoleh data tentang kegiatan apa saja atau program apa saja yang dapat memberdayakan kesehatan lansia serta faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat program tersebut.

Pencatatan data selama wawancara penting sekali karena data yang akan dianalisis didasarkan atas kutipan hasil wawancara. Oleh karena itu, pencatatan data itu paling penting dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini merupakan metode pengumpulan data dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Kejadian tertentu yang dapat digunakan untuk lebih menjelaskan peran puskesmas dalam meningkatkan kesehatan lansia didokumentasikan oleh peneliti dengan menggunakan dokumen foto-foto kegiatan, catatan kegiatan, buku atau modul, profil dan sebagaianya, hal ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan yang dimanfaatkan untuk pendukung dan penunjang hasil penelitian. Selain itu kegunaan lainnya adalah untuk memperoleh arsip tertulis seperti kapan berdirinya, data pegawai, jadwal kegiatan posyandu lansia dan foto-foto kegiatan posyandu lansia.


(67)

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dikarenakan dokumen berguna sebagai bukti untuk memperluas pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki dan sebagai penguat dari hasil observasi dan wawancara.

Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 2 : Tabel 2. Cara Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Teknik 1. Profil Puskesmas

Purwokerto Selatan terdiri dari:

a.Visi dan Misi b. Truktur organisasi c. Pegawai

Pekerja Wawancara Observasi Dokumentasi

2. Pelaksanaan Kegiatan Pekerja Puskesmas , Kader Lansia

Observasi Dokumentasi Wawancara 3. Peran Pekerja Sosial Pekerja sosial ,

lansia

Observasi Wawancara 4. Faktor Peghambat

pekerja puskesmas dalam melaksanakan tugasnya Pekerja Puskesmas Wawancara

5. Faktor Pendukung pekerja puskesmas dalam melaksanakan tugasnya Pekerja Puskesmas Wawancara

6. Ketrcapaian program pemberdayaan lansia Pekerja Puskesmas Observasi Dokumentasi Wawancara

F. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan ke unit-unit melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang


(68)

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 89). Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:247-253) analisis data terbagi atas 3 tahapan, yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010: 247). Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

2. Display Data

Penyajian data merupakan hasil reduksi data yang disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dibaca atau dipahami. Analisis dapat merancang deretan dan kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian di buat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti.


(69)

G. Keabsahan Data

Dalam menetapkan keabsahan (trustworthiness) data yang diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan data. Untuk menguji keabsahan data peneliti ini menggunakan teknik triangulasi sumber.

Triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Penelitian ini mengadakan triangulasi dengan sumber dan metode. (Lexy. J. Moleong, 2011: 331).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan keabsahan data dengan sumber data yang berbeda di lapangan. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh memiliki jaminan kepercayaan data menghindari subjektifitas dari peneliti, serta melakukan cross check data dengan sumber dan teknik yang berbeda.


(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Lembaga

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Purwokerto Selatan yang letaknya berada di Jl. M. Yamin Kelurahan Karang Klesem Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan yaitu batas Utara di Kecamatan Purwokerto Timur, batas Selatan di Kecamatan Patikraja, batas Timur di Kecamatan Sokaraja, dan untuk batas barat di Kecamatan Purwokerto Barat.

Puskesmas Purwokerto Selatan berdiri sejak 1987. Puskesmas Purwokerto Selatan mempunyai motto Kesembuhan, Keselamatan dan kepuasan Pelanggan adalah kepuasan Kami.

Puskesmas Purwokerto Selatan mempunyai 29 tenaga kerja sesuai dengan formasi PNS pada tahun 2014 yang dijabarkan pada table berikut :

Tabel 3 : Data Ketenagakerjaan Puskesmas tahun 2014-2015

No Nama Ketenagaan PNS Non PNS

1 Kepala Puskesmas 1

2 Kepala Tata Usaha 1

3 Fungsional Tertentu : Dokter Umum Dokter Gigi Perawat umum Perawat Gigi Nutrisionist/Gizi Sinatarian/Kesehatan Lingkungan Bidan Apoteker 1 1 3 1 1 2 6 1 1 2


(71)

No Nama Ketenagaan PNS Non PNS 4 Fungsional Umum :

Administrasi Umum Administrasi Loket Inventaris Barang Pemeliharaan Gedung Jaga Malam

2 1 1 1

1

1 1

2. Profil Lembaga

1) Visi dan Misi Puskesmas Purwokerto Selatan

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas Purwokerto Selatan merupakan pusat kesehatan bagi masyarakat Purwokerto Selatan. Puskesmas Purwokerto Selatan ini memiliki visi untuk menjadi pusat pelayanan prima, kesehatan dasar dan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Sedangkan misi Puskesmas Purwokerto Selatan yaitu:

1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dasar yg bermutu bagi individu, keluarga dan masyarakat secara sempurna.

