Peningkatan Pembelajaran geografi Pada Siswa SMA Negeri Model Terpadu Madani (Pendekatan Kuis Berjenjang) | Afrianti | GeoTadulako 5812 19246 1 PB
PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA SISWA SMA
NEGERI MODEL TERPADU MADANI (Pendekatan Kuis Berjenjang)
Yuliya Afrianti A 351 11 093
JURNAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2016
(2)
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Peningkatan Pembelajaran Geografi Pada Siswa SMA Negeri Model Terpadu Madani (Pendekatan kuis Berjenjang)
Penulis : Yuliya Afrianti Nomor Stambuk : A 351 11 093
Telah di periksa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Lilik Prihadi Utomo, M.Si Nurvita,S.Pd.,M.pd
Nip. 19560724 198703 1 003 Nip. 19801127 200604 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan P.IPS FKIP Koordinator Program Studi Universitas Tadulako Pendidikan Geogradi
Drs. Charles Kapile, M.Hum Nurvita. S.Pd, M.Pd
(3)
ABSTRAK
Yuliya Afrianti. 2016. Peningkatan Pembelajaran geografi Pada Siswa SMA Negeri Model Terpadu Madani (Pendekatan Kuis Berjenjang). Skripsi program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing (1) Lilik Prihadi Utomo, dan Pembimbing (II) Nurvita.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar geografi. Oleh kareana itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran geografi dengan cara pendekatan kuis berjenjang, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil kualitatif diperoleh dari hasil observasi guru pada siklus I pertemuan pertama 75% kedua 80% meningkat pada siklus II menjadi 87,5% pertemuan pertama dan 95% pertemuan kedua. Hasil observasi siswa pada siklus I pertemuan pertama 67% pertemuan kedua 72% meningkat pada siklus II menjadi 82,5% pertemuan pertama dan 90% pertemuan kedua. Hasil kuantitatif yaitu diperoleh dari hasil belajar siswa, hasil penelitian siklus I, hasil kuis awal 45,8% pada pertemuan pertama dan 59,1% pada perteman kedua, dan kuis akhir 63,6% pada pertemuan pertama dan 72,7% pada pertemuan kedua. Hasil belajar siswa diperoleh tuntas individu 13 siswa dan tidak tuntas individu 5 siswa dengan persentase daya serap klasikal 71,1% dan ketuntasan klasikal 72,2%. Hasil penelitian siklus II, hasil kuis awal 76,1% pada pertemuan ketiga dan 84,7% pada pertemuan empat dan kuis akhir 80,5% pada pertemuan ketiga dan 88,3% pada pertemuan empat. Hasil belajar diperoleh tuntas individu 17 siswa dan tidak tuntas 1 siswa dengan persentase daya serap klasikal 82,7% dan ketuntasan klasikal 94,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa di kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani.
(4)
ABSTRACT
Yuliya Afrianti. 2016. Increasing Geography Learning to the Students of SMA Negeri odel
Terpadu Madani (Ladder Quiz Approach). Skripsi of Geography Education Study Program, Social Sciences Education Department, Teacher Training and Education Faculty, Tadulako University. Supervisor (1) Lilik Prihadi Utomo, and Supervisor (II) Nurvita.
This research implemented of the eleventh grade students of IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani. The problems to this research is do ladder quiz can improve result of geography learning. Therefore this research purpose to improving result of studens learning to geography learning with ladder quiz approach, this research is class action research (PTK). Result of qualitative is obtained from result of teachers observation at cycle I first meeting 75% and second 80% improve at cycle II become 87,5% first meeting and 95% second meeting. Result of students observation at cycle I first meeting 67% and second meeting 72% improve at cycle II become 82,5% first meeting and 90% second meeting. Result of quantitative is abtained from result of students learning, result of research of cycle I, result of first quiz 45,8% to first meeting and 59,1% to second meeting, and last quiz 63,6% to first meeting and 72,7% to second meeting. Result of students learning is obtained complete of individual is 13 students and not complete individual is 5 students with percentage of obsorpsion of classical 71,1% and complete of classical 72,2%. Result of research to cycle II, result of first quiz 76,1% to third meeting and 84,7% to fourth meeting and last quiz 80,5% to third meeting and 88,3% to fourth meeting. Result of learning obtained complete individual is 17 students and not complete is 1 stidendt with percentage ob absorpsion of classical 82,7% and complete of classical 94,4%. So conchided that execution of ladder quiz can improve result of geography learning of the eleventh grade students of IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani.
(5)
I PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang brtujuan untuk mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar untuk mencapai tujuan tersebut dan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Aktivitas dalam mendidik yang merupakan suatu pekerjaan yang memiliki tujuan yang jelas, maka dalam pelaksanannya berada dalam suatu proses belajar mengajar yang berkesinambungan disetiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dengan suatu sistem pendidikan yang integral Djamarah (2005:2)
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru, oleh karena itu meningkatnya hasil belajar siswa sangatlah ditunjang oleh kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pengajar secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan potensi siswa, disamping itu guru juga mempunyai kemampuan memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dalam menemukan konsep, mengajarkan konsep secara bertahap dan akhirnya diharapkan dapat memperoleh hasil dari pengembangan. Oleh karena itu, peningkatan hasil belajar di tunjang oleh kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan strategi mengajar serta dapat menggunakan metode-metode yang tepat dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran geografi.
