KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA DI DEPAN PUBLIK MELALUI SIMULASI KHITHABAH:Studi Kuasi Eksperimen terhadap Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 6

1.4Asumsi ... 7

1.5Hipotesis ... 7

1.6Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.7Definisi Operasional... 8

BAB II KETERAMPILAN DAN SIMULASI KHITHABAH ... 10

2.1 Keterampilan Berbicara ... 10

2.1.1 Keterampilan Berbicara sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa 10 2.1.2 Batasan Berbicara... 11

2.1.3 Tujuan Berbicara ... 13

2.1.4 Ciri Khusus Berbicara ... 15

2.1.5 Metode Penyajian Berbicara ... 19

2.1.6 Jenis-jenis Berbicara ... 21

2.1.7 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ... 22

2.1.8 Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 29


(2)

2.1.9.1Faktor-faktor yang Dinilai... 35

2.1.9.2Pedoman Penilaian ... 37

2.2 Khithabah sebagai Salah Satu Ragam Berbicara ... 43

2.2.1 Pengertian Khithabah ... 43

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Khithabah ... 45

2.2.3 Sistematika Khithabah ... 46

2.2.4 Metode Khithabah ... 47

2.2.5 Penilaian Kemampuan Khithabah ... 50

2.3 Berbicara dan Khithabah... 51

2.4 Simulasi sebagai Salah Satu Teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 52

2.4.1 Pengertian Simulasi ... 52

2.4.2 Jenis-jenis Simulasi ... 53

2.4.3 Teknik Pelaksanaan Simulasi ... 54

2.5 Rangkuman Hasil Penelitian Terdahulu tentang Khithabah ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Populasi dan Sampel ... 59

3.2 Desain Kuasi Eksperimen dan Proses Eksperimen ... 60

3.2.1 Disain Kuasi ... 60

3.2.2 Proses Kuasi Eksperimen ... 62

3.3 Instrumen Penelitian... 65

3.3.1 Bentuk Instrumen ... 65

3.3.2 Uji Coba Instrumen ... 67

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 68

3.5 Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, HASIL, DAN PEMBAHASAN DATA KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA DI DEPAN PUBLIK MELALUI SIMULASI KHITHABAH ... 70


(3)

4.1 Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Berbicara Mahasiswa di Depan

Publik melalui Simulasi Khithabah ... 70

4.1.1 Analisis Data Kemampuan Awal (Pretes) Kelompok Eksperimen71 4.1.1.1 Analisis Pelafalan ... 71

4.1.1.2 Analisis Pilihan Kata ... 76

4.1.1.3 Analisis Struktur Bahasa ... 84

4.1.1.4 Analisis Intonasi ... 91

4.1.1.5 Analisis Isi ... 93

4.1.1.6 Analisis Penampilan………. 97

4.1.2 Analisis Data Kemampuan Akhir (Pascates ... 102

4.1.2.1 Analisis Pelafalan ... 102

4.1.2.2 Analisis Pilihan Kata ... 107

4.1.2.3 Analisis Struktur Bahasa ... 116

4.1.2.4 Analisis Intonasi ... 123

4.1.2.5 Analisis Isi ... 124

4.1.2.6 Analisis Penampilan ... 127

4.2 Hasil Penelitian ... 130

4.2.1 Tingkat Kemampuan Khithabah ... 130

4.2.2 Pengujian Hipotesis ... 138

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 140

4.4 Prosedur Simulasi Khithabah ... 149

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 152

5.1 Simpulan ... 152

5.2 Implikasi ... 153

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL Tabel

1 Kegiatan Uji Coba ... 67

2 Rekapitulasi Kesalahan Pelafalan Prates ... 72

3 Rekapitulasi Kesalahan Pemilihan Kata Prates... 76

4 Rekapitulasi Kesalahan Struktur Prates ... 84

5 Rekapitulasi Kesalahan Intonasi Prates ... 91

6 Rekapitulasi Data Isi Khithabah Prates ... 94

7 Rekapitulasi Data Penampilan Khithabah Prates ... 97

8 Rekapitulasi Kesalahan Pelafalan Pascates ... 103

9 Rekapitulasi Kesalahan Pemilihan Kata Pascates ... 107

10 Rekapitulasi Kesalahan Struktur Pascates ... 116

11 Rekapitulasi Data Intonasi Pascates ... 123

12 Rekapitulasi Data Isi Pascates ... 124

13 Rekapitulasi Data Penampilan Pascates ... 127

14 Data Aspek Bahasa Khithabah Prates dan Pascates ... 131

15 Data Aspek Isi Khithabah Prates dan Pascates ... 132

16 Data Aspek Penampilan Khithabah Prates dan Pascates ... 133

17 Hasil Uji Normalitas Bahasa Khithabah Prates dan Pascates ... 134

18 Hasil Uji Normalitas Isi Khithabah Prates dan Pascates ... 134

19 Hasil Uji Normalitas Penampilan Khithabah Prates dan Pascates ... 135

20 Hasil Uji Homogenitas Isi Khithabah Prates dan Pascates ... 135


(5)

22 Hasil Uji Homogenitas Bahasa Khithabah Prates dan Pascates... 136 23 Uji Perbedaan Rata-Rata Penampilan Khithabah Prates dan Pascates ... 137 24 Uji Perbedaan Rata-Rata Isi Khithabah Prates dan Pascates ... 137 25 Uji Perbedaan Rata-Rata Bahasa Khithabah Prates dan Pascates ... 137


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1 Skala Penilaian Keterampilan Berbicara Jenis Pidato ... 37

