PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK TAHUN 1988-2000.

(1)

PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK TAHUN 1988-2000

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh :

AYUN MANDASARI NIM : A0.22.12.044

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian dan perkembangan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tahun 1988-2000. Rumusan masalah di bawah ini antara lain: (1) Bagaimana biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi? (2) Bagaimana peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik? (3) Bagaimana perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik?

Penelitian ini menggunakan teori peran yang dikemukakan oleh Biddle dan Thomas serta teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah antara lain; pertama, heuristik, yakni menggali data melalui data-data dokumen, berupa Akte pendirian Pondok Pesantren Bustanul Arifin di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik dari Notaris, dokumen foto kegiatan tarekat serta melalui wawancara. Kedua, kritik sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan teknik perbandingan antara berbagai dokumen yang didapat dengan hasil wawancara untuk mendapatkan akurasi data yang mendekati kebenaran. Ketiga, metode interpretasi. Dalam hal ini peneliti melakukan penafsiran dari berbagai sumber yang ada untuk menemukan kesimpulan. Keempat, historiografi. Dari sekian jumlah sumber data yang akurat, kritik sumber serta interpretasi, maka penulis melakukan penulisan sebagai laporan dari sebuah penelitian.

Dari penelitin yang penulis lakukan, penulis dapat menyimpulkan antara lain sebagai berikut; (1) biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Beliau lahir di daerah Sawah Pulo, Kedinding Lor Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1951 dari pasangan KH. Utsman dan Nyai Siti Qomariyah. Beliau anak kelima dari 9 bersaudara. Dari pernikahanya dengan Nyai. Dra. Hj. Moethia Setjawati, KH. Achmad Asrori dikaruniai 5 orang anak. KH. Achmad Asrori meninggal pada hari selasa, 18 Agustus 2008 pukul 02:20 WIB dalam usia 58 tahun. (2) peran KH. Achmad Asrori dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (TQN) Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik antara lain: beliau membimbing 5 tokoh warga Domas saat di Pondok Pesantren Al-Fitrah Kediding Lor Surabaya, meminta lima tokoh warga Domas tersebut untuk mendirikan musholla dan Yayasan Bustanul Arifin sebagai pusat kegiatan TQN di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, dan beliau juga berinisiatif untuk membentuk Pondok Pesantren Bustanul Arifin sebagai pusat pembelajaran agama Islam di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. (3) perkembangan TQN di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik antara lain diawali dengan pembentukan perkumpulan jama’ah, dibentuk jadwal dan tempat kegiatan yang dipusatkan di musholla Bustanul Arifin. Adapun perkembangan jumlah jama’ah antara lain pada tahun 1988-1991=5, 1991-1994=50, 1994-1995=100, 1995-1997=1000, 1997-1998=2000, 1998-2000=3000. Jumlah kegiatan TQN di Domas antara lain perkumpulan, manaqib, khususi.


(6)

ABSTRAK

This thesis is entitled The Role of KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi in the establishment and development of Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik years 1988-2000.

The formulation of the problem the following, among others: (1) How biography KH. Achmad Asrori Al Ishaqi? (2) How is the role of KH. Achmad Asrori Al Ishaqi in the establishment Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik? (3) How is the development Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik?

This study using role theory propounded by Biddle and Thomas and leadership theory propounded by Max Weber. This research is descriptive qualitative research methods of history, among others; First, heuristics, namely to collect data through data document, in the form of Articles of Association Bustanul Arifin boarding school in the village of Domas District of Gresik Menganti Notary, document photo tarekat activities as well as through interviews. Second, source criticism. In this case the researchers did engineering comparisons between different documents obtained by interviews to obtain accurate data closer to the truth. Third, the method of interpretation. In this case the researchers conducted the interpretation of a variety of resources exist to find a conclusion. Fourth, historiography. From the total number of accurate data source, source criticism and interpretation, the authors do writing as a report of an investigation.

From research by the author, the author can conclude as follows; (1) biography KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. He was born in the area Sawah Pulo, Kedinding Lor Surabaya on August 17, 1951 of the pair KH. Utsman and Nyai Siti Qomariyah. He was the fifth of nine siblings. Of her wedding with Nyai. Dra. Hj. Moethia Setjawati, KH. Achmad Asrori blessed with 5 children. KH. Achmad Asrori died on Tuesday, August 18, 2008 at 2:20 pm at the age of 58 years. (2) the role of KH. Achmad Asrori in the establishment Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (TQN) Al Utsmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik. among others: he led five figures residents Domas time in Pondok Pesantren Al-Fitrah Kediding Lor Surabaya, asked five figures residents Domas them to establish a mosque and Foundation Bustanul Arifin as a central hub TQN in the village of Domas District of Menganti Gresik, and he also took the initiative to form Pondok Pesantren Bustanul Arifin as a center of Islamic learning in the village of Domas Menganti District of Gresik. (3) developments in the village of Domas TQN Menganti District of Gresik, among others, beginning with the formation of associations of followers, was formed and a schedule of activities centered on the mosque Bustanul Arifin. The development of the number of pilgrims, among others, in the year 1988-1991 = 5, 1991-1994 = 50, 1994-1995 = 100, 1995-1997 = 1000, 1997-1998 = 2000, 1998-2000 = 3000. Total activity TQN in Domas among other clubs, Manaqib, khususi.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

PEDOMAN TRANSLITERASI v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

ABSTRAK viii

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Kegunaan Penelitian 9

E. Pendekatan dan kerangka teori 9

F. Penelitian terdahulu 11

G. Metode penelitian 13


(9)

BAB II: BIOGRAFI KH. ACHMAD ASRORI

A. Riwayat hidup KH. Asrori Al Ishaqi 19 B. Karya-karya penting KH. Achmad Asrori Al Ishaqi 24 C. Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah 30 BAB III:PERAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM

PENDIRIAN TAREKAT QODIRYAH WA NAQSYABANDIYAH AL USTMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK

A. Faktor yang mendorong KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam mendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 39 B. Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 44 1. Inisiatif KH.Achmad Asrori dalam mengumpulkan jama’ah 44 2. Membentuk Yayasan Bustaanul Arifin bagi jama’ah 47

3. Membentuk kelompok manaqib setiap minggu 52

C. Deklarasi pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 53

BAB IV:PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK


(10)

A. Program kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah 57

B. Jumlah pengikut Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah 59

C. Amalan-amalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah 61

BAB V:PENUTUP

A. Kesimpulan 67

B. Saran-Saran 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tarekat adalah suatu metode atau cara yang ditempuh seorang salik

(orang yang meniti kehidupan sufistik) dalam rangka meningkatkan diri atau jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.1 Metode yang digunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya, sebagaimana halnya madzhab-madzhab dalam bidang fiqih dan firqoh-firqoh

dalam bidang ilmu kalam (aqidah). Pada perkembangan berikutnya membentuk suatu jam’iyyah (organisasi) yang disebut dengan tarekat.2

Sedangkan menurut Martin van Bruinessen mendefinisikan tarekat adalah (secara harfiah berarti “jalan”) mengacu baik kepada sistem latihan atau meditasi maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid dan sebagainya) yang di hubungkan dengan sederet guru sufi, dan organisasi yang tumbuh di seputar metode sufi yang khas ini. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka, dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan, tarekat itu mensistematiskan ajaran metode-metode tasawuf. Guru-guru tarekat yang sama semuanya kurang lebih mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama dan dapat pula muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan beroleh kemajuan dengan melalui sederetan ijazah berdasarkan tingkatnya, yang diakui oleh semua pengikut tarekat yang sama, dari pengikut biasa (mansub)

1

Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya yang berjudul Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 1. yang mengutip dari buku Mirce Aliade(Ed) The Encyclopedia of Islam, Vol.14(New York: Macmillan Publishing Co., 1987), 342.

2

Kharisuddin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah


(12)

2

hingga murid selanjutnya hingga pembantu syaikh atau khalifahnya dan akhirnya hingga menjadi guru yang mandiri (mursyid).3

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah didirikan oleh sufi dan Syekh besar Masjid al-Haram di Mekkah al- Mukarramah. Ia bernama Ahmad Khatib wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang ulama’ besar dari Indonesia, yang tinggal sampai akhir hayatnya di Mekkah. Syekh Ahmad Khatib adalah seorang mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah.4

Sebagai seorang mursyid yang sangat alim dan arif, Syekh A. Khatib memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid. Tetapi yang jelas pada masanya telah ada pusat penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di kota suci Mekkah atau Madinah. Sehingga dimungkinkan beliau mengajarkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah pada murid-muridnya yang berasal dari Indonesia.

Syekh Ahmad Khatib memiliki banyak murid dari beberapa daerah di kawasan Nusantara, dan beberapa orang kholifah. Di antara khalifah-khalifah yang terkenal dan kemudian menurunkan murid-murid yang banyak sampai sekarang ini adalah: Syekh Abd. Karim al-Bantani, Syekh Achmad Thalhah al

3

Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), 15.

4

Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya yang berjudul Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 53. yang mengutip dari buku Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), 15.


(13)

3

Cireboni, dan Syekh Ahmad Hasbu al-Maduri. Sedangkan Khalifah-Khalifah yang lain, seperti: Muhammad Ismail ibn Abd. Rachim dari Bali, Syekh Yaisin dari Kedah Malaysia, Syekh Haji Ahmad Lampung dari Lampung (Sum-Sel), dan M. Ma’ruf ibn Abdullah al- Khatib dari Palembang. 5

Setelah Syekh Khatib meninggal maka kepemimpinan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang terpusat di Mekkah dipegang oleh Syekh Abdul Karim Al Bantani. Dan semua Khalifah Syekh Ahmad Khatib menerima kepemimpinan ini. Setelah Syekh Khatib Al Bantani meninggal, maka para khalifah semua melepaskan diri, dan masing-masing bertindak sebagai mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang lain.

Khalifah Syekh Khatib yang berada di Cirebon, yaitu Syekh Talhah yang mengembangkan tarekat ini secara mandiri. Kemursyidan yang dirintis oleh Syekh Talhah ini kemudian dilanjutkan oleh khalifahnya yang terpenting. Ia adalah dia mendirikan pusat penyebaran tarekat ini di wilayah Tasikmalaya (Suralaya). Sebagai basisnya didirikanlah pondok pesantren Suralaya. Dan belakang nama beliau sangat terkenal dengan panggilan Abah Sepuh.6

Kepemimpinan tarekat yang berada di Suralaya ini, setelah meninggalnya Abah Sepuh digantikan oleh Abu Anom, ia adalah putra Abah Sepuh Abdullah Mubarok, yang bernama Shahibul Wafa Tajul Arifin. Beliau memimpin pesantren dan tarekat ini sampai sekarang. Di bawah kepemimpinan Abah Anom ini Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Suralaya berkembang sangat pesat dengan menggunakan metode riyadah dalam tarekat ini Abah Anom

5

Ibid ,55.

