juga cara mudah untuk menemukan sumber-sumber air di dalam hutan. Misalnya, untuk mengenali arah mata angin di tengah hutan dapat dilihat dari
arah belitan pertama dari tumbuhan menjalar seperti andor tumbuhan liar, yang menunjukkan arah timur. Untuk mengenali dengan mudah tempat-tempat yang
memiliki sumber mata air di hutan, dapat diketahui dengan memperhatikan embun yang menyelimuti hutan di pagi hari. Kumpulan embun yang paling
bawah atau yang paling terakhir naik menandakan bahwa disekitar itu ada mata air.
303
2. SUMATERA SELATAN
Untuk memahami konteks kearifan lokal pada masyarakat Sumatera Selatan dapat dilihat dari perjanjian adat yang dibuat secara tertulis dan
diketahui serta disaksikan oleh kepala desa atau lurah dan pemangku adat setempat sebagaimana diuraikan berikut ini:
Pemilik atau pemelihara hewan berkaki empat kerbau, sapi, kuda, kambing dan babi harus mengandangkan hewannya pada malam hari dan
mengembalakan atau menambatkannya pada siang hari khususnya babi harus dikandangkan dan tidak boleh berkeliaran diluar kandang baik pada siang hari
maupun malam hari, pelanggar ketentuan ini mengakibatkan reaksi adat ,dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
304
303
Ibid , hal 43
304
Lukisan adat istiadat sumatera selatan undang undang simbur cahaya oendang- oendang usali disumatera selatan pemerintah propinsi sumatera selatan 2002 percetakan
universitas sriwijaya hal.36
Universita Sumatera Utara
Apabila hewan berkaki empat sapi, kerbau, kuda, kambing dan babi merusak sawah, ladang, kebun atau tanaman milik orang lain yang berpagar
dengan baik atau dijaga dan menimbulkan kerugian pada orang lain itu,maka pemilik atau pemelihara hewan bertanggung jawab dengan memberikan ganti
rugi atas kerugian orang lain.
305
Orang tidak dibenarkan menangkap ikan disungai atau diperairan umum dengan menggunakan alat alat terlarang seperti dinamit, arus listrik, dan tuba
mutas. Pelanggaran ketentuan itu mengakibatkan reaksi adat dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
306
Orang tidak dibenarkan menutup habis menutup sepenuhnya sumber mata air yang merupakan kebutuhan orang banyak. Pelanggaran ketentuan itu
mengakibatkan reaksi adat dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
307
Masyarakat Sumatera Selatan juga memiliki undang undang mengenai perlindungan lingkungan yang dapat dilihat dalam karangan undang undang
Simboer Tjahaja simbur cahaya yang terpakai diuluan karesidenan Palembang. Adapun beberapa peraturan yang dapat dipahami sebagai pengaturan terhadap
lingkungan hidup adalah sebagai berikut
308
305
Ibid,
:
306
Ibid,
307
Ibid, hal 37
308
Ibid, hal 95
Universita Sumatera Utara
1. Tiap-tiap tahun hendak proatin membagi tanah akan berladang pada peranakannya dan ia hendak periksa supaya segala peranakan membuat serta
pelihara ladang Pasal 15. 2. Hendak pasirah proatin jaga supaya jangan peranakannya pungut kapas
sebelumnya sampai masak Pasal 16. 3. Jika orang membakar ladang lantas orang lain punya tanduran seperti :
Duren, Kelapa, Sirih atau lain-lain mutung sebab orang yang bakar ladang kurang jaga maka itu kena denda dari 6 ringgit sampai 12 ringgit dan kena ganti
tanduran yang mutung dengan harga yang patut. Dan denda dibagi dua sebagi pulang pada yang punya tanduran dan sebagi pada pasirah proatin Pasal 20.
4. Dari kerbau malam hendak dikandangi dan siang boleh dilepaskan dan jika hari malam kerbau masuk orang punya ladang lantas ditangkap oleh orang
punya ladang itu maka orang yang punya kerbau kena tebus di dalam satu kerbau lima ringgit. Dan jika orang punya ladang tiada dapat tangkap itu kerbau boleh
ia bunuh tiada ada perkaranya dan satu pukang kerbau yang mati ia antar pada yang punya kerbau dan lain daging orang ladang yang punya.
Dan jika siang hari kerbau masuk orang punya ladang tiada boleh dibunuh melainkan hendak diusir. Dan jika yang punya ladang tikam, ia kena ganti harga
kerbau Pasal 22. 5. Jika orang bergade tiada dengan perjanjian tiada boleh ditebus sebelum
buahnya terpungut oleh orang pegang kebon itu Pasal 26.
Universita Sumatera Utara
6. Jika orang akan berladang di marga asing hendaklah minta izin pada pasirahnya dan ia membayar sewa bumi pada yang punya tanah di dalam satu
bidang 1 ringgit, dan itu uang pulang pada orang banyak. Dan yang melanggar ini adat kena denda 6 R “Maling utan” Pasal 27.
7. Jika orang yang numpang bertalang atau berkebun di tanah lain dusun atau marga hendak balik ke dusun sendiri, ia punya tanaman segala pulang pada
yang punya tanah Pasal 28. Pengaturan perlindungan lingkungan pada masyarakat Sumatera Selatan
adalah suatu sistem saling menghargai antara pemilik tanah dan pemilik hewan ternak. Peraturan ini dibentuk agar ada solusi apabila ada kerugian yang timbul
akibat kelalaian pemilik ternak didalam menjaga ternaknya,kepada orang lain. Dalam peraturan ini juga diatur apa saja hak pemilik tanah dan apa saja hak
pemilik ternak sehingga sengketa dapat diselesaikan dengan lebih baik.