2 Pola Eksperimen Prates-Pascates pada Kelompok Tunggal ... 61

3 Pola Penelitian ... 62

4 Matriks Perencanaan Tes Berbicara dengan Teknik Khithabah ... 65

5 Skala Penilaian Keterampilan Berbicara Jenis Khithabah ... 66

6 Diagram Batang Kemampuan Bahasa Prates dan Pascates ... 131

7 Diagram Batang Kemampuan Isi Prates dan Pascates ... 132


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Skala Penilaian Keterampilan Berbicara dan Pedoman Skoring ... 156

2 Data Tentang Kemampuan Berkhithabah Aspek Bahasa, Isi, dan Penampilan Prates ... 161

3 Data Tentang Kemampuan Berkhithabah Aspek Bahasa, Isi, dan Penampilan Pascates ... 169

4 Contoh Teks Khithabah Mahasiswa... 188

5 Photo-photo Kegiatan Penelitian... 195


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbicara di depan publik seperti berpidato, berceramah, dan berdakwah dalam kehidupan manusia merupakan suatu hal yang penting. Banyak orang yang berhasil dalam hidupnya karena mempunyai kemampuan berbicara di depan publik, di samping kemampuan lain. Sebaliknya, banyak orang yang mempunyai ilmu dan banyak idenya, tidak dapat mengemukakan pendapat atau gagasannya kepada masyarakat karena tidak mempunyai keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara seperti halnya keterampilan berbahasa yang lainnya, pada dasarnya adalah kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian rupa, sehingga orang lain mau mendengarkan dan memahami. Untuk memiliki kemampuan berbicara di depan publik ini tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun kurang terampil menyajikannya secara lisan. Kadang-kadang pokok pembicaraan cukup menarik, tetapi karena penyampaiannya kurang menarik, hasilnya pun kurang memuaskan. Sebaliknya, walaupun topik kurang menarik, tetapi karena disajikan dengan sedemikian rupa, topik tadi dapat menarik pendengarnya.

Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang terutama mahasiswa sebagai calon ilmuwan yang senantiasa bersentuhan dengan kegiatan yang menuntut mereka untuk terampil


(9)

2

berbicara, seperti bertanya di dalam kelas, berdiskusi, berpidato, ceramah, dan lain-lain. Demikian pula dengan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, mereka pun dituntut untuk terampil berbicara tidak hanya dalam kegiatan yang berkaitan dengan perkuliahan, tetapi mereka juga dituntut untuk mampu berbicara di depan publik khususnya berdakwah ketika mereka melaksanakan praktik profesi di semester VI, Kuliah Kerja Nyata di semester VII dan ketika mereka berada di lingkungan masyarakat sesudah mereka lulus. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi calon cendikiawan muslim yang berakidah Islam, berfikrah islami dan berakhlak mulia yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam dakwah Islam dan komunikasi serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan demikian, mahasiswa Fakultas Dakwah diharapkan mereka setelah lulus nanti, tidak hanya menjadi cendikiawan muslim, tetapi juga menjadi mubaligh dan mubaligoh yang menjadi suri teladan bagi masyarakat.

Pada tataran ini, yaitu praktik kemampuan berbicara mahasiswa di depan publik masih kurang memadai. Hal ini berdasarkan kenyataan empiris selama mengajar, dari empat puluh orang mahasiswa dalam satu kelas hanya sekitar enam sampai delapan orang yang aktif berbicara dan itu pun tidak semuanya mampu menyampaikan dalam bahasa yang baik, yakni masih suka muncul bahasa gaul atau bahasa daerah mereka. Begitu pula selama menjadi pembimbing dalam melaksanakan praktik profesi dan kuliah kerja nyata, mahasiswa Fakultas


(10)

3

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati yang seharusnya tampil menjadi pelaksana khithabah (dakwah dengan menggunakan media lisan) dalam kegiatan tersebut tidak berani untuk tampil. Malahan yang tampil adalah mahasiswa yang berasal dari fakultas lain. Ketika mereka ditanya,”Mengapa bukan kamu yang tampil?”, mereka menjawab,”Saya tidak siap, tidak percaya diri, malu”, dan berbagai alasan lainnya. Kalaupun tampil, mereka mengalami demam panggung yang mengakibatkan pembicaraan menjadi tersendat-sendat, ketidakfasihan dalam mengucapkan kalimat, apalagi ketika membacakan ayat-ayat Alquran atau hadis, tidak mampu menguraikan dan menjelaskan topik yang sedang dibahas secara sistematis, teratur dan cenderung ngawur,

Fenomena yang muncul seperti pada paparan di atas didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Eli Marlina terhadap mahasiswa Fakultas Dakwah dalam judul tesisnya Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial pada Kecemasan Berbicara di Muka Umum Mahasiswa Fakultas Dakwah yang menyatakan bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah dilihat dari aspek psikologis (nonkebahasaan) mengalami kecemasan berbicara di depan publik (yang meliputi keengganannya untuk berbicara di depan publik). Kecemasan ini akan tinggi apabila mereka memiliki konsep diri yang negatif dan sebaliknya konsep diri yang positif akan menurunkan kecemasannya ketika berbicara di depan umum. Demikian juga dengan peran dukungan sosial tidak menjadi prediktor bagi kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa Fakultas Dakwah.


(11)

4

Dengan demikian, melihat beberapa kasus di atas perlu diadakan sebuah upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (terutama ketika berada di depan publik). Menurut Arsjad dan Mukti (1993:54) agar dapat berpidato (berbicara di depan publik) dengan baik ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, di antaranya adalah melakukan latihan yang intensif selain mempunyai tekad dan keyakinan, memiliki pengetahuan yang luas, dan memiliki perbendaharaan kata yang cukup. Selain latihan yang intensif, untuk melatih keterampilan berbicara ini diperlukan teknik yang tepat. Teknik yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara, di antaranya adalah bermain peran, berbagai jenis diskusi, wawancara, bercerita, bermain drama, berpidato, dan berkhitabah.

