PEREMPUAN DALAM DRAMA SERI TELEVISI “GREATEST MARRIAGE”: PERSPEKTIF FEMINIS LIBERAL

PEREMPUAN DALAM DRAMA SERI TELEVISI “GREATEST MARRIAGE”: PERSPEKTIF FEMINIS LIBERAL

Woman on Television Drama Series “Greatest Marriage”: Liberal Feminist Perspective

Yeni Mulyani Supriatin

Balai Bahasa Jawa Barat, Jalan Sumbawa 11, Bandung, Indonesia Telepon/Faksimile (022) 4205468, Pos-­‐el: yeni.mulyani@yahoo.com

(Naskah Diterima Tanggal 9 Januari 2017—Direvisi Akhir Tanggal 31 Maret 2017—Disetujui Tanggal 3 April 2017)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkap upaya tokoh perempuan dalam drama seri televisi “Greatest Marriage” menghadapi budaya patriarkat. Masalah yang dibahas adalah upaya tokoh perempuan dalam menghadapi budaya patriarkat; yakni upaya mereka dalam berkompromi atau bernegosiasi dengan patriarkat. Teori yang digunakan dalam penganalisisan data adalah teori fe-­‐ minis liberal. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik penyimakan. Hasil pene-­‐ litian menggambarkan bahwa perempuan dalam drama yang diteliti telah mendobrak budaya patriarkat di lingkungan keluarga, tempat bekerjanya (kantor), dan di ranah hukum seperti meng-­‐ kritik undang-­‐undang perkawinan dan hak asuh anak. Simpulan penelitian ini adalah patriarkat diafirmasi oleh kelas atas yang secara ekonomi sudah mapan. Namun, kekuatan itu dapat dilawan dengan liberalisme, pendidikan, dan modernitas.

Kata-­‐Kata Kunci: feminisme; patriarkat; gender

Abstract: This research aims to reveal the attempts of female characters in the television drama series "Greatest Marriage" in confronting the partriarchal culture. The problem discussed here is how the efforts of women leaders in the face of patriarchal culture, whether women can compromise or negotiate with the patriarchy. The theory used in analyzing the data is the liberal feminist theory. The method used is qualitative listening technique. The results illustrate that women in the studied drama have to break the patriarchal culture in the family environment, the place of work (office), and in the realm of law such as criticizing the laws of marriage and child custody. The conclusion of the research is that patriarchy is affirmed by the upper class who is economically established. However, that power can be challenged through liberalism, education, and modernity.

Key Words: feminism; patriarchal; gender

How to Cite: Supriatin, Y.M. (2017). Perempuan dalam Drama Seri Televisi “Greatest Marriage”: Perspektif Feminis Liberal. Atavisme, 20 (1), 38-­‐52 (doi: 10.24257/atavisme.v20i1.279. 38-­‐52)

Permalink/DOI: http://doi.org/10.24257/atavisme.v20i1.279.38-­‐52

PENDAHULUAN

penonton dan penikmat khususnya un-­‐ Drama televisi dan musik pop Korea

tuk masyarakat Korea sebagai identitas mendapat berbagai pengaruh, seperti

bersama. Howard (2002:90) menyata-­‐ dari budaya Timur dan budaya Barat.

kan bahwa identitas kekoreaan ini sarat Namun, substansinya tetap mengutama-­‐

dengan nilai-­‐nilai kekeluargaan. Hal itu kan kekoreaan karena hal itu dipandang

pula yang terefleksikan dalam drama-­‐ sebagai unsur yang penting bagi

38 © 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print)

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 39

drama Korea yang kemudian menarik banyak penggemar.

Di samping itu, kekreatifan isi cerita dan penampilan tokoh yang menawan membuat drama Korea dapat menguasai pasar di Asia termasuk Indonesia yang dikenal dengan hallyu atau korean wave, satu istilah yang menggambarkan ge-­‐ lombang kebudayaan populer Korea di Asia menurut Iwabuchi (2004:2) dan Fribadi (2012:21).

Selain nilai kekeluargaan, yang juga menarik perhatian adalah drama Korea

menggambarkan tradisi konfusius, yakni tradisi yang antara lain mengutamakan anak laki-­‐laki daripada perempuan. Ha-­‐ dirnya tradisi konfusius ini merefleksi-­‐ kan konstruksi patriarkat yang kuat da-­‐ lam masyarakat Korea. Terbentuk sejak berabad-­‐abad yang lalu atau sejak za-­‐ man kerajaan di Korea, Kerajaan Joseon, sampai dengan zaman modern, budaya patriarkat masih kuat berakar. Kehidup-­‐ an para tokoh atau masyarakat secara umum yang tergambarkan dalam drama Korea masih terbelenggu oleh budaya tersebut. Pada masa lalu atau masa di-­‐ nasti Joseon yang tergambar dalam dra-­‐ ma “Jang Ok Jung Live for Love” (Chul, 2013:SBS, Mei Juli), perempuan yang berada di luar istana hanyalah mengurus wilayah domestik, sedangkan perempu-­‐ an di dalam istana merupakan milik raja. Jika Raja menginginkan mereka, perem-­‐ puan-­‐perempuan tersebut menganggap-­‐ nya sebagai suatu anugerah. Status pe-­‐ rempuan milik raja akan naik saat mere-­‐ ka memiliki anak laki-­‐laki. Dengan demi-­‐ kian, janin laki-­‐laki sangat berharga dari-­‐ pada janin perempuan.

