PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor 632Pdt.G2007PA.Amb) Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM PEMBAGIAN
WARIS DI PENGADILAN AGAMA
(Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb)
Disusun untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Syari’ah (S.Sy)
Oleh:
AINA SUFYA FUAIDA
NIM 21108010
JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
Dra. Siti Zumrotun, M. Ag Dosen STAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Saudara Aina Sufya Fuaida Kepada Yth, Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah Kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini Kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Aina Sufya Fuaida NIM : 21108010 Jurusan : Syari’ah Program studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul :PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM
PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb)
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, Desember 2012 Pembimbing, Dra. Siti Zumrotun, M. Ag NIP. 196701151998031002
SKRIPSI
PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM PEMBAGIAN WARIS
DI PENGADILAN AGAMA
(Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb)
DISUSUN OLEH
AINA SUFYA FUAIDA
NIM: 21108010
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari’ah, Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga, pada tanggal 14 Desember 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Syari’ah Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : H. agus waluyo, M. Ag Sekretaris Penguji : Ilyya Muhsin, S.H.I. M.Si Penguji I : Evi Ariyani, S.H.,M.H.
Penguji II : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Penguji III : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
Salatiga, 14 Desember 2012 Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP.1958082719830310002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aina Sufya Fuaida NIM : 21108010 Jurusan : Syari’ah Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Desember 2012 Yang Menyatakan,
Aina Sufya Fuaida
MOTTO Kebenaran pasti akan menang Tidak ada rencana buruk Tuhan untuk mencapainya Karena keputusan Tuhan adalah yang terbaik bagi makhluknya
Memulai segala sesuatu dengan niat baik dan menjalaninya dengan jujur
Memupuk rasa peduli terhadap ciptaan-Nya
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini kepada:
1. Keluarga saya, terutama Bapak (Sahli Makhfuz) dan Ibu (Nur Anifah) yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan mengalirkan do’a dalam setiap usaha yang saya lakukan. Keberhasilan ini adalah do’a yang dengan ikhlas dipanjatkannya.
2. Keluarga besar Sulaiman dan keluarga besar Makhfudz
3. Teman-teman yang selalu menginspirasi dan memotifasi. Rina, Muna, Fina, Siti Fatimah, Ria, dan kawan-kawan lain yang dengan senang hati membantu dalam kelancaran skripsi ini
4. Ilma & Sania sebagai tombo penat
J
5. Kepada semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan saya semangat setiap hari
KATA PENGANTAR
É Oó¡ Î0 «! $# Ç ` »uH÷q §
9$# É OŠÏm§
9$#
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga Skripsi, dengan judul KONSEP KEADILAN DALAM PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb) telah dapat kami selesaikan. Kami ucapakan terima kasih kepada :
1. Dr. Imam Sutomo M. Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga (STAIN).
2. Ilyya Muhsin, S.H.I. M.Si, selaku Ketua Program Studi Al-Ahwal Al- Syakhshiyyah.
3. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dosen pembimbing.
4. Dosen-dosen yang dengan sabar mengampu kelas AHS’08
5. Segenap Hakim, Panitera, serta Pegawai Pengadilan Agama Ambarawa yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan do’a sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Teman-teman, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, sehingga saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini sangat dibutuhkan.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Amin… Salatiga, Desember 2012
Penulis
ABSTRAK
Sufya Fuaida, Aina. 2012. PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb). Skripsi. Jurusan Syariah. Program Studi Al-Ahwal Al- Syakhshiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
Kata kunci: Pelaksanaan, Pembagian Waris, Pengadilan Agama Penelitian dilakukan dengan dasar untuk mengetahui penerapan KHI dalam pembagian waris di Pengadilan Agama dan penerapan terhadap putusan hakimdalam putusan nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. Fokus penelitian yang ingin penulis jawab adalah (1) bagaimana pembagian waris dalam perkara nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. di Pengadilan Agama Ambarawa (2) bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb (3)
.