6


(14)

4

mengembangkan psikoterapi alternatif, terutama bagi para ramaja yang mengalami degradasi mental karena penyalahgunaan narkoba mursyid ini mempunyai wakil talqin yang cukup banyak dan terbesar di tiga puluh lima daerah. Termasuk dua diantaranya di Singapura dan Malaysia.

Pusat penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang tidak kalah pentingnya adalah Pondok Pesantren Futuhiyah Mranggen Jawa Tengah. Tarekat ini berkembang melalui Syekh Abdul Karim al Bantani, KH. Ibrahim al-Brunggungi adalah Syekh Abd, Karim yang membawa tarekat ini ke Jawa Tengah, beliau bertindak sebagai mursyid yang mandiri.KH. Muslih adalah putra KH. Abdurrahman (pendiri Pondok Pesantren Futuhiyah).

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah berkembang pesat di Jawa Tengah di bawah kemursyidan KH. Musikh ibn Abdurrahman. Tampaknya ini didukung oleh karena beliau berindak sangat “murah” dan longgar kepada para khalifahnya. Kepada khalifah yang wilayahnya berjauhan diberikan kebebasan untuk mandiri. Khalifah yang telah mandiri ini disebut khalifah kubra. Bahkan melalui beliau banyak Kiai yang akhirnya menjadi mursyid dan menggembangkan tarekat ini khususnya di Jawa Timur. Setelah KH. Muslikh kepemimpinan ini di pegang oleh putranya yang bernama M. Lutfi Hakim sampai saat ini.

Di Jawa Timur penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah juga sangat besar yaitu di Pondok Pesantren Rejoso Jombang. Dari sini Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah menyebar diseluruh penjuru tanah air, bahkan sampai ke luar Negeri. Berjuta-juta orang di Indonesia telah masuk tarekat ini melalui silsilah dari kemursyidan yang ada disini.


(15)

5

Tarekat ini berkembang melalui Syekh Ahmad Hasybu. Khalifah dari Syekh Ahmad Khatib yang berasal Madura. Tetapi beliau tinggal di Mekkah sampai wafatnya. Tarekat ini kemudian dibawa ke Jombang oleh KH. Khalil dari Madura juga. Ia juga menantu KH. Tamim pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang tersebut. Selanjutnya KH. Khalil menyerahkan kepemimpinannya ini kepada iparnya, kepada KH. Ramli Tamim. Mulai pada masa kepemimpinan beliau inilah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah berkembang pesat di Jawa Timur.

Di antara khalifah KH. Ramli Tamim yang paling utama adalah KH. Usman Al-Ishaki. Ia tinggal di Surabaya dan membuat Pondok Pesantren Jatipurwo di Sawah Pulo Surabaya. KH. Usman menggantikan posisi kemursyidan KH.Ramli Tamim bersama-sama anak KH. Ramli sendiri yaitu KH. Musta’in Ramli, pada masa kepemimpinan KH. Mustain Ramli terjadi goncangan dalam tubuh tarekat di Jawa Timur. Padahal pada saat itu tarekat itu sudah sangat besar dan sedang berkembang dengan pesatnya. Goncangan itu terjadi karena KH. Mustain Ramli menyeberang dan mengarahkan umatnya untuk berafialiasi ke Golkar7 pada pemilu 1977.8

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di daerah Sawah Pulo Surabaya, dipimpin oleh KH. Utsman Al Ishaqi ulama’ yang kharismatik merupakan seorang mursyid yang nama belakang Al Ishaqi dinisbatkan kepada

7

Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1999), 288-289. 8

Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya yang berjudul Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (Surabaya:Dunia Ilmu, 2000), 59 yang mengutip dari buku “ Politik Tarekat Politik” Aula( majalah NU) ,No.X,th.VIII, 1991 (Surabaya: Pengurus Wilayah Jatim, 1991), 24-25.


(16)

6

Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, dan KH. Utsman Al Ishaqi masih keturunan Sunan Giri.

KH. Utsman Al Ishaqi adalah salah satu murid kesayangan KH. Romli Tamimy (ayah KH. Mustain) Rejoso Jombang, Jawa Timur beliau di baiat sebagai mursyid bersama Kiai Makki (sekitar tahun 1977) beliau mengadakan kegiatan sendiri dikediamanya jalan Jati Purwo gang 7 Kecamatan Semampir Surabaya dan Pengikut atau jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang di pimpin oleh KH. Utsman Al Ishaqi ini berkembang pesat dan sangat banyak.

Sepeninggal KH. Utsman tongkat estafet kepemimpinan di alihkan kepada anaknya yaitu KH. Achamad Asrori Al Ishaqi yang pada saat itu masih berumur 30 tahun, pada saat dipimpin KH. Achmad Asrori Al Ishaqi tarekat ini mengalami perkembangan pesat dan memperoleh apresiasi yang signifikan dari banyak kalangan tetapi karena usianya masih mudah ada juga pengikut yang menolak mengakui KH. Achmad Asrori sebagai penganti yang sah. Namun beliau tidak surut semangat dalam memimpin tarekat lalu KH. Achmad Asrori mendirikan Pesantren Al-Fitrah di Kedinding Lor Surabaya.

Setelah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dipegang oleh KH. Asrori tarekat tersebut menyebar ke seluruh daerah-daerah di Surabaya, bukan hanya di Surabaya saja tetapi tarekat tersebut juga ada di Gresik salah satunya di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tarekat tersebut dibawa langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi, faktor yang melatar belakangi KH. Achmad Asrori datang ke Desa Domas karena masih banyaknya orang awam di


(17)

7

desa tersebut beliau ingin dijadikan suatu kumpulan jama’ah tarekat dan bersama-sama belajar agama, KH. Achmad Asrori Al Ishaqi bukan hanya membuat jama’ah tarekat saja tetapi beliau juga mendirikan suatu Yayasan dan Pondok Pesanten Bustanul Arifin yang berjaya sampai sekarang dan kini mengalami pengkembangan pesat.

Dari masalah yang telah diuraikan, maka penulis terdorong untuk menggungkapkan berdiri dan berkembangnya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dengan judul : Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam Pendirian dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tahun 1988-2000.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis memberi batasan dalam pembahasan untuk menyusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi ?

2. Bagaimana peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik ?

3. Bagaimana perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al


(18)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian-penelitian adalah:

1. Untuk mengungkapkan sejarah biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

2. Untuk mengungkapkan peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

3. Untuk mengungkapkan perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas kecamantan Menganti Gresik.

D. Kegunaan Penelitian

Arti penting penelitian berdasarkan pada :

1. Dengan penelitian ini bisa diketahui tentang peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam perkembangan tarekat yang ada di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

2. Melalui penelitian ini diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam penelitian selanjutnya sebagai rujukan atau referensi untuk penelitian lanjutan.

3. Selain itu penelitian juga bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan tentang sejarah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Indonesia.


(19)

9

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Skripsi ini berjudul “Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam Pendiri dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik”. Pendekatan atau teori yang digunakan adalah; Pertama, teori “Peran” yang dikemukakan oleh Biddle dan Thomas yaitu sudut pandang dalam sosiologi yang menganggap sebagian besar aktivitas harian yang diperankan oleh kategori-kategori yang diterapkan secara sosial.9 Teori ini diterapkan untuk peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian dan perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Yang asalnya Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik hanya orang awam dengan adanya tarekat yang di bawa oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sekarang sudah banyak yang mengerti syariat Islam dengan baik.

Teori yang kedua yaitu teori kepemimpinan (Max Weber) yang mengemukakan adanya kharismatik dalam diri seseorang dan yang membedakan mereka dari yang lain dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural.10 Dan Max Weber juga mengklasifasikan teori kepemimpinan menjadi 3 bagian:

1. Otoritas kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewajiban pribadi. 2. Otoritas tradisional yaitu dipilih berdasarkan pewaris.

9

Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep, Derivasi, dan Implikasinya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 7.

10

Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern Suatu Analisis Terhadap Karya-Tulis Max Weber (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), 147.


(20)

10

3. Otoritas legal-rasional yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuan. 11 Dalam penerapannya kepemimpinan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sebagai pemimpin tarekat mempunyai kharismatik tersendiri sehingga dapat merangkul jama’ah tarekat di desa tersebut tidak sampai setahun jama’ah yang ikut sudah sangat banyak. Dan dalam penerapan (tradisional pewaris) KH. Achmad Asrori juga dalam memimpin tarekat adalah warisan dari ayahnya yaitu KH. Utsman Al Ishaqi.

Dari uraian diatas, maka kerangka teori yang tepat untuk pembahasan skripsi ini adalah teori developmentalisme dari Sartono Kartodirjo.12Teori ini menggambarkan bahwa masyarakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan, suatu proses adaptasi terhadap lingkungan, serta lebih efektif mempunyai tujuannya.

Dalam skripsi, ini teori developmentalisme dipakai untuk menjelaskan terjadinya perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di desa Domas kecamatan Menganti Gresik. Yang mana, melalui Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sebagai mursyid tarekat bisa menarik banyak pengikut dan juga berhasil mengubah penganutnya dari yang awam dengan syari’at Islam menjadi mengerti dengan syariat Islam. Selain itu, perubahan itu disertai dengan prilaku para penganutnya yang menjadi lebih baik dalam lingkungannya. Sehingga tidak

11

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar cet.4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), 280-281.

12

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 162.


(21)

11

jarang orang luar anggota tarekat, melihat perubahan itu menjadi mempunyai keinginan untuk menjadi anggota pula.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitan terdahulu dari berbagai penelusuran yang telah penulis lakukan terhadap literatur, telah ditemukan berbagai karya ilmiah skripsi dan karya-karya ilmiah dari lembaga penelitian yang terkait dengan pembahasan yang peneliti tulis. Diantaranya sebagai berikut :

1. Skripsi Nur Alim 1987 Jurusan PPAI dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul “Peranan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah terhadap pengalaman ibadah bagi para pengikutnya di Desa Wonokerto Dukun

Gresik”. Dalam hal ini membahas tentang amalan-amalan ibadah dalam

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Wonokerto Dukun Gresik.

2. Skripsi Maruan 1991 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul

“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah pada masyarakat

Desa Madigondo Takeran Magetan”. Di dalamnya membahas tentang

bagaimana Tarekat tersebut berlangsung di masyarakat.

3. Skripsi Wiwit 2001 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul

“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fitrah Kedinding Kenjeran Surabaya ( studi tentang terapi dzikir)”. Di dalamnya membahas tentang terapi dzikir yang dilakukan di pondok pesantren As-Salafi Al Fitrah Kedinding Kenjeran Surabaya.