Bertolak dari pendapat tersebut maka penelitian ini akan mengujicobakan simulasi khithabah sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa, terutama ketika mereka berada di depan publik.

1.2 Identifikasi Masalah

Tujuan pendidikan Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi calon cendikiawan muslim yang berakidah Islam, berfikrah islami dan berakhlak mulia yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam dakwah Islam dan komunikasi serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan kata lain, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi diharapkan setelah lulus nanti, mereka tidak hanya


(12)

5

menjadi cendikiwan muslim tetapi juga menjadi mubaligh dan mubalighoh yang menjadi suri teladan bagi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan itulah, maka mahasiswa dibekali dengan berbagai kemampuan yang diharapkan akan menunjang kemampuan berbicara di depan publik, terutama dalam kegiatan dakwah bentuk khithabah. Di antaranya mahasiswa dibekali dengan mata kuliah Teknik Khithabah yang disajikan pada semester IV.

Pada tataran praktik, ketika para mahasiswa ini harus tampil berbicara di depan publik, terutama dalam kegiatan praktik profesi dan kuliah kerja nyata yang harus mereka laksanakan pada semester VI dan VII, keterampilan berbicara mereka masih kurang memadai. Hal ini ditandai dengan kecemasan atau demam panggung yang mereka alami, sehingga pembicaraan mereka menjadi tidak lancar atau tersendat-sendat, isi khitobah yang kurang sesuai dengan topik yang dibicarakan, masih sering munculnya bahasa gaul atau bahasa asal (daerah) mereka. Selain itu, mereka pun tidak jarang enggan untuk melaksanakan khithabah karena merasa diri belum layak untuk melaksanakan khithabah, sebagian dari mereka berkata,”Jangankan dakwah untuk orang lain, diri saya sendiri saja belum benar”, “saya tidak PD (percaya diri)”, “saya malu “,dan sebagainya. Bahkan tidak jarang pula dari mereka ketika dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan berbicara mereka akan berusaha menghindar atau andaikan dipaksa untuk melakukannya maka mahasiswa tersebut tidak dapat menyampaikan ide-idenya dengan baik, gagap, gemetaran, dan tidak berani menatap pendengar.


(13)

6

1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah

Uraian di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik kurang memadai dengan indikasi (1) ketidakfasihan dalam mengucapkan kalimat, apalagi dalam mengucapkan ayat Alquran atau Hadis, (2) tidak mampu membuka khithabah secara baik dan menarik, (3) tidak mampu menguraikan bahasan materi secara sistematis dan cenderung ngawur, (4) tidak mampu memilih kata yang tepat, tidak variatif dan menarik, sehingga membosankan, (5) gerak-gerik dan mimik yang tidak mendukung apa yang dibicarakan. Di satu pihak, lembaga mengharapkan lulusannya menjadi mubaligh-mubaligh yang handal dan kompeten, yang mampu mentransformasikan ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat sehingga mereka dibekali dengan berbagai keterampilan yang diharapkan menunjang kemampuan berbicara mereka di depan publik. Di pihak lain, hasil yang diharapkan belum maksimal.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, diperlukan sebuah upaya peningkatan keterampilan berbicara mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi ketika berada di depan publik, yaitu ketika mahasiswa sedang berdakwah. Upaya ini dilakukan dengan mengujicobakan simulasi khitabah sebagai salah satu teknik pembelajaran keterampilan berbicara di depan publik.

Berdasarkan masalah di atas, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah prestasi keterampilan berbicara mahasiswa meningkat setelah mengikuti simulasi khithabah.


(14)

7

2. Apakah prestasi keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik pada aspek bahasa meningkat setelah mengikuti simulasi khithabah.

3. Apakah prestasi keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik pada aspek nonkebahasaan meningkat setelah mengikuti simulasi khithabah.

1.4 Asumsi

Beberapa asumsi yang melandasi penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan banyak latihan.

2. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dapat meningkat kemampuan berbicaranya di depan publik setelah mendapat latihan dan bimbingan berbicara yang intensif.

3. Simulasi Khitabah adalah sebuah upaya yang diujicobakan kepada mahasiswa dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung di depan publik.

1.5 Hipotesis

1. Simulasi khithabah mampu meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik dalam aspek kebahasaan yang meliputi pelafalan, pilihan kata, struktur bahasa, dan intonasi.

2. Simulasi khithabah mampu meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa dalam aspek nonkebahasaan yang meliputi hubungan isi dengan topik, stuktur


(15)

8

isi, kualitas isi, gerak-gerik dan mimik, volume suara, kelancarann dan keserasian berbusana.

1.6 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan simulasi khithabah dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pendidikan dan pengajaran

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi mahasiswa dan bagi para pengajar, khususnya dosen Fakultas Dakwah dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik.

2. Para peneliti

Bagi para peneliti yang menaruh perhatian terhadap keterampilan berbicara, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan dan dasar bagi penelitian lanjutan.

1.7 Definisi Operasional

Agar lebih mudah untuk memahami istilah yang digunakan, berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi peristilahan tersebut.

1. Keterampilan berbicara adalah sebuah proses terampilnya mahasiswa menyajikan gagasan dan pikirannya secara lisan (langsung), terutama ketika berada di depan publik.


(16)

9

2. Simulasi khithabah adalah salah satu bentuk kegiatan dakwah secara lisan yang disampaikan dalam situasi seolah-olah pembicara betul-betul berada dalam situasi sebenarnya. Simulasi inilah yang akan diberikan sebagai perlakuan (treatment) untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik.

