BALI Penerapan Kearifan Lokal Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Langit adalah Tuhan suami ibu yang menurunkan hujan kesuburan yang menggemburkan tanah. Jadi dengan upacara menghadirkan dan berkomunikasi dengan Tuhan Ibu Pertiwi, Bapak di langit, dan roh-roh halus di hutan Tanah adalah milik individual keluarga yang diwariskan secara turun- temurun dan tidak diperjual belikan. Hitungan hari tujuh: mim, ayop, ayomin, kaming, anggo, kum, dan ef hari terbaik. Ibu berperan dalam mengundang dan mengumpulkan warga kerabat untuk tenaga kerja. Makanan sagu, babi, dan umbi-umbian, buah-buahan. Semua hasil adalah dinikmati keluarga, kerabat dan warga masyarakat. 335 Melihat kearifan lokal didaerah papua, masyarakat papua sangat menghargai lahan pertanian sebagai bahagian dari hidup mereka. Mereka tidak boleh melukai atau merusak lahan mereka karena lahan adalah kehidupan mereka. Masyarakat Papua juga tidak diijinkan melakukan jual beli terhadap lahan mereka sehingga dengan demikian, lahan akan tetap dikuasai masyarakat setempat dan kearifan lokal dapat terlaksana sehingga lahan tetap subur dan terjaga kwalitasnya.