(22)

12

4. Skripsi Rismiyati 2006 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Berjudul “Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Kebun Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan (studi tentang perkembangan dan

pengaruh terhadap masyarakat sekitar tahun 1990-2005)”. Dalam hal ini

membahas tentang perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dan pengaruhnya bagi masyarakat yang ada di kamal dalam bidang sosial, agama, dan budaya.

5. Skripsi Kusairi 2012 Jurusan SPI, UIN Sunan Ampel Surabaya, Berjudul “ KH Asrori Al Ishaqi (Studi historis tentang Kemursyidan Tarekat Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Al Fitrah Kedinding Lor). Dalam hal ini membahas tentang biografi dan kemursyidan KH Asrori dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah di Al-Fitrah Kedinding Lor dan sejarah pondok pesantrennya.

Dari tulisan di atas, tentu beda dan sangat berbeda dengan tulisan yang akan dipaparkan dalam penelitian skripsi ini, karena pembahasan dalam skripsi ini lebih ditekankan pada perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Bahkan peneliti ini menekankan pada Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam perkembangan Tarekat di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.


(23)

13

G. Metode Penelitian

Upaya dalam mendapatkan data yang valid dari obyek yang diteliti dapat ditempuh melalui metode sejarah, yaitu dengan empat tahap: heuristik (mencari sumber), kritik sumber, interpretasi, histriografi (penulisan).13

1. Heuristik

Heuristik yaitu teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah atau data sejarah yang dipakai oleh penulis adalah dengan:

a. Observasi langsung, dalam penelitian penulis melihat langsung kegiatan yang dilakukan dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

b. Wawancara langsung, peneliti mewawancarai langsung dengan saksi sejarah yaitu KH. Ahmad Salamun (Sesepuh desa sezaman) dan ketua yayasan. H. Ahmad khudori selaku ketua Pondok Bustanul Arifin.

c. Data tertulis dari dokumen-dokumen tarekat dan tentang Yayasan yang ada di Desa Domas Gresik seperti : Akte/Notaris pendirian Yayasan, arsip foto-foto.

d. Bahan Sumber

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber berupa data dari referensi dan data dari lapangan, yang mana bahan sumber tersebut penulis bagi menjadi dua yaitu:

1) Sumber primer yaitu sumber yang ditulis oleh pelaku atau saksi mata ketika dia hadir dalam peristiwa tersebut, dalam penelitian adalah

13


(24)

14

peneliti melakukan wawancara langsung lapangan kepada pelaku sejarah yaitu (KH. Ahmad Salamun) sezaman yang sekaligus salah satu murid dari KH. Achmad Asrori, dan (Ahmad Khudori) yang dianggap lebih jelas tentang seluk beluk mursyid dan pengikut Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas kecamatan Menganti Gresik, dan berupa dokumen-dokumen yang ada di Desa Domas seperti foto-foto, akte notaris pendirian Yayasan Bustanul Arifin yang dipakai tempat kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah.

2) Sumber sekunder yaitu tulisan atau kesaksian dari siapapun yang bukan saksi pandangan mata. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku-buku literatur yang digunakan sebagai sumber pendukung dalam penulisan skripsi ini, yakni anatara lain :

a) Kharisudin Aqib, Al-Hikmah, Memahami Teosofi Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsabandiyah,(Surabaya: Dunia Ilmu,1998).

b) Martin Van Bruinessen,Tarekat Naqsabandiyah Di Indonesia,

(Bandung: mizan,1992).

c) Sukamto, Kepemimpinana Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: PT

Pustaka LP3ES, 1999).

d) Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat. (Surabaya:


(25)

15

2. Kritik Sumber

Data yang terkumpul dalam tahap heuristik diuji kembali kebenaranya melalui kritik, guna memperoleh keabsahan sumber, hal ini keabsahan sumber tentang keaslianya dan kesahihanya lewat kritik ekstern dan intern.

a.Kritik ekstern, yang dalam pelaksanaanya menitik beratkan pada originalitas bahan dari suatu dokumen.

b.Kritik intern, yang dalam pelaksaanya lebih menitik beratkan pada kebenaran isi sumber dari suatu data kredibilitas sumber.14

Pada tahap ini penulis tidak dapat melakukan kritik karena data yang dimiliki hanya dari hasil wawancara dan kumpulan referensi atau buku-buku yang telah melalui proses percetakan berkali-kali.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah sering kali disebut dengan analisis sejarah, dimana analisis sendiri berarti menguraikan dalam hal ini data yang terkumpul dibandingkan, kemudian disimpulkan agar bisa di buat penafsiran terhadap data tersebut, sehingga dapat diketahui hubungan kausalitas dengan kesesuaian masalah yang diteliti.15

Pada langkah ini penulis menginterpretasikan atau menafsirkan fakta-fakta agar suatu peristiwa dapat direkontruksi dengan baik. Dalam hal ini, penulis mencoba untuk bersifat seobjektif mungkin terhadap penyusunan penelitian ini. Perlu pula diketahui, bahwa penulis sedapat mungkin menekankan subjektifitas sejarah sehingga nantinya tidak membias dalam isi tulisan.

14

Lilik Zulaicha, Metodelogi Sejarah (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya,2004), 25-28.

15


(26)

16

4. Historiogrfi (penulisan)

Merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana historigrafi itu sendiri merupakan usaha untuk merekontruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif. Sejarah dalam penelitian ini ditulis dalam bentuk laporan penelitian yang berupa skripsi.16

Dalam penyusunan penulisan sejarah yang bersifat ilmiah, penulis menyusun laporan penelitian ini dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah, antara lain:

a. Penulis sedapat mungkin menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga menggunakan kalimat-kalimat se-efektif mungkin dalam penulisan ini.

b. Penulis juga memperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan perujukan sumber.

H. Sistematika pembahasan

Untuk mengetahui gambaran keseluruhan pembahasan penelitian ini, berikut akan dikemukakan beberapa bahasan pokok dalam tiap bab.

Bab pertama, Pendahuluan merupakan bab pendahuluan, yang di dalamnya mencakup beberapa sub bahasan, meliputi : latar belakang masalah untuk menjelaskan mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan apa yang melatarbelakanginya serta alasan kenapa penelitian ini dikaji. Kemudian rumusan masalah yang dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok permasalahan yang

16


(27)

17

akan di teliti agar lebih terfokus. Sedangkan penelitian terdahulu, untuk memberikan gambaran tentang letak kebaruan penelitian ini bila dibandingkan penelitian-penelitian yang telah ada.

Bab kedua, membahas tentang Biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi secara lengkap dari lahir sampai beliau wafat.

Bab ketiga, Membahas tentang peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas kecamatan Menganti pada tahun 1988 mulai berkembang dengan adanya kegiatan manaqib lalu pada 1989 semakin berkembang ke seluruh desa termasuk Desa Domas membangun seketariat di desa tersebut semakin berkembang pesat sampai saat ini dan jama’ah semakin banyak, dan pada tahun 1990 jama’ah semakin berkembang KH. Achmad Asrori Al Ishaqi perinisiatif membangun musholla untuk tempat rutinan dan semakin berkembang besar sampai sekarang. Peran KH.Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian yayasan/Pondok Pesantren Bustanul Arifin.

Bab keempat, Membahas tentang perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas kecamatan Menganti Gresik.

Bab kelima, penutup sebagai akhir dari penulisan skripsi ini penulis akan mengambil kesimpulan dan mengemukakan saran-saran yang di anggap perlu atas permasalahan yang di bahas.


(28)

19

BAB II

BIOGRAFI KH ACHMAD ASRORI AL ISHAQI A.Riwayat Hidup KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi merupakan asli orang Surabaya yang bertempat tinggal di Kelurahan Sawah Pulo, orang tua beliau yaitu KH. Utsman Al-Ishaqi dan ibunya bernama Nyai Siti Qomariyah. KH. Achmad Asrori Al Ishaqi merupakan anak ke 5 dari 9 bersaudara yaitu Hj. Nyai Afifah, KH. Achmad Fathul Arifin, KH. Minanur Rahman, KH. Achmad Qomaruddin, KH. Achmad Asrori, ibu Nyai Hj. Lutfiyya, KH. Anshorullah, ibu Nyai Hj. Zuhairriyah dan beliau merupakan seorang ulama’ yang kharismatik memancarkan dari sosoknya yang sederhana, tutur katanya lembut.

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dilahirkan di daerah Sawah Pulo pada tanggal 17 Agustus tahun 1951 di Surabaya. Jika dirunut KH. Achmad Asrori Al Ishaqi memiliki darah keturunan hingga Rasulullah Sallallahu Alaihu Wasallam yang ke 35 (sesuai urutan naik) yaitu :

1. Achmad Asrori Al Ishaqi

2. Muhammad Utsman Al Ishaqi

3. Surati 4. Abdullah 5. Mbah Deso 6. Mbah Jarangan 7. Ki Ageng Mas


(29)

20

9. Ki Ageng Pangeran Sedeng

10. Panembahan Agung Sido

11. Pangeran Kawis Guo

12. Fadlullah Sido Sunan Prapen

13. Muhammad Ainul Yaqin

14. Maulana Ishaq 15. Ibrahim Al Akbar 16. Ali Nurul Alam 17. Barokat Zainal Alam 18. Jamaluddin Al Akbar Al 19. Ahmad Syah Jalalul Amri 20. Abdullah Khan

21. Abdul Malik

22. Muhammad Shohib Mirbath

23. Ali Kholi’ Qasam

24. Muhammad

25. Alawi 26. Ubaidillah

27. Ahmad Al Muhajir 28. Isa An Naqib Ar Rumi

29. Muhammad An Naqib

30. Ali Al Uraidli 31. Ja’far As Shodiq


(30)

21

32. Muhammad Al Baqir

33. Ali Zainal Abidin 34. Hussain Bin Fatimah 35. Fatimah Binti Rasulullah1

Menurut KH. Abdul Rosyid selaku pengurus Pondok Pesantren Al-Fitrah yang di wawancarai mengatakan :

Pada tahun 1989 KH.Achmad Asrori Al Ishaqi menikah dengan ibu Nyai Dra. Hj. Moethia Setjawati. Dalam pernikahannya dengan ibu Nyai Dra. Hj. Moethia Setjawati tersebut dikaruniai dua putra dan tiga putri, yakni: Seira Annadia, Sefira Assalafi, Ainul Yaqien, Nurul Yaqien dan Siela Assabarina.2

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi lahir pada kondisi masyarakat yang masih tergolong awam dan belum tahu terhadap ajaran-ajaran Islam, beliau meskipun tidak mengenal dunia akademis dan hanya sekolah hingga sampai tingkat sekolah dasar yaitu sampai pendidikan SD kelas 3 beliau pertama kali mengeyam pendidikan pesantren pada tahun 1966 di pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang, awalnya KH Ahmad Asrori tidak mau mondok di Darul Ulum Jombang Pondok yang di pimpin oleh Ramli Tamimy karena beliau merasa bahwa Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang itu sudah di anggap seperti rumahnya sendiri, beliau juga pernah mondok di Rejoso Jombang selama satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo selama satu tahun. Selama mondok di Rejoso Jombang ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji, ketika hal itu dilaporkan kepada pimpinan pondok KH Mustain Ramli. KH. Mustain Ramli seperti memaklumi dan membiarkan saja melihat tingkah laku yang di lakukan

1

Dokumen Pondok Pesantren Al-Fitrah “Silsilah Keluarga KH. Achamd Asrori Al Ishaqi” (30 November 2015).