Berkaitan dengan pembelajaran hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar di kelas agar tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Madri (dalam Iswahyudi, 2012:1) bahwa terjadinya proses-proses pembelajaran ditandai dengan dua hal yaitu (1) Siswa menunjukkan minat dan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) Terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan.
Upaya merealisasikan kerangka dasar pendidikan seperti yang telah dipaparkan di atas, tentunya diperlukan usaha yang maksimal dari berbagai pihak. Dalam proses pembelajaran yang terjadi banyak guru yang masih menggunakan model konvensional yang memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru, hal itulah yang mengakibatkan kecenderungan siswa lebih pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu penyajian materi guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang
(6)
mereka butuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Di sisi lain mereka biasanya akan giat belajar baik di sekolah maupun di rumah ketika akan dilaksanakan ulangan, sehingga bahan yang diajarkan tidak akan bertahan lama dalam ingatan Nasrun (dalam Iswahyudi, 2001:2).
Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri Model Terpadu Madani, sekitar 65% siswa memiliki hasil belajar dengan nilai rata-rata terendah dibawah 70, sedangkan kriteria ketuntasan minimum adalah 75. Diketahui bahwa hasil belajar siswa terhadap pelajaran geografi relatif rendah dan juga siswa kurang tertarik pada materi geografi khususnya dikelas XI IPS.
Rendahnya hasil belajar disebabkan karena siswa cenderung kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas, selain itu juga proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu lebih dominan menggunakan metode ceramah. Kecenderungan siswa kurang aktif dan hanya menunggu meteri yang akan diajarkan oleh guru, terutama pada penggunaan metode ceramah yang memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Penerapan metode pembelajaran belum sepenuhnya dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Melihat permasalahan, maka perlu dilakukan upaya perbaikan dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan teknik kuis berjenjang. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Lantewana (2007), “bahwa dengan menggunakan teknik kuis berjenjang, siswa menjadi lebih siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena mereka akan belajar terlebih dahulu dirumah tentang materi yang akan diajarkan, selain itu latihan soal yang diberikan juga dapat memudahkan guru dalam kegiatan pembelajaran”. Jadi, melalui pemberian kuis berjenjang ini diharapkan dapat lebih efektif dalam menentukan kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi geografi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada siswa di kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu
Madani?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran geografi dengan cara pemberian kuis berjenjang.
(7)
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.3.1 Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan baru dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menjadi metode yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan khususnya dalam mengatasi masalah yang sering muncul dalam pembelajaran geografi di kelas.
1.3.2 Manfaat secara praktis a. Bagi Siswa
Kuis berjenjang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran, menjawab soal dengan cepat dan dapat mengaktifkan siswa dalam setiap mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan intelegensi siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Kuis berjenjang dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memilih variasi belajar yang dapat menarik minat belajar siswa.
c. Bagi Peneliti
Memberikan informasi yang berguna untuk memperluas wawasan para peneliti.
II METODE PENELITIAN
Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan pemberian kuis atau peningkatan proses dan hasil belajar. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif, artinya dalam penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran.
Penelitian ini pelaksanaannya terdiri dari beberapa siklus. Mulai siklus pertama sampai mendapatkan KKM yang ditentukan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Model Terpadu Madani. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan november 2015, dan bertempat di SMA Negeri Model Terpadu Madani. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS dengan jumlah 18 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan yang mempunyai karakteristik berbeda-beda seperti pada tingkat kemampuan dan motivasi.
Jenis data yang diperoleh adalah data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif.
(8)
a. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar siswa.
b. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap siswa dan guru.
Pengambilan data kuantitatif, diambil dari hasil tes belajar dengan hasil strategi pemberian kuis berjenjang dengan bentuk tes pilihan ganda dan bentuk esai yang mempunyai tingkatan : mudah, sedang, sulit. Data Kualitatif, diambil dari aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran saat pemberian kuis berjenjang.
Berdasarkan analisis data kualitatif (1) Mereduksi data, Mereduksi data adalah proses menyeleksi, mengumpulkan dan menyederhanakan semua data yang diperoleh sejak awal sampai akhir pengumpulan data. (2) Menyajikan data, Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemugkinan penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Yang di maksud informasi adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, aktifitas atau kinerja siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta hasil yang diperoleh dari data hasil observasi. Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya. (3) Penarikan kesimpulan, Penarikan kesimpulan adalah proses penampilan intisari terhadap hasil penafsiran tersebut. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta memberi penjelasan.
Pengelolahan data kualitatif diambil dari lembar hasil observasi kegiatan siswa dan guru yang diisi observer. Untuk analisis data observasi menggunaan analisis persentase skor yang diperoleh dari masing-masing indikator dijumlah dan hasilnya disebut jumlah skor. Dimana indikator sangat baik diberi skor (4), indikator baik diberi skor (3), indikator cukup diberi skor (2), dan indikator kurang diberi skor (1). Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal dikalikan dengan 100%, dengan rumus
Presentase nilai rata-rata (NR) = �� �ℎ � �
� � � � � x 10%
Kriteria tahap keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut: 80% ˂ NR ≤ 100% = Kriteria sangat baik
60% ˂ NR ≤ 80% = Kriteria baik 40% ˂ NR ≤ 60% = Kriteria cukup 20% ˂ NR ≤ 40% = Kriteria kurang
(9)
Dalam analisis data kuantitatif, digunakan untuk menganalisis hasil belajar, dengan rumus dari Depdikbud (Wirnawati, 2012:22)
a) Daya serap individu
DSI =skor yang diperoleh siswaskor maksimal siswa X %
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%. (Wirnawati, 2012:22
b) Ketuntasan belajar klasikal
KBK =banyak siswa yang tuntasjumlah siswa seluruhnya X %
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 75% siswa telah Tuntas secara klasikal (Wirnawati, 2012:23)
c) Daya serap klasikal
DSK =skor ideal seluruhnya X skor total persentase %
Indikator kinerja menurut Depdiknas (2001), antara lain sebagai berikut:
Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika nilai kuis berjenjang dan nilai evaluasi akhir siklus memenuhi ketuntasan klasikal belajar siswa yaitu mencapai 85% dan daya serap siswa secara individu mencapai 65%.
