inovasi yang diarahkan memberikan alternatif terobosan dalam memperdayakan ekonomi masyarakat miskin. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen perusahaan
untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan keseimbangan
antara perhatian terhadap aspek ekonomis, dan perhatian terhadap aspek sosial, dan lingkungan”.
109
C. Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Dalam Rangka Pembangunan Di Indonesia
Konsep dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat agar terbebas dari kemiskinan. Pelaksanaan CSR diarahkan kepada pengembangan pembangunan
daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian fasilitas kemasyarakatan dan juga bantuan bagi usaha masyarakat yang memerlukan
pengembangan. Masyarakat diberi pelatihan dan penyuluhan terhadap suatu kegiatan lalu mereka difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai
dengan penyuluhan dan pelatihan yang sudah diberikan. Dengan demikian, masyarakat memiliki kegiatan dan usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup
mereka. Selain pemberdayaan masyarakat, CSR juga bertujuan agar perusahaan dapat beroperasi dengan lancar tanpa gangguan dari masyarakat sekitar
perusahaan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa dipastikan perusahaan akan sulit melakukan kegiatan usaha. Minimnya
109
Suhandari M. Putri,”Schema CSR”, Kompas 4 Agustus 2007.
Universita Sumatera Utara
perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR menyebabkan pelaksanaan program CSR belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.
110
Kontribusi CSR terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga karyawan ,komunitas lokal, dan
masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara yang dapat diterima oleh bisnis dan juga oleh pembangunan itu sendiri yang merupakan
nilai dasar CSR. Kemiskinan adalah masalah sosial yang dapat ditekan, bahkan dihapuskan melalui implementasi CSR kontemporer yang dilakukan dunia usaha.
CSR kontemporer merupakan bentuk CSR masa kini yang mana pelaksanaanya telah diatur dalam undang-undang sehingga perusahaan wajib melaksanakannya
dan hal tersebut dinilai menjadi suatu cara yang akan menurunkan angka kemiskinan karena tujuan pemberian dana CSR adalah kepada masyarakat
setempat yang memerlukan bantuan. Dengan demikian, Perusahaan telah menyadari posisi mereka sebagai bagian dari masyarakat.
111
CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan sustainability perusahaan yang dicerminkan ke dalam triple bottom line “3P”
yaitu profit, planet dan people. Bahwa keberlangsungan hidup perusahaan hanya akan terjadi apabila perusahaan menaruh kepedulian terhadap pertumbuhan
ekonomi, kepedulian terhadap pengembangan lingkungan dan kepedulian terhadap pengembangan sosial. Searah dengan perkembangan, perusahaan bisnis
110
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility CSR, Jakarta: Sinar Grafika,2008, hal. 3.
111
Ibid . hal. 5.
Universita Sumatera Utara
harus memberikan konstribusi terhadap tiga hal tersebut. Pada dasarnya keberlanjutan adalah keseimbangan antara kepentingan - kepentingan ekonomi,
lingkungan dan masyarakat.
112
Konsep triple bottom line 3P kemudian berkembang dengan adanya ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility. ISO 26000 memberikan
warna baru dalam definisi dan implementasi bentuk CSR sangat berkait dengan tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap dampak-dampak dari keputusan-
keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan perusahaan secara menyeluruh.
113
Jika melihat rujukan tersebut maka konsep CSR yang telah dicanangkan dan diimplementasikan menjadi semakin kompleks karena mencakup tujuh
prinsip CSR yang menjadi komponen utama, yaitu: the environment, social
development, human rights, organizational governance, labor practices, fair operating practices, dan consumer issues.
114
Dengan melihat konsep Triple Bottom Lines dan mengkaitnya dengan prinsip ISO 26000 maka konsep 3P kemudian dapat ditambahkan dengan 4P
112
http:www.mediaqitafoundation.orgCSR.html diakses tertanggal 9 juni 2014
113
Ibid
114
Ibid
Universita Sumatera Utara
dengan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure. Dengan demikian, CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian
keuntungannya profit bagi kepentingan pembangunan manusia people dan lingkungan planet secara berkelanjutan berdasarkan prosedur procedure yang
tepat dan profesional.
115
Implementasi CSR dengan konsep 4P ini bisa dipadukan dengan komponen dalam ISO 26000. Konsep planet secara luas berkaitan dengan aspek the
environment . Konsep people di dalamnya merujuk pada konsep social
development dan human rights yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan
ekonomi masyarakat seperti pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan kerja. Tetapi lebih jauh banyak bersentuhan dengan kesejahteraan sosial seperti
pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas lembaga-lembaga
sosial dan kearifan lokal. Sedangkan konsep procedur bisa mencakup konsep tata kelola organisasi, praktek ketenagakerjaan, praktek pelaksanaan yang adil
dan isu konsumen yaitu komunitas dan masyarakat.