Sesuai dengan perkembangan za-­‐ man, meskipun perempuan di dalam is-­‐

tana milik raja sudah hilang, budaya pa-­‐ triarkat yang menempatkan perempuan sebagai kelas dua masih menyelimuti dan mendominasi sikap dan perilaku masyarakat Korea. Hal itulah yang men-­‐ jadi topik dalam drama Korea yang

berjudul “Greatest Marriage” karya Ko Yoon Hee yang ditayangkan di televisi CSTV mulai 27 September-­‐16 November 2014, sejumlah 16 episode.

Masalah yang diangkat dalam pene-­‐ litian ini adalah bagaimanakah upaya to-­‐ koh perempuan menghadapi budaya pa-­‐ triarkat dalam drama tersebut? Apakah perempuan dapat berkompromi atau bernegosiasi dengan patriarkat? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap upaya tokoh pe-­‐ rempuan dalam menghadapi budaya patriarkat.

Jika melihat kepustakaan, penelitian terhadap drama Korea bukan sesuatu yang baru. Beberapa orang melakukan penelitian terhadap drama Korea de-­‐ ngan aspek yang berbeda. Li (2014) me-­‐ nyebutkan bahwa Kim telah melakukan penelitian terhadap drama Korea de-­‐ ngan simpulan bahwa drama televisi Ko-­‐ rea merupakan sebuah situs represen-­‐ tasi mengenai makna. Makna dapat di-­‐ produksi melalui pencitraan adegan, ka-­‐ rakter, dan efek naratif. Banyak yang me-­‐ nyebutkan isi drama Korea yang mere-­‐ presentasikan kemandirian perempuan pada saat ini. Menurutnya, dalam drama televisi dapat dilihat mengenai keman-­‐ dirian perempuan modern Korea yang berpendidikan tinggi dan memiliki kedu-­‐ dukan setara dengan pria di berbagai bi-­‐ dang. Namun, jika dihadapkan pada satu masalah, misalnya pernikahan atau hal-­‐ hal yang berkaitan dengan tradisi, gen-­‐ der tetap menjadi isu yang kuat.

Farnisari (2016) meneliti bias gen-­‐ der dalam “Sungkyunwan Scandal”. Ia menyimpulkan bahwa di dalam drama itu terdapat diskriminasi gender yang berkaitan dengan pendidikan.

Meskipun tidak meneliti soal pe-­‐ rempuan, Fribadi (2012) telah melaku-­‐ kan penelitian terhadap drama Korea yang berjudul ”Your’re Beautiful”. Ia me-­‐ nyoroti masalah maskulinitas yang

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 40

terdapat pada tokoh perempuan yang berpura-­‐pura sebagai laki-­‐laki.

Berbeda dengan penelitian yang te-­‐ lah dikemukakan, penelitian ini khusus meneliti penggambaran perempuan da-­‐ lam menghadapi permasalahan kehidup-­‐ an dalam budaya patriarkat. Untuk mengungkap hal tersebut digunakan te-­‐ ori feminis liberal. Pemikiran feminis ini digunakan sebagai langkah untuk meng-­‐ kritik konstruksi patriarkat yang ter-­‐ gambar dalam drama Korea “Greatest Marriage”. Chandraningrum (2015:1) mengatakan bahwa konsep patriarkat sangat diperlukan untuk memahami ke-­‐ tidaksetaraan gender. Struktur dasar patriarkat beroperasi melalui pembagi-­‐ an kerja berdasarkan gender dalam ru-­‐ mah tangga yang memaksa perempuan untuk mengambil tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah tangga dan pe-­‐ ngasuhan anak meskipun ia bekerja. Pe-­‐ rempuan selalu dalam “kerugian buda-­‐ ya”. Patriarkat juga ditopang oleh keke-­‐ rasan laki-­‐laki terhadap perempuan dan meskipun mungkin ada reformasi terba-­‐ tas seperti kesempatan bekerja dan pen-­‐ didikan lebih adil serta hukum percerai-­‐ an lebih mudah yang melindungi perem-­‐ puan, patriarkat tetap ditopang dan di-­‐ pelihara dengan baik oleh negara.

Prabasmoro (2010:2-­‐3) sejak dalam prakata saat menerjemahkan buku Tong menyampaikan bahwa pemikiran femi-­‐ nis liberal terdapat dalam buku Vindica-­‐ tion of the Rights of Woman karya Mary Wollstonecraft dan Subjection of Women karya John Stuart Mill, serta gerakan pe-­‐ rempuan untuk memperoleh hak suara. Pemikiran utamanya terdapat dalam Or-­‐ ganisasi Nasional untuk Perempuan ada-­‐ lah bahwa subordinasi perempuan ber-­‐ akar dari serangkaian hambatan berda-­‐ sarkan adat kebiasaan dan hambatan hukum yang membatasi masuknya— serta keberhasilan—perempuan pada yang disebut sebagai dunia publik. Kare-­‐ na masyarakat mempunyai keyakinan

yang salah bahwa perempuan secara ala-­‐ miah tidak secerdas dan sekuat laki-­‐laki, masyarakat meminggirkan perempuan dari akademi, forum, dan pasar. Sebagai akibat dari politik peminggiran itu, po-­‐ tensi yang sesungguhnya dari perempu-­‐ an tidak terpenuhi. Seandainya pun pe-­‐ rempuan dan laki-­‐laki diberi kesempat-­‐ an pendidikan dan hak sipil yang sama, ternyata hanya sedikit perempuan yang dapat mencapai posisi yang tinggi di da-­‐ lam ilmu pengetahuan, kesenian, dan profesi. Jika itu terjadi, tidak ada lagi yang harus diperjuangkan.