Indikator pembelajaran penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu hasil observasi aktifitas siswa dan observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan mengunakan metode kuis berjenjang. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika kedua aspek tersebut berbeda dalam kategori minimal baik, yaitu 60% < NR ≤ 80%.
III HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Siklus I
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan siklus 1 adalah memberikan tes kemampuan awal, tes yang di uraikan berjumlah 5 soal yang diikuti 18 siswa, data yang diperoleh bahwa hasil tes secara umum siswa belum memahami konsep, sehingga perlu dilakukan suatu teknik belajar yang memudahkan siswa memahami materi. Selanjutnya pelaksanaan tindakan pembelajaran disesuaikan dengan skenario pembelajaran. 4.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Hasil observasi aktivitas guru siklus I secara singkat dapat dilihat pada tabel 4.1 sasaran utama observasi ini adalah untuk melihat aktivitas guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
(10)
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
NO. Indikator yang Diamati Pertemuan
1 2
1. Kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran 3 4
2. Memberikan kuis awal 3 3
3. Memotivasi siswa 3 3
4. Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran 2 3
5. Menjelaskan materi pembelajaran 3 4
6. Meminta siswa untuk memberikan pertanyaan atau tanggapannya 3 3
7. Memberikan jawaban dari pertanyaan siswa 3 2
8. Membimbing siswa menyimpulkan materi 3 3
9. Memberikan kuis akhir 3 3
10. Menutup kegiatan pembelajaran 4 4
Jumlah skor yang diperoleh 30 32
Skor Maksimal 40 40
% Nilai Rata-rata 75% 80%
Sumber : Olah Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015
Berdasarkan data hasil observasi aktivitas guru siklus I pada Tabel 4.1 untuk pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 30 sedangkan pertemuan kedua jumlah skor 32 dari jumlah skor maksimal 40. Diperoleh presentase nilai rata-rata (NR) pada pertemuan pertama adalah 75% dan pertemuan kedua 80%. Berdasarkan data kreteria taraf keberhasilan guru tergolong kategori ”Baik”.
4.1.3 Hasil Observasi Aklivitas Siswa Siklus I
Hasil observasi aktivitas siswa siklus I singkat dapat dilihat pada Tabel 4.2 sasaran utama observasi ini adalah untuk melihat siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aklivitas Siswa Siklus I
NO. Indikator yang Diamati Pertemuan
1 2
1. Kesiapan siswa dalam melaksanakan pembelajaran 3 4
2. Mengerjakan kuis awal 2 2
3. Menyimak penjelasan guru mengenai apersepsi 2 2
4. Menyimak topik dan tujuan pembelajaran 3 3
5. Memperhatikan penjelasan tentang materi pembelajaran 3 3
6. Siswa memberikan pertanyaan atau tanggapan 3 3
7. Mendengarkan jawaban guru 3 3
8. Siswa menyimpulkan meteri 3 3
9. Mengerjakan kuis akhir 2 3
10. Mengikuti kegiatan akhir pembelajaran 3 3
Jumlah skor yang diperoleh 27 29
Skor Maksimal 40 40
% Nilai Rata-rata 67% 72%
Sumber : Olah Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015
Berdasarkan data hasil obserasi aktivitas siswa silkus I pada tabel 4.2 untuk pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 27 dan pertemuan kedua jumlah skor 29 dan jumlah skor maksimal 40. Diperoleh presentase nilai rata-rata (NR) pada pertemuan
(11)
pertama yaitu 67% dan pertemuan kedua 72%. Berdasarkan data kriteria keberhasilan tindakan, maka dapat diketahui bahwa aktivitas siswa tergolng “Baik”. D
4.1.4 Proses belajar siswa Siklus I
Proses belajar adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik, dimana kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa dibawah bimbingan guru. Namun selama proses belajar berlangsung, peserta didik tidak serta merta dapat menguasai atau memahami seluruh materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Terbukti hasil belajar siswa yang telah diobservasi dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa nilai pertemuan pertama dan kedua terlihat berbeda. Nilai tertinggi siswa diperoleh pada pertemuan kedua yaitu sebesar 72% sedangkan pertemuan pertama yaitu 67%. Beberapa asumsi yang dapat dikemukakan mengapa hal tersebut dapat terjadi diantaranya: (1) kurangnya perhatian siswa terhadap guru ketika pembelajaran berlangsung disebabkan karena materi yang disajikan dirasa kurang menarik, (2) beberapa siswa tidak memiliki materi pegangan pribadi yang dapat di gunakan dalam pembelajaran.