bagaimana pelaksanaan putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb Untuk menjawab pertanyaan tersebut pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan arsip putusan nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb, wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa dan salah satu pihak perkara tersebut. Sumber data lain adalah UU No.3 Th.2006, Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, dan buku-buku yang mendukung penelitian ini.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa objek sengketa waris yang dimaksud ditetapkan sebagai harta bersama karena tidak ada bukti bahwa harta tersebut telah dibagi. Pembagian waris dilakukan setelah dilakukan pembagian harta bersama. Terhadap dasar-dasar yang telah sesuai dalam putusan, pihak keluarga telah melakukan pembagian waris berdasar putusan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam memutuskan perkara waris nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb hakim telah menggunakan Kompilasi Hukum Islam. Penerapan Kompilasi Hukum Islam tersebut didukung oleh proses persidangan yang teliti dalam menilai saksi dan bukti serta persidangan tentang kewenangan mengadili dalam bidang kewarisan telah memenuhi seperti yang tertuang dalam UU Nomor 3 tahun 2006. Dan pelaksanaan dalam putusan tersebut telah dilakukan oleh keluarga.
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN......................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................iv
MOTTO..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN.............................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
ABSTRAK......................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................................1 B. Fokus Penelitian...............................................................................5 C. Tujuan Penelitian..............................................................................5 D. Kegunaan Penelitian.........................................................................5 E. Penegasan Istilah..............................................................................7 F. Telaah Pustaka……………………………………………………..8 G. Kerangka teori……………………………………………………11 H. Metode Penelitian………………………………………………...13
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................13
2. Kehadiran peneliti……………………………………………..14
3. Lokasi Penelitian........................................................................14
4. Pembagian Waris Islam.............................................................32
1. Gambaran umum Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb…54
Gambaran Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb……………54
1. Sejarah Pengadilan Agama Ambarawa......................................50 B.
BAB III PAPARAN DATA A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Ambarawa…..……………50
3. Pengadilan agama sebagai pelaksana hukum positif………….39
2. Pengertian waris menurut UU No 3 tahun 2006 dan KHI…….37
1. Perkembangan Hukum Waris Islam di Indonesia…………… 34
B. Konsep Keadilan Faroidh dalam Hukum Positif............................34
3. Golongan ahli waris...................................................................29
4. Sumber Data..............................................................................15
2. Rukun dan Syarat Waris............................................................21
1. Pengertian Waris menurut Kaidah Faroidh...............................20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Waris dalam Ilmu Faroidh.................................................20
I. Sistematika Penulisan.....................................................................18
8. Tahap-tahap Penelitian..............................................................18
7. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................17
6. Analisis Data..............................................................................17
5. Prosedur Pengumpulan Data......................................................16
2. Gambaran perkara oleh pihak tergugat……………………….55
3. Gambaran perkara oleh pihak penggugat……………………..57
C. Dasar
Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb……………………………………….57
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis terhadap Pembagian Waris dalam Perkara Nomor
632/Pdt.G/2007/PA.Amb. di Pengadilan Agama Ambarawa……………………………………………………..….70
B. Analisis terhadap Dasar Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb……………………………….. 70
C. Analisis terhadap Pelaksanaan Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb………………………………………...76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................78 B. Saran.............................................................................................79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan hukum yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia sangat diperlukan mengingat Indonesia adalah bekas negara
jajahan, serta hukum yang berkembang dahulu adalah hukum yang mengadopsi dari hukum negara lain. Hukum tersebut dirasa kurang sesuai karena aturan yang mengacu adalah non-Islam sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam. Aturan yang berjiwa islami sangat diperlukan oleh masyarakat Islam dalam mencari keadilan sebagai warga negara yang berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut sudah ada sebelum kemerdekaan. Setelah kemerdekaan aturan-aturan dalam pelaksanaan peradilan semakin berkembang, terbukti dengan adanya lembaga peradilan tersendiri bagi warga negara beragama Islam disertai dengan undang-undang yang mengatur dalam pelaksanaan peradilan tersebut. Diantaranya adalah Undang-Undang No. 50 tahun 2009 penyempurnaan dari Undang-undang No. 3 tahun 2006 perubahan atas UU No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama serta Kompilasi Hukum Islam dan undang-undang lain yang membahas tentang zakat dan wakaf.
Dijelaskan dalam pasal 1 ayat 2 UU No.7 tahun 1989 tentang undang- undang peradilan agama “yang dimaksud pengadilan adalah pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama di lingkungan peradilan agama”. Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari'ah.