Feminis liberal pertama-­‐tama me-­‐ nekankan bahwa keadilan gender me-­‐ nuntut dibuatnya aturan permainan yang adil, sedangkan yang kedua untuk memastikan tidak satu pun dari pelomba untuk kebaikan dan pelayanan bagi ma-­‐ syarakat dirugikan secara sistematis. Ke-­‐ adilan gender tidak menuntut diberikan-­‐ nya hadiah bagi pemenang dan yang ka-­‐ lah.

Feminisme liberal merupakan pan-­‐ dangan untuk menempatkan perempu-­‐ an yang memiliki kebebasan secara pe-­‐ nuh dan individual. Aliran ini menyata-­‐ kan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisah-­‐ an antara dunia privat dan publik. Setiap manusia mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan disebabkan oleh kesalahan perempuan. Perempuan harus memper-­‐ siapkan diri agar dapat bersaing dan mempunyai kedudukan setara dengan laki-­‐laki. Dalam teorinya, Naomi Wolf (Indriyani, 2015:49-­‐50) mengungkap-­‐ kan bahwa kini perempuan telah mem-­‐ punyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berke-­‐ hendak tanpa tergantung pada lelaki.

METODE

Korea bersifat patrilineal, yaitu garis ke-­‐ Sumber data penelitian ini adalah drama

turunan menurut bapak. Sistem pena-­‐ yang berjudul “The Greatest Wedding”

maan, marga bapak akan terus melekat atau “Greatest Marriage” karya Koo Yoon

pada generasi selanjutnya. Anak laki-­‐laki Hee yang ditayangkan oleh stasiun tele-­‐

penerus keluarga. Ketika anak laki-­‐laki visi CSTV. Drama ini terdiri atas 16 epi-­‐

menikah, istrinya akan tinggal bersama sode dengan masa tayang dari tanggal

dengan keluarga laki-­‐laki untuk menjaga

27 September 2014 sampai dengan 16

mertuanya.

November 2014. Peran perempuan di pemerintahan Metode yang digunakan dalam pe-­‐

terus menguat pascaterpilihnya Presi-­‐ ngumpulkan data adalah metode kualita-­‐

den Park Gyen Hye pada tahun 2012. Pa-­‐ tif. Metode itu digunakan karena data

da zaman modern—terutama dekade yang dikumpulkan adalah data kualitatif

2000-­‐an, kesadaran akan gender terus yang berkaitan dengan topik penelitian,

meningkat. Apalagi, pengaruh pendidik-­‐ seperti data yang mengimplikasikan

an yang terus berkembang dan isu hak pandangan dan karakteristik perempu-­‐

asasi manusia yang dilandasi semangat an yang relevan dengan feminisme dan

feminisme cukup menyadarkan masya-­‐ tradisi konfusianisme. Data yang dikum-­‐

rakat. Kemajuan penghargaan terhadap pulkan berupa dialog antartokoh, sikap

hak-­‐hak perempuan pun semakin me-­‐ dan perilaku tokoh perempuan, serta

ningkat di negara ginseng ini, misalnya, pandangan tokoh terhadap tokoh lain.

dalam bidang kesehatan, ibu hamil dila-­‐ Data yang dikumpulkan adalah data

rang melakukan USG (pemindaian jenis yang sudah ditranskripsikan dan diterje-­‐

kelamin anak) sebelum usia kandungan mahkan ke dalam bahasa Indonesia.

genap 7 bulan. Peraturan ini dibuat ber-­‐ Data dianalisis dengan mengguna-­‐

dasarkan tingginya angka aborsi akibat kan metode dan analisis isi atau pesan

lemahnya posisi perempuan pada masa yang terdapat pada teks. Kemudian data

lampau sehingga anak perempuan ku-­‐ tersebut diberi interpretasi sesuai de-­‐

rang diminati dibanding anak laki-­‐laki. ngan teori yang digunakan. Karena yang

Realitas tersebut kemudian diang-­‐ dikumpulkan adalah data kualitatif, ana-­‐

kat menjadi sebuah drama berjudul lisis data pun lebih bersifat induktif yang

“Greatest Marriage” yang menceritakan lebih mengarah pada makna.

perjuangan seorang perempuan yang cerdas dan berbakat dalam dunia per-­‐

HASIL DAN PEMBAHASAN

televisian, bernama Cha Gi-­‐young. Ia di-­‐

Gambaran Perempuan di Korea Sela-­‐

perankan oleh Park Si-­‐yeon, seorang

tan

pembaca berita yang sangat populer. Gi-­‐ Konfusianisme yang menguatkan ideolo-­‐

young terkenal sebagai seorang yang gi patriarkat di Korea Selatan cukup me-­‐

cerdas, kaya, glamor, dan nasionalis. Ia mengaruhi gambaran perempuan dalam

juga terkadang ambisius dan konfronta-­‐ drama Korea. Penggambaran perempu-­‐

tif, terutama ketika di hadapan rivalnya, an cenderung sebagai sosok lembut,

seorang pembaca berita elite, Jo Eun-­‐cha. manja, emosional, dan sekadar pendam-­‐

