Kebijakan Ekonomi Politik Cina

Maka beberapa kalangan borjuasi mulai merevisi ajaran sosialis dengan menghilangkan esensi awalnya untuk menghapuskan sistem klas dalam masyarakat. Deng ketika itu juga melakukan revisi pada ajaran Mao. Sistem yang selama 30 tahun dibangun oleh Mao digantikan dengan sistem sosialis ciri khusus Cina oleh Deng. Deng adalah bentuk pemerintahan revisionis modern yang memoderatkan ajaran Marx. Tidak akan dapat terwujud sistem sosialis tanpa sistem ekonomi yang sosialisme juga.

3.3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Cina

Ideologi kapitalisme yang mempertahankan sistem ekonomi monopolilah yang menjadi cikal bakal lahirnya ideologi sosialisme. Kelahiran sistem sosialisme Cina didasari oleh watak kapitalisme yang eksploitatif, ekspansif dan akumulatif modal menjadikan kelas pekerja hidup dalam keterasingan. Jadi Marx mengatakan, “Bahwa sebaiknya kita curiga kalau pengusaha mengkhotbahi masyarakat tentang nilai-nilai luhur serta kewajiban moral mereka. Sering tanpa disadari, khotbah-khotbah macam itu sarat dengan pamrih, alias ideologi. Oleh karena itu sosialisme merupakan keyakinan bahwa kosentrasi alat- alat produksi yang dikuasai bersama-sama untuk kebutuhan bersama. kritikan Marx terhadap sistem kapitalisme yang beranggapan bahwa kaum borjuis menyatakan dengan menundukkan alam pada manusia, menerapkan sitem kimia pada industri dan membuat saranaalat produksi yang berteknologi tinggi, telah menciptakan kekuatan produksi yang lebih masif dibandingkan generasi Universitas Sumatera Utara berikutnya. Sehingga pada puncaknya terjadi pertentangan kelas yang semakin meningkat.” 78 Mao berhasil mendirikan negara komunis Cina. Bukan berarti Cina mendadak menjadi negara sosialis secara tiba-tiba. Tidak selesai sampai disitu pasca menjadi kepala negara, Mao menjalankan pendistribusian tanah yang selama ini dikuasai oleh tuan-tuan tanah, penghapusan sistem upah, kolektifitas Dengan demikian Karl Marx mengutamakan perubahan sosial melalui sebuah perjuangan bersenjata yang dijalankan oleh rakyat atau revolusi untuk mencapai masyarakat tanpa klas yakni, Sosialisme. Revolusi dapat dilihat sebagai sudut pandang yang maju, progresif dan radikal melawan kekuatan konservatif. Kekuatan konservatif adalah golongan penguasa alat-alat produksi dan kekuatan progresif adalah klas proletar yang hidup dalam keterasingan ekonomi, politik sosial dan budaya. Untuk itu tidak ada jalan lain selain menjalankan revolusi sosial untuk menggantikan kekuatan konservatif. Jika berkaca pada pandangan Marx, keberhasilan Mao dan PKC dalam menjalankan revolusi adalah sebuah usaha untuk menghapuskan sistem monopoli alat produksi di Cina. Penggulingan kekuasaan Partai Kuomintang dan perjuangan melawan kolonialisme merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan rakyat Cina ketika itu merampas tanah-tanah yang dikuasai oleh tuan tahan, penumbangan kekuasaan rezim nasionalis Kuomintang. 78 Suar Suroso, Marxisme sebuah kajian. Hasta Mitra, 2009 Universitas Sumatera Utara pertanian, dan program lompatan jauh kedepan. Klas borjuasi diberi ruang tapi tidak diberi kesempatan untuk kembali melakukan monopoli atas alat produksi. Alat produksi kini dikuasai oleh masyarakat, klas buruh dan kaum tani kini berdaulat atas hasil produksinya, sistem kerja kolektif dijalankan dipedesaan dan pembangunan industri di perkotaan. Seluruhnya dilakukan secara kolektif tanpa campur tangan negara kapitalis, tanpa pinjaman ataupun investasi. Watak borjuasi yang selama ini melekat pada masyarakat mulai perlahan hilang. Seluruhnya dijalankan atas dasar kolektif. Situasi ini berubah, ketika Deng Xiaoping mengubah sistem ekonomi Cina lebih kearah kapitalisme. Cina kembali menyerahkan aset yang sudah dirampas saat revolusi kepada pihak asing dalam bentuk privatisasi, menjalankan praktek liberalisasi, dan menjalin kerja sama dengan negara kapitalisme. Suatu hal yang menarik dari fenomena ini ketika Cina menjadi negara kapitalis, borjuasinya adalah golongan dari keluarga pemerintahan atau keluarga anggota partai komunis. Yang perlu dicatat adalah bahwa gejala memperkaya diri di kalangan para pejabat partai dan pemerintah dan keluarganya melalui berbagai macam bisnis, yang dibikin maju dan berkembang berkat hubungan dan kedudukannya, merupakan sesuatu yang biasa dan bukan rahasia lagi dalam “Sosialisme dengan Ciri Khusus Cina.” Kritikan pedas juga mulai