4.1.5 Hasil Kuis Berjenjang Siklus I
Sebelum dilaksanakan tindakan kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan tes kemampuan awal kepada siswa. Tes ini diberikan dengan bentuk soal soal pilihan ganda. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dan tingkat pemahaman sebelum diberikan tindakan. Kemudian sebelum masuk proses belajar mengajar dilakukan kuis awal. Setelah proses belajar mengajar siswa kembali diberikan kuis akhir yang bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil analisis kuis berjenjang siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Kuis Siswa Siklus I
No Aspek Perolehan
Hasil/Pertemuan
Pertama Kedua
1. Kuis Awal 45,8% 59,1%
2. Kuis Akhir 63,6% 72,7%
Sumber : Analisis Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015
Berdasarkan data hasil analisis kuis berjenjang siswa siklus I pada Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh siswa masih tergolong rendah. Yaitu nilai kuis awal yang diperoleh sebesar 45,8% pada pertemuan pertama, kemudian meningkat menjadi 59,1% pada pertemuan kedua dengan selisih 13,3%. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pemberian kuis akhir yaitu 63,6% pada pertemuan pertama, meningkat menjadi 72,7% pada pertemuan kedua dengan selisih 9,1%.
(12)
4.1.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I
Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan tehnik kuis berjenjang, maka kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes kepada siswa yang merupakan akhir tindakan siklus I. Tes yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 20 nomor. Hasil tes analisis tes akhir tindakan siklus I secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Akhir Tindakan Siklus I
No Aspek Perolehan Hasil
1. Skor tertinggi 90
2. Skor terendah 30
3. Jumlah siswa keseluruhan 18
4. Banyaknya siswa yang tuntas 13
5. Banyaknya siswa yang belum tuntas 5
6. Presentase ketuntasan klasikal 72,2%
7. Presentase daya serap klasikal 71,1%
Sumber : Analisis Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015 4.1.7 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru, hasil kuis berjenjang siswa dan hasil tes akhir tindakan, maka peneliti merencanakan tindakan yang lebih efektif untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik pada siklus berikutnya.
Adapun kelemahan dari pelaksanaan silus I beserta analisis penyebabnya dan rekomendasi dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Kelemahan, Analisis Penyebab dan Rekomendasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi
1. Siswa belum termotivasi dengan baik
Siswa belum terbiasa dengan penerapan kuis berjenjang, karena mereka terbiasa dengan metode ceramah
Guru berusaha agar siswa lebih termotivasi dalam proses belajar mengajar
2. Kurangnya kemampuan siswa
dalam mengkaji dan memahami materi
Kurangnya siswa
memperhatikan materi yang diberikan
Guru berusaha memotivasi siswa sehingga siswa lebih memperhatikan materi yang diberikan
3. Kurangnya kemampuan siswa
mengajukan dan menjawab
pertanyaan
Siswa kurang berani
memberikan oertanyaan dan pendapatnya
Guru berusaha memotivasi siswa sehingga lebih berani dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapatnya 4. kurangnya kemampuan siswa
mengerjakan kuis-kuis yang diberikan. Hanya sebagian siswa yang dapat mengerjakan
Waktu yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran sangat singkat untuk pelaksanan kuis sehingga hanya beberapa orang siswa yang mendominasi
Guru berusaha memotivasi siswa sehingga lebih aktif dalam mengerjakan kuis dan memanfaatkan waktu sefektif mingkin
(13)
1.1.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Hasil observasi aktivitas guru siklus II secara singkat dapat dilihat pada tabel 4.6 sasaran utama observasi ini adalah untuk melihat aktivitas guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
NO. Indikator yang Diamati Pertemuan
1 2
1. Kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran 4 4
2. Memberikan kuis awal 3 4
3. Memotivasi siswa 4 4
4. Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran 3 3
5. Menjelaskan materi pembelajaran 4 4
6. Meminta siswa untuk memberikan pertanyaan atau tanggapannya 3 4
7. Memberikan jawaban dari pertanyaan siswa 3 3
8. Membimbing siswa menyimpulkan materi 4 4
9. Memberikan kuis akhir 3 4
10. Menutup kegiatan pembelajaran 4 4
Jumlah skor yang diperoleh 35 38
Skor Maksimal 40 40
% Nilai Rata-rata 87,5% 95%
Sumber : Olah Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015
Berdasarkan data hasil observasi aktivitas guru siklus II pada Tabel 4.1 untuk pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 35 sedangkan pertemuan kedua jumlah skor 38 dari jumlah skor maksimal 40. Diperoleh presentase nilai rata-rata (NR) pada pertemuan pertama adalah 87,5% dan pertemuan kedua 95%. Berdasarkan data kreteria taraf keberhasilan guru tergolong kategori ”Sangat Baik”.
4.1.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Hasil observasi aktivitas siswa siklus II singkat dapat dilihat pada Tabel 4.7 sasaran utama observasi ini adalah untuk melihat siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
NO. Indikator yang Diamati Pertemuan
1 2
1. Kesiapan siswa dalam melaksanakan pembelajaran 4 4
2. Mengerjakan kuis awal 3 3
3. Menyimak penjelasan guru mengenai apersepsi 3 3
4. Menyimak topik dan tujuan pembelajaran 3 4
5. Memperhatikan penjelasan tentang materi pembelajaran 4 4
6. Siswa memberikan pertanyaan atau tanggapan 3 4
7. Mendengarkan jawaban guru 4 4
8. Siswa menyimpulkan meteri 3 4
9. Mengerjakan kuis akhir 3 3
10. Mengikuti kegiatan akhir pembelajaran 3 3
Jumlah skor yang diperoleh 33 36
(14)
% Nilai Rata-rata 82,5% 90%
Sumber : Olah Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015
Berdasarkan data hasil obserasi aktivitas siswa silkus II pada tabel 4.7 untuk pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 33 dan pertemuan kedua jumlah skor 36 dan jumlah skor maksimal 40. Diperoleh presentase nilai rata-rata (NR) pada pertemuan pertama yaitu 82,5% dan pertemuan kedua 90%. Berdasarkan data kriteria keberhasilan tindakan, maka dapat diketahui bahwa aktivitas siswa tergolng “Sangat Baik”. Data lengkap analisis observasi aktivitas siswa siklus II disajikan pada (Lampiran 07 : Hal 114).
