Kebijakan devaluasi yuan oleh People’s Bank of China PBC pada 11 dan 12 Agustus 2015 bertujuan untuk meningkatkan kembali nilai export negara ini
yang sedang mengalami kemerosotan sebesar 8,3 pada Juli 2015. Pasalnya aktivitas export China selama ini merupakan sumber utama dari PDB negara
tersebut atau tidak kurang dari 60 PDBnya. Sementara 60 nilai export China selama ini dari PDB nya, pada kenyataannya tidak terlepas dari peran investasi
saham perusahaan MNC dunia. Sehingga keadaan demikian yang juga berujung kepada anjloknya nilai saham di Bursa Saham Shanghai hingga 30 pada Juli
lalu.
3.3.3. Kediktatoran Klas Masyarakat Cina
Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan Friedirch Engles terhadap kapitalisme yang menjadikan dua golongan besar antara klas borjuasi dan klas
proletariat. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme. Dalam struktural
masyarakat kapitalisme golongan ini memiliki golongan yang saling berkontradiksi dan wataknya antagonistik, dimana hubungan tersebut bersifat
eksploitatif, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Secara khusus klas ini membagi masyarakat kedalam dua hubungan yang berbeda,
menjadi klas penghisap dan terhisap. Lahirnya klas penghisap dalam masyarakat kapitalisme dikarenakan
kedudukan alat produksi yang dimonopoli secara besar-besaran oleh golongan
Universitas Sumatera Utara
borjuasi. Sebaliknya lahirnya klas penghisap dalam masyarakat kapitalisme dikarenakan termonopolinya alat produksi sehingga klas terhisap harus menjual
tenaganya kepada klas penghisap. Jumlah klas borjuasi secara kuantitas lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah klas proletariat. Tentu keadaan inilah
yang membuat kemiskinan yang meraja rela begitu besar dikalangan masyarakat. Selain klas proletariat tidak memiliki alat produksi, klas ini juga harus
berhadapan dengan negara milik kapitalisme. Kedudukan negara dalam sistem masyarakat Kapitalisme adalah alat klas bagi klas borjuasi. Berbagai kebijakan
dikeluarkan oleh pada birokrat negara dengan tujuan untuk melanggengkan kepentingan klas borjuasi. Keadaan ini terus berlangsung sejak awal kapitalisme
sampai ke fase imperialisme. Tapi bukan berarti keadaan memiskinkan ini tidak mendapat perlawanan dari klas terhisap. Perjuangan klas terhisap sudah dimulai
sendiri oleh Karl Marx melalui Revolusi Paris, kemudian perlawanan perjuangan menghapuskan klas juga dipraktekan oleh Lennin melalui Revolusi Oktober dan
Mao Zedong melalui Revolusi Tiongkok. Perjuangan ini bukan tanpa sebab, atau semata-mata akibat kondisi eksploitasi oleh klas borjuasi.
Melalui filsafat materialisme dialektika histori, Marx berdalil bahwa sistem penghisap manusia atas manusia adalah sebuah turunan dari setiap
masanya selama masih ada penguasaan dan monopoli atas individu. Selama itu pula kontradiksi akan melahirkan sebuah peradaban baru, bagi Marx peradaban itu
adalah peradaban masyarkat tanpa klas yaitu sosialisme menuju komunisme.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian kaum revisionis mencoba merevisi pandangan ini yang beranggapan bahwa pertentangan klas bisa didamaikan tanpa harus melalui jalan kekerasaan.
Jika dihubungkan dengan praktek perjungan klas yang dijalankan oleh Mao Zedong, perjuangan klas yang dijalankan telah melibatkan mayoritas
penduduk Cina. Perebutan kekuasaan telah berbuah manis bagi kemenangan partai komunis cina. Pasca revolusi, Mao mencoba menghapuskan sistem klas
dalam masyarakat. Caranya dengan membangun kekuasaan diktator proletariat. Klas borjuasi besar direbut hartanya dan kelompok tuan tanah besar dirampas
tanahnya, seluruhnya diserahkan ke negara dan negara mendistribusikan kepada masyarakat. Kelompok anti komunis dan kaum feodal mereka perangi. Klas
borjuasi sedang dan borjuasi kecil dicoba untuk digaet dalam front persatuan nasional Cina.