3. Kuasi eksperimen adalah metode penelitian yang menggunakan satu kelompok eksperimen yang kemudian diberikan prates, dilanjutkan dengan perlakuan eksperimental, dan terakhir pascates untuk mencari efektivitas simulasi khithabah terhadap peningkatan keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester enam tahun akademik 2003/2004 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung yang berjumlah 164 orang. Pengambilan populasi ini didasarkan atas pertimbangan, yaitu (1) hanya mahasiswa Jurusan KPI yang mendapat mata kuliah Teknik Khithabah. Mata kuliah ini adalah mata kuliah yang mempelajari tentang teknik-teknik berpidato/khitabah sebagai bagian dari proses dakwah secara lisan dan disajikan di semester IV. Mata kuliah Teknik Khithabah berbobot 2 SKS (1 teori 1 praktik); (2) di jurusan ini belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis.

Karena banyaknya mahasiswa semester VI yang telah mengikuti mata kuliah Teknik Khithabah tersebut, maka penelitian ini bekerja dengan menggunakan sampel. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik random sederhana (simple random sampling), yang memberikan peluang yang sama kepada semua anggota populasi untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel secara acak dilakukan karena populasi penelitian ini dianggap homogen dalam beberapa hal, antara lain (1) telah memiliki pengetahuan dasar yang berkaitan dengan teori teknik khithabah yang diperoleh ketika semester IV, (2) memiliki prestasi belajar yang diperkirakan hampir sama, (3) memiliki usia yang


(18)

60

hampir sama, (4) berasal dari suku yang sama, yaitu suku Sunda, dan (5) dosen yang mengajar sama.

Jumlah mahasiswa yang dijadikan sampel sebanyak 25 orang. Jumlah ini semuanya dijadikan kelompok eksperimen (selanjutnya disebut KE). Untuk menentukan siapa saja yang akan dijadikan kelompok eksperimen dilakukan dengan jalan undian. Masing-masing nama populasi dituliskan pada sehelai guntingan kertas berukuran 3 cm x 3 cm, kemudian digulung sehingga tak terlihat tulisan nama tersebut. Dari 164 gulungan kertas tadi lalu dikocok, selanjutnya diambil satu persatu sampai mencapai jumlah 25 nama mahasiswa. Nama dua puluh lima orang mahasiswa itulah yang terpilih sebagai sampel penelitian.

Pemilihan sampel sebanyak 25 orang ini didasarkan pada pendapat Sudjana dan Ibrahim (1989;96-97) yang menyatakan bahwa bila populasi besar, sampel 10% sampai 20% telah cukup memadai. Pada penelitian ini yang dijadikan sampel sebanyak 15%. Di samping itu, pemilihan sampel ini juga didasarkan atas pertimbangan teknik analisis data, waktu, dan biaya yang tersedia.

3.2 Desain Kuasi Eksperimen dan Proses Eksperimen 3.2.1 Desain Kuasi Eksperimen

Desain (rancangan) yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi design, jenis prates-pascates pada kelompok tunggal (Faisal, 2005:78). Rancangan ini menggunakan kelompok yang sudah ada (satu kelompok); peneliti melakukan prates terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pemberian treatment (perlakuan) eksperimental, yaitu simulasi khithabah, dan setelah itu dilakukan pascates.


(19)

61

Untuk mengetahui efektivitas perlakuan, selisih antara skor/hasil 0-2 dengan skor/hasil 0-1 (0-2 – 0-1) dinilai sebagai efek atau pengaruh dari perlakuan eksperimental yang diberikan. Adapun rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

POLA EKSPERIMEN PRATES-PASCASTES PADA KELOMPOK TUNGGAL

(Faisal, 2005:78) Keterangan :

0-1 = tes pertama (prates) pada KE 0-2 = tes kedua (pascates) pada KE T = perlakuan (treatment) pada KE

Selanjutnya dapat dikemukakan langkah-langkah rancangan eksperimen prates-pascates sampel kelompok tunggal, sebagai berikut.

1. Memilih sampel secara random (acak).

2. Memberikan prates kepada kelompok eksperimen untuk memperoleh skor/hasil (0-1)

3. Memberikan perlakuan eksperimental kepada kelompok eksperimen.

4. Memberikan pascates kepada kelompok eksperimen untuk memperoleh skor/hasil (0-2).

5. Menghitung harga rata-rata (mean) KE 6. Menghitung standar deviasi (sd) KE 7. Menghitung rata-rata (uji t) KE

8. Menentukan dasar taraf signifikan (α ), yaitu 5% atau 0.05. 0-1 T 0-2


(20)

62

9. Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikan (α) = 0.05 dan dk = n – 1. 10.Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak.

11.Mencari selisih skor pascates – skor prates = efek atau pengaruh treatment yang diberikan.

Dari sebelas langkah seperti yang telah diuraikan di atas, dapat diberikan pola penelitian sebagai berikut.

?

Keterangan :

Se = sampel kelompok eksperimen 0-1 = prates

0-2 = pascates

T = simulasi khithabah

3.2.2 Proses Kuasi Eksperimen

Proses penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Merancang jadwal penelitian dengan dosen pembina mata kuliah. Jadwal disesuaikan dengan jadwal kesediaan mahasiswa yang berlangsung dua kali seminggu, yaitu hari Selasa dan Rabu, pukul 09.00 – 14.00 di laboratorium Dakwah. Penelitian dilakukan selama sepuluh kali pertemuan atau sekitar lima minggu mulai tanggal 3 Mei sampai tanggal 7 Juni 2006.