116
Hal ini terkait juga dengan bagian development yang jauh lebih penting yaitu perubahan paradigma karena dari banyak analisa manfaat faktual yang
terjadi. Dari segi kepentingan terdapat hubungan yang saling menguntungkan bagi dua pihak dalam proses pengembangan. Komunitas lokal mempunyai
115
Ibid
116
Ibid
Universita Sumatera Utara
harapan kepada perusahaan dalam membantu atau menjadi bagian dari proses mereka menghadapi masalah yang terjadi. Disisi lain, perusahaan juga
mempunyai harapan bahwa apa yang dilakukan perusahaan dapat dilihat secara adil dengan cara pandang bahwa masyarakat juga harus bersifat supportif
mendukung aktivitas perusahaan.
117
Sejumlah besar penelitian telah membuktikan kinerja sosial dan kinerja finansial perusahaan sungguh berkorelasi positif. Oleh karenanya perdebatan
mengenai keuntungan menjalankan CSR sesungguhnya dapat dianggap sudah berakhir. Kajian oleh ekonom terkemuka Michael Porter menunjukan adanya
korelasi positif antara profit dan CSR, atau tujuan financial dan tujuan sosial perusahaan. Perusahaan yang mencatat laba tertinggi adalah para pionir dalam
CSR.
118
Hubungan-hubungan antar stakeholders diumpamakan sebagai aliran darah dalam organisasi. Seperti halnya sebuah entitas yang berada dalam hubungan
simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang dilakukan oleh perusahaan. Hubungan stakeholders menyediakan energi, informasi, dan sumber daya yang
penting bagi kehidupan. Dalam hubungan ini perusahaan menciptakan modal sosial, modal intelektual, modal lingkungan dan modal finansial dan
keseluruhannya adalah upaya jangka panjang yang berkelanjutan sustainability.
117
Ibid
118
Thimotius Lesmana, “Program CSR yang berkelanjutan”, http;wordpress.com , diakses tertanggal 9 juni 2014
Universita Sumatera Utara
Ada beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan CSR antara lain Pemberian Amal Perusahaan Corporate
Giving Charity , Kedermawanan Perusahaan Corporate philantropy, Relasi
Kemasyarakatan Perusahaan Corporate Community Public Relation, dan Pengembangan Masyarakat Community Development. Keempat nama itu bisa
pula dilihat sebagai dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan Corporate Social Investment yang didorong oleh spektrum
motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”.
119
Munculnya beberapa nama tersebut disebabkan karena CSR belum memiliki pengertian tunggal. Definisi dari Corporate Social Responsibility, di
antaranya adalah yang dikemukakan oleh Magnan Ferrel yaitu “A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and
balance diverse stakeholders interest”. Definisi ini menekankan kepada
perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders
yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.
Sedangkan Komisi Eropa membuat defenisi yang lebih praktis, yaitu bagaimana perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya
masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan
119
Cary M. Gould dan Michael L. Smith eds, Social Work in the Work place, New York: Springer Publishing Co.hal. 299.
Universita Sumatera Utara
tanggung jawab sosialnya memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan profit, masyarakat, khususnya komunitas sekitar people, serta
lingkungan hidup planet earth.
120
The World Business Council for Sustainable Development WBCSD,
sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinational company yang berasal lebih dari 30 negara, dalam
publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai “Continuing commitment by business to be have ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the work force and their families as well as of the local community and society at large”
. Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara
etis, beroperasi secara hukum dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
121
Definisi Corporate Social Responsibility dikemukakan oleh World Bank “The commitment of business to contribute to sustainable development working
with employees and their representatives the local community and society at
120
A.B. Susanto Op.Cit.hal. 21-22
121
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep Aplikasi Corporate Social Responsibility, Gresik: Fascho Publishing, 2007, hal. 7
Universita Sumatera Utara
large to improve quality of life, in ways what are both good for business and good for development
”.
122
Menurut defenisi yang dikemukakan oleh The Jakarta Consulting Group, tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam internal maupun ke luar
eksternal perusahaan. Kedalam, maksudnya tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan.
Pemegang saham sebagi pihak yang telah menginvestasikan sumber daya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, tentunya mengharapkan
keuntungan yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya
perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa
depan. Di samping kepada pemegang saham tanggung jawab sosial ke dalam ini
juga diarahkan kepada karyawan. Alasannya, hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan karyawan perusahaan dapat menjalankan berbagai
macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh itu, perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang
pengembangan karier bagi karyawan. Tentu saja hubungan antara perusahaan dengan karyawan ini harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling
122
Daniel Prakosa, “CSR for Better a Learning Forum Series” Disampaikan pada Seminar
IBL Resourc Center For Corporate Citizen Ship, di Hotel Grand Angkasa, Tanggal 31 Agustus 2007.