Eun-­‐cha adalah penyiar berbakat. Sete-­‐ ping laki-­‐laki. Meskipun pada saat ini ba-­‐

lah gagal terpilih sebagai anggota parle-­‐ nyak yang memainkan peran penting di

men, ia kembali ke pekerjaannya sebagai ruang publik, perempuan Korea belum

pembaca berita. Park Tae-­‐yeon adalah dapat menikmati status yang setara de-­‐

satu-­‐satunya pewaris seorang konglo-­‐ ngan laki-­‐laki. Ladyanna (2013:27) me-­‐

merat terkemuka yang memiliki sebuah nerangkan bahwa garis keturunan di

perusahaan berita. Ta-­‐yeon sedang

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 41

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 42

sekolah di luar negeri tepatnya sekolah kuliner setelah berhenti dari sekolah bis-­‐ nis. Namun, sebenarnya hal itu berten-­‐ tangan dengan harapan ayahnya yang menginginkan Ta-­‐yeon melanjutkan bis-­‐ nis keluarga. Setelah lulus, Ta-­‐yeon men-­‐ jadi seorang reporter yang meliput ma-­‐ kanan dengan gaya hidup sehat. Gi-­‐ young bertemu Ta-­‐yeon dan akhirnya berkencan dengan Ta-­‐yeon. Mereka ti-­‐ dak pernah berencana untuk menikah. Ketika Gi-­‐young hamil, Ta-­‐yeon menolak untuk bertanggung jawab. Orang tua Ta-­‐ yeon pun tidak setuju bermenantukan Gi-­‐young. Setelah itu Gi-­‐young memutus-­‐ kan untuk memiliki anak di luar nikah dan menjadi ibu tunggal bagi anaknya.

Sosok Perempuan Versi Drama Great-­‐ est Marriage

Drama “Greatest Marriage”, selanjutnya disingkat GM, menampilkan perempuan yang gagal dalam perkawinan. Cha Gi Young, Myung Yi, Yoon Hee, Sun Nyeo, dan ibunya Cha Gi Young adalah para pe-­‐ rempuan yang gagal dalam perkawinan. Perkawinan tokoh perempuan dalam drama tersebut penuh dengan hal yang tidak great ‘sangat bagus’ dan bahkan merugikan perempuan. Dari sudut pan-­‐ dang ideologi teks, dalam pembahasan tokoh, tampak bahwa perkawinan pe-­‐ nuh dengan ketimpangan dan ketidak-­‐ adilan gender.

Sementara itu, sebagaimana yang disiratkan oleh judulnya “Greatest Marri-­‐ age” cenderung memahami suatu perka-­‐ winan sebagai sesuatu yang paling hebat atau perkawinan terbesar. Lebih jauh ka-­‐ rena berupa institusi keluarga yang ter-­‐ diri atas laki-­‐laki dan perempuan, perka-­‐ winan itu cenderung dipersepsikan se-­‐ bagai sesuatu yang positif yang membe-­‐ rikan kebahagiaan, kedamaian, dan kein-­‐ dahan dalam menjalani kehidupan.

Dengan demikian, antara realitas drama ini dan judulnya terjadi kontras. Yang menarik dicermati

adalah

sesungguhnya, apa maksud judul drama ini?

Jangan-­‐jangan, yang disebut “Great-­‐ est Marriage” sesungguhnya merupakan suatu harapan seperti halnya harapan tentang datangnya “Ratu Adil” yang me-­‐ ngatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyela-­‐ mat, membawa keadilan dan kesejah-­‐ teraan bagi masyarakatnya. “Greatest Marriage” menggambarkan bahwa akan datang perkawinan paling hebat setelah terjadi berbagai peristiwa seperti keka-­‐ cauan dalam perkawinan, yang dari su-­‐ dut pandang ideologi teks, menimpa to-­‐ koh perempuan yang tidak great ‘hebat’. Banyak perempuan yang tidak ingin me-­‐ nikah, tetapi tetap ingin mempunyai hu-­‐ bungan romantis serta memiliki ketu-­‐ runan karena ketimpangan dan ketidak-­‐ adilan gender di ruang publik dan do-­‐ mestik, undang-­‐undang perkawinan dan hak asuh anak yang tidak memihak pe-­‐ rempuan, serta perbedaan kelas sosial. Jadi, greatest dalam “Greatest Marriage” diperuntukkan bagi orang-­‐orang yang sudah bebas dari ketimpangan dan ke-­‐ tidakadilan gender di berbagai bidang pendidikan, perkawinan, pengaturan hak asuh anak, seperti yang diucapkan Gi Young pada kutipan data berikut.

“Jika institusi pernikahan berubah dan perubahan itu sesuai denganku … saat itulah aku akan menikah. Jawab Gi Young”. (GM, 2014, Episode 1).

Untuk mengetahui gambaran pe-­‐ rempuan dalam drama secara rinci beri-­‐ kut adalah analisis terhadap tokoh pe-­‐ rempuan satu per satu.

Sosok Cha Gi Young

Dalam meneliti sosok Cha Gi Young, pembahasan diarahkan pada upaya pro-­‐ tagonis sebagai tokoh utama yang men-­‐ dobrak budaya patriarkat. Pertama, pro-­‐ tagonis mendobrak patriarkat dalam

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 43

keluarga. Episode 1 GM menggambarkan Cha Gi Young, protagonis drama ini yang sedang membaca berita dalam sebuah televisi swasta dengan topik “Kurangnya Minat Perkawinan di Kalangan Muda”. Perkawinan adalah salah satu unsur pat-­‐ riarkat yang ditengarai merugikan pe-­‐ rempuan sehingga menimbulkan keeng-­‐ ganan perempuan untuk memasukinya. Kurangnya perkawinan itu menimbul-­‐ kan dampak yang luar biasa. Efek yang paling signifikan adalah lesunya pereko-­‐ nomian khususnya di ranah pasar real estat karena sepi pembeli dan lemahnya pasar alat rumah tangga serta peralatan bayi. Berdasarkan jajak pendapat dapat diketahui bahwa kaum perempuan eng-­‐ gan menikah karena laki-­‐laki yang men-­‐ jadi pasangannya menuntut istrinya ber-­‐ peran ganda, yakni sebagai perempuan karier yang bergerak di ruang publik dan sebagai ibu rumah tangga yang harus be-­‐ kerja di ranah domestik, sedangkan para laki-­‐laki tidak membantu istrinya me-­‐ ngerjakan pekerjaan rumah.

