Strategi Peningkatan Layanan Kesehatan Menggunakan Integrasi Metode Fuzzy Servqual (Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN MENGGUNAKAN INTEGRASI
METODE FUZZY SERVQUAL
(Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
SKRIPSI
RINNASA PERANGIN-ANGIN
090803023
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN MENGGUNAKAN INTEGRASI
METODE
FUZZY SERVQUAL
(Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
SKRIPSIDiajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
RINNASA PERANGIN-ANGIN 090803023
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
PERSETUJUAN
Judul : STRATEGI PENINGKATAN LAYANAN
KESEHATAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE FUZZY SERVQUAL (Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
Kategori : SKRIPSI
Nama : RINNASA PERANGIN-ANGIN
Nomor Induk Mahasiswa : 090803023
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Oktober 2013 Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc NIP. 195312181980031003 NIP. 196103181987112001
Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
Prof. Dr. Tulus, M.Si NIP. 196409011988031002
(4)
PERNYATAAN
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE ITERASI FUZZY SERVQUAL
(Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Oktober 2013
RINNASA PERANGIN-ANGIN 090803023
(5)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus kristus, dengan kasih dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Menggunakan Integrasi Metode Fuzzy Servqual (Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan).
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Esther Sorta M. Nababan,
M.Sc selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si selaku
pembimbing 2 yang telah memberikan saran, arahan dan waktu selama penyusunan skripsi ini. Juga kepada Bapak Dr. Parapat Gultom, M.SIE dan Bapak Bapak Syahriol Sitorus, S.Si, M.IT selaku dosen pembanding atas kritik dan saran dalam menyempurnakan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan Dosen Matematika FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU, dan rekan-rekan seangkatan di Matematika 2009. Terima kasih juga kepada orang tua tercinta, Ayah M. Perangin-angin dan ibu R. Br. Sinuraya atas doa, dukungan, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Juga kepada keluarga dan teman-teman yang terkasih atas doa, nasehat dan bimbingan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Oktober 2013 Penulis,
(6)
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE ITERASI FUZZY SERVQUAL
(Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
ABSTRAK
Kualitas pelayanan dalam usaha jasa sangat penting bagi pelanggan. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan. Demikian halnya dengan kualitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara pasien dengan rumah sakit. Perlu dilakukan pemahaman apa yang menjadi faktor utama pelanggan dalam menilai kualitas layanan kesehatan di rumah sakit. Dalam penelitian ini, tingkat kepuasan pasien diukur dengan menggunakan Fuzzy
Servqual, untuk menentukan tingkat kesenjangan antara harapan dan persepsi
pelanggan. Logika fuzzy digunakan sebagai usaha untuk mengurangi ketidakpastian responden dalam memberikan nilai ekspektasi dan persepsi dalam
servqual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diprioritaskan untuk
ditingkatkan adalah ketersediaan alat-alat modern dengan nilai gap tertinggi yaitu sebesar -0,983. Demikian halnya juga untuk ketepatan jadwal kunjungan dokter, proses mencapai lokasi perawatan yang cepat, proses administrasi perawatan yang cepat, perhatian kepada pasien secara individual, dan perhatian atas keluhan keluarga pasien yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan kinerjanya.
(7)
STRATEGIES OF HEALTH CARE QUALITY IMPROVEMENT BY USING INTEGRATION FUZZY SERVQUAL
(Study Case: RSU Vina Estetica Medan)
ABSTRACT
Service Quality in the service business is very important for customer. If the perceived service quality equal or exceed the service quality expected, the quality is said to qualitatively and satisty so it is with the quality of health services is influenced by the interaction between patients with a hospital. Necessary to understanding what the customer is a major factor in assessing the quality of health care in hospitals. By measuring the level of satisfaction of patients who had given to the methods used are fuzzy servqual, to determine the level of servqual gap between customer expectations and perceptions. Fuzzy logic is used as an attempt to reduce the uncertainly of the respondents in providing value expectations and perleptions of service quality in. The result showed that priority to be improved is the availability of modern tools with the highest gap value taht is equal to -0,983. The case also for the accuracy of the schedule visit by a doctor , the process of achieving rapid location of care, processes of care rapid administration, attention to individual patient and attention to family of patient would be priority to improve.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1. Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1 1.2Perumusan Masalah 2 1.3Pembatasan Masalah 2 1.4Tinjauan Pustaka 2