6. BALI

Masyarakat Bali juga memiliki kearifan lokal yang sangat menarik dan selalu dapat dilihat dikehidupan sehari hari masyarakat tersebut. Pertama kita dapat melihat kearifan lokal hening yang selama 24 jam telah dipraktikkan 335 Ibid hal 15 Universita Sumatera Utara masyarakat Bali atau yang biasa dikenal dengan nyepi secara turun-temurun dan hal itu dinilai mampu mengurangi emisi gas rumah kaca atau GRK. Masyarakat Bali mengenal falsafah Tri Hila Karana, hubungan yang serasi dan harmonis sesama umat manusia alam lingkungan dimana Tuhan Yang Maha Esa, Hal itu diharapkan bisa ditiru untuk menjadi dasar pembangunan berkelanjutan yang tetap menitikberatkan pada ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah satu praktik Tri Hila Karana adalah melaksanakan hening atau dikenal sebagai Nyepi saat tahun baru Saka yang jatuh setiap bulan Maret atau awal April. Upaya tersebut untuk melakukan refleksi diri dan mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta serta hening sebagai usaha memberikan ruang kepada alam untuk bernafas dan memperbarui diri. 336 Tradisi lain adalah tradisi mesatua bali yang dituturkan oleh para orang tua pada anaknya akan terlihat dari perilaku anak tersebut sehari-harinya, apalagi ditambah dengan gaya bertutur yang baik, diterima anak, ada respon dari mereka maka akan berefek pada kemampuan mentalnya dalam membedakan baik dan buruk. Seiring perkembangan zaman, anak-anak harus sering-sering diberikan cerita-cerita yang menggugah kesadaran mereka akan pentingnya cinta kasih terhadap sesama dan mahluk lainnya. 337 336 www.nenielse99.wordpress.com diakses pada 10 desember 2013 337 Ibid Universita Sumatera Utara Umat Hindu di Bali juga memperingati Rerahinan Tumpek Kandang. Rerahinan yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Wuku Uye itu sejatinya memiliki makna untuk mengembangkan kasih sayang kepada semua ciptaan Tuhan, khususnya satwa hewan. Melalui ritual Tumpek Kandang, umat diharapkan mampu mengembangkan sektor peternakan untuk memperkuat sendi-sendi perekonomian. Sunarigama dinyatakan Saniscara Kliwon Uye pinika prakertining sarwa sato. Artinya, hari itu hendaknya dijadikan tonggak untuk melestarikan semua jenis hewan. Perayaan Tumpek Kandang bukanlah prosesi ritual untuk menyembah hewan. Tumpek Kandang merupakan perayaan keagamaan untuk memuja Siwa Pasupati, Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan satwa, pada saat Tumpek Kandang, hewan khususnya ternak dibuatkan otonan yang pada intinya umat memuja Sang Hyang Siwa Pasupati, manifestasi Tuhan sebagai rajanya semua mahluk hidup. Dalam prosesi ritual itu umat memohon ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi agar ternak peliharaannya diberkati kerahayuan. Tetapi, secara filsafi perayaan Tumpe Uye itu mengandung makna hendaknya mengembangkan kasih sayang kepada semua mahluk ciptaan-Nya. Dalam konteks ekonomi, prosesi ritual itu Universita Sumatera Utara mengamanatkan sektor pertanian dalam arti luas peternakan bisa dikembangkan untuk memperkuat sendi-sendi perekonomian masyarakat. 338 Organisasi pengairan dalam bidang pertanian yaitu subak yang diterapkan secara turun temurun di Bali mengandung kearifan lokal dan mampu beradaptasi dengan kemajuan bidang pertanian modern. Kurikulum lokal tersebut antara lain menyangkut agama, budaya, lingkungan, ekonomi, hukum dan kelembagaan, kearifan religius yang terkandung dalam organisasi subak terbukti pada keyakinan tentang ketuhanan spiritual yang semuanya itu menjadi roh kehidupan organisasi pengairan bidang pertanian. 339 Melalui teks theologies, sistem simbul dan aktifitas ritual menjadi lingkungan tata kehidupan yang harmonis dan serasi. Untuk itu, petani yang terhimpun dalam waduh subak berusaha memelihara dan menjaga kesucian seluruh areal subak serta mencegah terjadinya proses keletahan kotor. Kearifan kultural yang terkandung dalam subak menitikberatkan pada energi budaya yang mencakup etika, logika dan estetika. Melalui landasan filosofi, tata nilai dan tatanan aktifitas subak diharapkan mampu mempertahankan konsep Tri Hita Karana yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat 338 Ibid 339 Ibid Universita Sumatera Utara manusia. manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga menjadi landasan filosofi subak. 340 Keyakinan anggota subak mengkonsepsikan tanah sebagai Ibu Pertiwi, air sebagai simbul Dewa Wisnu dan padi sebagai Dewi Sri yang mampu memperkuat eksistensi kearifan lokal yang dijiwai agama Hindu. Kehidupan siklus ritual terhadap tanaman padi tersebut sejalan dengan upacara siklus kehidupan manusia sebagai refleksi penghormatan petani terhadap tanaman, hewan dan aneka sumber daya alam. Hal itu sangat penting untuk menghindari pencemaran terhadap tanah, air dan sumber daya alam. Etika dan estetika lingkungan menjadi kearifan ekologis yang mempu memancarkan pesona persawahan dan budaya agraris di Bali, sekaligus mendukung pengembangan pariwisata. 341 Hari Tumpek Wariga atau lebih dikenal dengan Tumpek Unduh merupakan salah satu perayaan umat Hindu Dharma di Bali sebagai persembahan suci yang khusus ditujukan untuk menghormati semua jenis tumbuh-tumbuhan. Kegiatan ritual menggunakan kelengkapan sarana banten, rangkaian janur kombinasi bunga dan buah-buahan, dengan kekhususan “bubur 340 Ibid 341 Ibid Universita Sumatera Utara sumsum” yakni bubur dari tepung ketan yang diberi warna hijau alami dari daun kayu sugih, ditaburi dengan parutan kelapa dan diberi gula merah. 342 Tradisi Mebaten dipohon-pohon besar setiap harinya umat Hindu di Bali juga tetap mebanten di pohon-pohon besar yang dianggat tenget. Bahkan terkadang pohon-pohon besar seperti pohon beringin dilengkapi dengan saput poleng. Tak jarang didepan pohon besar juga didirikan sebuah pelinggih yang berdiri tegak bahkan dilengkapi dengan tedung. Saput poleng dan pelinggih merupakan pinget atau pertanda bahwa masyarakat sekitar menanggap pohon tersebut sebagai pohon yang keramat atau berpenghuni. Anggapan seperti ini, telah diyakini dan dipercaya secara turun temurun, bahkan hingga sekarang tradisi seperti ini masih tetap ada dan juga berlangsung, terutama di desa adat pekraman. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya pohon beringin baik yang di pinggir jalan maupun di pura-pura yang diselimuti dengan saput poleng. 343 Tak jarang juga kita melihat banyak tumpukan canang didepan pohon- pohon besar tersebut. Hal ini yang menyebabkan masyarakat enggan menebang pohon dengan sembarangan. Kepercayaan ini merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Bali. Anggapan dan kepercayaan seperti ini sesungguhnya merupakan tradisi yang patut untuk dipertahankan dan 342 Ibid 343 Ibid Universita Sumatera Utara dilestarikan, terutama demi terjaganya keasrian pulau dewata yang kini berusaha di gerogoti oleh para investor asing. 344

7. TOBA SUMATERA UTARA