Dengan adanya perkembangan undang-undang yang semakin mendukung dalam pelaksanaan peradilan agama maka penerapan hukum pun harus lebih maksimal. Dalam hal ini telah ada UU No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama lebih menjamin kedudukan Peradilan Agama dalam lingkungan peradilan. Perubahan-perubahan pasal pun dilakukan untuk mendukung pelaksanaan hukum Islam, seperti penerapan hak opsi dalam perkara waris dan penguatan kedudukan Peradilan Agama. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih terkendala oleh hukum Islam yang belum terkodifikasi menjadi undang-undang, baru dalam bentuk instruksi presiden (inpres) No. 1 Tahun 1991 yang terealisasi dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Peraturan dalam bentuk inpres ini tidak dapat mendesak pelaksanaan hukumnya dalam lingkungan peradilan. Maka untuk mengetahui sejauh mana KHI diterapkan di lingkungan Peradilan Agama telah dilakukan monitoring dalam putusan yang dihasilkan Pengadilan Agama (PA) dan Pengadilan Tinggi Agama (PTA). Secara implisit, hampir seluruh putusan PA dan PTA menggunakan meteri KHI, namun secara eksplisit, dari 1008 putusan, 715 putusan (71%) menggunakan KHI, dan 293 putusan (29%) tidak menggunakannya (muhibbin &wahid, 2009:180). Dari data acak ini kemudian timbul pertanyaan apakah putusan yang akan penulis lakukan penelitian ini telah menggunakan kaidah hukum islam tersebut atau belum, jika sudah, apakah penerapannya sudah tepat.
Lebih spesifik lagi mengenai penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada perkara waris di Pengadilan Agama Ambarawa dengan putusan nomor: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. Berkaitan dengan telah dihapusnya hak opsi dalam perkara waris Islam, maka PA dalam memutuskan perkara juga harus menggunakan hukum Islam agar berimbang antara penghapusan dan pelaksanaan.
Hukum waris yang penulis maksud agar diterapkan secara maksimal di Pengadilan Agama adalah hukum waris islam (faroidh). Jika dalam penjelasan pasal 49 huruf b UU No.3 tahun 2006 “yang dimaksud dengan waris adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris.” Maka Pengadilan Agama (PA) bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara terhadap fakta-fakta yang ada sesuai kaidah faroidh juga.
Dari putusan yang dihasilkan oleh Pengadilan Agama perlu dilakukan pengkajian mengenai dasar putusan oleh hakim tentang keadilan yang menyangkut kewarisan, seperti penentuan ahli waris dan bagian-bagiannya apakah telah sesuai dengan faroidh, dan hukum acara yang diberlakukannya dalam perkara waris tersebut. Pembuktian ini sangat menentukan kualitas putusan, karena kekuatan pembuktian ini mempunyai arti dengan putusan hakim itu telah diperoleh kepastian tentang sesuatu yang terkandung dalam putusan itu. Apa yang telah diputuskan oleh hakim harus dianggap benar dan tidak boleh diajukan lagi perkara baru mengenai hal yang sama dan antara pihak-pihak yang sama pula (nebis in idem) (Arto, 1998:265). Karena putusan hakim sagat menentukan sebuah perkara maka pengkajian tentang adil tidaknya putusan tersebut sangat perlu diteliti lagi.
Oleh karena itu peneliti mengambil judul KONSEP KEADILAN FAROIDH DALAM PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb) yang kemudian menjadi fokus penelitiannya. Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana penerapan hukum waris Islam serta hukum acaranya dalam penyelesaian perkara waris di Pengadilan Agama.
B. Fokus Penelitian
Agar penelitian ini mempunyai pembahasan yang menarik dan tidak keluar dari alur yang dibicarakan, maka penelitian ini difokuskan pada:
1. Bagaimana pembagian waris dalam perkara nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. di Pengadilan Agama Ambarawa?
2. Bagaimana konsep keadilan hukum formil dalam persidangan pembagian waris di Pengadilan Agama aplikasi terhadap putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb? C.
Tujuan Penelitian
Dari fokus penelitian yang dilakukan, penelitian ini ditujukan untuk:
1. Untuk mengetahui pembagian waris dalam perkara nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. di Pengadilan Agama Ambarawa.
2. Untuk mengetahui konsep keadilan dalam hukum acara serta hukum materiil terhadap pembagian waris di Pengadilan Agama aplikasi terhadap putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb.