Hal itu dapat ditafsirkan bahwa pat-­‐ riarkat dalam keluarga merugikan kaum perempuan. Kaum perempuan dituntut bekerja di ruang publik artinya ada kese-­‐ taraan gender, tetapi di ruang domestik, perempuan masih dituntut mengurusi rumah tangga, sedangkan laki-­‐laki bebas dari pekerjaan rumah tangga. Cha Gi Young, menentang pandangan itu kare-­‐ na menurutnya laki-­‐laki dan perempuan dalam keluarga mempunyai hak yang sa-­‐ ma, baik di ranah publik maupun di ra-­‐ nah domestik. Yang membedakan ha-­‐ nyalah kodrat bahwa perempuan mela-­‐ hirkan karena mempunyai rahim. Pan-­‐ dangan ini sejalan dengan semangat fe-­‐ minis liberal. Namun, itu bertentangan dengan konfusius yang salah satu ajaran-­‐ nya menyebutkan bahwa seorang istri ji-­‐ ka menikah harus tinggal bersama ke-­‐ luarga laki-­‐laki untuk menjaga mertua-­‐ nya.

Gi Young menolak itu. Ia memilih ti-­‐ dak menikah dan hidup mandiri di apartemen. Protagonis juga menentang pola hubungannya dengan Ta-­‐yeon. Ta-­‐ yeon adalah seorang laki-­‐laki muda, tam-­‐ pan, dan dibesarkan dalam keluarga pe-­‐ nganut konfusius. Secara kasat mata pe-­‐ nampilan Ta-­‐yeon di mata Gi Young ber-­‐ beda dengan laki-­‐laki lain. Gi Young me-­‐ nyukai Ta-­‐yeon. Di sisi lain, Ta-­‐yeon juga menyukai Gi Young karena sikapnya yang tidak materialistis. Gi Young dan Ta-­‐yeon berpacaran. Berikut kutipan data yang menunjukan hal tersebut.

Gi Young berterus terang pada Ta-­‐yeon bahwa dia tidak membutuhkan suami, tetapi dia merasa membutuhkan pacar. (GM, 2014, Episode 1).

Bahkan, Gi Young berkomitmen bahwa Ta-­‐yeon sebagai pacar tidak ber-­‐ hak mengganggu kehidupan pribadinya. Ta-­‐yeon tidak harus memberikan hadiah karena yang dihadiahkan belum tentu cocok dengan seleranya. Berikut data yang memperlihatkan hal tersebut.

Gi Young berusaha memberitahu Ta-­‐ yeon bahwa pacaran dengan cara se-­‐ perti ini tidak cocok untuknya, cinta bu-­‐ kan berarti menginvasi kehidupan pri-­‐ badi pasangannya dan dia juga tidak ingin memakai baju yang tidak sesuai dengan dirinya. Gi Young bermaksud mengatakan semua ini hanya supaya mereka saling menghormati kehidupan pribadi masing-­‐masing. (GM, 2014, Episode 1)

Pandangan itu sejalan dengan isu fe-­‐ minisme bahwa perempuan harus me-­‐ ngutamakan kebahagiaan dirinya. Dua kutipan data itu, di sisi lain, mengimpli-­‐ kasikan ideologi teks tentang kritik Gi Young pada laki-­‐laki yang suka membe-­‐ rikan berbagai hadiah pada kekasihnya. Padahal, hadiah yang diberikan belum tentu sesuai dengan selera kekasihnya. Kritik pernikahan juga terekspresikan Pandangan itu sejalan dengan isu fe-­‐ minisme bahwa perempuan harus me-­‐ ngutamakan kebahagiaan dirinya. Dua kutipan data itu, di sisi lain, mengimpli-­‐ kasikan ideologi teks tentang kritik Gi Young pada laki-­‐laki yang suka membe-­‐ rikan berbagai hadiah pada kekasihnya. Padahal, hadiah yang diberikan belum tentu sesuai dengan selera kekasihnya. Kritik pernikahan juga terekspresikan

nah domestik yang melakukan tugas ke-­‐ sampai ke jenjang pernikahan. Itu ter-­‐

rumahtanggaan.

bukti ketika Gi Young hamil. Mereka ti-­‐ Selain Eun Cha, laki-­‐laki yang berhu-­‐ dak menikah. Gi Young menolak aturan

bungan atau berinteraksi dengan Gi yang diterapkan keluarga Ta-­‐yeon jika ia

Young adalah Ta-­‐yeon, Seo Ho Pyoung, menjadi istrinya.

dan Park Kang Rok. Mereka merupakan Kedua, upaya protagonis mendob-­‐

tipe laki-­‐laki yang sejak lahir sudah me-­‐ rak patriarkat di tempat bekerja. Cha Gi

nerima berbagai ajaran yang berkaitan Young adalah perempuan yang dapat

dengan budaya patriarkat. Satu kon-­‐ mencapai posisi tinggi dalam profesi

struksi yang bias gender dan mengun-­‐ pembaca berita di stasiun televisi. Bah-­‐

tungkan gender tertentu. kan, rating berita meningkat 5% sejak ia

Gi Young merahasiakan kehamilan-­‐ bekerja di stasiun televisi tersebut. nya. Namun, tanda-­‐tanda kehamilan da-­‐

Hal itu membuktikan bahwa perempuan lam tubuhnya tidak dapat disembunyi-­‐ mampu sejajar dengan laki-­‐laki dalam

kan. Gi Young mengalami mual-­‐mual pa-­‐ dunia pertelevisian.