2


(31)

22

KH Ahmad Asrori Al Ishaqi Mustain Ramli juga sempat mengatakan “biarkan saja, anak macan akhirnya akan menjadi macan pula”, yang sangat mengherankan meskipun tidak tertib dalam belajar kepandaianya sangat luar biasa. Namun kepandaian beliau sangat luar biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar semacam ini sering disebut ilmu ladunni (Ilmu yang diperoleh langsung dari Allah SWT). Ayahnya sendiri kagum dengan kepintaran yang di miliki oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi. Suatu ketika KH Utsman pernah berkata “Seandainya saya bukan ayahnya, saya mau ngaji kepadanya”.

Beliau juga mampu membuat karya-karya yang sangat fenomenal dan sangat banyak jumlahnya dibidang tasawuf dan beliau banyak mendapat ilmu dari para tokoh-tokoh sufi yang hidup pada masanya, disamping beliau membaca sendiri kitab-kitab kuning seperti kitab karya “Ihya Ulumuddin” karya sufi besar Imam Al Ghazali kemudian dari hasil ijtihadnya inilah tasawuf dijadikan sebagai jalan pengabdian terhadap masyarakat luas bahkan sampai manca negara.

Setelah meninggal ayahnya, yakni KH. Utsman tongkat estafet kepemimpinan kemudian diberikan kepada putranya, Kiai Minan (kakak KH. Achmad Asrori) sebelum akhirnya diberikan kepada KH. Achmad Asrori yang pada saat itu masih berumur 30 tahun. Konon pengalihan tugas ini berdasarkan wasiat KH. Utsman menjelang wafatnya, kemudian pada saat dibawah kepempinan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi tarekat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan memperoleh apresiasi yang signifikan dari banyak kalangan.


(32)

23

Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara mudah, banyak pengikut KH. Utsman yang menolak mengakui KH. Achmad Asrori sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya menuju Kebumen Jawa Barat untuk melakukan bai’at kepada Kiai Sonhaji, namun Kiai Asrori tak surut semangatnya untuk mendirikan Pondok Pesantren Al- Fitrah Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikanya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning, beliau juga menggagas Al Khidmah sebuah jama’ah yang sebagian anggotanya adalah pengamalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah.

Tarekat ini menarik karena sikapnya yang inklusif tidak memihak salah satu organisasi sosial manapun, meskipun dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan para pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani, Kiai Asrori seolah menyediakan Al-Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan mendekatkan diri kepada Tuhan tanpa membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti organisasi ini mendapat banyak pengikut, saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan orang tersebar luas di banyak propinsi di Indonesia, bahkan ke luar negeri yaitu Singapura dan Filiphina.

Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya bahkan


(33)

24

lebih dari itu ia berhasil mengambangkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.

Pada tahun 2008 KH.Achmad Asrori menderita sakit komplikasi selama satu tahun dan sering cek up di Singapura, pada saat itulah, setiap acara Haul Gresik dan Lamongan KH. Achmad Asrori mulai jarang hadir untuk memimpin Haul, meskipun begitu acara tetap berjalan dengan lancar tanpa mengurangi jama’ah. Pada hari selasa 26 Sya’ban 1430 H/ 18 Agustus 2009 pukul 02:20 WIB, KH. Achmad Asrori Al Ishaqi wafat.

Beliau dikenal sebagai ketua atau pimpinan pondok pesantren Assalafi Al Fitrah di jalan Kedinding Surabaya Utara, Kiai yang kharismatik dan istiqomah menjaga amalan warga NU di bidang tasawuf dengan bergiat di tarekat, meninggalnya KH. Achmad Asrori sungguh mengagetkan, mengigat usia Kiai tarekat ini masih belumlah cukup tua dipanggil oleh sang Maha Kuasa di usia ke 58 tahun. Kepergian beliau membuat para jama’ahnya merasakan duka mendalam dan meneteskan air mata saat dilangsungkan prosesi pemakaman di komplek pondok, umat Islam sangat banyak dan melantunkan kalimat thoyyibah.3

B.Karya-karya penting KH.Achmad Asrori Al Ishaqi

KH.Achmad Asrori adalah tokoh yang sangat disegani, disamping beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Fitrah Kedinding beliau juga seorang mursyid, seorang kiai yang produktif dan inovatif dalam menjelaskan ajaran-ajaranya kedalam sebuah karya tulis yang disebut buku atau kitab.

3

Al-Khidmah,”Biografi Hadratus Syekh KH Achmad Asrori”, http://Al-Khidmah klopox.blogspot.co.id. (9 november 2015).


(34)

25

Beliau dalam menulis ajaranya kebanyakan menggunakan bahasa arab, kitab-kitabnya tidak sembarang orang bisa membacanya. Jika ada yang mau belajar, harus didampingi oleh guru atau penuntun agar tidak ada kesalahan atau salah penafsiran pada hal-hal yang kurang baik. Salah satu karyanya adalah berupa kitab yang berjudul :

1. Kitab yang berjudul Untaian Mutiara Dalam Ikatan Hati Dan Jalinan Rohani

Buku ini merupakan edisi terjemahan dari kitab muntakhobat fi robithotil qolbiyah wa shilatir ruhiyyah, kitab yang terdiri dari tiga jilid ini masing-masing jilidnya mempunyai ketebalan rata-rata 300 halaman, ini merupakan karya beliau yang paling utama dan diterbitkan dalam jumlah yang terbatas yaitu diterbitkan oleh Al Wafa, Surabaya pada tahun 2010. Di

dalamnya buku tersebut KH. Achmad Asrori membahas tentang Nur

Muhammady.

Pengertian dari Nur Muhammady adalah suatu yang nampak dan

menjadi sumber semua yang lahir. Allah pertama penciptkan Nur (cahaya) Nabimu sebelum menciptakan apapun. Lalu dengan kekuasaan Allah, Nur berputar sesuai dengan kehendak Allah pada keadaan itu belum ada Qolam, Lauh, ‘Arasy dan Kursi, Malaikat, Ruh, Surga, Neraka, Langit, Bumi, Matahari, Rembulan, Manusia dan Jin. Kedudukan Rasulullah di dudukkan sangat dekat dengan Allah selama dua belas ribu tahun.

Ketika Allah menghendaki menciptakan makhluk, maka Nur (cahaya) dibagi menjadi empat pecahan yaitu pertama, diciptakan ‘Arasy dari pecahan


(35)

26

yang kedua diciptakan Kursi, pemecahan yang ketiga adalah malaikat yang memikul ‘Arasy dan malaikat yang menjaga Kursi. Lalu pemecahan yang keempat didudukkan dalam maqom cinta dan rindu.

Selama dua belas ribu tahun bagian yang pertama dibagi lagi menjadi empat bagian pertama diciptakan Qolam yang kedua diciptakan Lauh, yang ketiga diciptakan Surga, dipecahan yang keempat didudukkan dalam maqom khauf (maqom takut akan siksa Allah).

Selama dua belas ribu tahun Qolam dibagi empat bagian pertama, segenap malaikat, matahari, rembulan dan bintang, dan maqom raja’(maqom harapan besar akan rahmat kasih sayang Allah) dari malaikat di bagi menjadi empat bagian selama dua belas ribu tahun yaitu, akal, ilmu dan hikmah, perlindungan dan taufiq pertolongan, dan maqom haya’ (maqom malu kepada Allah).

Selama dua belas ribu tahun itu Nur dilihat oleh Allah bercucuran keringat dan meneteskan dua belas ribu tetesan dari setiap tetesan diciptakan ruh Nabi dan Rasul, lalu arwah Nabi an Rasul itu dihembuskan dari nafas itu diciptakan Syuhada’ yaitu orang-orang yang beruntung dan orang-orang yang beruntung sampai hari kiamat.4

2.Kitab yang berjudul Apakah Manaqib Itu ?

kitab yang terdiri dari 113 halaman ini diterbitkan dalam jumlah sangat terbatas oleh penerbit Al Wafa, Surabaya pada tahun 2010. Didalam

4

Hadhrotusy Syaikh Al Murobby Al Mursyid Achmad Asrori Al Ishaqi, Untain Mutiara Dalam Ikatan Hati Dan Jalinan Rohani Jilid 1. (Surabaya: Al Wafa 2009), 27.


(36)

27

kitab tersebut terdiri dari 5 bab, setiap babnya mempunyai penjelasan yang berbeda-beda antara lain:

a. Bab 1 tentang Pengertian Manaqib. Manaqib adalah sesuatu yang diketahui dan dikenal pada diri seseorang berupa perilaku dan perbuatan yang terpuji di sisi Allah, sifat yang manis lagi menarik, pembawaan dan etika yang lebih indah, kepribadian yang bersih, suci dan luhur, kesempurnaan-kesempurnaan yang tinggi dan agung serta karomah-karomah yang agung di sisi Allah.

b. Bab II membahas tentang Sifat-Sifat dan Pembawaan Wali-Wali Allah. Yang di dalam kitab ini KH. Achmad Asrori menjelaskan sifat Rasulullah, yaitu suri tauladan yang baik, panutan yang luhur serta perantara yang agung. Ucapan, perbuatan dan kepribadian beliau secara mutlak dijadikan sebagai pegangan, panutan dan petunjuk. Karena beliau tidaklah berkata menurut hawa nafsu (kepentingan) tetapi hanya hawa nafsu yang diturunkan kepadanya.

c. Bab III menjelaskan Tipu Daya Ilmu . Didalam kitabnya KH. Achmad Asrori menjelaskan Tipu daya dalam berilmu. Bermacam-macam bentuknya salah satunya adalah tidak seharusnya seseorang untuk ingkar atau menentang orang lain pada sesuatu yang disandarkan dan ditunjukkan kepada Allah atau RasulNya.

Seperti menentang kepada orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah, bertasbih kehadirat Allah, membaca al-Qur’an Al karim, bersholawat,


(37)

28

dan bersalam keharibaan Rasulullah Muhammad. Karena jalan untuk menuju kehadirat Allah berjumlah seperti hitungan tarik ulur nafas semua makhluk.