berdatangan dari 170 anggota partai Universitas Sumatera Utara dan kader PKC yang masih memegang pandangan Marx, sehingga mereka mengeluarkan surat yang berisikan tentang: Begitu diumumkan keterbukaan terhadap dunia luar dan dijalankannya politik yang lebih luwes, beberapa kader dalam Partai, Pemerintah dan Militer, bersama dengan anak-anaknya, langsung dengan tergesa-gesa terjun ke dalam dunia usaha. Menurut sejumlah survei lebih dari 12 yang dilakukan di kota dan provinsi, sejak kwartal keempat tahun lalu telah didirikan lebih dari 20 ribu usaha. Mayoritas dari 20 ribu usaha itu didirikan melalui koneksi antara pejabat-pejabat ini dengan bisnis ilegal baik dalam negeri maupun luar negeri. Mereka menggunakan lubang- lubang di reformasi untuk melakukan segala macam transaksi ilegal termasuk pembelian dan penjualan ilegal, penyuapan dan penerimaan suapan, pembayaran di bawah meja, pemalsuan fakta-fakta, penghindaran pembayaran pajak, pembuatan dan penjualan obat palsu, anggur palsu, pembunuhan, penjualan dan pertunjukan pornografi dan menarik wanita ke dunia pelacuran. Semua hal yang busuk dan buruk ini telah terjadi. Ideologi kapitalis hina “hanya uang yang penting” sedang dengan serius mengikis Partai dan masyarakat kita. 79 Memang saat itu Cina menjelma menjadi negara kapitalis superior, negara ini seakan menunjukkan kemajuan pesat perekonomiannya. Namun pada Keadaan ini lah yang menjadi alasan para pemimpin Cina mempertahankan sistem politik yang sosialis akan tetapi dalam aspek ekonomi mereka memilih untuk kapitalis. Sebab secara analisis jika menggunakan sistem politik yang diktator layaknya negara komunis, maka sama halnya ini cara untuk mempertahankan kepemimpinan borjuasi sebab tidak ada pergantian di negara sosialis khusus Cina selain dari klas borjuasi sendiri. Ini yang menjadi analisis terpenting dari poin ini, kebijakan yang diambil Deng adalah langkah mundur yang sejak lama sudah ditinggalkan oleh Mao. Lantas bagaimana Cina di era pasca Deng dengan menggunakan sistem kapitalisme? 79 Surat 170 Anggota dan Kader PKT Ditujukan Kepada Sekretaris Jenderal PKC,Seluruh Anggota Polibiro PKT dan Seluruh Peserta Kongres PKT ke XVII”. Diterjemahkan oleh KKDR Universitas Sumatera Utara akhirnya, turut mengalami kebangkrutan ekonomi dibawah sistem imperialisme. Bahkan beberapa tahun sebelum tahun 2016, China telah mengalami gelombang arus resesi ekonomi yang ditandai dengan pernyataan resmi Dewan Negara China dalam tema “Status Sumber Daya Manusia Kertas Putih China” pada akhir tahun 2009 lalu. Ditegaskan bahwa pada tahun tersebut, terdapat tidak kurang dari 27 atau sekitar 288 juta jiwa dari total angkatan kerjanya sebanyak 1,07 miliar jiwa berada dalam posisi status pengangguran. Kemudian di tahun 2010 berdasarkan survey World Bank, dijelaskan bahwa China masih memiliki 150 juta orang hidup dibawah garis kemiskinan yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar per hari sebagai ukuran garis kemiskinan internasional. Diakhir tahun 2010, Standart and Chartered juga telah memperkirakan bahwa China terancam mengalami gagal bayar atas utang pemerintahannya sebesar 8-9 triliun yuan atau sekitar 1,2 – 1,4 triliun dolar AS. Dimana sejumlah dana tersebut selama ini digunakan untuk memberikan suntikan dana kepada berbagai perusahaan-perusahaan besar terutama yang berada di provinsi Liaoning China. Rentetan gelombang resesi ekonomi China diatas yang terjadi secara fluktuatif, mengakibatkan lonjakan krisis yang terjadi saat ini di China. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan devaluasi yuan pada pertengahan agustus lalu sebanyak 2 kali dengan total devaluasi sebesar 3,6 sehingga mengakibatkan nilai tukar yuan kepada dolar jatuh ke angka 6,3306 yuan per dolar AS. Universitas Sumatera Utara Kebijakan devaluasi yuan oleh People’s Bank of China PBC pada 11 dan 12 Agustus 2015 bertujuan untuk meningkatkan kembali nilai export negara ini yang sedang mengalami kemerosotan sebesar 8,3 pada Juli 2015. Pasalnya aktivitas export China selama ini merupakan sumber utama dari PDB negara tersebut atau tidak kurang dari 60 PDBnya. Sementara 60 nilai export China selama ini dari PDB nya, pada kenyataannya tidak terlepas dari peran investasi saham perusahaan MNC dunia. Sehingga keadaan demikian yang juga berujung kepada anjloknya nilai saham di Bursa Saham Shanghai hingga 30 pada Juli lalu.

3.3.3. Kediktatoran Klas Masyarakat Cina