da saat membaca berita di televisi. Ia me-­‐ Jo Eun Cha, pendukung patriarkat

ngalami perdarahan yang hebat sehing-­‐ merasa tersaingi oleh hadirnya Gi Young

ga Eun Cha dan direktur televisi diam-­‐di-­‐ sebagai pembaca berita. Dalam pergaul-­‐

am mengetahui bahwa Gi Young hamil. annya sebagai mitra kerja, Jo Eun Cha

Ia mempertahankan kehamilan dan me-­‐ begitu melecehkan, merendahkan, dan

mutuskan akan memiliki seorang anak, menghina Gi Young sebagai perempuan

seperti tampak pada data berikut. yang telah merebut posisi laki-­‐laki, seba-­‐ gaimana terbaca dalam kutipan data be-­‐

“Hamil bukan suatu kejahatan. Kenapa

rikut.

aku harus berhenti dari pekerjaanku jika aku memutuskan untuk memiliki

Saat Cha Gi Young masih baru, Jo Eun bayi ini?” protes Ki Young Cha memperlakukan Gi Young dengan

“Kehamilanmu bukan hanya masalah kejam. Eun Cha yang menganut prinsip

pribadi. Etika stasiun siaran sedang di-­‐ patriarkal dengan sangat blak-­‐blakan

pertaruhkan. Orang akan mengetahui menghina Gi Young dan wanita karier

bahwa seorang wanita yang tidak me-­‐ lainnya yang menurutnya telah mere-­‐

nikah dan dihormati menjadi hamil ... but posisi pria.

dan dia memutuskan untuk menjadi (GM, 2014, Episode 1)

ibu tunggal! Ini benar-­‐benar teror ter-­‐ hadap institusi negara dari pernikahan

Ideologi teks yang terbaca dalam

dan keluarga! Kau pikir stasiun siaran

kutipan data tersebut adalah penolakan punya moral dan etika hanya untuk pu-­‐

ra-­‐pura? Kau sudah melanggar aturan

terhadap perempuan karier di ruang

yang paling penting dari tingkah laku

publik. Dalam pandangan Eun Cha, dunia

dan kau sudah menghancurkan marta-­‐

pertelevisian atau pembaca berita ada-­‐

batnya!” ujar Eun Cha panjang lebar

lah pekerjaan laki-­‐laki. Bagi Gi Young

tanpa spasi dan nurani.

yang sadar tentang kesetaraan gender,

“Apakah melakukan aborsi dianggap

berprofesi sebagai pembaca berita di

etis dan terpuji?” balas Gi Young.

stasiun televisi tidak hanya milik laki-­‐la-­‐

(GM, 2014, Episode 4)

ki, tetapi juga perempuan. Karena ke-­‐ mampuan dan kecerdasannya, Gi Young

Dalam dialog tersebut, ada oposisi tetap bertahan. Sosoknya menunjukkan

antara mempertahankan bayi dan perbedaan dengan perempuan rumahan,

menggugurkan kandungan. Oposisi itu

44 © 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 44 © 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print)

pergaulan, sebagaimana terbaca dalam dalam kutipan tersebut adalah kebebas-­‐

kutipan data berikut. an individu yang tidak memandang mar-­‐ tabat seseorang seperti dicetuskan Eun

Kita tidak punya meja kosong di sini.

Cha bahwa martabat stasiun siaran

Ada tempat di kamar itu dimana kau

tempat bekerja akan hancur jika masya-­‐

bisa menonton video ... jadi pergi saja

rakat mengetahui pembaca beritanya

dan duduk di sana untuk sementara

hamil di luar nikah. “Tubuhku milikku. ini,” ujar staf pria itu (sepertinya ia sa-­‐

lah satu manager tim peninjau). Ia lalu

Akulah yang memutuskan pilihan yang

mengenalkan Gi young pada staf lain-­‐

sesuai dengan kata hatiku. Aku menolak

nya. Ia meminta mereka membantu Gi

aborsi”. Sebagai perempuan, Cha Gi

young.

Young lebih memperhatikan kesehatan.

Setelah itu, Gi Young pun masuk ke da-­‐

Ia memilih mempertahankan bayi yang

lam ruangan yang kosong itu. Ia men-­‐

dikandungnya karena ditinjau dari aspek

desah. Ia di kucilkan sama rekan kerja

kesehatan aborsi mengancam tubuhnya,

barunya.

sedangkan hamil merupakan sesuatu

(GM, 2014, Episode 6)

yang alami atau kodrat perempuan. Di

samping itu, aborsi hanya untuk menye-­‐ Ketiga, ini merupakan isu yang me-­‐ lamatkan aib laki-­‐laki, sedangkan tubuh-­‐

narik. Cha Gi Young berupaya mendob-­‐ nya menderita.

rak undang-­‐undang perkawinan dan hak Untuk menghindari desas-­‐desus, Gi

asuh anak jika pasangan suami-­‐istri ber-­‐ Young mengadakan konferensi pers. Ia

cerai. Sosok Gi Young yang mengkritik mengumumkan pada publik bahwa ia

undang-­‐undang perkawinan terlontar sedang hamil tiga bulan. Gi Young me-­‐

saat menghadiri acara peluncuran buku ngatakan tubuhnya menerima donor

yang disusunnya bersama Ta-­‐yeon. Be-­‐ sperma. Perhatikan data berikut.

rikut kutipan datanya.

“Aku menginginkan seorang anak lebih “Bicara sejujurnya, aku membenci per-­‐ dari aku menginginkan seorang suami.

nikahan.” Gi Young lalu menatap Ta Itu sebabnya aku pergi ke bank sperma.