Se 0-1


(21)

63

2. Pertemuan pertama pada tanggal 3 Mei 2006. Pada waktu ini peneliti dan mahasiswa membicarakan materi yang berkaitan dengan khithabah, di antaranya :

1) Dosen menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian.

2) Menjelaskan beberapa materi pokok tentang tes praktik khithabah yang akan dilakukan oleh mahasiswa dan simulasi khithabah, seperti penentuan tema, peran dan tugas yang harus jalankan, gambaran tentang situasi yang akan disimulasikan, komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam ber-khithabah, dan aspek-aspek yang dinilai dalam ber-khithabah.

3) Mendorong timbulnya kesadaran mahasiswa untuk menghubungkan materi yang telah dijelaskan dengan materi yang mereka peroleh pada mata kuliah Teknik Khithabah.

4) Menugasi mahasiswa mempersiapkan sebuah naskah khithabah sesuai dengan tema yang telah disepakati bersama, berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Adapun tema tersebut adalah “Khithabah pada Acara Tasyakur Bi ni’mah”, metodenya ekstemporan (persiapan tanpa naskah), dengan durasi waktu 7 sampai 10 menit.

3. Memberikan prates kepada kelompok eksperimen pada tanggal 10 dan 11 Mei 2006. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa ditugasi menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya. Pidato yang disampaikan diberi skor oleh peneliti dan dosen pembina mata kuliah khithabah.

4. Selesai dilaksanakan prates, maka mulai tanggal 16 Mei 2006 sampai tanggal 31 Mei 2006 mahasiswa kelompok eksperimen diberi treatment (perlakuan)


(22)

64

simulasi khithabah. Adapun langkah-langkah simulasi tersebut adalah sebagai berikut.

1) Dosen memberi tugas kepada mahasiswa untuk melaksanakan khithabah secara individual dalam waktu 7 – 10 menit.

2) Dosen menentukan faktor-faktor yang akan dinilai atau diamati.

3) Mahasiswa yang tidak mendapat giliran ber-khithabah diberi tugas mengamati dan mengisi tabel penilaian dengan komentar berdasarkan pedoman penilaian terhadap faktor yang diamati. Komentar tersebut berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan kemampuan berbicara temannya, sehingga mereka mengetahui kelebihan-kelebihan yang harus mereka pertahankan dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus mereka perbaiki. Hal ini dilakukan secara individual.

4) Selesai kegiatan ber-khithabah, para mahasiswa yang bertugas sebagai pengamat mengemukakan komentarnya. Dalam hal ini dosen memperhatikan komentar mahasiswa dan membetulkan komentar yang kurang tepat. Dosen pun aktif mengomentari.

5) Setelah itu kegiatan ber-khithabah ini diulang kembali untuk melihat perubahan berbicara pembicara setelah mendapat umpan balik. Hal ini dilakukan pada kesempatan kedua dan ketiga.

5. Memberikan pascates pada kelompok eksperimen pada tanggal 6 dan 7 Juni 2006. Pelaksanaannya sama dengan prates. Mahasiswa ditugasi menyampaikan khithabah. Khithabah tersebut diberi nilai/skor oleh peneliti dan dosen pembina mata kuliah Teknik Khithabah.


(23)

65

3.3 Instrumen Penelitian 3.3.1 Bentuk Instrumen

Instrumen penelitian terdiri atas dua macam, yaitu skala penilaian dan observasi. Skala penilaian dipakai sebagai alat untuk menjaring kemampuan mahasiswa dalam ber-khithabah. Skala penilaian ini berisi kriteria-kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai mahasiswa jurusan KPI dalam ber-khithabah. Adapun yang dinilai meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Penskoran pada kedua aspek tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan subjektivitas. Di dalam penskoran ini digunakan lima katagori, yaitut sangat baik, baik, cukup baik, kurang, dan sangat kurang dengan dilengkapi bobot masing-masing komponen. Penentuan skor dan kriteria penskoran dalam kemampuan/keterampilan ber-khithabah ini berdasarkan matriks perencanaan tes berbicara yang digunakan oleh Sapani (1995:40). Berikut ini dikemukakan matriks perencanaan tes berbicara dengan teknik khithabah.

Matriks

PERENCANAAN TES BERBICARA DENGAN TEKNIK KHITHABAH Sasaran Aspek Kriteria Pedoman

Skoring

Evaluator Bahasa

Khithabah

- Lafal - Pilihan kata - Struktur bahasa - Intonasi Kebenaran Ketepatan Kecermatan Ketepatan Skala penilaian Peneliti dan mahasiswa Isi Khithabah

- Hubungan isi dengan topik - Struktur isi - Kualitas isi

Kecocokan Keteraturan Kebermaknaan


(24)

66

Penampilan - Gerak-gerik dan mimik - Volume suara - Jalannya khithabah - Keserasian busana Kesesuaian Kecocokan Kelancaran Keserasian

Berdasarkan matrik ini disusunlah soal, pedoman skoring, dan deskripsi kriteria penilaian. Adapun pedoman skoring dalam bentuk yang sudah ditetapkan dalam matriks perencanaan yang sudah ditetapkan dalam matriks perencanaan, yaitu skala penilaian. Skala penilaian dapat dilihat pada gambar berikut, sedangkan deskripsi masing-masing komponen berbicara dalam skala 5.

