secara kolektif, 3 akses keterlibatan masyarakat secara meluas, termasuk wanita, dalam pemanfaatan sumberdaya laut, 4 pengaturan jadwal kegiatan
eksploitasi jenis-jenis sumberdaya perikanan menurut musik, jadi mengandung juga sistem kuota, 5 pengaturan mengenai tipe teknologi produksi yang
digunakan, 6 aspek kelembagaan pemasarankoperasi nelayan, 7 ciri ekonomi subsistem dan 8 menguatnya jiwa dan ketaatan kolektif pada adat dan
norma. Tatanan komunalisme lokal seperti ini secara relatif menjamin keseimbangan
ekologiekosistem, pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan, dan integrasi masyarakat komunal yang stabil dalam kawasan
Taka Bonerate, khususnya Rajuni.
315
2. Rumpon dan Bagang sebagai Institusi Penguasaan Lokasi Perikanan
Secara Individual. Rumpon merupakan sarana bantu tangkap untuk usaha perikanan pukat yang telah dipertahankan oleh nelayan Bugis sejak ratusan
tahun silam. Rumpon merupakan konstruksi berupa rakit yang terbuat dari puluhan batang bamboo panjang. Pada rakit yang terapung di permukaan laut
diikat dan dihubungkan dengan jangkar di dasar laut dengan sebuah tali induk yang panjang rotan atau nilon dan kuat. Pada tali induk sekitar 5 m hingga 20
m dibawah air dipasang daun-daun kelapa rumpon yang berfungsi sebagai sarana pemikat ikan-ikan untuk terkonsentrasi pada rumpon, yang pada
gilirannya dikepung dengan jala lompopanja pukat besar tradisional. Sejak
315
Ibid
Universita Sumatera Utara
kira-kira 20 tahun terakhir sebagian besar nelayan telah menggunakan gaerengge
pukat cincin ukuran besar yang eksploitatif
316
Ditinjau dari aspek kelestarian lingkungan, teknik rumpon mengandung dua bentuk kearifan lingkungan, yaitu pada wujud teknikpraktik dan aturan hak
kepemilikan lokasi perikanan. Pertama, arena teknik penangkapan selektif pada ikan-ikan dewasa yang hidup dipermukaan ukuran net disesuaikan dengan
jenis-jenis ikan tangkapan, maka gejala penangkapan berlebih overxploitation dan penangkapan anak-anak ikan growth overexploitation dapat dihindarkan.
Kedua, rumpon sekaligus merupakan aturan adat penguasaan lokasi-lokasi rumpon
secara individualkeluargakelompok nelayan individual family groups proverty rights
. Lokasi rumpon minimal seluas 100 m keliling diukur dari tempatposisi rumpon. Dengan hak-hak penguasaan yang eksklusif tersebut
memungkinkan kondisi dasar, termasuk area terumbu karang, dapat terlindungi dari pemanfaatan secara terbuka open access use yang potensial merusak
habitat terumbu karang .
317
Seperti halnya rumpon, bagang pun mengandung aturan adat kepemilikan hak atas area perikanan di laut. Perikanan bagang terdiri dari komponen-
komponen material utama berupa pondok yang dipasang pada sebuah perahu bagang
berbentuk perahu lesung yang panjang, pukat besar berbentuk empat .
316
Ibid hal. 5.
317
Ibid
Universita Sumatera Utara
persegi dengan ukuran lubang yang sangat kecil diperuntukkan bagi penangkapan ikan-ikan kecil yang hidup dipermukaan laut, dan lampu-lampu
petronak, lampu gas, lampu listrik sebagai sarana penerang untuk memikat ikan-ikan di waktu malam bulan gelap. Karena di Sulawesi Selatan nelayan
kebanyakan mengoperasikan bagang di area taka-taka yang dalam sehingga lokasi-lokasi terumbu karang tertentu dapat terlindungi dari perilaku
pemanfaatan secara terbuka, terutama dengan penggunaan sarana tangkap deskriptif seperti bius, bom dan lain-lain
318
3
. Hantu atau Jin Laut di Taka Kayu Bulan, Taka Balaloong, dan Taka
Kumai Taka Bonerate. Dari banyak nelayan senior di Taka Bonerate
Diperoleh cerita rakyat tentang adanya tempat-tempat keramat yang ditakuti nelayan dan kawasan Taka Bonerate bagian selatan dan tenggara. Misalnya,
Taka Kayu Bulan, Taka Balaloong, dan Taka Kumai, dipercaya masyarakat Pasitallu dan Jinato, adalah angker yang dijaga oleh jin-jin atau hantu-hantu laut
yang dapat mengubah-ubah dirinya dalam wujud-wujud yang mengerikan. Mahluk-mahluk keramat ini seringkali menjebak nelayan dengan memunculkan
jenis-jenis tangkapan bernilai ekonomi tinggi, seperti teripang hitam, kerang mutiara, dan lain-lain dalam jumlah banyak. Apabila ada nelayan yang serakah
.
318
Ibid
Universita Sumatera Utara
dan takabbur yang langsung mengambilnya, maka nelayan tersebut akan menjadi korban kesakitan atau mati ditempat.
319
Dengan kepercayaan terhadap cerita tempat keramat, sampai saat ini sebelum memulai penangkapan ditempat-tempat tersebut nelayan terlebih
dahulu meminta izin dan sangat berhati-hati. Setiap nelayan yang masuk ke lokasi-lokasi tersebut menahan diri dari sikap takabbur, berbicara sembarangan,
bahkan tidak begitu saja mengambil biota-biota yang sudah ada didepan matanya. Untuk memasuki lokasi-lokasi tersebut nelayan pun mempersiapkan
mantra-mantra dan doa-doa yang diandalkan. Pokoknya, kepercayaan tersebut menjadi pembimbing bagi nelayan untuk bertindak dengan penuh kehati-
hatian.
320
4. Roh Bulek di Taka Meriam dan Taka Belanda. Nelayan dikepulauan