Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Dalam Pendekatan Praktis Operasional

D. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Dalam Pendekatan Praktis Operasional

Philip Kotler, pakar ternama di bidang international marketing, dan Nancy Lee, Presiden Social Marketing Services Inc, menyatakan adanya pergeseran shift dalam pendekatan perusahaan dalam melaksanakan CSR. Semula CSR dilaksanakan dalam kerangka pendekatan tradisional, dengan anggapan implementasi CSR dipandang sebagai beban semata, kini sudah timbul kesadaran dimana pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam strategi bisnis suatu perusahaan. Dalam pendekatan baru ini implementasi CSR justru mendukung tujuan-tujuan bisnis inti. 128 Tanggung jawab ekonomi sebagai landasan CSR merujuk pada fungsi utama bisnis sebagai produsen barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, dengan menghasilkan laba yang dapat diterima, artinya laba yang dihasilkan harus sejalan dengan aturan dasar masyarakat. Tanpa laba perusahaan tidak akan eksis, tidak dapat memberi kontribusi apapun kepada masyarakat. Masalah tanggung jawab merupakan hal yang dianggap paling krusial, karena tanpa adanya kelangsungan finansial tanggung jawab hal yang lain menjadi hal yang meragukan. Tanggung jawab hukum sering dihubungkan dengan tanggung jawab etika, melebarkan tanggung jawab hukum dan mengharapkan para usahawan untuk menjalankan fungsinya setingkat di atas hukum. Perusahaan harus mematuhi 128 http:www.google.co.id, diakses tertanggal 7 Desember 2010 Universita Sumatera Utara hukum yang berlaku sebagai representasi dari rule of the game. Aturan yang dimaksud di sini adalah peraturan umum tentang dunia usaha seperti aturan tentang perburuhan, anti monopoli, lingkungan hidup dan sebagainya. Etika bisnis mencakup cara organisasi bisnis menjalankan kewajiban hukum dan etika. Tanggung jawab etis mencakup tanggung jawab secara umum, karena tidak semua harapan masyarakat dirumuskan dalam hukum. Etika bukan hanya sesuai dengan hukum, namun juga dapat diterima secara moral. Tanggung jawab sosial juga harus tercermin dari perilaku etis perusahaan. Perusahaan diharapkan masyarakat agar menghargai nilai-nilai budaya lokal, berperilaku baik, dan memahami kondisi nyata masyarakat di sekitar operasinya, misalnya ditunjukkan dengan berusaha mengakomodasi harapan masyarakat meskipun sebenarnya tidak diwajibkan oleh hukum. Tanggung jawab berperikemanusiaan filantropis merupakan tanggung jawab terhadap sesama mencakup peran aktif perusahaan dalam memajukan kesejahteraan manusia. Tanggung jawab ini mengharuskan perusahaan untuk berkontribusi terhadap komunitasnya yaitu meningkatkan kualitas hidup. Jika dikaitkan prinsip tanggung jawab perusahan dengan prinsip tanggung jawab mutlak strict liability. Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability inilah salah satu solusi untuk menyelesaikan berbagai kesalahan baik kesengajaan ataupun kelalaian dari perusahaan lingkungan hidup. Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability merupakan prinsip yang sederhana dan pembuktian yang mudah menyebabkan sangat terkait dengan Undang-Undang Universita Sumatera Utara Perseroan Terbatas dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 74 ayat 3, bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian dapat dipahami tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan merupakan tanggung jawab mutlak strict liability perusahaan. Perekonomian nasional Indonesia, diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Filosofi perekonomian nasional tersebut sejalan dengan konsep tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dalam CSR, perusahaan tidak diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single buttom line, yaitu nilai perusahaan corporate value yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines , selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan sustainable, tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan Universita Sumatera Utara lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. 129 CSR sejalan dengan tanggung jawab perusahaan yang mencakup empat jenjang terintegral, yaitu ekonomis, hukum, etis dan filantropis. Tanggung jawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai foundation untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun dalam tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Secara etis perusahaan juga bertanggung jawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma - norma kemasyarakatan. Tanggung jawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. 130 Perusahaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan terang-terangan untuk memperoleh keuntungan maksudnya keuntungan ekonomi. 