4.1.10 Proses Belajar Siswa Siklus II
Ketika hasil belajar pada siklus I belum mencapai KKM, selanjutnya dilakukan proses belajar dimana tujuannya yaitu agar nilai hasil belajar pada siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam memberikan materi. Hasil observasi pada siklus II terlihat nilai siswa mengalami peningkatan (lihat tabel 4.7). peningkatan ini tidak terlepas dari peran guru yang seharusnya dapat belajar dari pengalaman mengajar sebelumnya. Guru yang kreatif adalah ketika mereka mampu melakukan perbaikan pada siswa yang memiliki nilai hasil rendah menjadi siswa dengan nilai yang setidaknya mencapai KKM. Perbedaan nilai pada siklus I dan II dipengaruhi oleh faktor yaitu perubahan gaya atau metode mengajar guru. Dimana sebelumnya guru mengajar konvensional menggunakan metode ceramah satu arah dengan papan tulis dan spidol lazim digunakan kemudian dirubah dengan pembelajaran lain yang dapat merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
4.1.11 Hasil Kuis Berjenjang Siklus II
Hasil analisis kuis siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Analisis Kuis Siklus II
No Aspek Perolehan Hasil/Pertemuan
Ketiga Keempat
1. Kuis Awal 76,1% 84,7%
2. Kuis Akhir 80,5% 88.3%
Sumber : Analisis Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015
Berdasarkan data hasil analisis kuis berjenjang siswa siklus II pada Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh siswa meningkat dibandingkan dengan nilai kuis yang diperoleh pada siklus I. Yaitu nilai kuis awal yang diperoleh sebesar 76,1% pada pertemuan ketiga, kemudian meningkat menjadi 84,7% pada pertemuan keempat dengan selisih 8,6%.
(15)
Sedangkan hasil yang diperoleh dari pemberian kuis akhir yaitu 80,5% pada pertemuan ketiga, meningkat menjadi 88,3% pada pertemuan keempat dengan selisih 9,8.
4.1.12 Hasil Belajar Siswa Siklus II
Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan tehnik kuis berjenjang, maka kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes kepada siswa yang merupakan akhir tindakan siklus II. Tes yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 20 nomor. Hasil tes analisis tes akhir tindakan siklus I secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Akhir Tindakan Siklus II
No Aspek Perolehan Hasil
1. Skor tertinggi 100
2. Skor terendah 50
3. Jumlah siswa keseluruhan 18
4. Banyaknya siswa yang tuntas 16
5. Banyaknya siswa yang belum tuntas 1
6. Presentase ketuntasan klasikal 94,4%
7. Presentase daya serap klasikal 82,7%
Sumber : Analisis Data SMA Negeri Model Terpadu Madani Tahun 2015 4.1.13 Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasiaktivitas siswa dan guru, hasil kuis berjenjang siswa, dan tes akhir tindakan pada pembelajaran siklus II, dilakukan refleksi untuk mengetahui pengaruh dari pemberian tindakan. Adapun kekurangan pelaksanaan tindakan hasil pelaksanan siklus II beserta analisis penyebab dan rekomendasinya dapt dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 kelemahan, Analisis Penyebab dan Rekomendasi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi
1. Kurangnya kemampuan siswa
dalam mengerjakan kuis
berjenjang
Masih adanya siswa kurang memperhatikan saat pemberian kuis berjenjang. Hal tersebut terlihat dari masih adanya 1 orang siswa yang tidak tuntans secara individu
Mengetahui teknik
penguasaan dan menerapkan dalam kegiatan pembelajaran.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Model Terpadu Madani, yang menjadi sebjek penelitian adalah kelas XI IPS. Materi yang diajarkan mengenai potensi geografis Indonesia dengan menerapkan kuis berjenjang.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan dua siklus yang mengacu pada pendekatan kuis berjenjang. Pada siklus I dan II dilakukan penelitian dengan dua kali
(16)
pertemuan. Selain itu peneliti juga melakukan observasi kegiatan guru dan siswa yang dilaksanakan setiap kali pertemuan tatap muka di kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan motivasi terhadap siswa setelah diterapkanya pendekatan kuis berjenjang. Pada penelitian tersebut antara peneliti dan guru secara kolaboratif merancang dan melaksanakan pembelajaran. Peneliti yang merancang pembelajaran dan guru yang menerapkan di dalam kelas, dan peneliti hanya bertindak sebagai observer.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru yang tujuanya adalah untuk melihat bagaimana aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru pada saat menerapkan pembelajaran. Aktivitas ini dilakukan setiap kali pertemuan di kelas, sehingga pada siklus I aktivitas guru dan masing-masing dilaksanakan dua kali tatap muka di kelas. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: aktivitas guru siklus I pada pertemuan 1 diperoleh 75%, pertemuan 2 diperoleh 80%. Dan pada aktivitas guru siklus II pada pertemuan I diperoleh 87,5%, pertemuan 2 diperoleh 95%. lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram aktivitas guru siklus I dan siklus II di bawah ini :
Diagram Hasil Observasi Guru Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
JST =Jumlah Skor Total JSM =Jumlah Skor Maksimal PNR =Persentase Nilai Rata-Rata
