DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TEMAN SEBAYA PADA SISWA YANG POPULER DAN TIDAK POPULER DI KALANGAN SISWA SMP KELAS VII PANGUDI LUHUR I TAHUN AJARAN 20102011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah S
DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TEMAN SEBAYA PADA SISWA
YANG POPULER DAN TIDAK POPULER DI KALANGAN SISWA SMP KELAS VII
PANGUDI LUHUR I TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Veronika Desi Dwi Setyani
NIM : 051114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TEMAN SEBAYA PADA SISWA
YANG POPULER DAN TIDAK POPULER DI KALANGAN SISWA SMP KELAS VII
PANGUDI LUHUR I TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Veronika Desi Dwi Setyani
NIM : 051114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Jika Anda tidak menyukai suatu hal, rubahlah hal itu; jika Anda tidak dapat merubahnya, rubahlah cara Anda memandang hal itu “ (Anonim) Skripsi ini ku persembahkan untuk :
- Tuhan Yesus Kristus, atas segala bentuk kasih-NYA yang tidak berkesudahan, • Bapak, Ibu, kakak, Kiyunk dan para sahabatku.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Juni 2011 Penulis
Veronika Desi D.S
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Nama : Veronika Desi Dwi Setyani Nomor Mahasiswa : 051114013 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul: “ DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TEMAN SEBAYA DARI SISWA YANG POPULER DAN TIDAK POPULER DI KALANGAN SISWA SMP KELAS VII PANGUDI LUHUR I TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 8 Juni 2011 Yang menyatakan,
VERONIKA DESI D.S
ABSTRAK
DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TEMAN SEBAYA PADA
SISWA YANG POPULER DAN TIDAK POPULER DI KALANGAN
SISWA SMP KELAS VII PANGUDI LUHUR I TAHUN AJARAN
2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN
Veronika Desi D.S Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dan tidak populer di kalangan siswa SMP VII Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berjumlah 160 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner penyesuaian diri yang berjumlah 54 item yang telah diujicobakan terlebih dahulu dan dikatakan memiliki koefisiensi reliabilitas sangat tinggi (0,95).
Memilih penyesuaian diri karena subjek penelitiannya adalah siswa kelas
VII SMP dan topik yang tepat untuk dijadikan topik penelitian ataupun bimbingan bagi siswa kelas VII SMP salah satunya adalah penyesuaian diri. Karena siswa kelas VII SMP pasti memiliki masalah penyesuaian diri, karena mereka memasuki lingkungan sekolah yang baru, teman-teman baru dan guru-guru baru.
Hasil penelitian ini menunjukkan penyesuaian diri terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dalam kategori “tinggi” ada 3 siswa, dalam kategori “sedang” ada 25 siswa, dan tidak ada yang masuk dalam kategori “rendah”. Penyesuaian diri pada siswa yang tidak populer dalam kategori “tinggi” ada 7 siswa, dalam kategori “sedang” ada 125 siswa, dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori “rendah”.
Berdasarkan hasil penelitian dari item-item penyesuaian diri, item-item yang capaiannya belum optimal (kategori rendah dan sedang) diusulkan sebagai topik-topik bimbingan sebagai implikasi dari hasil penelitian.
ABSTRACT
DESCRIPTION OF ADJUSTMENT TO PEERS AMONG POPULAR AND
UNPOPULAR STUDENTS OF CLASS VII OF PANGUDI LUHUR I
JUNIOR HIGH SCHOOL, YOGYAKARTA, SCHOOL YEAR 2010/2011
AND ITS IMPLICATIONS FOR THE PROPOSED GUIDANCE TOPICS
Veronika Desi D.S This study aimed to know the level of adjustment to peers among popular and unpopular students of class VII of Pangudi Luhur 1 Junior High School,
Yogyakarta, School Year 2010/2011 and its implications for the proposed guidance topics.
The subjects of this study were 160 students of class VII of Pangudi Luhur I Junior High School, Yogyakarta. The instrument used in this study was a questionnaire on adjustment that consisted of 54 items. This questionnaire showed a high reliability coefficient (0.95).