Yeon. “Bagi seorang wanita untuk me-­‐ Aku menerima donor sperma ... dan

ngorbankan dirinya dengan jumlah tak sekarang aku berhasil hamil.”

terhitung atas nama pernikahan ... Aku (GM, 2014, Episode 4)

tidak punya kepercayaan diri untuk menahan itu.

Sesungguhnya, pengakuan Gi Young

(GM, 2014, Episode 6).

adalah untuk melindungi bayinya. Ia sa-­‐ Seorang wartawan bertanya kapan

dar jika ayah bayinya—Ta-­‐yeon—dipub-­‐ Gi Young berpikir untuk menikah. Hal itu

likasikan, niscaya keluarga Ta-­‐yeon akan dapat dilihat pada data berikut.

merampas bayi itu. Gi Young harus ma-­‐

suk pada kehidupan keluarga Tae-­‐yeon

“Jika institusi pernikahan berubah, dan

yang penuh dengan aturan. Hal itu sa-­‐

perubahan itu sesuai denganku ... saat

ngat bertentangan dengan prinsipnya.

itulah aku akan menikah,” jawab Gi

Sikap dan tindakan Gi Young yang

young

keluar jalur membawa konsekuensi

“Dalam masyarakat ini, aku sudah meli-­‐

yang sudah diduga, ia mendapat hukum-­‐

hat bagaimana para pria memeras

an sosial dari kantornya. Ia dipindahtu-­‐

dan memanfaatkan koneksi mereka.

gaskan ke bagian yang tidak berhu-­‐

Aku bosan dan lelah dengan para pria

bungan dengan publik. Selain itu, ia juga

secara umum. Aku tidak butuh pria

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 45

© 2017, Atavisme, ISSN 2503-­‐5215 (Online), ISSN 1410-­‐900X (Print) 46

dalam hidupku. Mereka hanya mere-­‐ potkan,” kata Gi Young dengan pan-­‐ dangan penuh kebencian pada Eun Cha. (GM, 2014, Episode 6).

Secara ideologi teks, kutipan data tersebut mengandung kritik Cha Gi Young terhadap undang-­‐undang perka-­‐ winan bahwa lembaga perkawinan di negaranya dipandang sebagai sesuatu yang buruk dan sangat merugikan kaum perempuan. Ia juga mengkritik undang-­‐ undang perceraian dan pengasuhan anak. Jika terjadi perceraian hak asuh anak akan jatuh ke tangan ayah. Laki-­‐laki secara finansial lebih mampu membe-­‐ sarkan anak daripada perempuan, seba-­‐ gaimana terbaca dalam dialog antara Yoon Hee dan pengacara.

Yoon Hee berkonsultasi dengan pengacara. Yoon Hee bertanya tentang hak asuh anaknya jika dia dan suaminya bercerai, apakah dia bisa mendapatkan hak asuh anak jika suaminya berseling-­‐ kuh. Berikut ini kutipan data yang men-­‐ dukung hal tersebut.

Gi Young sangat terkejut "Il Jong berse-­‐ lingkuh?" Pengacara memberitahu mereka bah-­‐ wa perselingkuhan suaminya tidak akan banyak berpengaruh pada hak asuh anaknya karena keputusan hak asuh anak biasanya diberikan pada orang tua yang keuangannya lebih baik dan bahkan pada masa lalu sekalipun hak asuh anak selalu jatuh pada sang ayah. "Negara kita ini adalah masyarakat yang patriarkal. Bahkan sampai seka-­‐ rang pun pandangan itu lebih mendu-­‐ kung pria," ujar si pengacara. (GM, 2014, Episode 7).

Kutipan data tersebut mengekspli-­‐ sitkan ideologi patriarkat dalam undang-­‐ undang perkawinan dan pengasuhan anak yang merugikan kaum perempuan dan ditentang oleh Gi Young. Ia mencoba menembus dinding patriarkat melalui

caranya sendiri. Upaya yang dilakukan-­‐ nya antara lain menyembunyikan identi-­‐ tas ayah bayinya.

Akibatnya, Gi Young dimana-­‐mana dihujat oleh ibu-­‐ibu. Ibu-­‐ibu tidak ingin dekat-­‐dekat dengannya bahkan mereka meminta pihak rumah sakit—saat Gi Young melahirkan—untuk menjauhkan bayi Gi Young dari bayi-­‐bayi lain. Gi Young akhirnya membawa bayinya pu-­‐ lang lebih cepat.

Meskipun mendapat tekanan dari berbagai arah, Gi Young tetap konsisten

menentang lembaga pernikahan dan un-­‐ dang-­‐undang tentang hak asuh anak yang menyebutkan bahwa hak asuh anak ada di tangah seorang ayah. Bah-­‐ kan, setelah keluarga Ta-­‐yeon mengam-­‐ bil alih hak asuh anak setelah diketahui bahwa anak yang dilahirkan Gi Young adalah anak Ta-­‐yeon, Gi Young tidak ber-­‐ ubah. Melalui persidangan memperebut-­‐ kan hak asuh anak, Gi Young kehilangan anaknya yang sudah berhasil diperta-­‐ hankan selama tiga tahun. Kepada hakim dalam sidang hak asuh anak, Gi Young menjawab pertanyaan, sebagaimana ter-­‐ baca dalam kutipan data berikut.