2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang Kesehatan Dasar,

3) Menggerakan peran serta masyarakat dlm pembangunan berwawasan kesehatan dalam bidang kesehatan Dasar.

4) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga dan masyarakat.


(72)

5) Menjalin kemitraan dalam pelayanan, rujukan, pendidikan dan pelatihan kesehatan Dasar.

Dari misi tersebut maka dapat diketahui bahwa Puskesmas Purwokerto Selatan memiliki tujuan kerja untuk dapat menciptakan program, pelayanan dan fasilitator dalam bidang kesehatan bagi masyarakat Purwokerto Selatan. Dalam pelaksanaan kinerjanya puskesmas Purwokerto Selatan memiliki 7 wilayah kerja seperti Karangklesem, Teluk, Berkoh, Purwokerto Kidul, Purwokerto Kulon, Tanjung dan Karang Pucung. Dari 7 wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan memiliki tugas untuk memberikan pelayanan terhadap 78554 orang yang berada pada wilyah kerjanya. Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas ada dua macam yaitu pelayanan dalam gedung dan pelayanan luar gedung. Pelayanan yang diberikan di luar gedung yaitu puskeling, posyandu lansia dan layanan prolanis.

2) Jenis Layanan dan Hari Buka Puskesmas Purwokerto Selatan Jenis pelayanan yang tersedia di Puskesmas Purwokerto Selatan ada 2 yakni pelayanan dalam gedung dan luar gedung. Pelayanan dalam gedung yaitu pelayanan yang dilakukan di dalam gedung dan dilaksanakan pada saat jam kerja sedangkan untuk pelayanan diluar gedung dilakukan diluar gedung Puskesmas Purwokerto Selatan yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Adapun jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Purwokerto Selatan yaitu:


(73)

1. Pelayanan Dalam Gedung a. Cabut Gigi

b. KB

c. Pemeriksaan rutin d. Imunisasi

2. Pelayanan Luar Gedung a. Posyandu Lansia b. Layanan Prolanis c. Puskesmas keliling

3) Sarana dan Prasarana di Puskesmas Purwokerto Selatan

Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Purwokerto Selatan meliputi :

1) Mobil Puskesmas Keliling (ambulance) 1 buah. 2) Mobil Dinas 2 buah.

3) Puskesmas Induk yang terletak di Jl. M. Yamin Karang Klesem. 4) Puskesmas Pembantu yang terletak di RW VI Perumahan

Teluk/Gerbang Harapan. 3. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pegawai Puskesmas, Kader Lansia, dan Lansia yang berkaitan dengan peran Puskesmas dalam upaya memberdayakan lansia. Berikut ini disajikan subjek penelitian berdasarkan pengumpulan data :


(74)

Tabel 4. Daftar Subjek Penelitian

No Subjek Jumlah

1 Pegawai Puskesmas 1 orang

2 Kader Lansia 3 orang

3 Lansia 11 orang

Subjek penelitian berjumlah 15 subjek yang terdiri dari satu pegawai Puskesmas, 3 kader lansia dan dan 11 lansia.

4. Deskripsi Waktu Penelitian

Waktu penelitan ini dimulai pada bulan September 2015. Waktu pelaksanaan wawancara dilakukan pada hari yang berbeda antara satu narasumber dengan narasumber lain. Hal ini karena setiap Pelaksanaan kegiatan wawancara ini juga dipisahkan antara satu nara sumber dengan nara sumber lain supaya lebih objektif.

B.Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Program Puskesmas Purwokerto Selatan untuk Memberdayakan Lansia

Program Puskesmas merupakan pilar utama bagi petugas Puskesmas menjalankan tugas Puskesmas dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tanpa ada program yang jelas dari Puskesmas maka masyarakat tidak akan tahu apa saja jenis pelajayan dan peraturan yang ada di Puskesmas. Dengan adanya program yang jelas maka Puskesmas akan mudah dalam memplubikasikan jenis pelayanan dan memberikan layanan kepada masyarakat. Secara khususnya program pelayanan pada Posyandu lansia ini akan memudahkan masyarakat untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas.