The topic of adjustment was chosen considering that the subjects of the study were students of class VII and that this topic seemed to be appropriate both to be a research topic and for guidance topic as well. Students of class VII of Junior High School showed adjustment problems, since they entered a new school environment and met new friends and teachers.
The result of the study indicated that 3 students were categorized as having high adjustment level, 25 students were in medium level, and no one was on low level in terms of adjustment. The result also showed that among the unpopular students, 7 students were on high level, 125 students were on medium level, and no one was on low level in terms of adjustment.
Based on the items that did not indicate optimum result (items that were in low and medium category), some guidance topics were proposed as the implications of research results.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan, atas rahmat dan berkat-NYA sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Diucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan, dukungan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara khusus ucapan terima kasih ditujukan kepada :
1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan banyak bantuan dengan penuh kesabaran dan perhatian selama proses penulisan skripsi ini.
3. Drs. R.H. Dj. Sinurat, M.A., dan A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., sebagai dosen penguji yang memberi masukan yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Dra. C. Bekti Susilowati sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba alat.
5. Br. Valentinus Mario, FIC., M.Pd., sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6. Siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bekerjasama sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Orang tua dan kakak terkasih, dengan kesabarannya selalu memberi kasih sayang, motivasi dan doa selama proses penulisan skripsi ini.
8. Hendra dan kiyunk sebagai teman diskusi yang baik selama ini.
9. Teman-teman di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2005, yang telah menorehkan kenangan yang luar biasa dalam kehidupan penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
10. Anak-anak kos tutul 20 B yang banyak memberi tawa, dan yang memberi motivasi tersendiri dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis Veronika Desi D.S
DAFTAR ISI
HALAMAN HALAMAN JUDUL ...................................................................... ............... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ ............... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. .... iii HALAMAN MOTTO DAN PENGESAHAN ............................... ............... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM ............................................................ .... vi ABSTRAK .............................................................................................. .... vii
ABSTRACT ............................................................................................ .... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. .... ix DAFAR ISI ............................................................................................. .... xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... ... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. .... xiv BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ ....
1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ....
1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... ....
4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. ....
5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ ....
5 E. Definisi Operasional ...................................................................... ....
6 BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................... ....
8 A. Penyesuaian Diri ........................................................................... ....
8 1. Pengertian Penyesuaian Diri ................................................ ....
8 2. Karakter Individu yang Memiliki Penyesuaian Diri Positif ......
10 3. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Teman Sebaya ..................
12 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja ..
14 B. Status dan Pola Hubungan Sosial pada Remaja .................................
21 C. Penyesuaiain Diri Siswa terhadap Teman Sebaya pada Status Kelompok Sosial ............................................................................................ .....
24 D. Bimbingan ..................................................................................... .....
28
3. Program Bimbingan Pribadi-Sosial ........................................
30 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................... .....
32 A. Jenis Penelitian .............................................................................. .....
32 B. Subjek Penelitian ............................................................................ .....
32 C. Instrumen Penelitian ....................................................................... .....
34 1. Kuesioner Penyesuaian Diri .................................................. .....
34 2. Validitas Kuesioner .............................................................. .....
35 3. Reliabilitas Kuesioner .......................................................... .....
38 D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ....................................
39 1. Tahap Persiapan .................................................................. .....
39 2. Tahap Pelaksanaan ............................................................... .....
40 3. Teknik Analisis Data ............................................................ .....
40 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
43 A. Hasil Penelitian ............................................................................. .....
43 B. Pembahasan ................................................................................... .....
45
1. Deskripsi Penyesuaian Diri terhadap Teman Sebaya dari Siswa yang Populer dan Tidak Populer dikalangan Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta .........................................
45 2. Deskripsi Butir-butir Penyesuaian Diri terhadap Teman Sebaya..
48 BAB V : PENUTUP .................................................................................. .....
53 A. Kesimpulan .................................................................................... .....
53 B. Saran-saran .................................................................................... .....
53 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ .....
55 LAMPIRAN ............................................................................................. .....
57
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 .......................................................
33 Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Diri ......................................
35 Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas .................................
38 Tabel 4 Penggolongan Skor Subjek dan Skor Item dalam Tiga Kategori ........................................................................