Berdasarkan diagram diatas aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dan 2 berdasarkan aspek yang diamati terdapat 40 jumlah skor maksimal dan jumlah skor total pada pertemuan I sebanyak 30 dan pertemuan 2 sebanyak 32. dengan kenaikan persentase nilai rata-rata pada siklus I pertemuan 1 dan 2 sebanyak 5% sedangkan pada aktivitas guru
PERTEMUAN I PERTEMUAN II PERTEMUAN I PERTEMUAN II
30 32
35
38
40 40 40 40
75% 80% 87,5% 95%
SIKLUS I SIKLUS II
JST JSM PNR
(17)
pada siklus II pertemuan 1 jumlah skor total sebanyak 35 dan pada pertemuan 2 sebanyak 38 dengan kenaikan persentase nilai rata-rata pada siklus II pertemuan 1 dan 2 sebesar 7,5% Selain aktivitas guru juga perlu dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berlangsung yang disampaikan oleh guru mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram aktivitas siswa siklus I dan siklus II di bawah ini:
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
JST =Jumlah Skor Total JSM =Jumlah Skor Maksimal PNR =Persentase Nilai Rata-Rata
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa pada siklus I diperoleh hasil bahwa pada pertemuan 1 dan 2 aspek yang diamati terdapat 40 jumlah skor maksimal dan jumlah skor total yang diperoleh pada pertemuan 1 sebanyak 27 dan pertemuan 2 sebanyak 29 dengan kenaikan persentase nilai rata-rata sebanyak 5% sedangkan pada aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 jumlah skor total yang diperoleh sebanyak 33 dan pertemuan 2 sebesar 36 dengan kenaikan perdentase nilai rata-rata sebanyak 7,5%.
Kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I dan II secara langsung, menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada siklus I pemberian kuis awal, dimana hasil yang diperoleh masih tergolong rendah yaitu sebesar 45,8% pada pertemuan pertama dan 59,1% pada perteman kedua. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pemberian kuis akhir yaitu sebesar 63,6% pada pertemuan pertama dan 72,7% pada pertemuan kedua. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat di siklus II, yaitu hasil pemberian kuis awal, dimana hasil yang diperoleh yaitu sebesar 76,1% pada
PERTEMUAN I PERTEMUAN II PERTEMUAN I PERTEMUAN II
27 29
33
36
40 40 40 40
67% 72% 82,5% 90%
SIKLUS I SIKLUS II
JST JSM PNR
(18)
pertemuan ketiga dan 84,7% pada pertemuan keempat. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pemberian kuis akhir yaitu sebesar 80,5% pada pertemuan ketiga dan 88,3% pada pertemuan keempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram hasil analisis kuis siklus I dan siklus II di bawah ini:
Diagram Hasil Analisis Kuis Siklus I dan Siklus II
Selain observasi terhadap aktivitas siswa, guru dan hasil kuis, juga dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa pada akhir materi diberikan. Hasilnya adalah dari jumlah siswa kelas XI IPS 18 orang dari hasil tersebut diperoleh siswa yang tuntas secara individu adalah 13 siswa dan yang tidak tuntas adalah 5 siswa dengan ketuntasan belajara klasikal (KBK) sebanyak 72,2% dan daya serap klasikal sebanyak 71,1%. Dapat dilihat dari diagram dibawa ini kenaikan hasil siklus I dan siklus II.
Diagram Hasil Analisis Akhir Tindakan Siklus I dan Siklus II
Keterangan :
DSK = Daya Serap Klasikal
PERTEMUAN I PERTEMUAN II PERTEMUAN I PERTEMUAN II
45,8%
59,1%
76,1%
84,7%
63,6%
72,7%
80,5%
88,3%
SIKLUS I SIKLUS II
KUIS AWAL
KUIS AKHIR
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
SIKLUS I SIKLUS II
71,1%
82,7% 72,2%
94,4%
DSK
(19)
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa daya serap klasikal pada siklus I sebesar 71,1 % sedangkan pada siklus II daya serap klasikal mencapai 82,7% dengan kenaikan persentase sebesar 11,6% sedangkan pada ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 72,2% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 94,4% dengan kenaikan sebesar 22,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kuis berjenjang mampu memberikan peningkatan hasil belajar dan memotivasi siswa untuk berfikir kreatif dan aktif dalam memecahkan sebuah masalah.
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, sehingga membuktikan bahwa dengan penggunaan kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Lantewana (2007), bahwa pelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dengan pemberian kuis-kuis dan sesudah kegiatan pembelajaran, karena siswa akan belajar terlebih dahulu dirumah tentang materi yang akan diajarkan, selain itu latihan soal yang diberikan juga dapat mengingatkan kembali inti-inti pelajaran yang telah dipelajari sehingga dapat memudahkan guru dalam kegiatan pembelajaran.
IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada siswa di kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari siklus kesiklus dan didukung oleh data observasi aktivitas guru dan siswa yang persentasi keberhasilannya mengalami peningkatan dan berada dalam kategori sangat baik atau tuntas dalam proses pembelajaran.
4.3 Saran
Pengunaan kuis berjenjang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi guru yang akan mengunakan pembelajaran ini harus memperhatikan pengalokasian waktu yang tepat saat pemberian kuis. Bagi kepala sekolah agar dapat memotifasi guru dalam memaksimalkan pembelajaran dikelas.