SKALA PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA JENIS KHITABAH

Komponen yang Dinilai Skala Nilai Bobot Skor 5 4 3 2 1

Bahasa khithabah : 1. Lafal

2. Pilihan Kata 3. Struktur Bahasa 4. Intonasi

1 2 3 1 Isi khithabah :

1. Hubungan Isi – Topik 2. Struktur Isi

3. Kualitas Isi

3 2 2 Penampilan :

1. Gerak-gerik & Mimik 2. Volume Suara

4 Jalannya Pidato 5 Keserasian Busana

2 1 2 1

Jumlah : 20


(25)

67

3.3.2 Uji Coba Instrumen

Untuk mendapatkan instrumen yang terjamin validitas dan realibilitasnya, instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan kepada dosen ahli dalam pengajaran keterampilan berbicara khususnya keterampilan khithabah. Berikutnya instrumen tersebut diujicobakan. Jika dari hasil uji coba itu masih ada kekurangan, perbaikan dilakukan. Selanjutnya instrumen dapat digunakan untuk menjaring data.

Berkaitan dengan hal tersebut, instrumen dikonsultasikan kepada dua orang dosen pembina mata kuliah Teknik Khithabah. Berkaitan dengan instrumen untuk penjaringan data ini , pada dasarnya kedua dosen pembina mata kuliah Teknik Khithabah ini setuju. Penambahan komponen apa saja yang akan dinilai mendapat tambahan dari dosen pembimbing, yaitu mengenai keserasian busana ketika sedang ber-khithabah.

Setelah perbaikan dilakukan, instrumen diujicobakan pada mahasiswa Jurusan KPI pada tanggal 9 Mei 2006. Kegiatan yang dilakukan ketika melaksanakan uji coba dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1

KEGIATAN UJI COBA No Kegiatan yang dilakukan 1

2 3

- Menugasi mahasiswa mempersiapkan sebuah naskah khithabah dengan tema “Tasyakur bi Ni’mah”, metode ekstemporan selama 5-7 menit.

- Mahasiswa menyampaikan khithabah yang telah dipersiapkan. - Peneliti mengisi lembaran pengamatan


(26)

68

4 - Mendiskusikan/memberi komentar khithabah yang telah disampaikan sejelas mungkin dengan melibatkan peneliti, penilai, dan mahasiswa kelompok eksperimen.

Berdasarkan hasil uji coba, diketahui skor yang diberikan oleh dua orang penilai berdasarkan dua aspek yang dinilai dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk menjaring data penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor-skor yang diperoleh dari pengukuran kemampuan ber-khithabah mahasiswa sampel. Teknik pengumpulan datanya ialah dengan cara mengadakan penskoran terhadap keterampilan ber-khithabah mahasiswa dengan penjaringan data sesuai dengan kriteria penskoran. Keterampilan ber-khithabah tersebut dinilai dari aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Data kebahasaan prates dan pascates diperoleh dari lembaran pengamatan hasil pentranskripsian rekaman. Demikian pula dengan data nonkebahasaan diperoleh dari lembaran pengamatan selama tes penampilan. Penilai mengisi lembar pengamatan berdasarkan pedoman skoring yang sudah ditentukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui keefektifan simulasi khithabah dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa di depan


(27)

69

publik, maka data yang telah terkumpul dianalisis. Data yang terkumpul terdiri dari data kebahasaan dan data nonkebahasaan. Data ini diperoleh berdasarkan lembaran pengamatan.

Langkah-langkah deskripsi dan analisis data dilakukan sebagai berikut. 1) Setelah data terkumpul, maka dilakukan penghitungan harga rata-rata 2) Menghitung standar deviasi (sd)

3) Menghitung rata-rata (uji t)

4) Menentukan dasar taraf siginifikan (α ), yaitu 5% atau 0,05

5) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi (α ) = 0,05 dan dk = n – 1 6) Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak

7) Proses perhitungan menggunakan spss.12 8) Menafsirkan


(28)

6BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan

Bertitik tolak pada masalah penelitian, tujuan penelitian, dan hasil penelitian tentang prestasi keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik setelah simulasi khithabah dalam aspek kebahasaan, isi, dan penampilan pada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dapat dirumuskan simpulan penelitian sebagai berikut. 1. Secara umum simulasi khithabah dapat meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa pada aspek kebahasaan, isi, dan penampilan. Hal ini terjadi karena (1) frekuensi berbicara di depan publik (teman-teman kuliahnya) yang cukup intensif, (2) masukan-masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan selama mereka ber-khithabah disertai pula dengan masukan-masukan yang sekait dengan kelebihan-kelebihan yang harus mereka pertahankan dan perlu diasah kembali, dan (3) disajikannya model dakwah dai kondang sebagai masukan dan perbandingan yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi berbicara mereka.

2.Pada aspek kebahasaan, simulasi khithabah ini hanya dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam bidang intonasi. Sementara itu, pada bidang pelafalan, pemilihan kata, dan struktur kalimat tidak dapat ditingkatkan. Hal ini terjadi karena (1) mahasiswa belum terbiasa melafalkan kata secara tepat, (2) mahasiswa lebih senang menggunakan kata yang berasal dari bahasa asing


(29)

153

meskipun padanan yang tepat ada dalam bahasa Indonesia, (3) mahasiswa cenderung menggunakan kalimat yang panjang walaupun dia tahu menyimpang dari kaidah bahasa.

5.2 Implikasi

Bagian ini mengemukakan implikasi secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, simulasi khithabah dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbicara. Orang yang berlatih secara intensif dalam situasi tiruan akan sangat membantu dalam meningkatkan keterampilannya.Secara praktis, mahasiswa akan termotivasi untuk membenahi kekurangan mereka dalam berbicara. Komentar positif dalam pemberian umpan balik dan pemberian model berbicara yang disajikan, akan merangsang semangatnya untuk mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya, agar keterampilan berbicaranya lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, pemberian umpan balik dan pemberian model berbicara akan memantapkan pemberian perlakuan yang sesuai bagi masing-masing individu, sebab pada hakikatnya keterampilan berbahasa sesorang bersifat indivual.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. (1990). Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang : Y A3

Arsjad, M.G. dan Mukti U.S. (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Bachtiar, Wardi. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : Logos.

