Faktor Kampanye Hitam Tentang Sosialisme Mao Zedong

tidaklah menjadi faktor paling dominan. Tapi faktor ini mempengaruhi pandangan gerakan sosialis ketika itu.

3.4.2.2. Faktor Kampanye Hitam Tentang Sosialisme Mao Zedong

Setelah kemenangan kapitalisme, pandangan tentang sosialisme dianggap sebagai sebuah ideologi yang berbahaya. Sosialisme diartikan sebagai sebuah kekerasan untuk mencapai masyarakat tanpa klas. Bahkan beberapa pemikir liberal beranggapan bahwa sosialisme merupakan sebuah ideologi utopis. Sosialisme tidak akan mampu menghapuskan klas dalam masyarakat melalui jalan revolusi. Pemikiran ini berlandaskan kepada kegagalan Uni Soviet dan Cina. Cina secara khusus ideologi sosialisme Mao dianggap gagal menghapuskan sistem masyarakat berklas. Mao dianggap tidak mampu mendirikan pemerintahan yang kompak dan stabil. Revolusi dianggap sebagai keresahan dan perang saudara dalam waktu yang lama. Segi keberhasilan Mao dalam membangun sosialisme dinilai sebagai sebuah karakter yang totaliter garis keras. Revolusi besar kebudayaan proletariat untuk melawan revisionis moderen dianggap sebagai pembantaian terbesar sepanjang sejarah manusia. Mega proyek lompatan jauh kedepan untuk meningkatkan perekonomian kolektif pertanian. Walaupun beberapa kalangan menyebutkan bahwa hasil dari program ekonomi lompatan jauh kedepan dianggap gagal. Munculnya beragam angka yang menyebutkan tingkat kematian itu akibat program ini, mungkin tidak begitu penting bagi sebagian kalangan selama ini. Mao telah memaksa para Universitas Sumatera Utara pemimpin partai di tingkat provinsi dan lokal untuk memenuhi target produksi besar-besaran yang tidak realistis kepada para petani. Tidak adanya komunikasi yang efektif dan desentralisasi yang tidak masuk akal telah menyebabkan aktivitas ekonomi nasional mengalami kekacauan dan terjadi misalokasi sumberdaya yang luar biasa. Sementara itu rangsangan kepada petani untuk berproduksi semakin menurun akibat penentuan level pendapatan secara besar-besaran melalui sistem komune. Hal-hal ini kemudian menyumbang pada gagalnya hasil produksi pertanian pada 1959 hingga 1962. Situasi gagal panen ini makin memburuk ketika pemerintah pusat mengambilalih produk pertanian kacang-kacangan dari daerah pedesaan, guna memenuhi kekurangan produksi kacang-kacangan secara nasional dari perkiraaan semula. Akibat paling buruk dari gagalnya program Lompatan Jauh ke Depan ini, terjadi kemiskinan dan kelaparan massal yang luar biasa di seluruh Cina. Kemiskinan dan kelaparan ini adalah sesuatu yang terbesar dalam sejarah Cina, bahkan diklaim terbesar dalam sejarah umat manusia. Dan ini bukan kemiskinan biasa, melainkan kemiskinan yang mematikan dengan jumlah korban yang mendirikan buluroma. Para intelektual liberal dan pemimpin Cina pasca Mao, mengeluarkan angka-angka yang berbeda mengenai jumlah penduduk yang meninggal akibat kelaparan itu. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi kampanye yang dituju telah tercapai, “Mao telah membiarkan rakyatnya mati akibat kemiskinan dan kelaparan.” Tetapi, bagi mereka yang ingin menegakkan kebenaran ilmiah, jumlah angka yang berbeda-beda itu menimbulkan pertanyaan serius menyangkut validitas dan akurasi dari mana dan bagaimana angka itu diperoleh. Berhadapan dengan kontroversi itu, kita mesti melampaui metode perhitungan statistik. Saya ingin mengajak anda untuk melihat perkembangan ekonomi dan sosial pada masa penerapan program Lompatan Jauh ke Depan. Data yang dikeluarkan oleh rejim Deng Xiaoping, juga menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Misalnya, produksi industrial meningkat sebesar 11,2 persen per tahun dari 1952-1976 bertumbuh 10 persen per tahun selama periode revolusi kebudayaan yang dituduh sebagai periode terkelam dalam sejarah Cina. Pada tahun 1952, sumbangan sektor industri terhadap pendapatan nasional bruto sebesar 36 persen. Pada 1975, sumbangan sektor industri meningkat menjadi 75 persen, sementara sumbangan sektor pertanian sebesar 28 persen. Data lain dari Guo Shutian, mantan direktur kebijakan dan hukum kementrian pertanian Cina di masa Mao menyebutkan, benar bahwa produksi pertanian menurun dalam periode 1949-1978, karena “bencana alam dan kesalahan dalam praktek.” Namun demikian, ia mengatakan antara 1949-1978 jumlah produksi pangan biji-bijian meningkat sebesar 145,9 persen dan total produksi pangan meningkat sebesar 169,6 persen. Selama periode ini, penduduk Cina bertumbuh sebesar 77,7 persen. Berdasarkan data ini, menurut Shutian, Universitas Sumatera Utara produksi pangan per kapita Cina meningkat dari 204 kg menjadi 328 kg dalam periode tersebut. 82 Menyimak data-data di atas, menjadi aneh jika melihat jumlah puluhan juta orang yang meninggal akibat kelaparan dan kemiskinan. Dimana rasionalisasinya? Jika asumsinya tampilan ekonomi yang positif itu hanya terkonsentrasi pada segelintir elit partai, hal itu tidak sesuai dengan kenyataan bahwa pada masa Mao tingkat kesenjangan sosial masyarakat Cina adalah yang terbaik sepanjang sejarahnya. Berhadapan dengan keanehan ini, maka kita punya dua pilihan: pertama, percaya buta bahwa memang pada masa Lompatan Jauh ke Depan ada puluhan juta orang yang mati; atau kedua, kita menganggap angka- angka puluhan juta itu tak lebih sebagai propaganda murahan kalangan yang anti revolusi Cina. 82 Op. Cit .Coen Husain Pontoh. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada dua faktor yang menjadi penyebab peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sistem ekonomi sosialisme menuju sistem ekonomi kapitalisme, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam Partai Komunis Cina dan faktor eksternal yang berasal dari luar Partai Komunis Cina. 2. Faktor internal peralihan sistem ekonomi politik Cinadisebabkan oleh masih adanya watak borjuasi, hal ini dikarenakan Cina saat itu masih dalam tahapan awal peralihan sistem feodal. Sehingga kondisi ini melahirkan adanya klas borjuasi dalam kepemimpinan Partai Komunis Cina. Dampaknya Partai Komunis Cina diisi oleh golongan revisionis moderen yang memiliki pandangan berbeda dengan golongan marxis dalam memandang kontradiksi yang ada di Cina. 3. Faktor eksternal peralihan sistem ekonomi politik Cinadisebabkan oleh bubarnya gerakan sosialisme dunia akibat keruntuhan Uni Soviet sebagai kiblat sosialisme dunia dan kampanye hitam tentang sosialisme dikalangan masyarakat dunia, Universitas Sumatera Utara