Karena sesungguhnya tujuan orang-orang yang berilmu menurut KH. Achmad Asrori orang yang hanya mencari ilmu adalah untuk menentang orang-orang yang berdzikir, karena menurut orang yang berilmu “menyibukkan dirinya dengan ilmu itu lebih baik dari pada berdzikir”.

d. Bab IV membahas tentang Bid’ah (pembaharuan) yang isinya membahas tentang ada seseorang dimintai fatwa tentang jama’ah yang berdzikir kepada Allah dan bersholawat kepada Baginda Rasulullah pada hari jum’at ? seseorang tersebut menjawab: “itulah prilaku pengganguran yang tidak punya muru’ah (reputasi/harga diri) dan kemauan serta perhatian.

Perbuatan seperti itu termasuk bid’ah. Berdzikir kepada Allah dan

bersholawat serta bersalam kepada Rasulullah cukup sekali seumur hidup.

e. Bab V membahas Ahlussunah Wal Jama’ah

KH. Achmad Asrori menjelaskan bahwa Allah telah memberi keistimewaan kepada Baginda Rasulillah Muhammad berupa “ umat yang terbaik dan terakhir, yang dilahirkan untuk umat manusia sepanjang masa. Umat beliau mempunyai dua nama yang diambil dari Asma Allah yaitu Al Muslimun dan Al mu’minun. Hanya para Nabi yang menggunakan gelar tersebut bukan umat mereka.5

5

Hadhotusy Syaikh Al Murrobby Al Mursyid Achmad Asrori Al Ishaqi, Apakah Manaqib Itu?


(38)

29

3.Kitab Berjudul An-Anwar Al Khususiyah Al-Khotimiyah

Di dalamnya berisi tentang doa kushushon kepada Nabi, Ikhwan-Ikhwanin Muslimin, kepada Syaidina Abu Bakar, Umar dan Ali. Para Shohabat, Masyayikhil, Muslimin-Muslimat. Lalu ada bacaan sholawat 100 kali kepada Nabi Muhammad, An Nash 79 kali, dan Al Ikhlas 100 kali.

Setelah membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad lalu berhenti dan diam sejenak penuh ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati keharibaan Allah yang Maha besar dan Agung, dengan di sertai rendah diri, merasa penuh lalai, lemah, serba kurang, sembrono, durhaka, dan hina. Dengan mengucapkan ya Allah ya Roob ....berdoa limpah dan curahkan kami rahmat, barokah, karomah, dan ampuni segala dosa-dosa kami yang telah lewat dan yang akan datang, lahir dan batin, kecil dan besar, sengaja dan yang tidak disengaja. Anugrahkan hati lapang, selalu syukur sabar ridho penuh sehat wal’afiyat, serta naungi kami dari cobaan serta fitnah dunia dan akhirat.

Rizki yang cukup, halal manfa’at dan barokah dan kuatkanlah iman kami dan mudahkanlah kami dalam berkumpul dengan hamba-hambamu yang sholeh- sholihah, tuma’ninah, istiqhomah dihadapan-Mu. Dengan anugerah maha kasih dan agung akhiri hidup kami dalam hidup yang ridho dan khusnul khotimah, tuntunlah dan ajaklah kami bersama-sama dipertemukan dengan Rasulullah disertai dengan meraih syafa’at yang agung .

Di akhiri kitab ini KH. Achmad Asrori memuat isi doa yang di baca oleh para jama’ah. Teks doa tersebut: “ya Allah engkaulah yang menjadi tujuan utama


(39)

30

kami, Ridhomu lah harapan dan permohonan kami. Anugerahkanlah kami cinta, rindu dan ma’rifat kepadamu”.6

C.Silsilah Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

Achmad Asrori Al Ishaqi menerima talqin dan baiat Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dari Al A’rif Billah wa Daal A’lallah Zazamil Asror, Wa Ma’danil Anwar, Hadhoroti Syaikhinal Waalid Fuyudhoot Al Mukmil Wa Mursyidinaa Al Wasil Al Mushil, Miizaamil Fuyuudhoot wa Manda-il Akhlaqis Saniyah, Hadroti Syaikh Muhammad Utsman Ibnu Naadi Al- Ishaqi.

Taqomaadahhullah Ta’ala Fi Rahmatihhi wa Askanahhu Fasiha Jinnahhi Wajma’nna Ma’a fi maq’adi Shidqin ‘inda malikin muqtadir fi maja’in Minan nabiyyin wa shiddiqin wash wasuhaddaq i wash sholikiin wahasunna ulaa ika rofiqo Aamin. Beliau menerima talqin dan bai’at antara lain dari :

39. Al ‘Arif Billah Syaikh Abi Ishomuddin Muhammad Romli Tammy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

38. Al ‘Arif Billah Syaikh Kholil Rejoso ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

37. Al ‘Arif Billah Syaikh Hasbillah Madura ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

36. Al ‘Arif Billah Syaikh Ahmad Khotib As Sambasi ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

35. Al ‘Arif Billah Syaikh Syamsuddin ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 34. Al ‘Arif Billah Syaikh Murod ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 33. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Fatah ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 32. Al ‘Arif Billah Syaikh Kamaluddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 31. Al ‘Arif Billah Syaikh Utsman ra.

Bertalqin dan berbai’at dari :

30. Al ‘Arif Billah Syaikh Aabdur Rohim ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

6

Achmad Asrori Al Ishaqi, Al-Anwar Al- Khususiyah Al-Khotamiyah. (Surabaya:Al-Wafa, 2004) 1-36.


(40)

31

29. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Bakar ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 28. Al ‘Arif Billah Syaikh Yahya ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 27. Al ‘Arif Billah Syaikh Hasamuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 26. Al ‘Arif Billah Syaikh Waliyuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 25. Al ‘Arif Billah Syaikh Nuruddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 24. Al ‘Arif Billah Syaikh Zainuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 23. Al ‘Arif Billah Syaikh Syarofuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 22. Al ‘Arif Billah Syaikh Syamsuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari :

21. Al ‘Arif Billah Syaikh Muhammad Al Hattaky ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

20. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Aziz ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

19. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Qodir Al Jilani ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

18. Al ‘Arif Billah Syaikh Sa’id Al Mubarok ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

17. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Hasan Ali Al Hakkary ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

16. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Faroj Ath Thurthusy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

15. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Wahid At Tamamy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

14. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Bakar Asy Syibly ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

13. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Qosim Junaidi Al Baghdady ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

12. Al ‘Arif Billah Syaikh Sary As Sarqoty ra Bertalqin dan berbai’at dari :

11. Al ‘Arif Billah Syaikh Ma’ruf Al Karkhy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

10. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Hasan Ali Ridho ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

9. Al ‘Arif Billah Syaikh Musa Khadzim ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

8. Al ‘Arif Billah Syaikh Ja’far Shodiq ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

7. Al ‘Arif Billah Syaikh Imam Muhammad Bakir ra. Bertalqin dan berbai’at dari :


(41)

32

6. Al ‘Arif Billah Syaikh Zainal Abidin ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

5.Al ‘Arif Billah Syaikh Sayyidina Husen ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

4. Al ‘Arif Billah Syaikh Sayyidina Ali Karramatullah Wajhaa ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

Sayyidil Mursaliyn wa Habybi Robbil ‘aalamiyn, Rasul utusan Allah kepada sekalian makhluk, yakni Sayyidina Muhammad SWA.

3.Rasulullah Muhammad SWA. Bertalqin dan berbai’at dari : 2.Sayyidina Jibril Alaihis Salam. Bertalqin dan berbai’at dari : 1.Allah SWT.7

Silsilah ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi keturunan langsung dari Rasulullah yaitu

silsilah dari Allah, malaikat jibril dan rasulullah sampai Syekh Katib Sambas yang diturunkan melalui ayahnya yaitu KH. Utsman Al Ishaqi yang setelah meninggalnya Syekh Utsman Al Ishaqi tongkat estafet kemursyidan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utmaniyah yang ada di Surabaya di alihkan kepada anaknya yaitu : KH. Achmad Asrori Al Ishaqi.

Di bawah ini urutan silsilah ajaran tarekat menurut penjalasan di atas antara lain :

7

Menurut Wiwin setyaningsih,”Pemikiran Kiai Achmad Asrori Al Ishaqi Tentang Tasawuf dan Tarekat” (Skripsi,IAIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin Surabaya, 2011), 31-35 yang mengutip dari M. Khudhori Al-Tsubuty,”Ma’haduna” dalam silsilah bai’at Tarekat Qodiriyah Wa


(42)

33

2. Jibril As

3. Muhammad SWA

4. Ali Bin Abi Tholib 4. Abu Bakar Al Shiddiq

5. Husain Bin Ali 5. Salman al Farisi

6. Zainal Abidin

7. Imam Ja’far al Shadiq 6. Qasim ibn Muhammad

7. Moh Al Baqir

8. Abu Yazid Al Bustami 8. Ja’far al Sadiq

9. Abu Hasan Kharqani

10. Ali ibn Musa al Ridho

11.Syekh Yusuf al-Hamdani 10. Abu Ali Farmadi

13.Abu Qasim Janaidi al Bagdadi 13. Arif Riya Qori

12. Abd Khaliq Guzdawani 1. Allah SWT

9. Musa al Kadhim

12. Sarri al Saqati 11. Ma’ruf al Karakhi


(43)

34

14. Abu Bakar al Syibli

15. Abd Wahid al Tamimi

14. Muhammad Anjari

18. Bahnuddin al Naqsyabandi 17. Amir Kulali

16. M. Baba Sammasi 15. Ali Ramli Tamimi

16. Abu al Farraj al Turtusi

22. M Zahidi

21. Ubaidillah Ahrari 20. Ya’qub Jarekhi 19. M Auluddin Attari

24. A. Faruqi Al Sirindi

26. Saifuddin Afif Muhammad

25.Al Maksum al Shirhindi 23. Darwis Muhammad Baqi’ 19. Abd Qodir Al Jailani

20. Abd Aziz

18. Abu Said Mubarrak al Majmuzi

24. Nuruddin 22. Syamsuddin

23. Syarifuddin 21. M Hattaq

25. Waliyyuddin

26. Hisyamuddin


(44)

35

31.Ahmad Said(w 1277/1860 Madinah) 30. Abu Said al Ahmadi

29. Abdullah Al Badawi

28. Syamsuddin Habibillah Janjani 27. Nur Muhammad Badawi

32.M.Jan al Makki 1266/1850Makkah

33. Khalil Hilmi

34. M Haqqi al Nazzi w1301/1884 Madinah 28. Abu Bakar

29. Abd Rahim 27. Yahya

34. A Khatib al Syambasi

32. M Murad (Makkah)

33. Syamsuddin(Makkah) 31. Abd Fatah

30. Utsman

Para Mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah


(45)

36

I II III

1.Syekh Abd. Karim al Bantani

2. KH. Ibrahim al Brungguni

KH. Abdullah al Mubarrak

KH. M. Khalil Syekh M. Thalhah al

Cireboni

Syekh A. Hasbu al Madur

3. KH. Abd Rahman Menur

KH. Shahibul Wafa Tajul Arifin (Pusat Suralaya)

KH. M. Ramli Tamim

3. KH. Muslikh Abd Rahman

4. KH. M. Lutfi al- Hakim (pusat Mragen Jateng) 4. KH. Zamroji Saeroji (pusat Pare Kediri Jatim) 4. KH. Adlan Ali

4. KH. Makky Maksoem (pusat Cukir Jombang)

4. KH. Mustain Ramli 4. KH. Maksoem Ja’far

5. KH. Rifai Ramli 6. KH. A. Dimyati Ramli (pusat Rejoso Jombang)

4. KH. Utsman Al Ishaqi

5. KH. Achmad Asrori Utsman Al Ishaqi


(46)

37

Khalifah- Khalifah Syekh Ahmad Khatib Sambasi yang lain8 :

8

Dokumantasi Pondok Pesantren Al Fitrah Kedinding “ silsilah ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah”. 30 November 2014.