42 Tabel 5 Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 .......................................
43 Tabel 6 Rincian Status Sosial Siswa Kelas VII .....................................
44 Tabel 7 Tingkat Penyesuaian Diri Siswa di SMP Kelas VII Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada Siswa yang Populer dan Tidak Populer ......................................................
44 Tabel 8 Hasil Kategori Penyesuaian Diri Per item Pada Siswa Kelas VII Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 .............
45 Tabel 9 Usulan Topik-topik Bimbingan sebagai Implikasi Hasil Penelitian
51
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Validitas ......................................................
57 Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas ..................................................
60 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ...................................................
61 Lampiran 4. Tabulasi Data Status Sosial dalam Sosiometri ................
65 Lampiran 5. Tabulasi Data Penyesuaian Diri Siswa ..........................
73 Lampiran 6. Satuan Pelayanan Bimbingan .......................................
89
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari di dalam suatu lingkungan masyarakat menimbulkan interaksi antar individu-individu yang berada di dalamnya. Individu yang berada dalam lingkungan sosial harus menyesuaikan diri
terhadap lingkungan dengan cara berinteraksi sebaik mungkin antara individu yang satu dan individu yang lainnya. Penyesuaian diri merupakan perilaku yang ditunjukkan untuk memenuhi tuntutan kelompok. Manusia hidup dalam masyarakat, maka tingkah lakunya tidak saja merupakan penyesuaian diri terhadap tuntutan fisik lingkungannya, melainkan juga merupakan penyesuaian diri terhadap tuntutan sosial.
Manusia harus sanggup menyesuaikan diri terhadap sekelilingnya untuk dapat melancarkan kehidupan sosialnya. Remaja awal sebagaimana warga masyarakat pada umumnya harus mampu menyesuaikan diri. Remaja akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, diantaranya adalah problematika pergaulan teman sebaya. Salah satu tugas perkembangan remaja ialah membina hubungan sosial dengan teman sebayanya. Tugas perkembangan itu dapat dipenuhi jika remaja mampu menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Penyesuaian diri sebagai salah satu tugas perkembangan remaja menjadi sedikit sulit karena remaja harus menyesuaikan diri dengan orang lain di luar lingkungan keluarganya, menyesuaikan dengan lawan jenis dalam hubungan yang mungkin sebelumnya belum pernah ada.
Pada lingkungan sekolah, anak belajar membina hubungan dengan teman-teman sekolahnya yang datang dari berbagai keluarga dengan status dan warna sosial yang berbeda. Kehadiran remaja di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dan sekaligus merupakan lingkungan baru yang sangat menantang dan mencemaskan bagi remaja (Ali & Asrori, 2005 : 96). Siswa berada dalam lingkungan sekolah dan harus menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, karena sebagian besar waktunya mereka habiskan bersama-sama teman sebayanya di sekolah. Di lingkungan sekolah dalam menuntut ilmu, siswa bersama dengan teman- temannya yang sebaya berinteraksi dalam kebersamaan. Melalui interaksi siswa di lingkungan sekolah lambat laun siswa menyadari dirinya sebagai pribadi yang berada dalam kelompok.
Para siswa kelas VII di SMP ialah mereka yang baru lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD), dan besar kemungkinan bahwa mereka merasakan suasana baru dalam berteman. Mereka bertemu dengan teman- teman di kelasnya yang tidak mereka kenal sebelumnya. Ada anak yang mampu melaksanakan penyesuaian diri dengan baik, tetapi ada anak yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya yang baru mereka kenal. Kemampuan menyesuaikan diri terlihat pada tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu.
Melalui interaksi dengan teman sebaya, remaja dapat memperoleh informasi baru tentang lingkungan diluar keluarga. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman sebaya. Apabila lingkungan sosial remaja memberi peluang secara positif, maka remaja akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Sebaliknya, jika lingkungan sosial memberi peluang negatif, maka perkembangan sosial remaja dapat terhambat. Selain itu melalui kelompok teman sebaya, kebutuhan remaja akan penghargaan dan cara bergaul dapat terpenuhi. Sebaliknya, jika penyesuaian anak kurang baik, tentu kegiatan belajar menjadi terganggu, tugas perkembangan anak pun menjadi terhambat. Menurut Ali & Asrori (2005 : 96) selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaiakan dirinya. Anak akan menyesuaiakan diri dengan kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.