131 Tujuan mencari laba atau mencari untung profit oriented merupakan tujuan umum didirikannya perusahaan. Sebagai ilustrasi di negara-negara barat, misalnya Amerika Serikat, Kanada, bahwa The Profit Motive dari perusahaan merupakan kunci dari kebebasan ekonomi. 132 129 Untung Hendrik Budi, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 17. 130 Martono Aggusti, Op. Cit.hal. 83. 131 Sri Redjeki Hartono, Penggabungan Perusahaan, Majalah Masalah-Masalah Hukum Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Nomor 4, Tahun XVI, 1986, hal. 4. 132 Steven S. Alexander, dalam Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, Bandung: Mandar Maju, 2008, hal. 56-57. Universita Sumatera Utara Tujuan khusus didirikannya perusahaan, atau dengan kata lain harus ditegaskan jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan tidak melakukan kegiatan usaha yang menyimpang dari jenis usaha yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga apabila ada penyimpangan baik pemerintah maupun masyarakat dapat mengajukan keberatan sebagai pengawasan dari masyarakat supaya perusahaan melakukan jenis usaha yang telah ditentukan sebelumnya. Perusahaan dalam rangka mencapai tujuan umum dan tujuan khusus tersebut adalah dengan melakukan berbagai jenis usaha yang telah ditentukan, dengan cara yang bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuannya atau dengan kata lain bagaimanakah tujuan-tujuan perusahaan dapat direalisasikan. Di Indonesia cara dan bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuan tadi tidak diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan, untuk mencapai tujuan tersebut biasanya diserahkan kepada kebijakan-kebijakan organ perusahaan artinya perusahaan mempunyai kebebasan untuk melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan selama tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan dan norma-norma kehidupan masyarakat dan etika bisnis. 133 Perolehan keuntungan secara ekonomi yang diraih oleh perusahaan, sebenarnya tersimpul tujuan lain dengan memanfaatkan keuntungan tersebut seperti: a. Kelangsungan hidup survival, 133 Habib Adjie, Op. Cit.hal. 57-58. Universita Sumatera Utara b. Pertumbuhan perusahaan, c. Prestige, d. Kesejahteraan anggota, e. Kesejahteraan masyarakat. 134 Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial kesejahteraan masyarakat, hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan yang tidak akan terbantah dengan maraknya dunia bisnis, dengan berbagai persaingan yang sehat dengan yang tidak sehat hampir sebanding, dan pada akhirnya hanya perusahaan yang memperhatikan kebutuhan, keinginan masyarakat akan dapat bertahan, karena masyarakat sekarang kecenderungan membutuhkan produk budaya yang bermutu. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksplorasif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan pada masyarakat. 134 Basu Swastha, DH. Ibnu Sukatjo W, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern, Yogyakarta: Liberty,1993, hal. 18-19. Universita Sumatera Utara Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Ketiga , kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis ytang timbul antara masyarkat dengan komponen perusahaan. 135 Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi- tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang 135 Wibisono Yusuf, Op. Cit. hal. 71. Universita Sumatera Utara tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin. 136 Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan mayarakat lingkungan perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. 137 Menghadapi kondisi tersebut, saatnya perusahaan melihat serius pengaruh dimensi sosial dari setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukanlah pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan keberlanjutan operasi perusahaan. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan, perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah investasi masa depan. Artinya tanggung jawab sosial dan lingkungan bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya cost centre, melainkan sentra laba profit centre di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan. 138 136 Freeman.R.E. Strategic Management: a Stakeholder Approach, MA, Pitman, 1984, hal. 46. 137 Ibid. hal.33. 