IV. Syekh M. Ismail (Bali)

V. Syekh Yasin (Kalimantan Barat) VI. Syekh H. Lampung (Lampung) VII. Syekh M. Ma’ruf (Palembang) VIII. Nuruddin (Sambas)


(47)

BAB III

PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL

UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK

A.Faktor Yang Mendorong KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam mendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

1. Faktor kondisi sosial masyarakat Desa Domas

Kondisi sosial masyarakat Desa Domas pertama masih berupa “alas” tempat penuh dengan pohon-pohon dan rawa-rawa, disitu masih belum terbentuk suatu desa, sudah ada penduduk tapi masih sedikit. Dan penduduknya masih sedikit yang mengerti agama, malihat kondisi seperti itu para tokoh desa yang ikut tarekat di Pondok Pesantren Al-Fitrah sekaligus murid dari mursyid KH. Achmad Asrori berinisiatif mendirikan tarekat agar bisa memperkuat dan memperdalam keyakinan dalam beragama.

Inisiatif tersebut di setujui dan di dukung langsung oleh KH. Achmad Asrori, adanya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah Desa Domas sudah mulai mengalami perubahan secara perlahan, yang asalanya penduduk atau orang-orang yang ada di Desa Domas hanya orang awam yang tidak mengerti agama dengan adanya pengajaran tarekat tersebut penduduk atau orang-orang banyak yang faham dan mengerti secara mendalam dalam beragama Islam.


(48)

Kegiatan yang dilakukan dalam tarekat tersebut adalah perkumpulan yang di beri pengajaran langsung oleh KH. Achmad Asrori, pengajaran tersebut isinya memperdalam agama Islam secara mendalam karena ilmu agama dijadikan pijakan dasar bagi para muslimin demi menciptakan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan tersebut dilakukan di Musholla dan jama’ahnya masih sedikit karena masih sedikitnya minat orang-orang Domas dalam belajar agama karena masih mementingkan duniawi dari pada akhirat.

2. Faktor kebutuhan spiritual masyarakat Desa Domas Kecamatan Menganti

Gresik.

Keterbatasan dalam mendalami agama Islam, oleh karena itu masyarakat Desa Domas butuh seorang tokoh atau guru spirirtual yang bisa membimbing orang-orang dalam mendalami agama Islam. Adanya KH. Achmad Asrori yang membawa pengajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah ke Desa Domas yang di bantu oleh murid-mruidnya yaitu tokoh asli Desa Domas yang salah satunya adalah H. Ahmad Salamun. Dengan itu masyarakat bisa terbantu dengan adanya pengajaran tarekat tersebut.

KH. Achmad Asrori dengan penerapan tarekatnya sangat membantu dan sangat berpengaruh dalam keagamaan orang-orang yang ada di Desa Domas, yang asalanya hanya orang awam hidupnya hanya memikirkan kehidupan duniawi saja dengan adanya tarekat ini orang-orang yang ada di


(49)

desa tersebut sudah banyak yang mengerti agama dan sudah baik dalam pelakasaan agamanya.

KH. Achmad Asrori dalam menerapkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah menekankan pengajaran pada memperkuat keyakinan beragama dan dalam pengamalan ibadah para guru-guru atau mursyid terdahulu (salafus sholihin). Tempat kegiatan tarekat ini berada di Musholla Bustanul Arifin.

Kegiatan yang dilakukan adalah perkumpulan, ceramah yang diisi langsung oleh KH. Achmad Asrori dan berdzikir bersama dan menerapkan sholat malam berjama’ah (Qiyamul Lail) dilakukan setiap malamnya. Kegiatan tarekat yang bernilai positif ini mengajak kepada kebaikan dalam beragama Islam. Dengan berjalanya waktu orang-orang yang ada di Desa Domas mulai tertarik dengan adanya kegiatan tarekat.

Minat yang semakin banyak, semakin bertambah pula anggota Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang ada di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Pangikut tarekat berasal dari dalam Desa Domas maupun luar Desa Domas tidak mencapai setahun ritual tarekat itu dilakukan, jama’ah sudah mencapai 50 orang lebih.

Dengan banyaknya jama’ah, maka dibutuhkan tempat yang memadai untuk menampung jama’ah tersebut. Pada tahun 1989 dibuatlah tempat dzikir yang bisa menampung jama’ah yang semakin tahun semakin bertambah.


(50)

Jama’ah tarekat yang semakin banyak maka di buatlah sekretariat di Pondok Pesantren Bustanul Arifin ada di Desa Domas Kecamatan Mengantu Gresik.

3. Faktor kebutuhan pemahaman agama masyarakat Desa Domas

Banyaknya orang yang masih belum mengerti agama di Desa Domas Menganti Gresik, karena masyarakat disana lebih mementingkan hal-hal keduniawian. Oleh karena itu muncul Adanya kebutuhan pemahaman agama yang diperlukan orang-orang yang ada di Desa Domas. KH. Achmad Asrori bersama tokoh-tokoh Domas berinisiatif membentuk jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah sebagai wadah orang-orang Domas agar faham dan bisa memperbaiki penerapan dalam beragama Islam.

Kegiatan tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat, maka di buatlah sebuah Tempat pelaksaan kegiatan yaitu berada di sebuah Musholla, kegiatan yang dilakukan berupa perkumpulan yang isinya ceramah agama yang di sampaikan langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Banyaknya jama’ah yang ikut kelompok ini mendirikan suatu sekretariat dan tempat yang memadai untuk dijadikan tempat kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah.

Dengan berjalannya waktu dan jama’ah juga bertambah banyak, maka acara tersebut semakin terjadwal bukan hanya berupa kumpulan yang isinya ceramah, tetapi juga bertambah dengan mengadakan acara yaitu Manaqib dan Khususi.


(51)

Acara manaqib dilakukan pada hari sabtu dan senin setiap bulan, pada pukul 18.00 WIB dilaksanakan di Musholla Bustanul Arifin. Dalam pelaksanaan para jama’ah melakukan prosesi sebagai berikut :

a. Membaca khususon kepada Nabi Muhammad

b. Membaca khususon kepada Muslimin dan Muslimat yang telah meninggal

dunia.

c. Membaca Surat Yasin

d. Membaca Manaqib 1 sampai 7

e. Membaca La Ilaha Illallah dan Ibadallah

f. Membaca sholawat barzanji

g. Di akhiri dengan membaca doa yang ditujukan kepada Allas SWT.

Acara tersebut dilakukan dengan khidmat dan tenang. Acara Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah bukan hanya acara pengamalan Manaqib, tetapi juga melaksanakan Majelis Khususi yang dilaksanakan pukul 19.00 WIB ba’da sholat Isya’ di Kecamatan Menganti setiap minggu tempatnya beda-beda desa dan tempatnya selalu di masjid. Adanya jadwal khususi antara lain sebagai berikut:

1).Senin di Masjid Kebon Dalem Domas 2).Selasa di Masjid Kemorogan

3). Rabu di Masjid Gantang 4). Kamis di Masjid Menganti 5). Jum’at di Masjid Berancang


(52)

Rangkaian acara yang dilakukan dalam berbagai majelis di masing-masing desa di atas, antara lain sebagai berikut:

a).Membaca Khususon kepada Nabi Muhammad b).Membaca khususon kepada Muslimin-Muslimat

c).Membaca khususon kepada Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Ali dan para sahabat.

d). Membaca Surat An-Nash sebanyak 79 kali e). Membaca Surat Al-Ikhlas 100 kali.

f). Dan diakhiri dengan doa.

Menurut H. Ahmad Salamun sebagai informan yang sekaligus sesepuh desa peneliti, mengatakan bahwa:

Setelah membaca shalawat Nabi Muhammad di sela-sela itu terus berhenti dan sejenak penuh ketenangan dan berdoa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Isi doanya “ ya Allah Ya Roob curahkan Rahmat, berkah, ampuni segala dosa-dosa, sehat wal afiyat, cukupkan rizki. Dan mudahkanlah kami dalam berkumpul dengan hambah-hambahmu yang sholeh-sholihah.1

B.Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik

1. Inisiatif KH. Achmad Asrori Al Ishaqi mengumpulkan jama’ah

Lahirnya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, awal mulanya merupakan inisiatif

1


(53)

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Pendirian tarekat ini diteruskan oleh tokoh-tokoh yang ada di Desa Domas sebagai tugas tindak lanjut dari keinginan warga Desa Domas yang menjadi jama’ah saat di Pondok Pesantren Al-Fitrah yang dipimpin oleh KH. Achmad Asrori. Yang memelopori langsung pendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah adalah sebagai berikut :

a. H. Muktarom Ahyan

b. H. Hamdan Faruk

c. H. Ahmad Salamun

d. KH. Abdurrahman

e. KH. Abdul Sajad

Mereka semua adalah pelopor pertama kali berdirinya jama’ah tarekat di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, yang diutus langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Langkah awal tarekat ini di bentuk dengan mengadakan perkumpulan jama’ah yang di isi dengan ceramah yang dipimpin langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi.