(20)
V DAFTAR PUSTAKA
Adrian. 2008. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa.
Afriana. 2012. Peningkatan hasil belajar biologi dengan pemberian kuis berjenjang di SMP Negeri 1 Sindue Desa Toaya Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Mipa Universitas Tadulako.
Ciligelusi. S., J. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. ITB. Bandung. Daniel, P.J, 1983. Keterangan Bertanya Menjelaskan. Jakarta. Erlangga.
Depdikbud. 2001. Pelangi Pendidikan. Depdikbud. Jakarta.
Depdiknas. 2001. Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta
Djamarah, S. 2005. Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Oemar, H. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta
Iswahyudi. 2012. Meningkatkan hasil belajar materi geografi melalui pelaksanaan kuis berjenjang pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Marawola.
Skripsi. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Tadulako.
Jennah, A, dkk. 2013. Panduan tugas akhir (skripsi) & artikel penelitian. Palu: FKIP Universitas Tadulako
Jihad, A dan Haris, A. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo. Yokyakarta. Lantewana, K. 2007. Peningkatan Hasil Belajar IPA Fisika Dengan Pemberian
Kuis Berjenjang pada Kelas II Negeri 4 Sindue. Universitas Negeri Tadulako, skripsi. palu
Paizaliddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Alfabeta. Bandung Silberman, M. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran. Yogyakarta:
PT Pustaka Insan Madani.
Slameto. 2003. Belajardan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Citra Sofa. 2008. Pembelajaran Geografi demgan menggunakan Model Pemberian
tugas pendahuluan di Rumah. http://massofa.wordpress.com/2008/01/07. (Oneline). Diakses : Rabu 23 Desember 2015
Sudjana. 1991. Penelitian Proses Hasil Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
(21)
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Bandung.
Toha, C. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.
Wirnawati. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle Pada Subkonsep Pencemaran Air Di Kelas VIIB SMP Negeri 2 Ampibabo.Skripsi. Palu: FKIP Universitas Tadulako
Yasa. 2008. Aktivitas Belajar. http://Yasa@aktivitas belajar.id. (Online). Diakses: Selasa 29 Desember 2015.
(1)
pertemuan. Selain itu peneliti juga melakukan observasi kegiatan guru dan siswa yang dilaksanakan setiap kali pertemuan tatap muka di kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan motivasi terhadap siswa setelah diterapkanya pendekatan kuis berjenjang. Pada penelitian tersebut antara peneliti dan guru secara kolaboratif merancang dan melaksanakan pembelajaran. Peneliti yang merancang pembelajaran dan guru yang menerapkan di dalam kelas, dan peneliti hanya bertindak sebagai observer.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru yang tujuanya adalah untuk melihat bagaimana aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru pada saat menerapkan pembelajaran. Aktivitas ini dilakukan setiap kali pertemuan di kelas, sehingga pada siklus I aktivitas guru dan masing-masing dilaksanakan dua kali tatap muka di kelas. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: aktivitas guru siklus I pada pertemuan 1 diperoleh 75%, pertemuan 2 diperoleh 80%. Dan pada aktivitas guru siklus II pada pertemuan I diperoleh 87,5%, pertemuan 2 diperoleh 95%. lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram aktivitas guru siklus I dan siklus II di bawah ini :
Diagram Hasil Observasi Guru Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
JST =Jumlah Skor Total JSM =Jumlah Skor Maksimal PNR =Persentase Nilai Rata-Rata
Berdasarkan diagram diatas aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dan 2 berdasarkan aspek yang diamati terdapat 40 jumlah skor maksimal dan jumlah skor total pada pertemuan I sebanyak 30 dan pertemuan 2 sebanyak 32. dengan kenaikan persentase nilai rata-rata pada siklus I pertemuan 1 dan 2 sebanyak 5% sedangkan pada aktivitas guru
PERTEMUAN I PERTEMUAN II PERTEMUAN I PERTEMUAN II
30 32
35
38
40 40 40 40
75% 80% 87,5% 95%
SIKLUS I SIKLUS II
JST JSM PNR
(2)
pada siklus II pertemuan 1 jumlah skor total sebanyak 35 dan pada pertemuan 2 sebanyak 38 dengan kenaikan persentase nilai rata-rata pada siklus II pertemuan 1 dan 2 sebesar 7,5% Selain aktivitas guru juga perlu dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berlangsung yang disampaikan oleh guru mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram aktivitas siswa siklus I dan siklus II di bawah ini:
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
JST =Jumlah Skor Total JSM =Jumlah Skor Maksimal PNR =Persentase Nilai Rata-Rata
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa pada siklus I diperoleh hasil bahwa pada pertemuan 1 dan 2 aspek yang diamati terdapat 40 jumlah skor maksimal dan jumlah skor total yang diperoleh pada pertemuan 1 sebanyak 27 dan pertemuan 2 sebanyak 29 dengan kenaikan persentase nilai rata-rata sebanyak 5% sedangkan pada aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 jumlah skor total yang diperoleh sebanyak 33 dan pertemuan 2 sebesar 36 dengan kenaikan perdentase nilai rata-rata sebanyak 7,5%.
Kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I dan II secara langsung, menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada siklus I pemberian kuis awal, dimana hasil yang diperoleh masih tergolong rendah yaitu sebesar 45,8% pada pertemuan pertama dan 59,1% pada perteman kedua. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pemberian kuis akhir yaitu sebesar 63,6% pada pertemuan pertama dan 72,7% pada pertemuan kedua. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat di siklus II, yaitu hasil pemberian kuis awal, dimana hasil yang diperoleh yaitu sebesar 76,1% pada
PERTEMUAN I PERTEMUAN II PERTEMUAN I PERTEMUAN II
27 29
33
36
40 40 40 40
67% 72% 82,5% 90%
SIKLUS I SIKLUS II
JST JSM PNR
(3)
pertemuan ketiga dan 84,7% pada pertemuan keempat. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pemberian kuis akhir yaitu sebesar 80,5% pada pertemuan ketiga dan 88,3% pada pertemuan keempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram hasil analisis kuis siklus I dan siklus II di bawah ini:
Diagram Hasil Analisis Kuis Siklus I dan Siklus II
Selain observasi terhadap aktivitas siswa, guru dan hasil kuis, juga dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa pada akhir materi diberikan. Hasilnya adalah dari jumlah siswa kelas XI IPS 18 orang dari hasil tersebut diperoleh siswa yang tuntas secara individu adalah 13 siswa dan yang tidak tuntas adalah 5 siswa dengan ketuntasan belajara klasikal (KBK) sebanyak 72,2% dan daya serap klasikal sebanyak 71,1%. Dapat dilihat dari diagram dibawa ini kenaikan hasil siklus I dan siklus II.
Diagram Hasil Analisis Akhir Tindakan Siklus I dan Siklus II
Keterangan :
DSK = Daya Serap Klasikal
PERTEMUAN I PERTEMUAN II PERTEMUAN I PERTEMUAN II 45,8%
59,1%
76,1%
84,7% 63,6%
72,7%
80,5%
88,3%
SIKLUS I SIKLUS II
KUIS AWAL KUIS AKHIR
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
SIKLUS I SIKLUS II
71,1%
82,7% 72,2%
94,4%
DSK
(4)
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa daya serap klasikal pada siklus I sebesar 71,1 % sedangkan pada siklus II daya serap klasikal mencapai 82,7% dengan kenaikan persentase sebesar 11,6% sedangkan pada ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 72,2% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 94,4% dengan kenaikan sebesar 22,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kuis berjenjang mampu memberikan peningkatan hasil belajar dan memotivasi siswa untuk berfikir kreatif dan aktif dalam memecahkan sebuah masalah.
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, sehingga membuktikan bahwa dengan penggunaan kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Lantewana (2007), bahwa pelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dengan pemberian kuis-kuis dan sesudah kegiatan pembelajaran, karena siswa akan belajar terlebih dahulu dirumah tentang materi yang akan diajarkan, selain itu latihan soal yang diberikan juga dapat mengingatkan kembali inti-inti pelajaran yang telah dipelajari sehingga dapat memudahkan guru dalam kegiatan pembelajaran.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kuis berjenjang dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada siswa di kelas XI IPS SMA Negeri Model Terpadu Madani. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari siklus kesiklus dan didukung oleh data observasi aktivitas guru dan siswa yang persentasi keberhasilannya mengalami peningkatan dan berada dalam kategori sangat baik atau tuntas dalam proses pembelajaran.
4.3 Saran
Pengunaan kuis berjenjang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi guru yang akan mengunakan pembelajaran ini harus memperhatikan pengalokasian waktu yang tepat saat pemberian kuis. Bagi kepala sekolah agar dapat memotifasi guru dalam memaksimalkan pembelajaran dikelas.
(5)
V DAFTAR PUSTAKA
Adrian. 2008. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa.
Afriana. 2012. Peningkatan hasil belajar biologi dengan pemberian kuis berjenjang di SMP Negeri 1 Sindue Desa Toaya Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Mipa Universitas Tadulako.
Ciligelusi. S., J. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. ITB. Bandung. Daniel, P.J, 1983. Keterangan Bertanya Menjelaskan. Jakarta. Erlangga.
Depdikbud. 2001. Pelangi Pendidikan. Depdikbud. Jakarta.
Depdiknas. 2001. Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta
Djamarah, S. 2005. Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Oemar, H. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta
Iswahyudi. 2012. Meningkatkan hasil belajar materi geografi melalui pelaksanaan kuis berjenjang pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Marawola.
Skripsi. Jurusan Pendidikan IPS Universitas Tadulako.
Jennah, A, dkk. 2013. Panduan tugas akhir (skripsi) & artikel penelitian. Palu: FKIP Universitas Tadulako
Jihad, A dan Haris, A. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo. Yokyakarta. Lantewana, K. 2007. Peningkatan Hasil Belajar IPA Fisika Dengan Pemberian
Kuis Berjenjang pada Kelas II Negeri 4 Sindue. Universitas Negeri Tadulako, skripsi. palu
Paizaliddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Alfabeta. Bandung Silberman, M. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran. Yogyakarta:
PT Pustaka Insan Madani.
Slameto. 2003. Belajardan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Citra Sofa. 2008. Pembelajaran Geografi demgan menggunakan Model Pemberian
tugas pendahuluan di Rumah. http://massofa.wordpress.com/2008/01/07. (Oneline). Diakses : Rabu 23 Desember 2015
Sudjana. 1991. Penelitian Proses Hasil Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
(6)
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Bandung.
Toha, C. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.
Wirnawati. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle Pada Subkonsep Pencemaran Air Di Kelas VIIB SMP Negeri 2 Ampibabo.Skripsi. Palu: FKIP Universitas Tadulako
Yasa. 2008. Aktivitas Belajar. http://Yasa@aktivitas belajar.id. (Online). Diakses: Selasa 29 Desember 2015.