Kemampuan remaja dalam menyesuaikan diri berbeda-beda, sehingga kelompok status sosial juga berbeda. Ada siswa yang menjadi populer diantara teman – temannya, dan ada juga yang terisolir atau tidak populer. Siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan teman sebayanya dapat bergaul baik, memiliki banyak teman atau lebih populer diantara teman - temannya. Siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan teman sebayanya cenderung sulit bergaul, terisolir, sulit berinteraksi dan terlihat tidak memiliki teman yang banyak.
Ketidakberhasilan remaja dalam melakukan penyesuaian diri disebabkan karena ketidakmampuannya dalam mengatasi masalah – masalahnya, seperti tidak tahu cara menjalin relasi dengan teman sebayanya ataupun tidak mampu mengatasi rasa malu. Kesulitan dalam melaksanakan penyesuaian diri dengan teman sebaya tentu dapat menimbulkan masalah, karena remaja dapat merasa tidak gembira, muncul perasaan ditolak, sehingga remaja menjadi tidak semangat dalam menjalankan kegiataannya di sekolah. Tugas perkembangan remaja pun menjadi terhambat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat penyesuaian diri siswa terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dan tidak populer di kalangan siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 tahun ajaran 2010/2011?
2. Elemen-elemen penyesuaian diri manakah yang terindentifikasi masih kurang, yang implikatif untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan di SMP Pangudi Luhur 1?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penyesuaian diri terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dan tidak populer di kalangan siswa kelas VII SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Mengidentifikasi elemen-elemen penyesuaian diri yang capaiannya belum memadai (kategori rendah dan sedang), yang implikatif untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan di SMP Pangudi Luhur 1.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dan memperkaya pengetahuan khususnya tentang penyesuaian diri terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dan tidak populer di kalangan siswa kelas IX di SMP Pangudi Luhur 1 tahun ajaran 2010/2011.
Untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bimbingan dan konseling berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap teman sebaya.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi guru BK, penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi tentang deskripsi penyesuaian diri siswa terhadap teman siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur 1, sehingga guru BK dapat memberikan layanan bimbingan yang tepat.
b.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberi tambahan informasi tentang penyesuaian diri siswa terhadap teman sebaya pada siswa yang populer dan tidak populer.
c.
Pagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pembanding dalam melakukan penelitian lain yang relevan.
E. Definisi Operasional
1. Penyesuaian diri terhadap teman sebaya adalah kemampuan individu berinteraksi pada segala kondisi yang ditandai dengan kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan tanggungjawab dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.
2. Status sosial populer adalah cerminan diterimanya seseorang oleh banyak teman sebaya di lingkungan sekitarnya.
3. Status sosial tidak populer adalah cerminan kurang diterimanya seseorang oleh banyak teman di lingkungan sekitarnya.
4. Siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur I adalah para siswa di kelas
VII yang menempuh pendidikan di SMP Pangudi Luhur I tahun ajaran 2010/2011.
5. Topik-topik bimbingan adalah tema atau pokok bimbingan yang akan dibahas atau diberikan kepada para siswa selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan penyesuaian dirinya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas kajian teoritis yang berkaitan dengan
masalah penelitian yaitu penyesuaian diri, status dan pola hubungan sosial pada remaja, penyesuaian diri siswa terhadap teman sebaya pada status kelompok sosial, dan program bimbingan pribadi-sosial.
A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri
Setiap individu diharapkan dapat mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan, memberikan reaksi yang tepat terhadap peristiwa yang dialami. Ada berbagai rumusan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang
autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk), sedangkan penyesuaian
diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Jadi, menurut Gerungan (1988: 55) penyesuaian diri ada artinya yang “pasif”, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”, dimana kita dipengaruhi lingkungan.
Hurlock (1978: 252) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri adalah perilaku yang ditunjukkan untuk memenuhi tuntutan kelompok. Hal ini mencerminkan kemauan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap, dan nilainya sesuai dengan tuntutan kelompok. Menurut Gerungan
(Mappiare, 1982: 156) penyesuaian diri itu merupakan suatu usaha dan kemampuan individu dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.