Badudu, J.S.. (1993). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: Gramedia.

Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Chaer, Abdul. (1982). Kamus Dialek Jakarta. Flores: Nusa Indah. Echol, John M. dan Hassan Shadiliy. (1993). Kamus Inggris

Indonesia. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Fakultas Dakwah. (2001). Panduan Akademik Fakultas Dakwah. Bandung : IAIN SGD.

Generasi Muda Masjid Raya (Gemmar). (2005). Khutbah Bermartabat. Bandung : DKM Masjid Raya Bandung Jawa Barat.

Hidayat, K. dan Iim Rahmina. (1986). Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.

Keraf, Gorys. (1989). Komposisi (Sebuah Pengantar Kemahiran Berbicara). Flores: Nusa Indah.

Marlina, Eli. (2003). Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial pada Kecemasan Berbicara di Muka Umum Mahasiswa Fakultas Dakwah. Tesis Magister pada Program Studi Psikologi UGM Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Parera, Jos Daniel. (1991). Belajar Mengemukakan Pendapat (Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga.


(31)

Sabana, M. dan Sunarti. t.t. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia : Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan Media Pengajaran. Bandung : Penerbit Pustaka Setia.

Sambas, Syukriadi. (2004). Pohon Ilmu Dakwah Islam. Bandung : KP-Hadid dan MPN APDI.

Santoso, Kusno Budi. (1990). Problematik Bahasa Indonesia Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku. Jakarta: Rineka Cipta.

Sapani, Suardi. (1995). Metode-Metode Ujian Bahasa Menurut Isi/Materi UjianMembaca, Ujian Kosa Kata, Ujian Struktur, Ujian Apresiasi Bahasa dan Sastra, Ujian Mengarang, Ujian Berbicara.Diktat Kuliah Evaluasi Pengajaran Bahasa. Bandung: FPBS IKIP Bandung.

Sastradipoera, K. (2005). Mencari Makna di Balik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung : Penerbit Kappa-Sigma.

Subantari, A.R. (1977). Bahasa Indonesia dan Penyusunan Karangan Ilmiah. Bandung : IAIN SGD Bandung.

Sunendar, M.E. dan Supinah, Pien. (1992) Seri Materi Kuliah MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung:Pionir Jaya.

Syukir, Asmuni. (1983). Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : al-Ikhlas.

Tamsyah, Budi Rahayu. (1996). Galuring Basa Sunda. Bandung: Pustaka Setia.

Tarigan, H.G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tasmara, Toto. (1997). Komunikasi Dakwah. Jakarta : Griya Media Pratama.

Usman, H. dan Setiadi, P.A. (1998). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Widyamartaya, A. (1984). Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Yunus, Mahmud. (1973). Kamus Arab – Indonesia. Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah Pentafsiran al-Qur’an.


(1)

4 - Mendiskusikan/memberi komentar khithabah yang telah disampaikan sejelas mungkin dengan melibatkan peneliti, penilai, dan mahasiswa kelompok eksperimen.

Berdasarkan hasil uji coba, diketahui skor yang diberikan oleh dua orang penilai berdasarkan dua aspek yang dinilai dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk menjaring data penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor-skor yang diperoleh dari pengukuran kemampuan ber-khithabah mahasiswa sampel. Teknik pengumpulan datanya ialah dengan cara mengadakan penskoran terhadap keterampilan ber-khithabah mahasiswa dengan penjaringan data sesuai dengan kriteria penskoran. Keterampilan ber-khithabah tersebut dinilai dari aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Data kebahasaan prates dan pascates diperoleh dari lembaran pengamatan hasil pentranskripsian rekaman. Demikian pula dengan data nonkebahasaan diperoleh dari lembaran pengamatan selama tes penampilan. Penilai mengisi lembar pengamatan berdasarkan pedoman skoring yang sudah ditentukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui keefektifan simulasi


(2)

69

publik, maka data yang telah terkumpul dianalisis. Data yang terkumpul terdiri dari data kebahasaan dan data nonkebahasaan. Data ini diperoleh berdasarkan lembaran pengamatan.

Langkah-langkah deskripsi dan analisis data dilakukan sebagai berikut. 1) Setelah data terkumpul, maka dilakukan penghitungan harga rata-rata 2) Menghitung standar deviasi (sd)

3) Menghitung rata-rata (uji t)

4) Menentukan dasar taraf siginifikan (α ), yaitu 5% atau 0,05

5) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi (α ) = 0,05 dan dk = n – 1 6) Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak

7) Proses perhitungan menggunakan spss.12 8) Menafsirkan


(3)

6BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan

Bertitik tolak pada masalah penelitian, tujuan penelitian, dan hasil penelitian tentang prestasi keterampilan berbicara mahasiswa di depan publik setelah simulasi khithabah dalam aspek kebahasaan, isi, dan penampilan pada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dapat dirumuskan simpulan penelitian sebagai berikut. 1. Secara umum simulasi khithabah dapat meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa pada aspek kebahasaan, isi, dan penampilan. Hal ini terjadi karena (1) frekuensi berbicara di depan publik (teman-teman kuliahnya) yang cukup intensif, (2) masukan-masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan selama mereka ber-khithabah disertai pula dengan masukan-masukan yang sekait dengan kelebihan-kelebihan yang harus mereka pertahankan dan perlu diasah kembali, dan (3) disajikannya model dakwah dai kondang sebagai masukan dan perbandingan yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi berbicara mereka.