3 . ACEH
Kearifan lokal untuk menjaga lingkungan khususnya lingkungan laut dapat pula dipahami dari Keputusan Musyawarah Panglima Laot tentang Pembinaan
dan Pengembangan Adat-Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Musyawarah yang dilakukan oleh Lembaga adat di Propinsi Daerah Istimewa Aceh, maka
musyawarah mengambil keputusan sebagai berikut
309
309
Keputusan pertemuan musyawarah Panglima laot se propinsi Daerah Istimewa Aceh 6-7 juni 2006 dibanda aceh
:
Universita Sumatera Utara
1. Hukum adat laut dan adat-istiadat merupakan hukum-hukum adat yang diperlukan oleh masyarakat nelayan untuk menjaga ketertiban dalam
penangkapan ikan dan kehidupan masyarakat nelayan di pantai. 2. Untuk mendukung tetap tegaknya hukum adat laot sebagai pengisi
kekosongan hukum positif nasional dalam bidang keperdataan laut, sangat diperlukan untuk keikutsertaan Pemerintah terutama aparat keamanan Negara
untuk melindungi Panglima Laot pada saat menetapkan sanksi-sanksi adat. 3. Keputusan Musyawarah Panglima Laot tentang hukum adat laot ini
merupakan kelengkapan dari hukum adat Laot yang sudah ada sebelumnya dari masing-masing Daerah Tingkat II dalam Propinsi Daerah Istimewa Aceh
dan oleh karena hal tersebut diharapkan seluruh Panglima Laot di Propinsi Daerah Istimewa Aceh supaya dapat mengumumkan kepada seluruh nelayan
yang ada dalam daerahnya masing-masing. 4. Hukum Adat Laot dari Panglima Laot dari Propinsi Daerah Istimewa Aceh
merupakan hukum adat yang berlaku di Daerah Tingkat II masing-masing Nelayan atau pengusaha perikanan laut daerah yang melakukan usaha
penangkapan ikan di daerah perairan Tingkat II tersebut tunduk pada hukum adat yang berlaku di daerah itu.
5. Panglima Laot merupakan Lembaga Adat dan karena kedudukannya berfungsi sebagai ketua adat bagi kehidupan nelayan di pantai, serta merupakan unsur
penghubung antara pemerintah dengan rakyat nelayan ditepi pantai guna
Universita Sumatera Utara
mengsukseskan program pembangunan dan program Pemerintah secara umum.
6. Hasil musyawarah ini dikirimkan kepada seluruh instansi terkait dengan harapan bila timbul masalah-masalah yang menyangkut dengan hukum adat
laot dapat membantu dan melindungi hukum adat laot dapat membantu dan melindungi hukum adat ini lapangan.
Dalam suatu wilayah di pesisir pantai atau dimana nelayan berdomisili dan melakukan usaha penangkapan ikan yaitu dimana nelayan berpangkalan dan
masyarakat nelayan berdomisili, dipimpin oleh Panglima Laot yang mana fungsi Panglima Laot adalah sebagai pembantu Pemerintahan dalam membantu
pembangunan perikanan, melestarikan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat nelayan.
Dalam melaksanakan fungsinya, Panglima Laot mempunyai tugas antara lain
310
1. Memelihara dan mengawasi ketentuan-ketentuan Hukum Adat dan Adat Laot.
:
2. Mengkoordinir dan mengawasi setiap usaha penangkapan ikan di laut. 3. Menyelesaikan perselisihansengketa yang terjadi diantara sesama anggota
nelayan atau kelompoknya. 4. Mengurus dan menyelenggarakan upacara Adat Laot.
310
Ibid hal 2
Universita Sumatera Utara
5. Menjagamengawasi agar pohon-pohon ditepi pantai jangan ditebang, karena ikan akan menjauh ketengah laut perlu disesuaikan dengan kondisi
dan situasi daerah setempat. 6. Merupakan badan penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan
Panglima Laot dengan Panglima Laot lainnya. 7. Meningkatkan taraf kehidupan nelayan pesisir pantai.
Keputusan Musyawarah Panglima Laot tentang Pembinaan dan Pengembangan Adat-Istiadat Daerah Istimewa Aceh mengatur tentang
Organisasi Panglima Laot, Cara Berpayang Dilaut, Masalah Meletakkan Tuas Dilaut, Masalah Memotong Tuas dan Unjam, Masalah ikan Dituasan kapal lain,
Penangkapan Benur dan Nener, Tata Cara Persidangan , Sanksi Hukum, Pengaturan Keuangan LPHAL, serta Pasal Tambahan. Dengan adanya keputusan
musyawarah panglima laot , maka setiap tindakan yang terjadi dilaut dapat lebih teratur sehingga setiap sengketa dan tindakan yang melanggar hukum dapat
dijatuhi sanksi dan dapat diselesaikan dengan lebih baik.dengan adanya keputusan musyawarah ini juga maka ekosistem dilaut dapat lebih terjaga dan
kelestarian lingkungan pasti terjamin akibat adanya sanksi yang akan diterima apabila terjadi kelalaian.
4. SULAWESI SELATAN