D. Kegunaan Penelitian
Terasa kurang bermanfaat jika penelitian yang dilakukan tidak mempunyai kegunaan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan penulis, walaupun sederhana akan tetapi diharapkan mempunyai kegunaan seperti yang diharapkan penulis. Yaitu:
1. Bagi akademik Sebagai implementasi penerapan teori yang didapat dalam mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama, yang berkaitan erat dengan pengembangan profesionalitas jurusan Al-Ahwal As-Syakhsyiyyah. Karena teori dapat dikaji secara langsung dalam perkara nyata, maka penerapan antara teori dan praktek sangat diperlukan dalam pengembangan mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa Mengetahui dengan jelas pratek beracara di Pengadilan Agama dan penerapannya dalam menerapkan hukum pada suatu perkara. Lebih khusus lagi, agar mahasiswa lebih mendalami pratek hukum waris Islam yang berkaitan dengan pembagian waris, pembagian waris yang kaitannya dengan hukum materiil, hukum formil, dan hukum acara di lingkungan peradilan agama.
3. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hukum, khususnya hukum perdata Islam. Karena dalam kehidupan masyarakat tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah atau pratek hukum perdata dalam kehidupannya. Serta agar masyarakat tahu tentang perkembangan undang-undang di Indonesia yang dalam teorinya mengacu pada keadilan bagi masyarakat.
E. Penegasan Istilah
KONSEP KEADILAN FAROIDH DALAM PEMBAGIAN WARIS DI PENGADILAN AGAMA (Studi Analisis Putusan Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb) adalah judul terhadap penelitian ini. Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka penulis tegaskan mengenai istilah-istilah yang penulis gunakan.
1. Keadilan: pernilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan tidak melanggar hukum (Darmodiharjo, Shidarta, 1999: 164)
2. Faroidh: pengetahuan mengenai pembagian warisan (pusaka orang yang meninggal) menurut hukum Islam (Poerwadarminta, 2006:328)
3. Pengadilan Agama: bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari'ah.
4. Analisis: penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya (Poerwadarminta, 2006:37).
5. Putusan adalah hasil atau kesimpulan akhir dari suatu pemeriksaan perkara (Puspa, 1977: 695).
F. Telaah Pustaka
Waris merupakan salah satu bidang perdata Islam. Di dalamnya terdapat pembahasan tentang penentuan harta waris, ahli waris, dan pembagian waris. Banyak penelitian yang dilakukan mengenai waris yang meliputi hal tersebut. Penelitian yang difokuskan pada bagian waris diantaranya:
- Wasiat Wajibah sebagai Alternatif Waris Anak Angkat (Nor Fuad Zen:
2002)
- Pembagian Warisan dengan Jalan Hibah menurut Pandangan Islam (Slamet Aryanto: 2009)
Penelitian yang difokuskan pada ahli waris diantaranya:
- Pembagian Harta Warisan bagi Keturunan Punah (Hanik Adityassari:
2009),
- Hak Waris Anak dari Proses Bayi Tabung (Isti Haryanti: 2004),
- Bagian Waris Anak dalam Kandungan (Ambar Setiawati: 2004),
- Bagian Waris Anak Luar Nikah menurut Hukum Islam dan Hukum Positif (Hartati: 2002).
Penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pembagian waris diantaranya:
- Pelaksanaan Hukum Waris dalam Masyarakat Islam (Muhammad Ali Asad: 2010),
- Hak Opsi dalam Hukum Waris di Indonesia (Nanik Dyah Anggraeni:
2001),
- Faktor-Faktor Penyebab Keengganan Masyarakat Muslim Salatiga untuk
Mengajukan Perkara Waris di Pengadilan Agama (Siti Zumrotun: 2007).
Inilah beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai waris.
Kemudian yang peneliti lakukan adalah penelitian mengenai konsep keadilan dalam Pembagian Waris di Pengadilan Agama, yang meliputi hukum materiil, formil, dan hukum acara peradilan agama. Tentang penentuan harta warisan, ahli waris, dan bagian waris menurut kaidah
faroidh di Indonesia seperti yang tercermin dalam Kompolasi Hukum Islam.
Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya, dalam kaitan penerapan faroidh dan hukum positif seperti yang disebutkan dalam penelitian Nanik Dyah Anggraeni (2001) memberi tanggapan tentang hak opsi dalam pelaksanaan hukum waris di Indonesia “karena adanya keinginan sebagian anggota DPR agar hukum waris barat (BW) berlaku bagi umat Islam karena dalam hukum waris Islam saudara yang berlainan agama tidak berhak mendapat waris, serta hukum waris Islam dianggap tidak memberikan keadilan antara laki-laki dan perempuan, dalam hukum waris tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan.”