1.5Tujuan Penelitian 4
1.6Manfaat Penelitian 4 1.7Metodologi Penelitian 4 Bab 2. Landasan Teori 2.1 Kualitas 6 2.1.1 Definisi Kualitas 6 2.1.2 Kepuasan Pelanggan 7 2.2 Metode Service Quality 10
2.2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan 10
2.2.2 Service Quality Gap 12
2.3 Logika Fuzzy 13
2.3.1 Teori Fuzzy 14
2.3.2 Tringular Fuzzy Number 15
2.3.3 Fuzzifikasi dan Defuzzifikasi 17
2.4 Skala Likert 19
2.5 Importance Performance Analysis 20
Bab 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengumpulan Data Kualitatif 24
3.2 Pengumpulan Data Kuantitatif 26
3.3 Penentuan Sampel Minimum 26
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas 28
3.5 Karakteristik Umum Responden 31
3.6 Pengolahan Data Kuesioner dengan Metode Fuzzy 33
3.7 Analisa Hasil Fuzzy Servqual Customer Gap 39
(9)
dengan IPA Bab 4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan 44
4.2 Saran 44
Daftar Pustaka 46
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Daftar Atribut Kualitas Jasa (Pendahuluan) 24 Tabel 3.2 Alokasi dari Jumlah Sampel Responden 28 Tabel 3.3 Daftar Atribut Kualitas Jasa (Formal) 29 Tabel 3.4 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepentingan 34
dan Defuzzifikasi
Tabel 3.5 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepentingan 36 dan Defuzzifikasi (setiap Dimensi)
Tabel 3.6 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepuasan 37 dan Defuzzifikasi
Tabel 3.7 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepuasan 39 dan Defuzzifikasi (setiap Dimensi)
Tabel 3.8 Perhitungan Gap per Atribut 41 Tabel 3.9 Perhitungan Gap per Dimensi 43
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fungsi keanggotaan dari TFN 16
Gambar 2.2 Triangular Fuzzy Number 17
Gambar 2.3 Matriks Importance-Performance 21
Gambar 2.4 Flow Chart Penelitian 23
Gambar 3.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 31
Gambar 3.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 32
Gambar 3.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 32
Gambar 3.4 Matriks Importance-Performance (setiap Atribut) 41
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi Data Hasil Kuesioner Pendahuluan Lampiran 2. Rekapitulasi Data Hasil Kuesioner Formal Lampiran 3. Bentuk Kuesioner Pendahuluan
Lampiran 4. Bentuk Kuesioner Formal
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lampiran 6. Surat Izin Riset FMIPA
(13)
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE ITERASI FUZZY SERVQUAL
(Studi Kasus: RSU Vina Estetica Medan)
ABSTRAK
Kualitas pelayanan dalam usaha jasa sangat penting bagi pelanggan. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan. Demikian halnya dengan kualitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara pasien dengan rumah sakit. Perlu dilakukan pemahaman apa yang menjadi faktor utama pelanggan dalam menilai kualitas layanan kesehatan di rumah sakit. Dalam penelitian ini, tingkat kepuasan pasien diukur dengan menggunakan Fuzzy
Servqual, untuk menentukan tingkat kesenjangan antara harapan dan persepsi
pelanggan. Logika fuzzy digunakan sebagai usaha untuk mengurangi ketidakpastian responden dalam memberikan nilai ekspektasi dan persepsi dalam
servqual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diprioritaskan untuk
ditingkatkan adalah ketersediaan alat-alat modern dengan nilai gap tertinggi yaitu sebesar -0,983. Demikian halnya juga untuk ketepatan jadwal kunjungan dokter, proses mencapai lokasi perawatan yang cepat, proses administrasi perawatan yang cepat, perhatian kepada pasien secara individual, dan perhatian atas keluhan keluarga pasien yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan kinerjanya.
(14)
STRATEGIES OF HEALTH CARE QUALITY IMPROVEMENT BY USING INTEGRATION FUZZY SERVQUAL
(Study Case: RSU Vina Estetica Medan)
ABSTRACT
Service Quality in the service business is very important for customer. If the perceived service quality equal or exceed the service quality expected, the quality is said to qualitatively and satisty so it is with the quality of health services is influenced by the interaction between patients with a hospital. Necessary to understanding what the customer is a major factor in assessing the quality of health care in hospitals. By measuring the level of satisfaction of patients who had given to the methods used are fuzzy servqual, to determine the level of servqual gap between customer expectations and perceptions. Fuzzy logic is used as an attempt to reduce the uncertainly of the respondents in providing value expectations and perleptions of service quality in. The result showed that priority to be improved is the availability of modern tools with the highest gap value taht is equal to -0,983. The case also for the accuracy of the schedule visit by a doctor , the process of achieving rapid location of care, processes of care rapid administration, attention to individual patient and attention to family of patient would be priority to improve.