(75)

Secara khusus dalam pelayanan yang diberikan Puskesmas dalam upaya memberdayakan lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia di Purwokerto Selatan diantaranya pelayanan khusus untuk lansia minimal usia 50 tahun dengan menggunakan kendaraan Puskesmas keliling. Program pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Purwokerto Selatan secara keliling yaitu senam lansia, penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan rutin dokter dan laborat.

Program yang dilakukan ini bersumber dari pegawai Puskesmas bapak HP sebagai berikut:

“Ya salah satunya ya kendaraan Puskesmas keliling yang lainya seperti pelayanan khusus untuk lansia batas usianya minimal 50 tahun. Didalam program lansia salah satunya senam lansia ada penyuluhan tenyang kesehatan ada pemeriksaan rutin dokter dan laborat.”

Kegiatan Puskesmas keliling ini dilakukan di seluruh wilayah Purwokerto Selatan dengan memiliki sebelas Posyandu. Kegiatan posyandu lansia ini memiliki tiga program utama yaitu pemeriksaan kesehatan, senam dan penyuuhan. Kegiatan tersebut dilakukakan di seluruh posyandu lansia yang telah berjalan di Purwokerto Selatan. Terdapat sebelas Posyandu di mana sembilan dikelola oleh Puskesmas langsung dan dua posyandu dikelola mandiri.


(76)

Berikut jadwal kegiatan yang ada di Posyandu Lansia Purwokerto Selatan:

Hari/Minggu Tempat Posyandu

Kegiatan Senin /

Pertama

Anggrek Bulan Cek up Kesehatan, Konsultasi kesehatan dan pemeriksaan laboratorium, senam

Senin / Kedua Karya Husada Senam, pemeriksaan kesehatan dan sosialiasi pemeriksaan penunjang laboratorium.

Senin / ketiga Panembahan Senam, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan pemeriksaan penunjang laboratorium.

Senin / Kempat

Reda Utama Pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan penunjang laboratorium Selasa/

Pertama

Patriot Pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan penunjang laboratorium Selasa/ Kedua Mlati Posyandu Mandiri

Selasa/ Ketiga Bhakti Husada Senam, Pemeriksaan kesehatan Selasa/

Keempat

Mustika Wreda Senam dan cek Laborat Jumat/

Keempat

Wreda Husada Senam, Pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan penunjang laboratorium Senin /

Kempat

Damar Kencana Posyandu Mandiri Minggu/

Kempat

Istiqomah Senam dan Pemeriksaan

Dari rincian kegiatan Posyandu lansia tersebut maka dapat diketahui kegiatan dan program yang ada pada Posyandu Puskesmas Purwokerto Selatan yaitu Cek up kesehatan, senam dan penyuluhan kesehatan.

a. Cek Up Kesehatan Lansia


(77)

Posyandu Patriot dan senin minggu kedua di Posyandu Karya Husada yang dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan setiap posyandu yaitu pukul 08.00 – selesai.

Kegiatan cek up kesehatan lansia ini bertujuan untuk memeriksa, mengontrol dan memberikan solusi serta saran terhadap kesehatan yang dimiliki oleh lansia pada saat itu. Pemeriksaan kesehatan ini menjadi program utama sebagai layanan rutin yang diberikan oleh petugas posyandu lansia. Sehingga setiap pertemuan lansia dapat melakukan cek up kesehatan terbaru agar dapat mengetahui kondisi kesehatan terakhir. Kegiatan cek up kesehatan ini sangat bermanfaat bagi lansia untuk tetap menjaga kesehatan agar mampu melakukan kegiatan atau aktivitas fisik secara maksimal. Menurut kader lansia kegiatan cek up kesehatan ini sangat membantu lansia untuk mengontrol dan menjaga kesehatan lansia. Banyak alasan yang dilakukan oleh lansia untuk datang ke Posyandu seperti karena sakit, cek up kesehatan dan mengikuti kegiatan Posyandu.

Sesuai dengan pernyataan ibu MR yang menyatakan bahwa : “Ya sakit pusing atau pegel atau gatel-gatel gt lah. Sebelumya kan kita sudah memberitahukan ke RT bahwa usia lansia sudah banyak dan kita ingin para lansia walaupun sudah tua tetep sehat masih berguna bagi keluarga. Kan bisa ngurusi cucu ngawasi cucu kalo ada orang tua kan rasanya lain. Dari pengurus RW waktu itu kita membicarakan tambah banyak usia lansia, agar para lansia itu terpantau kesehatanya.”

Dengan adanya bantuan kader dalam mengkomunikasikan program Puskesmas maka program tersebut dapat tersampaikan kepada lansia untuk mengikuti program-program Puskesmas. Program ini akan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)