Nor Fuad Zen (2002) menyimpulkan tentang pelaksanaan wasiat wajibah terhadap anak angkat “hukum Islam memperbolehkan pengankatan anak dengan syarat tidak menimbulkan suatu ikatan kemahramanyang mengakibatkan dapatsaling menghaki dan mewarisi. Dengan kata lain anak angkat tersebut tetap orang lain dan bukan termasuk ahli waris. Ajaran Islam sangat menjunjung prinsip keadilan dan kemanusiaan, memberikan jalan keluar dalam masalah kewarisan dengan member sebagian harta kepada anak angkat dengan jalan wasiat wajibah. Anak angkat berhak mendapat wasiat wajibah. Dan dalam pemberian wasiat itu harus didahulukan daripada pembagian warisan, tanpa melebihi batas bagian wasiat itu sendiri sebesar 1/3 dari harta peninggalan.”
Siti Zumrotun (2007) “faktor penyebab keengganan masyarakat untuk mengajukan perkara waris di Pengadilan Agama adalah masyarakat memilih menyelesaikan perkara waris dengan cara kekeluargaan dalam arti tidak harus di ajukan ke Pengadilan Agama namun tetap berdasarkan ketentuan hukum waris Islam, adanya pembagian harta sebelum pemilik harta meninggal dunia merupakan solusi terbaik untuk menghindari sengketa setelah pemilik harta meninggal dunia, dan adanya pendapat bahwa penyelesaian perkara waris di Pengadilan Agama sulit dan membutuhkan banyak waktu.”
Muhammad Ali Asad (2010) menyimpulkan mengenai pelaksanaan hukum waris dalam masyarakat Islam dapat dilakukan melalui pembagian warisan atas ketentuan faraidh yang berdasarkan teks Al-Qur’an atau pembagian harta berdasarkan keadilan antara laki-laki dan perempuan dengan jalan hibah pada saat pewaris (orang tua) masih hidup.
G. Kerangka Teori
1. Surat Annisa ayat 11
£` ä. b Î*sù 4 È û÷üu‹sVRW { $# Å eá ym ã@÷VÏB Ì x.© %#Ï9 ( öNà2 ω»s9÷rr& þ’Îû ª! $# Þ Oä3 ŠÏ¹ qãƒ
$ygn=sù Z oy‰Ïmºur ôM tR% x. b Î)ur ( x8 t s? $tB $sVè=èO £` ß gn=sù û÷ütGt^ø È O$# s- öqsù [ä!$|¡ ÎS
¼çms9 tb % x. b Î) x8 t s? $£J ÏB â¨ ß ‰ ¡ 9$# $yJ åk÷]ÏiB 7‰Ïn ºur e@ä3 Ï9 È Ïm÷ƒuqt/L{ ur 4 ß # óÁ ÏiZ9$#
ÿ¼ã&s! tb % x. b Î*sù 4 ß ] è=›W9$# ÏmÏiBT | sù çn#uqt/r& ÿ¼çmrOÍ‘urur $s!ur Ó ¼ã&© ! ` ä3 tƒ óO© 9 b Î*sù 4 Ó $s!ur öNä.ät!$t/#uä
3 A ûø ïyŠ ÷rr& !$pkÍ5 ÓÅ » qム7p§‹Ï¹ ur ω÷èt/ .` ÏB 4 â¨ ß ‰ ¡ 9$# ÏmÏiBT | sù ×ouq÷z Î)
¨b Î) 3 «! $# šÆ ÏiB Z pŸ Ò ƒÌ sù 4 $Y èø ÿtR ö/ä3 s9 Ü > t %r& ø öNß g•ƒr& tb r â‘ô‰s? Ÿ w öNä.ät!$oYö/r&ur
ÇÊÊÈ $V J ŠÅ 3 ym $¸J ŠÎ=tã tb % x. © ! $#
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak- anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
2. Pasal 2 UU No.7 Tahun 1989 menyebutkan bahwa peradilan agama merupakan salah satu kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari kedilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu.
3. Penjelasan umum angka 2 alenia ketiga UU No.7 Tahun 1989 menerangkan bahwa pengadilan agama merupakan pengadilan tingkat pertama untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara- perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan shodaqoh berdasarkan hukum Islam.