Universita Sumatera Utara
menguntungkan mutually beneficial. Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak
karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemajuan perusahaan.
123
Maksudnya tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan karyawan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Pajak diperoleh dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih laba yang maksimal.
Demi kelancaran aktivitas perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan tumbuh
kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja ini akan mengalami peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan semakin banyak tersedia mana kala perusahaan tumbuh dan berkembang. Itu sebabnya perusahaan
berkewajiban untuk selalu mencari peluang-peluang baru bagi pertumbuhan, dengan tetap mempertimbangkan faktor keuntungan dan tingkat pengembalian
finansial yang optimal. Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang
123
A.B. Susanto, Op.Cit. hal. 22-23.
Universita Sumatera Utara
berkaitan dengan perusahaan maupun yang tidak berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas
lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun untuk
generasi penerus.
124
Konsep tanggung jawab perusahaan mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan triple bottom line. Namun mempunyai tujuan yang sama mengarah
pada komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholders dalam arti luas dari
sekedar kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara moral adalah baik bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar
keuntungan, bukan berarti perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan mencapai keuntungan dengan mengorbankan kepentingan - kepentingan pihak
lain yang terkait. Dengan adanya ketentuan CSR sebagai sebuah kewajiban dapat merubah
pandangan maupun perilaku dari pelaku usaha, sehingga CSR tidak lagi dimaknai sekedar tuntutan moral, tetapi diyakinkan sebagai kewajiban
perusahaan yang harus dilaksanakan.
124
Ibid., hal, 24-25.
Universita Sumatera Utara
Kesadaran ini memberikan makna bahwa perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang mementingkan diri sendiri, alienasi dan atau eksklusif dari
lingkungan masyarakat, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosial. Tidak berkelebihan jika ke depan
CSR harus dimaknai bukan lagi hanya sekedar responsibility karena bersifat voluntary
, tetapi harus dilakukan sebagai mandatory dalam makna liability
125
karena disertai dengan sanksi.
126
Menyikapi kondisi yang ada tersebut, bahwa hukum sebagai produk kebijakan politik tidak selamanya merupakan conditio sine qua non bagi tujuan
yang hendak dicapai. Hal ini menunjukkan hukum mempunyai batas-batas kemampuan tertentu untuk mengakomodasi nilai-nilai yang tumbuh dan hidup
dalam komunitas masyarakat, oleh karena itu Roscoe Pound menyatakan bahwa tugas hukum yang utama adalah ”social engineering”. Dalam doktrin ini
dikatakan bahwa hukum harus dikembangkan sesuai dengan perubahan- perubahan nilai sosial. Untuk itu sebaiknya diadakan rumusan-rumusan
kepentingan yang ada dalam masyarakat yaitu kepentingan pribadi, masyarakat dan umum.
127
125
Arti dari prinsip strict liability adalah adanya tanggung jawab mutlak. Prinsip tanggung jawab mutlak strictliability merupakan gagasan yang disampaikan dalam UU No. 23
tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup kemudian dipertegas di UU No. 32 tahun 2009 pasal 88 yang bunyinya “Setiap orang yang tindakannya, usahanya atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan atau mengelola limbah B3, atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian
unsur kesalahan”
126
Ibid
127
Ibid
Universita Sumatera Utara
Konteks CSR dalam hal ini ada kewajiban bertanggung jawab atas perintah undang-undang, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas
kerusakan apa pun yang telah ditimbulkan. Tanggung jawab hukum lebih menekankan pada kesesuaian sikap lahiriah dengan aturan, meskipun tindakan
tersebut secara obyektif tidak salah, barangkali baik dan sesuai dengan pandangan moral dan nilai-nilai budaya masyarakat. Namun demikian
kesesuaian saja tidak dapat dijadikan dasar untuk menarik suatu kesimpulan karena tidak tahu motivasi atau maksud yang mendasarinya.
Bila dikaitkan dengan teori tanggung jawab sosial dengan aktivitas perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih
menekankan pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan stakeholders dalam arti luas dari pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan
perusahaan belaka. Dengan demikian konsep tanggung jawab sosial lebih menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas tindakan dan kegiatan
usahanya yang berdampak pada orang-orang tertentu, masyarakat dan lingkungan di mana perusahaan-perusahaan melakukan aktivitas usahanya
sedemikian rupa, sehingga tidak berdampak negatif pada pihak-pihak tertentu dalam masyarakat.Sedangkan secara positif hal ini mengandung makna bahwa
perusahaan harus menjalankan kegiatannya sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.
Universita Sumatera Utara
D. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Dalam Pendekatan Praktis Operasional