Pertama jama’ah yang ikut masih sedikit karena belum mengerti dengan acara yang dilakukan oleh jama’ah tarekat tersebut. Tambahnya waktu masyarakat Domas mulai faham dan mengerti kegiatan yang dilakukan tarekat tersebut, dan ke kharismatikan KH. Achmad Asrori bisa menerik masyarakat untuk ikut dalam tarekat tersebut. Bertambahnya jumlah anggota jama’ah yang semakin meningkat, para tokoh Desa Domas berinisiatif membuat tempat yang memadai untuk para jama’ah. Jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa


(54)

Naqsyabandiyah di Desa Domas Kecamatan Mengati Gresik sudah mencapai 50 orang lebih yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Dengan banyaknya anggota jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah, maka pada tahun 1989 M semua tokoh tadi berinisiatif membuat suatu kelompok jama’ah dan tempat semacam Sekretariat untuk acara tersebut dan membuat suatu jadwal kegiatan tarekat yang didalamnya ada acara manaqib, khususi dan istighosah rutin yang dilakukan setiap bulannya. Acara yang dilakukan di dalam tarekat tersebut antara lain:

1). Membaca doa kepada Nabi Muhammad

2). Membacaa surat Yasin dan Tahlil lalu istighosah bersama 3). Membaca manaqib 1sampai 7

4). Membaca ibadallah dan la illaha ilallah

5). Sholawat barzanji 6). Doa

Dilakukan secara tenang, khidmat. Kegiatan tarekat ini semakin bertambah tahun semakin membaik dan banyak pengikutnya tidak ada yang menentangan dalam pelaksaan acara tersebut dan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah semakin berjaya sampai sekarang ini.2

2. Membentuk Yayasan atau Pondok Pesantren Bustanul Arifin

Awal mula didirikan Pondok Pesantren “ Bustanul Arifin” Dukuh Kebondalem Desa Domas Kecamatan Menganti, adalah atas inisiatif/

2


(55)

keinginan dan rintisan dari K.H.Ahmad Asrori Al-Ishaqi dari Surabaya, dengan maksud dan tujuan ingin memperkuat keyakinan beragama dan pengamalan ibadah para mursyid terdahulu “salafus sholihin” bagi masyarakat di daerah/ wilayah Kecamatan Menganti dan sekitarnya. Hal tersebut dilakukan karena untuk mengantisipasi yang nantinya daerah tersebut akan menjadi daerah industri maka perlu keberadaan Pondok Pesantren.

Pada tanggal 22 Robiul awal 1413 H (19 September 1992) Peresmian berangkat dari keinginan dan tujuan yang baik ini. kemudian KH. Achmad Asrori mengutus muridnya yaitu KH. Ahmad Salamun yang disini dia adalah salah satu dari tokoh Desa Domas untuk mencarikan sebidang tanah yang tepat dan cocok untuk lokasi pembangunan Pondok Pesantren. Untuk menindaklanjuti keinginan KH. Achmad Asrori tersebut, telah dihaturkan tiga lokasi tanah yang berada di beberapa desa antara lain:

1.Pelem watu 2.Domas 3.Boteng

Dengan menghaturkan contoh jenis tanah ketiga lokasi, Pada tanggal 19 Juli 1990 beliau telah menyampaikan bahwa diantara tiga contoh jenis tanah atau tempat yang diajukan, KH. Achmad Asrori memilih tanah yang lokasinya di Desa Domas Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

Alhamdulillah diberi kemudahan oleh Allah SWT tentang transaksi dan proses pembelian tanah dengan dukungan sepenuhnya serta khidmah dari


(56)

Ihwan Muridin dan Muhibbin Jama’ah Ath Thoriqot Qodiriyah Wan-Naqsabandiyah Kecamatan Menganti dan sekitarnya, tanah seluas 4.910 m2 dengan harga dua belas juta rupiah, telah dapat terlunasi pembayarannya pada tanggal 5 Nopember 1990 dan tanah tersebut sejak tanggal 20 September 1997 telah memiliki Sertipikat Hak milik Nomor : 104 dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Gresik yang berstatus tanah wakaf untuk Pondok Pesantren Bustanul Arifin Desa Domas Kecamatan Menganti.

Pada tanggal 14 Shofar 1411 H (24 Agustus 1991) Peletakan Batu Pertama yang dilakukan langsung oleh KH. Achmad Asrori dalam Pembanguanan Zawiyah atau Musholla Pondok Pesantren Domas Kecamatan Menganti Gresik. Pembangunan Musholla bertepatan dengan Acara Haul Akbar atau Pengajian.

Berselang satu minggu dari pembangunan musholla para tokoh Menganti mendapat petunjuk dari KH. Achmad Asrori bahwa Pembangunan Gedung Madrasah harus didahulukan, hal tersebut setelah diamati sendiri oleh KH. Achmad Asrori bahwa di sekitar lokasi Pondok Pesantren tersebut belum ada madrasah, sehingga untuk Pembangunan zawiyah atau musholla ditunda pelaksanaannya. Karena KH. Achmad Asrori melihat belum adanya madrasah maka di bangunlah Pondok Pesantren Bustanul Arifin terlebih dahulu.

Setelah di bangunnya madrasah Lembaga pondok pesantren ini dikelola oleh Pengurus Yayasan Pondok Pesantren “Bustanul Arifin” Domas


(57)

Kecamatan Menganti, berdasarkan Akta Notaris Ny. Nurlaily Adam, SH Nomor : 15 tertanggal 8 Desember 1990.

Pendaftaran santri Pondok Pesantren bersamaan dengan pendaftaran siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) mulai tahun ajaran 1992/1993.

Sebagian besar para Santri dari Siswa Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang setiap hari mengikuti kegiatan pengajian-pengajian dan kegiatan Ibadah- ibadah seperti di pondok-pondok lain. Dan kegiatan santri pondok. yaitu :

Jadwal pelajaran diniyah Pondok Pesantren Bustanul Arifin sesuai tabel di bawah ini:

Tabel. 1

Jadwal pelajaran diniyah Pondok Pesantren Bustanul Arifin

1Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at

2TAJWID NAHWU/ SHOROF

FIQIH MAULID

DURROSUL

SEJARAH NABI AKHLAK


(58)

Jadwal kegiatan ba’da magrib Pondok Pesantren Bustanul Arifin di bawah ini :

Tabel. 2

Jadwal kegiatan ba’da magrib Pondok Pesantren Bustanul Arifin

No Hari Kegiatan

1 Senin Shalawat burdah

2 Selasa Shalawat burdah

3 Rabu Shalawat burdah

4 Kamis Istighosah tahlil dan maulid

5 Jum’at Shalawat burdah

6 Sabtu Manaqib

7 Ba’da sholat asar dan magrib

Membaca al quran (putri di dalem)

Karena masih ada keterbatan saran dan prasarana kamar santri sementara menggunakan ruang kelas yang belum ditempati kegiatan belajar mengajar. Sementara jumlah Santri pada waktu itu sebanyak 60 – 70 Anak Putra/ Putri.

Pengelolaan pondok pesantren telah diatur oleh pengurus yayasan sebagai berikut : Tentang pengelolaan keuangan berupa ianah sahriyah dari para santri untuk keperluan bisaroh ustadz atau pengasuh dan konsumsi santri ( makan/ minum sehari 3 kali ), dikelola oleh pengurus yayasan dan masalah kegiatan pengajian dan kegiatan ibadah para santri dibimbing dan diatur oleh Pengasuh Pondok.

Pelaksanaan atau pengelolaan sebagaimana tersebut diatas hanya berjalan selama 5 bulan, disebabkan adanya permintaan dari Ibu Nyai Muslich Jauhari, tentang pengelolaan keuangan pondok pesantren akan dikelola sendiri


(59)

oleh pondok pesantren, sehingga untuk pengelolaan keuangan Pondok Pesantren bulan berikutnya dikelola langsung oleh Bu Nyai Muslich Jauhari.

Hari : Sabtu Tanggal 21 Januari 1995 Jam : 14.00 rapat pengurus yayasan dilaksanakan di rumah H.Achmad Salamun dalam membahas tentang santriwan santriwati yang boyong tidak kembali ke Pondok sejak tanggal : 06 – 13 Januari 1995 sekitar 66 anak kecuali 4 anak laki-laki .

Permasalahan yang sangat memprihatinkan adalah suatu lembaga yayasan pondok pesantren tetapi sejak awal tahun 1995 sampai sekarang tidak pernah ada santriwan atau santriwati yang kerasan tinggal di Pondok Pesantren Bustanul Arifin .

Banyaknya santriwan-santriwati yang boyong maka Yayasan mengadakan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan formal dengan mengikuti kurikulum Departemen Agama. Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah berjalan stabil, semakin lancar dan ada perkembangan yang mengembirakan tetapi harus tetap diusahakan agar lebih maju dan lebih bermanfa’at untuk menjadikan anak yang sholeh sholihah. Dan pada tahun 1997 sampai 2000 yayasan berjaya lagi dan berkembang maju sampai sekarang.

Setelah di bangunya Pondok Pesantren Bustanul Arifin yang di dalamnya pengajaranya terdapat madrasah, setelah itu di adakanlah pembangunan atau Peresmian Zawiyah atau Musholla Pondok Pesantren Bustanul Arifin diselenggarakan dengan Acara Pembacaan Manakib Sulthonul


(60)

Auliya’ As Syekh Abdul Qodir Jailany RA. Pada tanggal 13 Rajab 1414 H ( 27 Desember 1993 ). Pelaksanaan tersebut atas petunjuk dan persetujuan serta restu dari KH. Achmad Asrori.

Pada tanggal 19 Desember 1993 Zawiyah tersebut telah ditetapkan sebagai tempat Khususiyah dan manaqib Thoriqot Qodiriyah Wan-Naqsabandiyah Al-Utsmaniyah setiap hari yang di sesuaikan di jadwal .3

3. Membentuk kegiatan manaqib dan khususi

Kegiatan manaqib dilakukan setelah dibangunnya komisariat dan musholla yang lebih baik di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Karena sudah terjadwal dan tersusun rapi dalam pelaksanaanya, maka kegiatan itu dilakukan di musholla Bustanul Arifin yang dilaksankan pada hari sabtu pada pukul 18.00 WIB. Dibawah ini susunan jadwal manaqib yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Bustanul Arifin.

Tabel. 3

Jadwal kegiatan manaqib tahun 2014

No Hari / pukul Tanggal Tempat

1. Sabtu /18.00 08 Februari 2014

08 Rabi’ul Awal 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

2. Sabtu /18.00 15 Maret 2014

13 Jumadi Awal 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

3. Sabtu /18.00 12 April 2014

11 Jumadil Akhir 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

4. Sabtu /18.00 10 Mei 2014

10 Rajab 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

5. Sabtu /18.00 07 Juni 2014

08 Sya’ban 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

3

Bustanul Arifin,”Menyonsong Dua Dasawarsa Yayasan Pondok Pesantren Bustanul Arifin” Gresik (2010), 2-7.