138 Ibid, hal.34. Universita Sumatera Utara Secara umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah mengakomodir ke empat jenjang ekonomis, hukum, etis dan filantropis tanggung jawab perusahaan tersebut. Keunikan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dibandingkan undang-undang sebelumnya yakni Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995, adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 ini telah mengolaborasi keempat jenjang tanggung jawab perusahaan tersebut dalam Pasal 74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga terlihat adanya kompromi antara tanggung jawab hukum, etis dan filantropis dari perseroan terbatas. Di satu sisi tanggung jawab sosial dan lingkungan ditetapkan sebagai kewajiban hukum, namun di sisi lain pelaksanaannya memperhatikan kepatutan dan kewajaran dengan standar yang tidak jelas, sehingga kewajiban hukum atas tanggung jawab sosial dan lingkungan bertumpang tindih dengan sifat filantropisnya atau kedermawanannya. 139 Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam perspektif yang sempit, yakni hanya mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai tanggung jawab hukum perseroan terbatas yang wajib dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya. Dengan kata lain, Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 lebih fokus pada tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai input financial dalam bentuk sejumlah uang yang wajib dianggarkan 139 Martono Aggusti, Op. Cit. hal. 83. Universita Sumatera Utara perseroan terbatas saja. Idealnya, secara etis tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat tidak sekedar menganggarkan sejumlah dana tanggung jawab sosial dan lingkungan tetapi juga meliputi tanggung jawab terkait upaya peningkatan tingkat kesejahteraan, stakeholder secara umum dan tanggung jawab untuk menjamin efektifitas penggunaan atau pemanfaatan dana tanggung jawab sosial dan lingkungan. 140 Baik buruknya amanat Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, bergantung pada aturan pelaksanaan yang disusun oleh Pemerintah dalam PP No.47 tahun 2012 yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan dewan komisaris atau rapat umum pemegang saham sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut membuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan CSR diatur oleh internal perusahaan dengan demikian perusahaan harus tetap melaksanakan kewajiban CSR yang realisasi dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perseroan. Perusahaan harus memuat anggaran biaya CSR dalam RKAP dan besarnya jumlah anggaran ditetapkan oleh perusahaan. Jumlah anggaran CSR perusahaan tidak dipaksakan 140 Ibid. hal. 83-84. Universita Sumatera Utara dikarenakan peraturan pelaksana membuat negara tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksa perusahaan memasukkan jumlah tertentu anggaran CSR dalam daftar anggarannya. CSR perlu dipahami sebagai komitmen bisnis untuk melakukan kegiatannya secara beretika dan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para pemangku kepentingan. CSR harus dilaksanakan dengan menyadari bahwa perusahaan memiliki kewajiban moral untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitarnya. Pelaksanaan CSR harus berjalan walaupun tidak ada undang undang yang mengaturnya. Karena CSR merupakan beban moral perusahaan terhadap stakeholdersnya. Sehingga harus ada kesepakatan bersama dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut. Jika hanya sebatas tanggung jawab lingkungan misalnya, hal itu sudah diatur dengan lebih lengkap dalam undang- undang lingkungan hidup dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya. 141 Tanggung jawab sosial dan lingkungan semestinya tidak saja dipandang dalam satu perspektif saja, yakni kewajiban perusahaan menganggarkan dana tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika CSR sudah ditetapkan oleh hukum sebagai sebuah kewajiban hukum yang memaksa mandatory, maka sudah 141 Ibid. hal. 16. Universita Sumatera Utara semestinya dibalik kewajiban tersebut perusahaan yang wajib tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai subjek hukum juga memiliki sejumlah hak. Jika kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tanpa disertai hak, maka tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut tidak ubahnya seperti kewajiban moral atau kewajiban pajak. 142 Pelaksanaan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diimbangi hak-hak perusahaan penting untuk menjaga keseimbangan fungsi perusahaan di tengah masyarakat. Tanggung jawab sosial dan lingkungan seharusnya justru menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dengan reputasi yang lebih baik dan kesempatan berkembang yang lebih besar. Jika tanggung jawab sosial dan lingkungan semata-mata menjadi beban, tanpa hak yang memadai, maka perusahaan dapat mengalami kesulitan. Dalam keadaan ini mata rantai sistem ekonomi akan terputus, yang akhirnya akan menyulitkan seluruh masyarakat. 