Gi Young menjawab, bahwa tidak se-­‐ perti pria, ketika seorang wanita jatuh cinta, tanggung jawab untuk melahir-­‐ kan seorang anak dan membesarkan-­‐ nya adalah sangat besar. Namun yang dilakukan Park Ta Yeon adalah hanya menanamkan benihnya dan tidak ber-­‐ tanggung jawab. Ia adalah tipikal pria umumnya di negara ini. Dan di atas se-­‐ mua itu, keluarganya sangat kuno dan patriakis. Mereka menginginkan agar Gi Young menyerah mengejar karir yang susah didapatkannya jika ingin meni-­‐ kah dengan putra mereka. “Saya rasa menikah dengan Park Tae Yeon adalah hal yang mustahil. Saya bahkan mencoba mengugurkan kan-­‐ dungan saya. Akhirnya, saya menyerah. Saya terpaksa berbohong menerima donor sperma untuk melindungi anak saya dari keluarga Park Ta Yeon. Baru-­‐ Gi Young menjawab, bahwa tidak se-­‐ perti pria, ketika seorang wanita jatuh cinta, tanggung jawab untuk melahir-­‐ kan seorang anak dan membesarkan-­‐ nya adalah sangat besar. Namun yang dilakukan Park Ta Yeon adalah hanya menanamkan benihnya dan tidak ber-­‐ tanggung jawab. Ia adalah tipikal pria umumnya di negara ini. Dan di atas se-­‐ mua itu, keluarganya sangat kuno dan patriakis. Mereka menginginkan agar Gi Young menyerah mengejar karir yang susah didapatkannya jika ingin meni-­‐ kah dengan putra mereka. “Saya rasa menikah dengan Park Tae Yeon adalah hal yang mustahil. Saya bahkan mencoba mengugurkan kan-­‐ dungan saya. Akhirnya, saya menyerah. Saya terpaksa berbohong menerima donor sperma untuk melindungi anak saya dari keluarga Park Ta Yeon. Baru-­‐

yang merugikan perempuan dihapus-­‐

lik anak saya. Yang Mulia, menurut

kan.

Anda apakah saya dapat berbagi hak

Meskipun secara hukum belum ber-­‐

asuh dengan pria seperti itu?” tanya Gi

hasil mengubah undang-­‐undang perka-­‐

Young.

winan dan hak asuh anak, perjuangan Gi

(GM, 2014, Episode 15).

Young sudah berhasil membuka mata

beberapa laki-­‐laki dan perempuan yang Jawaban Gi Young tidak memenga-­‐ mengetahui bahwa selama ini ada ke-­‐ ruhi putusan hakim. Ideologi teks yang timpangan sosial antara laki-­‐laki dan pe-­‐ muncul dalam kutipan tersebut adalah rempuan. Ini cukup melegakan bagi Gi kritik terhadap undang-­‐undang hak asuh Young. Setidaknya, ia tidak sendiri mem-­‐ anak. Keluarga Ta-­‐yeon yang telah men-­‐ perjuangkan kesetaraan gender, baik di culik anaknya justru menang dalam si-­‐ ruang publik maupun di ruang domestik. dang sebagai orang yang berhak meng-­‐ Tae-­‐yeon akhirnya juga menyadari asuh anaknya. Karena ada ketimpangan bahwa perbuatan merebut anak dari hukum itu, Gi Young kehilangan hak ibunya sebagai perbuatan yang salah asuh anaknya. Akhir nasib Gi Young di-­‐ dan keliru. Ia menyerahkan anak itu ke-­‐ narasikan oleh Ja Eun Cha seperti tam-­‐

pada Gi Young.

pak pada data berikut. Akhir drama ini menggantung: arti-­‐

nya tidak ada penyelesaian yang pasti.

Hari ini ia menjadi saksi bahwa sistem peradilan di negaranya telah mengam-­‐

Apakah akhirnya tokoh utama bahagia

bil seorang anak dari ibunya. Hukum

atau sedih? Apakah Gi Young menikah

telah memutuskan bahwa anak itu bu-­‐

dengan Tae-­‐yeon atau dengan Eun Cha, kanlah anak Gi Young lagi. yang siap menjadi ayah angkat bagi anak

Setelah melahirkan, nasib Gi Young ber-­‐

Gi Young?

ubah dari seorang pembaca berita no-­‐

Berdasarkan ideologi teks yang su-­‐

mor satu di Korea menjadi orang perta-­‐

dah dikemukakan, dapat dikatakan bah-­‐

ma dalam daftar pemecatan, hanya ka-­‐

wa sutradara drama ini lebih berpihak

rena telah membesarkan seorang anak

pada budaya patriarkat yang sudah kuat

seorang diri selama tiga tahun ini. Yang

mengakar di masyarakat. Meskipun dari

ia lakukan hanya menebarkan benih-­‐

ideologi teks, berhasil menyetarakan

nya. Tetapi, jika hak asuh diberikan ha-­‐ nya karena satu alasan bahwa ia laki-­‐la-­‐

profesinya sebagai pembaca berita de-­‐

ki, maka peraturan ini haruslah diha-­‐

ngan laki-­‐laki, protagonis drama ini tetap

puskan. Ayo kita kembalikan anak itu

tidak menjadi prioritas ketika pemimpin

pada Cha Gi Young.

stasiun TV berita akan mengirim para

(GM, 2014, Episode 15).

pembaca berita ke luar negeri untuk me-­‐ lanjutkan pendidikan. Di samping itu,

Ideologi teks kutipan tersebut sa-­‐ pemimpin stasiun TV memutasikan pro-­‐ ngat menarik. Eun Cha, laki-­‐laki pemba-­‐

tagonis ke bagian yang tidak signifikan

ca berita yang awalnya menentang keha-­‐ dengan kualifikasi protagonis. diran Gi Young di ruang publik, telah