(15)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau layanan menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten (Evans dan Dean, 2003). Menurut Parasuraman, et al. (1998) kualitas layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan. Demikian halnya dengan kualitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara pasien dengan rumah sakit. Perlu dilakukan pemahaman apa yang menjadi faktor utama pelanggan dalam menilai kualitas layanan kesehatan di rumah sakit, melalui pengukuran tingkat kepuasan pasien. Dengan demikian, dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan sesuai dengan harapan pasien.
Penilaian terhadap tingkat layanan kesehatan di rumah sakit dilakukan dengan kuesioner yang akan diberikan kepada pasien. Untuk mengantisipasi kesubyektifan pasien selaku responden dalam pemberian nilai maka peneliti akan menggunakan metode fuzzy. (Kusumadewi,2004) mengatakan metode fuzzy digunakan untuk membantu responden memberi nilai yang lebih obyektif, yaitu
saat responden memberi nilai “baik”, maka seberapa baik yang dimaksud
responden, apakah baik yang menjurus ke sangat baik atau baik yang menjurus sedang. Penilaian “baik” mempunyai tingkat nilai yang berbeda, hal ini menyebabkan penilaian yang diperoleh juga masih ambigu. Keambiguan inilah yang akan diatasi dengan metode fuzzy yakni dengan metode centroid untuk menghitung nilai Triangular Fuzzy Numbers (TFN). Dengan Logika fuzzy akan digunakan dalam kuisioner servqual. Setelah diperoleh penilaian pasien
(16)
menggunakan integrasi metode fuzzy dan servqual. Kemudian ditentukan prioritas perbaikan dengan menggunakan metode important performance analysis.
Dengan dilakukannya analisis peningkatan kualitas pelayanan secara terpadu dengan metode fuzzy servqual, diharapkan pihak rumah sakit dapat mengembangkan strategi untuk peningkatan kualitas pelayanan.
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian yang akan dilakukan adalah pengukuran tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang telah diberikan rumah sakit dengan metode
fuzzy servqual kemudian dirancang strategi perbaikan pelayanan kesehatan guna
memenuhi keinginan pelanggan utama, yaitu pasien.
1.3Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Data yang digunakan adalah data primer.
2. Pelanggan yang dimaksud adalah pasien rawat inap. 3. Biaya dalam proses pelayanan kesehatan tidak dibahas.
4. Penelitian ini hanya membahas customer gap karena RSU Vina Estetica Medan untuk mengetahui perbedaan antara ekspektasi dan persepsi pasiennya.
1.4 Tinjauan Pustaka
Teori fuzzy memberikan sarana untuk mempresentasikan ketidakpastian dan merupakan alat yang sangat bagus untuk permodelan ketidakpastian yang berhubungan dengan kesamaran, ketidakpastian dan kekurangan informasi mengenai elemen tertentu dari problem yang dihadapi. Fuzzy merupakan suatu himpunan yang mengandung elemen-elemen yang mempunyai derajat
(17)
keanggotaan yang berbeda-beda dan sangat kontra dengan himpunan tegas (crisp). Pada crisp, nilai keanggotaan hanya ada 2 kemungkinan, yaitu 0 atau 1, pada fuzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1. Apabila memiliki nilai keanggotaan fuzzy berarti tidak menjadi anggota himpunan A, demikian pula apabila memiliki nilai keanggotaan fuzzy berarti menjadi anggota penuh pada himpunan A (Kusumadewi 2010).
Fuzzifikasi adalah proses yang dilakukan untuk mengubah variabel nyata menjadi variabel fuzzy, ini ditujukan agar masukan kontroler fuzzy bisa dipetakan menuju jenis yang sesuai dengan fuzzy. Pemetaan dilakukan dengan bantuan model dari fungsi keanggotaan agar dapat diketahui besar masukkan tersebut (derajat keanggotaan). Defuzzikasi merupakan proses pemetaan fuzzy ke crisp. Proses ini merupakan kebalikan dari proses fuzzifikasi yang menghasilkan nilai
Triangular Fuzzy Numbers (TFN). TFN merupakan fuzzy yang dinyatakan dalam
bentuk interval yang dapat digunakan untuk menyatakan penilaian subyektif manusia karena aritmatika yang digunakan bersifat intuitif dan sama dengan dipergunakan pada bilangan riil (Wulandari, 2011). Nilai TFN dihitung dengan metode centroid untuk menghasilkan nilai crisp yang diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy.