(61)

6. Sabtu /18.00 5 Juli 2014

07 Ramadhan 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

7. Sabtu /18.00 09 Agustus 2014

12 Syawal 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

8. Sabtu /18.00 06 September 2014

11 Dzul Qo’da 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

9. Sabtu /18.00 04 Oktober 2014

09 Dzul Hijah 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

10. Sabtu /18.00 01 November 2014

08 Muharram 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

11. Sabtu /18.00 06 Desember 2014

13 Syafar 1435 H

Musholla “Bustanul Arifin”

Dan dibawah ini di jelaskan jadwal khususi yang dilakasanakan di Pondok Pesantren Bustanul Arifin. Acara tersebut lakukan pada hari senin dan selasa setelah shalat ashar, acara khususi bukan hanya dilaksankan di Pondok Pesantren saja tetapi di laksanakan di desa-desa yang ada di Kecamatan Menganti. Di bawah ini susunan jadwal khususi antara lain:

Tabel. 4

Jadwal kegiatan Khususi se-Kecamatan Menganti

No Hari Tempat atau desa pelaksanaan acara

1. Sabtu Kebon Dalem Domas

2. Minggu Kemorogan

3. Senin Desa Gantang

4. Selasa Desa Menganti

5. Rabu Di Masjid Brancang

C.Deklarasi Pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

Pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah, dipimpin langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi yang dipelopori langsung oleh masyarakat Domas


(62)

Menganti Gresik. Tokoh-tokoh yang melopori antara lain : H. Muktarom Ahyan, H. Hamdan Faruk, H. Ah Salamun, KH. Abdurrahman, KH. Abdul Sajad. Mereka semua ini yang menjadikan suatu tarekat di Desa Menganti terus berkembang dan semakin banyak, perkumpulan yang dilakukan antara KH. Achmad Asrori dengan kelima tokoh tersebut adalah bertujuan untuk menetapkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik pada tahun 1988.

Awalnya jama’ah yang ikut masih sedikit dalam pelaksanaan tarekat ini, lambat laun jama’ah tarekat ini banyak yang ikut karena tertarik dengan kegiatan yang dilakukan oleh Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang ada di Desa Domas ini. Dengan tujuan untuk mendalami agama Islam. Karena semakin banyaknya pengikut, maka KH. Achmad Asrori dan para tokoh Desa Domas berinisiatif membentuk suatu wadah atau suatu Oraganisasi yang di tempatkan di seketariat yang ada di Desa Domas untuk jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang dinamakan Oraganisasi Al-Khidmah. Organisasi ini adalah organisasi yang melaksanakan seluruh rangkaian acara yang dilaksanakan oleh jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah, yaitu dilaksanakan kegiatan Manaqib dan Khususi setiap bulanya. 4

Susunan kepengurusan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik pada tahun 1988-2000 antara lain:

4


(63)

Susunan pengurus Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmamniyah Desa Domas Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik5

5

Dokumen Pondok Pesantren Bustanul Arifin “ Susunan Kepengurusan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah Kecamtan Menganti Gresik”. 20 november 2015.

Dewan Penasehat 1. KH. Abdurrhaman

(Menganti)

2. KH. Achmad Cholili (Mojo Tengah)

3. Moh. Usman

(Putat Lor)

4. H. Mahfudz, S.Ag (Menganti)

5. Moh. Husnan, S.Ag (Menganti)

Ketua : Wakil Ketua :

H. Achmad Salamun, S.Ag (Menganti)

H. Moh Sukro (Menganti)

Sekretaris Wakil Sekretaris

Edy Susanto (Kedamean)

Ahmad Khudori (Kemorogan Pranti)

Bendahara Wakil Bendahara

H. Muchtarom, S.Ag (Menganti) H. Nur Hasan (Menganti)


(64)

Koordinator Khususi

1. H. Sutrisno (Menganti) 2. Sarito (Drancang)

3. Khoirul Anam (Kemorogan

Pranti)

4. H. Moh Supi’i (Gantang

Boboh)

5. Asmari (Putat Lor)

Koordinator Manaqib

1. Asmari (Putat Lor)

2. Sulkan Syahid (Kemorogan


(1)

68

agama secara mendalam. Adanya pengajaran yang dilakukan oleh KH.

Achmad Asrori yang diterapkan dalam kegiatan tarekat masyarakat Desa

Domas ini bisa menjadikan masyarakat Desa Domas lebih baik dalam

beribadah dan dal am pengamalan agama. Disini KH. Achmad Asrori bukan

hanya membuat acara tarekat. Tetapi juga mendirikan suatu yayasan atau

Pondok Pesantren yang di sediakan untuk pengajaran agama bagi anak-anak

penerus bangsa.

3. Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa

Domas Kecamatan Menganti Gresik yang di bawah oleh KH. Achmad Asrori

Al Ishaqi mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun 1988 sampai

2000, yang mana hal ini dapat di lihat dari segi kegiatan, saran dan prasarana,

dan jumlah anggota tarekat.

a. Awal mulanya di tahun 1988 jumlah anggota hanya 5 orang, dengan

bertambahnya waktu jumlah anggota pada tahun 1991 sampai 1994

bertambahnya juga jama’ah tarekat di desa tersebut yakni berjumlah 50

orang. Lalu jumlahnya mencapai 100 orang lebih ini pada tahun 1995

sampai 1997, kemudian di akhir tahun 2000 sampai sekarang jumlah

jama’ah sekitar 1000 orang lebih. Hal ini menunjukkan eksistensi Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah mendapat respo positif di

kalangan masyarakat luas.

b. Dari segi saran dan prasarana awalnya hanya surau, tetapi berkembangnya

waktu tepatnya 1990 sampai 2000 sudah mengalami kesempurnaan fisik


(2)

69

melaksanakan acara Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah

Al-Utsmaniyah.

c. Kegiatan yang dilaksanakan Manaqib yang dilaksanakan tiga kali dalam

seminggu sabtu akhir, senin akhir, dan malam minggu kedua, dan kegiatan

khususi yang dilakukan setiap minggu di tiap-tiap desa. Dan untuk

mencapai ketingkat yang lebih tinggi dalam spiritual dan mempererat tali

silaturrahmi antar anggota.

4. Hasil dari perjuangan seorang Mursyid KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah mempunyai pengaruh

yang sangat besar baik dalam bidang keagamaan dan bidang sosial. Hal ini

nampak dalam kehidupan masyrakat yang sangat antusias dalam menjalankan

ajaran agama dan mau bekerja keras untuk memenuhi kehidupan hidupnya

sehari-hari.

B.Saran

1. Adanya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa

Domas Kecamatan Menganti Gresik menjadi sosok figur yang dapat

meluruskan aqidah islamiyah pada masyarakat di Desa Domas Kecamatan

Menganti Gresik, sebagaimana yag telah dicontohkan oleh Nabi dan Rasul

untuk tetap kembali kepada agama Islam yang benar. Tanpa adanya bentuk

terapan yang pasti maka ajaran yang sebenarnya sulit untuk diterima kalangan

masyarkat apalagi ketika dihadapkan kepada budaya kontemporer. Dari itu

penulis mengharap agar masyarakat Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik


(3)

70

2. Hendaklah para pengikut dan murid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik selalu meningkatkan

peran di masyarakat baik lembaga maupun sekitarnya. Memberi contoh yang

baik dengan menjaga kebaiakan jasmani dan rohani agar masyarakat tahu kalau

tarekat itu tidak mementingkan dunia, bahkan bisa menyatu dalam kehidupan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Kharisuddin. Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.

Abdurrahman, Dudung. Metode penelitian Sejarah. Jakarta :Logos Wacana Ilmu,

1999.

Bruinessen, Martin. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan,

1992.

Giddens, Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern Suatu Analisis

Terhadap Karya-Tulis Max Weber. Jakarta: Universitas Indonesia, 1986.

Ghozali, Imam. Munajat Al-Ghozali Dzikir dan Doa Wacana Amaliyah

Keseharia. Surabaya: Risalah Gusti, 1998.

Ishaqi, Asrori. Untain Mutiara Dalam Ikatan Hati Dan Jalinan Rohani Jilid 1.

Surabaya: Al Wafa, 2009.

. Apakah Manaqib Itu?. Surabaya: Al Wafa, 2010.

. Al-Anwar Al- Khususiyah Al-Khotamiyah. Surabaya:Al-Wafa,

2004.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Sukamto. Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: PT Pustaka LP3ES,

1999.

Suhardono, Edy. Teori Peran: Konsep, Derivasi, dan Implikasinya. Jakarta:


(5)

Syam, Nur. Pembangkangan Kaum Tarekat. Surabaya: LEPKIS, 2004.

Soejono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar cet.4. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1990.

Zulaicha, Lilik. Metodelogi Sejarah. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya,

2004.

Dokumen :

Dokumen Al-Fitrah “Silsilah Keluarga KH. Achamd Asrori Al Ishaqi”.

Dokumen “Silsilah Ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabsndiyah Al Utsmaniyah”.

Dokumen Tareket di Desa Domas “Jadwal Manaqib dan Khususi”.

Dokumen “ Susunan Kepengurusan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah Kecamtan Menganti Gresik”.

Dokumen “Jadwal Tarekat”.

Bustanul Arifin,”Menyonsong Dua Dasawarsa Yayasan Pondok Pesantren Bustanul Arifin” Gresik 2010.

Internet :

Al-Khidmah,”Biografi Hadratus Syekh KH Achmad Asrori”, http://Al-Khidmah-klopox.blogspot.co.id. 9 november 2015.

Skripsi :

Setyaningsih, Wiwin. “Pemikiran Kiai Achmad Asrori Al Ishaqi Tentang Tasawuf dan Tarekat”. Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin Surabaya, 2011.


(6)

Wawancara :

Dini. Wawancara jama’ah Al-Hikmah, Gresik, 23 November 2015.

Kudhori, Achmad. S.PD.I, Wawancara, Gresik.20 November 2015.

Rosyid, Abdur. Wawancara, Surabaya, 30 November 2015.


Dokumen yang terkait

METODE ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR KLATEN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

1 7 11

METODE ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR KLATEN Metode Zikir Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Pondok Pesantren Al-Manshur Klaten.

2 5 10

KONTRIBUSI MAJELIS TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH TERHADAP PENGENDALIAN STRESS : STUDI EKSPLORASI JAMA'AH TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI PONDOK PESANTREN AL FITHRAH KELURAHAN KEDINDING KECAMATAN KENJERAN SURABAYA.

7 40 179

Konstruksi pemikiran KH. Achmad Asrori al Ishaqy dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren Assalafi al Fithrah Surabaya.

3 16 143

Peran “komunitas “orong-orong” dalam pengembangan tarekat qodiriyah wa naqsabandiyah al-ustmaniyah di Kecamatan Gresik tahun 1988-2005 M.

1 9 97

PENDIDIKAN TAREKAT PERSPEKTIF KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQY DAN RELEVANSINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL.

0 0 73

METODE DAKWAH JAMAAH TAREKAT QODIRIYAH AL ANFASIYAH DESA KEPUNTEN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.

0 0 127

Epistemologi tasawuf dalam kitab al Muntakhabatu fi rabitati al qalbiyyati wa silati al ruhiyyah karya K.H. Ahmad Asrori Ishaqi.

2 4 98

Gerakan Dakwah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Grobogan

0 0 33

Peranan Zakat Sebagai Manifestasi Ketaqwaan Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Implementasi Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik)

1 1 10