4. Asas personalitas keislaman.
Dari ketentuan pasal 2 dan rumusan penjelasan umum angka 2 alenia ketiga UU No.7 Tahun 1989, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pihak-pihak yang bersengketa harus sama-sama pemeluk agama Islam
b. Perkara perdata yang disengketakan terbatas mengenai perkara dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan shodaqoh c. Hubungan hukum yang melandasi keperdataan tertentu tersebut berdasarkan hukum Islam, oleh karena itu cara penyelesaian berdasarkan hukum Islam (Harahap, 2003: 57).
5. Penjelasan umum angka 1 alenia kedua UU No.3 Tahun 2006 perubahan UU No.7 Tahun 1989 menyatakan bahawa “para pihak sebelum berperkara dapat memepertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian warisan”, dinyatakan dihapus.
Maka penegasan pada poin 5 huruf c diatas lebih dipertegas pelaksanaannya dengan adanya UU No.3 Tahun 2006.
6. Pasal 193 KHI menegaskan, apabila dalam pembagian harta warisan diantara para ahli waris dzawil furudh menunjukkan bahwa angka pembilang lebih kecil dari angka penyebut sedangkan tidak ada ahli waris ashobah, maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara rad, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris sedang sisanya dibagi berimbang di antara mereka.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan memakai pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di masyakat yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi perundang-undangan (Ali, 2009:105). Dalam penelitian ini yang dicari adalah klarifikasi pelaksanaan pembagian waris dengan dasar KHI dan faroidh di Pengadilan Agama Ambarawa.
b. Jenis penelitian Jenis penelitian ini secara spesifik bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan aturan perundang-udangan yang berkaitan dengan objek penelitian dan pelaksanaanya di masyarakat (Ali, 2009:105-106). Metode ini dimasudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang objek yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penerapan pelaksanaan pembagian waris di Pengadilan Agama Ambarawa dalam putusan no: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb telah memenuhi kedilan dan faroidh atau belum, serta mencari sebab-sebab diputuskannya hal tersebut. Kajian tentang suatu putusan sangat penting karena untuk mengetahui adil dan sah tidaknya suatu putusan.
2. Kehadiran Peneliti Peneliti dalam penelitian ini melakukan wawancara secara langsung ke Pengadilan Agama Ambarawa sebagai sumber pertama yang dapat dimintai keterangan secara jelas sebagai lembaga yang bertugas dan berwenang dibidang waris Islam. Serta peneliti mengkroscek keadaan sebenarnya silsilah keluarga di keluarga para pihak yang berperkara sebagai bahan analisis putusan Pengadilan Agama Ambarawa dalam penerapan pembagian waris putusan nomor: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb.
3. Lokasi Penelitian Penelitian pembagian waris dan acara persidangan dilaksanakan di Pengadilan Agama Ambarawa yang terletak di Jalan Ambarawa-
Yogyakarta, Dusun Ngampin, Ambarawa. Peneliti memilih lokasi ini karena Pengadilan Agama Ambarawa adalah salah satu pengadilan agama terdekat dengan tempat tinggal peneliti. Kemudian penelitian juga diadakan di Desa Baran Gembongan, Ambarawa sebagai tempat tinggal salah satu pihak yang berperkara.
4. Sumber Data Peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:
a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (Ali, 2009:106). Data primer dalam penelitian ini adalah:
1) Informan Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah salah satu Hakim Pengadilan Agama Ambarawa yang menangani perkara waris dengan putusan nomor: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. Dan Ibu Siti Kalimah sebagai salah satu tergugat yang dirasa oleh peneliti sebagai pihak yang netral meskipun kedudukannya sebagai tergugat. 2) Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Arsip Putusan, yaitu arsip yang isinya tentang surat gugatan, jawaban tergugat, replik, duplik, putusan sela, relas panggilan, berita acara persidangan, foto kopi bukti tertulis dan putusan.
b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen resmi (Ali, 2009:106). Data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1) UU No.7 Th.1989 tentang Peradilan Agama. 2) UU No.3 Th.2006 peubahan atas UU No.7 Th.1989 3) Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
4) Dan buku-buku yang mendukung penelitian ini.
5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan (Ali, 2009:107).