Penyesuaian diri juga diartikan sebagai suatu proses yang mencakup respons-respons mental dan tingkah laku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada (Ali & Asrori, 2005: 175). Sears (1991: 13) mengemukakan bahwa penyesuaian sosial merupakan alasan seseorang untuk menyesuaikan dirinya karena ingin diterima di dalam kelompok dan untuk menghindari celaan, jadi penyesuaian sosial sebenarnya adalah penyesuaian diri dengan orang lain. Dari berbagai pengertian penyesuaian diri oleh beberapa ahli, maka dapat disimpulkan penyesuaian diri adalah suatu kebutuhan agar seseorang dapat berhasil untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan terhadap kelompok, sehingga mampu mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.
Agar dapat melancarkan hidup bersama, setiap orang harus sanggup menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ada individu yang dapat menyesuaikan diri secara positif, namun ada individu yang melakukan penyesuaian yang salah atau negatif.
Menurut Desmita (2009: 194) dalam beberapa hal, reaksi penyesuaian diri dapat dipandang efisien, bermanfaat atau memuaskan, yang tidak terlepas dari situasi lingkungan yang dihadapinya. Artinya, individu dapat menyelaraskan tuntutan dalam dirinya dengan tuntutan lingkungannya dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya. Sebaliknya, jika reaksi-reaksinya tidak efisien, tidak memuaskan, maka bisa dikatakan sebagai penyesuaian diri yang kurang baik.
2. Karakteristik Individu yang Memiliki Penyesuaian Diri Positif
Menurut Desmita (2009: 195) penyesuaian diri yang baik berkaitan erat dengan kepribadian yang sehat. Penyesuaian diri yang sehat lebih merujuk pada konsep “sehatnya” kehidupan pribadi seseorang, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan lingkungannya. Menurut Desmita (2009: 195) penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu sebagai berikut:
a. Kematangan emosional yang mencakup: 1) Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan.
2) Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.
b. Kematangan intelektual yang mencakup: 1) Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya.
2) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.
c. Kematangan sosial yang mencakup:
1) Keterlibatan dalam partisipasi sosial. 2) Keakraban dalam pergaulan. 3)
Kesediaan kerja sama d. Tanggungjawab yang mencakup:
1) Sikap produktif dalam mengembangkan diri. 2) Kemampuan bertindak independen. Ali & Asrori (2005: 176) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik jika mampu melakukan respons-respons yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok.
Proses penyesuaian diri seseorang menurut Sunarto (Ali & Asrori, 2005:178) dapat ditunjukkan sebagai berikut:
a. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara obyektif sesuai dengan pertimbangan- pertimbangan rasional dan perasaan.
b. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya dan kenyataan obyektif di luar dirinya.
Bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif yang layak dikembangkan sehingga dapat menerima dan diterima lingkungan.
c.
Kemampuan bertindak secara dinamis, luwes, dan tidak kaku sehingga menimbulkan rasa aman, tidak dihantui kecemasan atau ketakutan.
d.
Rasa hormat terhadap sesama manusia dan mampu bertindak toleran, selalu menunjukkan rasa hormat serta mengerti dan menerima keadaan orang lain.
e.
Kesanggupan merespon frustasi, konflik, dan stres secara wajar, sehat sehingga dapat memperoleh manfaat tanpa harus menerima kesedihan yang mendalam.
f. Kesanggupan bertindak secara terbuka dan sanggup menerima kritik sehingga sanggup memperbaiki tindakan- tindakan yang tidak sesuai.
g. Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh lingkungannya serta selaras dengan hak dan kewajibannya.
h. Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, orang lain, dan segala sesuatu di luar dirinya sehingga tidak merasa tersisih dan kesepian.
3. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Teman Sebaya
Remaja awal baik laki-laki maupun perempuan memiliki kebutuhan dasar dalam berhubungan, antara lain menemukan teman yang tepat, yaitu teman yang memberikan rasa aman, pengertian dan tempat mendiskusikan masalahnya. Kebutuhan rasa aman menurut kamus besar indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang bekerja bersama-sama. Menurut Santrock (2003:227) dunia teman sebaya merupakan salah satu dari berbagai pengalaman bertemu dengan orang lain, berinteraksi dengan remaja-remaja lain yang tidak begitu mereka kenal dan dengan orang yang mereka kenal. Papalia, Olds & Feldman (2009: 95) menjelaskan bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat untuk membentuk hubungan dekat yang berfungsi sebagai latihan bagi hubungan yang akan mereka bina dimasa dewasa.
Kelompok teman sebaya merupakan suatu komunitas belajar dimana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi Santrock (2003:257). Menurut Peers (Santrock, 2003:219) yang merupakan teman sebaya adalah anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jadi, teman sebaya dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dengan tingkat usia yang sama.
Pada masa kanak-kanak, relasi terbatas hanya dengan orang tua dan anggota keluarga. Kemudian meningkat dalam relasi dengan tetangga dan teman-teman sekolah. Remaja mulai belajar bergaul dan berinteraksi dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya.
Remaja tidak lagi puas bermain sendirian atau melakukan kegiatan- kegiatan dengan anggota keluarga dan hubungan dengan teman sebayanya menjadi sangat penting. Hal ini dilakukan remaja agar mereka mendapat pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Pada banyak remaja, pendapat atau pandangan teman sebaya tentang dirinya menjadi aspek yang penting. Remaja akan melakukan apapun agar diterima dalam kelompok teman sebayanya (Santrock, 2003: 219).
Penerimaan dan penolakan dari teman sebaya bagi remaja dapat membuat pengaruh besar bagi pikiran, sikap, perasaan dan penyesuaian diri remaja. Akibat langsung dari penerimaan teman sebaya ialah rasa berharga dan perasaan berarti bagi kelompoknya. Hal ini akan menimbulkan rasa senang, gembira dan puas. Sarafino (1994: 102) menjelaskan bahwa dukungan sosial yang diperoleh dari teman sebaya dapat berupa kesenangan yang dirasakan, perhatian, penghargaan, atau bantuan dari kelompoknya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja
Menurut Desmita (2009: 195) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dapat dilihat dari konsep psikogenik. Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis. Pengalaman khusus ini lebih banyak berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek-aspek: a.
Hubungan orangtua-anak, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam keluarga, apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter yang mencangkup:
1) Penerimaan-penolakan orangtua terhadap anak. 2) Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada anak. 3) Sikap dominatif-integratif (permisi atau sharing). 4) Pengembangan sikap mandiri-ketergantungan.
b.
Iklim intelektual keluarga, yang merujuk pada sejauhmana iklim keluarga memberikan kemudahan bagi perkembangan intelektual anak, pengembangan berpikir logis atau irrasional, yang mencangkup:
1) Kesempatan untuk berdialog logis, tukar pendapat dan gagasan.
2) Kegemaran membaca dan minat kultural. 3) Pengembangan kemampuan memecahkan masalah. 4) Pengembangan hobi. 5) Perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar anak.
c. Iklim emosional keluarga, yang merujuk pada sejauhmana stabilitas hubungan dan komunikasi di dalam keluarga terjadi, yang mencangkup: 1) Intensitas kehadiran orangtua dalam keluarga.
2) Hubungan persaudaraan dalam keluarga. 3) Kehangatan hubungan ayah-ibu. Lebih lanjut Desmita (2009: 196) menjelaskan bahwa dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor lembaga sosial dimana individu terlibat di dalamnya. Bagi peserta didik, faktor sosiopsikogenik yang dominan mempengaruhi penyesuaian diri adalah lingkungan sekolah, yang mencakup: a.
Hubungan guru-siswa, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam sekolah, apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter, antara lain mencakup:
1) Penerimaan-penolakan guru terhadap siswa.
2) Sikap dominatif (otoriter, kaku, banyak tuntutan) atau integratif (sharing, menghargai dan mengenal perbedaan individu). 3) Hubungan yang bebas ketegangan ataupun penuh ketegangan.
b. Iklim intelektual sekolah, yang merujuk pada sejauhmana perlakuan guru terhadap siswa dalam memberikan kemudahan bagi perkembangan intelektual siswa sehingga tumbuh perasaan kompeten, antara lain mencakup:
1) Perhatian terhadap perbedaan individual siswa. 2) Intensitas tugas-tugas akhir. 3) Kecenderungan untuk mandiri atau berkonformitas pada siswa.