143 Oleh karena itu, untuk mengimbangi tanggung jawab sosial dan lingkungan, regulasi perlu menetapkan hak-hak perseroan terbatas untuk dapat berkembang, terutama hak berupa insentif hak-hak diantaranya mendapatkan kenyamanan berinvestasi dengan tingkat kepastian hukum yang tinggi. Bahkan bila perlu dengan insentif tertentu, sehingga perusahaan dapat memprediksi bisnis ke depan terhadap modal yang telah atau akan ditanamkan, sehingga 142 Martono Aggusti, Op. Cit.hal. 89. 143 Ibid. hal. 89. Universita Sumatera Utara bisnis dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Pelayanan cepat, kepastian hukum, stabilitas hukum dan hukum yang bersifat adil, serta kondisi pengembangan dunia usaha yang lebih baik berdasarkan prinsip keterbukaan, keadilan, akuntabilitas dan pertanggung jawaban yang merupakan perwujudan dan tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance di antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat. 144 Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut: 145 1. Tahapan perencanaan Perencanaan terdiri dari 3 tiga langkah utama yaitu Awareness building, CSR Assessement, dan CSR Manual building. Pertama, Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya arti CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dilakukan antara lain melalui seminar, loka karya, diskusi dan lain-lain. Kedua, CSR Assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentiflkasi 144 Lihat Ford R. Ford et.al dalam Martono Anggusti, Op. Cit. hal. 89-90. 145 Ibid. Hal, 121-125, bahwa implementasi program CSR tersebut dapat dikelola berdasarkan pola sebagai berikut: 1. Program sentralisasi Perusahaan sebagai pelaksanapenyelenggara utama kegiatan, tempat dan kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dapat bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan. 2. Program desentralisasi Kegiatan dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship. 3. Program kombinasi Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program-program pemberdayaan masyarakat, di mana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries Universita Sumatera Utara aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah- langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Ketiga, CSR Manual building merupakan pedoman implementasi dari hasil assessment yang telah dilakukan 146 2. Tahapan implementasi . Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking mempelajari program CSR dari perusahaan lain yang dinilai lebih sukses dalam implementasi program ini, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Tahap implementasi ini terdiri atas 3 tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Pertama, Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh komponen perusahaan. Kedua, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Ketiga, internalisasi adalah tahap jangka 146 Ibid, Universita Sumatera Utara panjang mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem manajemen kinerja. 3. Tahapan Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktek CSR yang telah dilakukan. 4. Tahapan pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu, selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan. Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting yang dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Misalnya, perusahaan dapat membuat laporan CSR sebagai bagian tersendiri dalam annual report. Bagian yang terpenting adalah kecukupan informasi tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya, Bentuk laporan bisa bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara keduanya. Universita Sumatera Utara

BAB III GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI WUJUD ETIKA BISNIS

A. Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Sebagai Wujud Etika Bisnis

Adanya revolusi industri telah menyebabkan masalah tanggung jawab perusahaan menjadi fokus yang tajam. Ini merefleksikan kekuatan industri baru untuk membentuk kembali hubungan yang sudah kuno. Feodal, klan, rumpun, atau sistem otoritas yang berlandaskan kekeluargaan dan teknologi memberi kekuasaan yang besar dan kekayaan pada “perusahaan”. Tanah harus dibagi-bagi kembali dan kota-kota dibangun. Kekuatan mesin yang melebihi manusia meningkatkan masalah tanggung jawab dan moralitas. 147 Itulah yang kemudian melatar belakangi munculnya konsep CSR yang paling primitive, kedermawanan yang bersifat karitatif. 148 147 Tom Canon, Corporate Responsibility Tanggung jawab Perusahaan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995, hal. 2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi 1700-an SM yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi 148 Kegiatan karitatif merupakan suatu kegiatan keagamaan, tradisi dan adat-istiadat. Maksudnya suatu kegiatan yang ditujukan untuk membangun, memajukan dan mendukung kegiatan keagamaan, tradisi dan adat-istiadat masyarakat sekitar. Universita Sumatera Utara