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi.
a. Dokumentasi Dokumentasi menjadi kajian pokok penelitian ini, karena penelitian ini bersumber dari putusan yang dikeluarkan oleh
Pengadilan Agama Ambarawa. Dokumentasi dilakukan untuk mengamati akta putusan nomor: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. Serta mengamati kaidah-kaidah faroidh yang digunakan dalam putusan no: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. Penelitian bermula dari mengkaji isi putusan, kemudian tahap berikutnya adalah wawancara dan observasi untuk mengetahui dasar-dasar putusan.
b. Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai dengan maksud untuk mendapatkan suatu kejelasan tetang suatu masalah (Moleong, 2002:135). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada para informan kunci dan informan pangkal. Informan kunci yakni para hakim yang menanggani menangani perkara waris dengan putusan nomor: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb dan Ibu Siti Kalimah sebagai salah satu tergugat yang bersikap netral.
c. Observasi (pengamatan) Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak berperan serta yang mempunyai satu fungsi yaitu melakukan pengamatan (Moleong, 2002:126). Pengamatan yang dilakukan adalah dengan mengamati silsilah keluarga dari ahli waris dalam putusan.
6. Analisis Data Analisis lebih diitik beratkan pada putusan Pengadilan Agama Ambarawa tentang penerapan hukum dan pertimbangan hakimnya.
Kemudian mengkoreksi tentang pembagian waris apakah praktek yang ada sudah sesuai dengan kaidah faroidh atau belum mengingat dalam ilmu faroidh terdapat derajat-derajat pewaris, yang mana akan dikroscek oleh peneliti kepada pihak keluarga langsung .
7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik trianggulasi data yaitu dengan membandingkan apa yang diperintahkan perundang-undangan tentang pembagian waris dan pembagian waris secara faroidh mutlak melalui kajian pustaka. Serta data yang telah diperoleh dicek kembali kebenaran aslinya ke pihak yang berperkara.
8. Tahap-tahap Penelitian Tahapan penelitian dalam penelitian ini dengan:
a. Observasi pendahuluan ke Pengadilan Agama Ambarawa dengan melihat Buku Pantauan Perkara dan memutuskan pengambilan perkara.
b. Wawancara dengan Hakim, panitera, dan wakil panitera. c. Pengambilan salinan akta putusan.
d. Observasi di Pengadilan Agama Ambarawa dan salah satu pihak yang berperkara.
e. Analisis.
f. Kesimpulan.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, yang memuat: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap- tahap Penelitian. Dan diakhir bagian pendahuluan adalah Sistematika Penulisan.
BAB II Membahas tentang pengertian dasar waris yang meliputi: Konsep Waris dalam Ilmu Faroidh dan Konsep Waris dalam Undang- Undangan. Konsep Waris dalam Ilmu Faroidh berisikan Pengertian Waris menurut Kaidah Faroidh, Sebab-Sebab Waris, Golongan Ahli Waris, Derajat-Derajat Waris, Azaz-Azaz Kewarisan, dan Pembagian Waris Islam. Konsep Keadilan Faroidh dalam Undang- Undang berisikan Pengertian Waris menurut Undang-Undang, Perkembangan Hukum Waris Islam di Indonesia, Pengadilan Agama Sebagai Lembaga Pelaksana Perundang- Undangan yang menjelaskan tentang Kompetensi Pengadilan Agama dalam perkara waris, Asas-Asas Peradilan Agama, Dasar Pembagian waris menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI).
BAB III membahas tentang Gambaran Umum Pengadilan Agama Ambarawa dan Gambaran Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. yang memuat tentang Gambaran Umum Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb, Gambaran Perkara oleh Pihak Tergugat, Gamabaran Perkara oleh Pihak Penggugat, dan Gambaran Perkara terhadap Putusan Hakim.
BAB IV berisi tentang pembahasan. Analisis pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb terhadap kaidah
faroid dan hukum formil serta hukum acara yang berlaku.
BAB V berisi kesimpulan dan saran-saran terhadap penelitian yang dilakukan.
BAB II PENGERTIAN DASAR WARIS A. Konsep Waris Dalam Ilmu Faroidh
1. Pengertian Waris Menurut Kaidah Faroidh
Faroidh adalah bentuk jama’ dari faridhoh yang artinya bagian yang
ditentukan kadarnya. Mawarist adalah bentuk jama’ dari kata mirost yang artinya harta peninggalan dari orang-orang yang meninggal untuk ahli warisnya. Faroidh dalam arti mawarist, hukum waris-mewaris, dimaksud sebagai bagian atau ketentuan yang diperoleh oleh ahli waris menurut ketentuan syara’.