4) Sistem penilaian.
5) Kegiatan ekstrakurikuler. 6) Pengembangan inisiatif siswa. Menurut Ali & Asrori (2005: 93) faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan sosial antara lain : a.
Lingkungan Keluarga Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri.
Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental. Perasaan aman secara material berarti pemenuhan kebutuhan pakaian, makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada di luar kemampuan orangtua. Perasaan aman secara mental berarti pemenuhan oleh orangtua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan memberikan bantuan dalam menstabilkan emosinya.
b. Lingkungan Sekolah Kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun, jika salah satu kelompok lebih kuat dari lainnya, anak akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.
Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut :
a) Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain.
b) Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.
c) Anak dituntut untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.
d) Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima.
e) Anak dituntut untuk memahami orang lain.
Keempat tahap proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan sistem respons yang kompleks pula. Selama proses penyesuaian diri, sangat mungkin terjadi anak menghadapi konflik yang dapat berakibat pada terhambatnya perkembangan sosial mereka.
c.
Lingkungan Masyarakat Salah satu masalah yang dialami oleh remaja dalam proses sosialisasinya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja. Di satu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi kenyataannya di sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagaimana orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan, remaja masih sering dianggap anak kecil atau paling tidak dianggap belum mampu sehingga sering menimbulkan kekecewaan atau kejengkelan pada remaja. Keadaan semacam ini seringkali menjadi penghambat perkembangan sosial remaja.
Sebagaimana dalam lingkungan keluarga dan sekolah maka iklim kehidupan dalam masyarakat yang kondusif juga sangat diharapkan kemunculannya bagi perkembangan hubungan sosial remaja. Remaja tengah mengarungi perjalanan masa mencari jati diri sehingga faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat juga menjadi sesuatu yang sangat penting.
Salah satu keberhasilan remaja dalam penyesuaian sosial yang baik ialah kemampuan menjalin hubungan dengan teman-teman sebayanya. Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk masuk ke dalam suatu jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan seperti depresi, oleh karena itu penyesuaian diri remaja menjadi sangat berarti. Pada suatu penelitian Roff, Sells & Golden (Santrock, 2003: 220) menjelaskan hubungan teman sebaya yang buruk pada masa anak-anak berkaitan dengan berhenti dari sekolah dan kenakalan remaja lainnya. Pada penelitian lain oleh Hightower (Santrock, 2003: 220) hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif.
Pada masa remaja, persahabatan terutama dengan teman-teman sebaya lebih didasari oleh rasa solider. Remaja memang membutuhkan lingkungan pergaulan sebaya yaitu sahabat dan teman-teman barunya karena sesuai dengan kebutuhan perkembangan kerpibadian (Mulyono, 1986:20).
Menurut Rubin (Desmita, 2009: 227) hubungan pesahabatan dengan teman sebaya memainkan peranan yang penting dalam perkembangan psikososial anak diantaranya: a.
Sahabat memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu. Sahabat mengajarkan mengenai bagaimana berkomunikasi satu sama lain sehingga remaja memperoleh pengalaman belajar untuk mengenali kebutuhan dan minat orang lain, serta bagaimana bekerjasama dan mengelola konflik dengan baik.
b. Persahabatan memungkinan anak untuk membandingkan dirinya dengan individu lain, karena remaja biasanya menilai dirinya berdasarkan perbandingan dengan remaja lain.
c. Persahabatan mendorong munculnya rasa memiliki terhadap kelompok. Remaja menemukan sebuah organisasi sosial yang tidak hanya terdiri atas sekumpulan individu, tetapi juga mencakup adanya peran-peran, dan dukungan kelompok untuk melakukan aktivitas-aktivitas kelompok.