Dalam tahapan awal klas borjuasi dibiarkan untuk tetap ada di Cina, tetapi klas borjuasi dilarang keras untuk melakukan akumulasi modal. Seluruhnya
diintervensi oleh PKC. Secara perlahan watak-watak kapitalis klas borjuasi akan terkikis seiring dengan kegiatan propaganda dan pendidikan ideologi sosialis oleh
polit biro PKC. Tugas utama polit biro adalah menjalankan sistem pengkaderan dengan meningkatkan pemahaman ideologis sosialisme bagi kader PKC. Bagi
Mao klas borjuasi bisa digaet tapi bukan untuk membiarkan sistem monopoli terus eksis di Cina. Klas dalam masyarakat akan hilang seiring dengan kediktatoran
klas proletar atas klas borjuasi.
Universitas Sumatera Utara
Partai Komunis Cina harus menjadi detasemen termaju dalam membangun ideologi sosialis. Kediktatoran klas dalam masyarakat sosialis harus memiliki hari
depan masyarakat tanpa klas tanpa harus kompromi dengan pihak klas borjuasi. Inilah yang ditunjukan oleh Mao dan PKC dalam menjalankan kediktatorannya.
Kontradiksi klas masyarakat Cina di era Deng Xiaoping terlihat lebih lembut dan bersifat kompromi. Deng beranggapan bahwa klas borjuasi dan klas proletariat
harus bergandengan tangan untuk membangun Cina. Deng menggantungkan harapan kepada klas borjuasi untuk menanamkan modalnya di pembangunan
Cina. Keterbukaan Cina di masa Deng menandakan sistem kapitalisme
mendomiasi struktur masyarakat. Maka tidak heran ketika kedudukan klas proletar akan kembali didiktatori oleh klas borjuasi kembali. Hal ini terlihat dari
susunan pemerintahan Cina di masa Deng. Golongan-golongan pengikut ajaran Mao digantikan dengan orang-orang revisionis moderen untuk mengisi bagian
krusial dalam pemerintahan dan Partai Komunis Cina. Tentu dampaknya adalah persatuan yang sudah dibangun antara klas buruh dan kaum tani terilusikan
dengan program Deng dan tidak lagi bersatu dalam garis sentralisme demokratik partai.
Partai sudah dipimpin oleh kalangan oligarkhi yang memperoleh kekayaan dari hasil penanaman investasi. Mereka adalah kelompok bangsawan yang
mendanai instrument politik agar bisnis yang dijalankan oleh para kelompok oligarki memperoleh dukungan sehingga semakin besar dan otomatis
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan keuntungan secara cepat dibandingkan melalui jalur bisnis yang murni tanpa koneksi. Kepentingan klas pemodal dan bangsawan tidak sedikit
untuk menumbangkan dominasi klas proletar di partai. Dominasi klas proletar dalam partai tentu akan sangat menggangu keberadaan mereka dalam mengatur
perekonomian Cina. Dominasi klas proletar dalam kepemimpinan partai tidak lagi dominan.
Kondisi perang ideologi ini yang mekan keberadaan klas buruh dalam tubuh partai. Partai yang seharusnya sudah mampu untuk menancapkan dominasi atas
ajaran sosialisme sejak era Mao kembali dihadapkan kepada tekanan kaum borjuasi dalam negeri. Borjuasi yang mengatasnamakan dirinya sebagai watak
klas proletar namun tingak lakunya liberal dan mengotak-atik ajaran Karl Marx revisionis modern.
Kegagalan Cina dalam mempertahankan sistem sosialisme sebenarnya bukanlah karena kaum sosialis melainkan kegagalan kaum revisionis modern
yang mengotak-atik sistem yang sejak lama dibangun oleh Mao. Cina diera Deng tidak memberikan ajaran sosialis yang sesuai dengan ajaran klas dalam perspektif
Marx. Atas kondisi diatas kita dapat mengalisis tentang dominasi klas mana yang
ada dalam PKC. Dominasi klas dalam partai tentu akan sangat mempengaruhi kedudukan klas buruh dalam mendiktatori klas borjuasi. Karena kediktatoran
proletariat merupakan rentetan tahapan menuju masyarakat komunisme yang
Universitas Sumatera Utara
tanpa klas. Sistem diktator proletariat yang dijalankan oleh Mao melalui pemerintahan seperti dengan melibatkan klas buruh dan kaum tani adalah bentuk
konkreat dari program perjuangan klas. Kediktatoran proletariat tidak kita temukan dalam PKC masa kepemimpinan Deng. Deng lebih memilih meletakan
kepemimpinan kepada kelompok borjuasi dengan tujuan untuk mendapatkan asupan dana untuk menyelamatkan Cina dari kondisi krisis.
3.3.4. Kebijakan Kebudayaan Cina