Asy-Syarbaini dalam kitabnya Aghnil Muhtaj mendefinisikan faroidh adalah ilmu fiqh yang bersangkut paut dengan pembagian harta pusaka, dan mengetahui perhitungan yang dapat menyampaikan kepada mengetahui hal tersebut dan mengetahui kadar yang wajib dari harta pusaka yang menjadi milik tiap orang yang berhak (Departemen Agama, 1986:2) Catatan yang perlu diperhatikan adalah pengertian dari peninggalan.
Pengertian peninggalan yang dikenal di kalangan fuqoha ialah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya.
Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya persangkutan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti ditunaikan (misalnya pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan kepada istrinya) (Ash- Shabuni, 2007:33).
Dalam hal pembagian harta peninggalan atau tirkah pembagian waris diadakan setelah hak-hak yang berhubungan dengan tirkah terpenuhi yaitu kepentinngan pewaris yang meliputi semua biaya yang diperlukan pewaris sejak kematiannya sampai dimakamkan, pembayaran hutang pewaris, melaksanakan wasiat pewaris, serta penentuan ahliwaris. Barulah harta peninggalan dibagikan kepada ahli waris yang berhak sesuai dengan bagiannya masing-masing.
2. Rukun dan Syarat Waris
a. Rukun Waris Terjadinya waris mewaris ketika terdapat: 1) Pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia.
2) Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan kekerabatan (nasab), atau ikatan pernikahan, atau lainnya. 3) Harta warisan, yaitu harta yang secara mutlak dimiliki oleh orang yang meninggal semasa hidupnya.
b. Syarat Waris Terhadap pelaksanaan waris harus terjadi ketika:
1) Meninggalnya seseorang/pewaris, menjadi syarat mutlak terjadinya waris atau peralihan harta. Jika peralihan harta terjadi ketika seseorang masih hidup maka hal tersebut adalah hibah. 2) Ahli waris dalam keadaan hidup, jika ahli waris telah meninggal terlebih dahulu maka itu adalah pewaris. Jika ahli waris meninggal bersamaan dengan pewaris, maka para fuqoha menyatakan mereka adalah orang yang tidak mendapat waris.
3) Diketahui posisi para ahli waris, maksudnya adalah mengetahui silsilah jalur kekeluargaan karena akan berdampak pada bagian-bagian waris yang akan diterimanya. 4) Tidak ada halangan untuk mewaris.
3. Golongan Ahli Waris Penggolongan ahli awaris dapat diklasifikasikan karena (1) jenis kelamin (2) pembagian yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an.
Berdasarkan Surat An-Nisa 176 yang menyebutkan “…dan jika mereka (ahli waris terdiri atas) saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan…”, maka dari ayat ini yang dapat diperjelas adalah ketentuan siapa saja yang menjadi ahli waris dari golongan laki-laki dan perempuan.
Dalam bukunya Muhammad Ali Ash-Shabuni (2007:68) menyebutkan ahli waris golongan laki-laki ada lima belas, meliputi: (1) anak laki-laki, (2) cucu laki-laki (dari anak laki-laki), (3) bapak, (4) kakek (dari pihak bapak), (5) saudara kandung laki-laki, (6) saudara laki-laki seayah, (7) saudara laki- laki seibu, (8) anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki, (9) anak laki- laki dari saudara laki-laki seibu, (10) paman (saudara kandung bapak), (11) paman (saudara bapak seayah), (12) anak laki-laki dari paman (saudara kandung ayah), (13) anak laki-laki paman seayah, (14) suami, (15) laki-laki yang memerdekakan budak .
Sedangkan ahli waris golongan perempuan ada sepuluh: (1) anak perempuan, (2) ibu, (3) anak perempuan (dari keturunan anak laki-laki), (4) nenek (ibu dari ibu), (5) nenek (ibu dari bapak), (6) saudara kandung perempuan, (7) saudara perempuan seayah, (8) saudara perempuan seibu, (9) istri, (10) perempuan yang memerdekakan budak.
c) Cucu laki-laki dari anak laik-laki
7 Anak laki-laki
f) Saudara laki-laki sebapak
e) Saudara laki-laki sekandung
d) Kakek
c) Bapak