B. Status dan Pola Hubungan Sosial pada Remaja
Saat beranjak remaja, sistem sosial teman sebaya menjadi lebih rumit dan bervariasi (Papilia, Olds & Feldman, 2009: 95). Walaupun remaja tetap memiliki hubungan pertemanan satu lawan satu, klik, atau geng, stuktur kelompok pertemanan yang melakukan berbagai hal bersama-sama menjadi lebih penting. Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Hubungan sosial diartikan sebagai cara - cara individu bereaksi terhadap orang - orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya (Ali & Asrori, 2005: 85).
Menurut Winkel & Hastuti (2004: 297) status sosial tercermin dalam diterima atau tidak diterima seseorang oleh anggota-anggota kelompoknya. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota- anggota kelompok yang lepas dari kegiatan tertentu (Winkel & Hastuti, 2004: 297).
Hallinan (Desmita, 2009: 225) menggunakan teknik yang disebut sosiometri yaitu suatu teknik penelitian yang digunakan untuk menentukan status sosial dan penerimaan sosial anak diantara teman sebayanya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sosiometri kemudian status sosial dibedakan menjadi dua kelompok yaitu anak yang populer dan anak yang tidak populer.
Menurut Mappiare (1982: 170) dalam kelompok teman sebaya, adalah sebuah kenyataan bahwa ada remaja yang dapat diterima dan ada juga yang mengalami penolakan, yang disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat pribadi. Faktor-faktor pribadi yang membuat individu yang diterima dalam kelompok teman sebaya antara lain menyangkut :
1. Penampilan (Performance) dan perbuatan meliputi; tampang yang baik atau rapi serta aktif dalam urusan- urusan kelompok.
2. Kemampuan pikir antara lain meliputi; mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok dan mengemukakan buah pikirannya.
3. Sikap, sifat, perasaan antara lain; bersikap sopan, memperhatikan orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan dirinya, suka menyumbangkan pengetahuannya pada orang lain terutama anggota kelompok yang bersangkutan.
4. Pribadi, meliputi; jujur dan dapat dipercaya, bertanggungjawab dan suka menjalankan pekerjaannya, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial.
Ketiadaan atau kurangnya ciri-ciri tersebut oleh seorang remaja tidak langsung membuat remaja ditolak oleh kelompok teman sebayanya, tetapi keadaan tersebut menyebabkan remaja diabaikan atau kurang diterima dalam kelompok. Semakin banyak ciri-ciri tersebut tidak dipunyai maka membuat remaja semakin terabaikan. Lebih lanjut Mappiare (1982:
172) menyebutkan hal-hal yang membuat remaja ditolak oleh kelompoknya, antara lain menyangkut :
1. Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi; sering menentang, pemalu, dan senang menyendiri.
2. Kemampuan berfikir tidak terlalu baik.
3. Sikap, sifat meliputi; suka melanggar norma dan nilai-nilai kelompok, suka menguasai, suka memaksakan kemauan sendiri. Dalam layanan bimbingan dan konseling, ukuran penerimaan dan penolakan status sosial dapat digali melalui sosiometri yang bertujuan untuk mengetahui pilihan, komunikasi, pola interaksi dan struktur hubungan antar individu dalam suatu kelompok atau menyelidiki status sosial masing-masing anggota kelompok. Melalui sosiometri, guru BK mendapatkan tambahan informasi mengenai keadaan para siswa dan diharapkan ada tindak lanjut khususnya bagi para siswa yang tergolong terisolir.
C. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Teman Sebaya pada Status
Kelompok SosialMasa remaja merupakan masa untuk belajar yang diperolehnya sebagian besar di sekolah. Sekolah adalah tempat dimana remaja dapat belajar dan dapat bergaul dengan teman sebayanya. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebayanya dibanding orang tuanya (Conger, 1991). Tidak mengherankan jika pengaruh teman sebaya sangat besar terhadap kehidupan remaja, mengingat sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah bersama teman-teman. Menurut Mappiare (1982: 157) kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup besama orang lain yang bukan anggota keluarganya.
Menurut Hurlock (1980: 213) salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian diri pada lingkungan sosial. Remaja harus membuat penyesuaian diri untuk mencapai tujuan sosialisasi di lingkungan teman sebayanya yang baru.
Remaja harus menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang belum pernah dikenal sebelumya.