2.Pada aspek kebahasaan, simulasi khithabah ini hanya dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam bidang intonasi. Sementara itu, pada bidang pelafalan, pemilihan kata, dan struktur kalimat tidak dapat ditingkatkan. Hal ini terjadi karena (1) mahasiswa belum terbiasa melafalkan kata secara tepat, (2) mahasiswa lebih senang menggunakan kata yang berasal dari bahasa asing


(4)

153

meskipun padanan yang tepat ada dalam bahasa Indonesia, (3) mahasiswa cenderung menggunakan kalimat yang panjang walaupun dia tahu menyimpang dari kaidah bahasa.

5.2 Implikasi

Bagian ini mengemukakan implikasi secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, simulasi khithabah dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbicara. Orang yang berlatih secara intensif dalam situasi tiruan akan sangat membantu dalam meningkatkan keterampilannya.Secara praktis, mahasiswa akan termotivasi untuk membenahi kekurangan mereka dalam berbicara. Komentar positif dalam pemberian umpan balik dan pemberian model berbicara yang disajikan, akan merangsang semangatnya untuk mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya, agar keterampilan berbicaranya lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, pemberian umpan balik dan pemberian model berbicara akan memantapkan pemberian perlakuan yang sesuai bagi masing-masing individu, sebab pada hakikatnya keterampilan berbahasa sesorang bersifat indivual.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. (1990). Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan

Apresiasi Sastra. Malang : Y A3

Arsjad, M.G. dan Mukti U.S. (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara

Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Bachtiar, Wardi. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah.

Jakarta : Logos.

Badudu, J.S.. (1993). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: Gramedia.

Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Chaer, Abdul. (1982). Kamus Dialek Jakarta. Flores: Nusa Indah. Echol, John M. dan Hassan Shadiliy. (1993). Kamus Inggris

Indonesia. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Fakultas Dakwah. (2001). Panduan Akademik Fakultas Dakwah. Bandung : IAIN SGD.

Generasi Muda Masjid Raya (Gemmar). (2005). Khutbah Bermartabat. Bandung : DKM Masjid Raya Bandung Jawa Barat.

Hidayat, K. dan Iim Rahmina. (1986). Perencanaan Pengajaran

Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.

Keraf, Gorys. (1989). Komposisi (Sebuah Pengantar Kemahiran

Berbicara). Flores: Nusa Indah.

Marlina, Eli. (2003). Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial pada

Kecemasan Berbicara di Muka Umum Mahasiswa Fakultas Dakwah.

Tesis Magister pada Program Studi Psikologi UGM Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Parera, Jos Daniel. (1991). Belajar Mengemukakan Pendapat (Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga.


(6)

Sabana, M. dan Sunarti. t.t. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia :

Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan Media Pengajaran. Bandung :

Penerbit Pustaka Setia.

Sambas, Syukriadi. (2004). Pohon Ilmu Dakwah Islam. Bandung : KP-Hadid dan MPN APDI.

Santoso, Kusno Budi. (1990). Problematik Bahasa Indonesia

Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku. Jakarta: Rineka Cipta.

Sapani, Suardi. (1995). Metode-Metode Ujian Bahasa Menurut Isi/Materi UjianMembaca, Ujian Kosa Kata, Ujian Struktur, Ujian Apresiasi Bahasa

dan Sastra, Ujian Mengarang, Ujian Berbicara.Diktat Kuliah Evaluasi

Pengajaran Bahasa. Bandung: FPBS IKIP Bandung.

Sastradipoera, K. (2005). Mencari Makna di Balik Penulisan Skripsi, Tesis,

dan Disertasi. Bandung : Penerbit Kappa-Sigma.

Subantari, A.R. (1977). Bahasa Indonesia dan Penyusunan Karangan

Ilmiah. Bandung : IAIN SGD Bandung.

Sunendar, M.E. dan Supinah, Pien. (1992) Seri Materi Kuliah MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan

Keterampilan Berbicara. Bandung:Pionir Jaya.

Syukir, Asmuni. (1983). Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : al-Ikhlas.

Tamsyah, Budi Rahayu. (1996). Galuring Basa Sunda. Bandung: Pustaka Setia.

Tarigan, H.G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tasmara, Toto. (1997). Komunikasi Dakwah. Jakarta : Griya Media Pratama.

Usman, H. dan Setiadi, P.A. (1998). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Widyamartaya, A. (1984). Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Yunus, Mahmud. (1973). Kamus Arab – Indonesia. Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah Pentafsiran al-Qur’an.


Dokumen yang terkait

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN DIRI MAHASISWA DALAM MENGHADAPI PERNIKAHAN DAN HIDUP BERKELUARGA : Penelitian Tindakan dengan Strategi Bimbingan kelompok Terhadap mahasiswa di Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung.

0 0 50

MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA ARAB :Studi pada Mata Kuliah Bahasa Arab Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

0 0 73

PENGARUH IKLAN MEDIA ONLINE TOKO PEDIA DI SCTV TERHADAP MINAT BELI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 0 113

PENGARUH CERAMAH KH. ANWAR ZAHID MELALUI YOUTUBE TERHADAP PEMAHAMAN MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM, FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI, UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

2 10 95

PENGEMBANGAN PAKET PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELING MELALUI TEKNIK REFRAMING BAGI MAHASISWA BKI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 3 114

KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 2 104

GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 0 99

PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DOSEN TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN MATERI KULIAH MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

1 3 150

OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT ( LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL ”LINE” : STUDI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 3 88

MEDIA KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI STUDI : STUDI KASUS PADA MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 15 121