Metode Servqual merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kriteria-kriteria kualitas yang harus ditingkatkan kualitas pelayanannya berdasarkan gap yang terjadi antara persepsi dan harapan pelanggan. Metode
servqual itu sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu penilaian dan pembobotan.
Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner di mana seorang partisipan menyatakan persepsi dan harapannya. Selisih antara persepsi dengan harapan
disebut dengan “gap” atau kesenjangan kualitas layanan, yang dirumuskan
sebagai berikut (Purnama, 2006):
(18)
Untuk mengukur kualitas layanan biasanya dipakai dimensi kualitas layanan yang dikembangkan oleh Parasuraman dan kawan-kawan, yang meliputi:
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Kualitas layanan
secara keseluruhan merupakan rata-rata hasil penilaian konsumen terhadap masing-masing dimensi tersebut. instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan adalah kuesioner yang disebarkan dengan menggunakan skala Likert (Purnama, 2006).
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang strategi peningkatan pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjadi rujukan rumah sakit dalam menyusun strategi untuk peningkatan kualitas layanan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk pelayanan lainnya selain di rumah sakit.
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan data primer yang disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi elemen penelitian servqual, yaitu tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan empathy.
2. Pembuatan kuesioner servqual 3. Penyebaran kuesioner pendahuluan
(19)
4. Pengujian validitas dan reliabilitas 5. Penyebaran kuesioner formal 6. Pengintegrasian Fuzzy dan Servqual
7. Importance Performance Analysis untuk menentukan prioritas perbaikan
8. Analisa usulan perbaikan 9. Penarikan kesimpulan dan saran
(20)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas
Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggannya. Oleh karena itu, suatu perusahaan perlu mengenal pelanggannya dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan atau keinginannya. Menurut Al Ries (1996) dalam Majalah Manajemen (2003) suatu survey yang telah dilakukan terhadap manajer di Amerika, hasilnya sebanyak 80% manajer di Amerika berpendapat kualitas akan menjadi sumber fundamental keunggulan bersaing abad 21.
2.1.1 Definisi Kualitas
Ada banyak definisi ataupun pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi yang satu hampir sama dengan definisi yang lain. Pengertian kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal, antara lain:
1. Filsafat Jepang, kualitas adalah “zero defect” yang artinya mengerjakan pertama kali dengan benar.
2. Juran (1962) “kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. 3. Crosby (1979) “kualitas adalah kesesuian dengan kebutuhan yang meliputi
availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness”. 4. Deming (1982) “kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan
sekarang dan di masa datang”.
5. Scherkenbach (1991) “kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai
(21)
6. Elliot (1993) “kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai
dengan tujuan”.
7. Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar.
Istilah kualitas itu sangat penting bagi suatu perusahaan dan Russel (1996) mengidentifikasi enam peran pentingnya kualitas, yakni:
1. Meningkatkan reputasi perusahaan 2. Menurunkan biaya
3. Meningkatkan pangsa pasar 4. Dampak Internasional
5. Adanya pertanggungjawaban produk untuk penampilan produk 6. Mewujudkan kualitas yang dirasakan penting
Adapun tujuan untuk peningkatan kualitas adalah untuk memenuhi kepuasan pelanggan, sehingga pelanggan akan tetap percaya dan tetap menggunakan jasa atau produk yang disediakan.
2.1.2 Kepuasan Pelanggan
Rangkuti (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap kesesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan.
(22)
Menurut Kotler (2005), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa pelanggan berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapannya. Jika kinerja tersebut berada di bawah harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut merasa dikecewakan, jika memenuhi harapan, pelanggan akan merasa sangat puas.
Menurut Irawan (2007), terdapat lima komponen yang dapat mendorong kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Kualitas produk
Kualitas produk mencakup enam elemen, yaitu: performance, durability, feature,
reliability, consistency, dan design. Setelah membeli dan menggunakan suatu
produk, pembeli akan merasa puas bila ternyata kualitas produknya baik atau berkualitas.
2. Kualitas pelayanan
Salah satu konsep service quality adalah sangat tergantung dari tiga faktor, yaitu: sistem, teknologi, dan manusia. Berdasarkan konsep servqual, komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu: reliability, responsiveness, assurance,
empathy, dan tangible.
3. Faktor emosional
Kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya.
4. Harga
Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan kepuasan yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena pelanggan akan mendapatkan value for money yang tinggi.
5. Kemudahan
Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
(23)
Selain hal-hal yang mendorong kepuasan pelanggan tersebut, yang perlu diperhatikan sebagai pemasok produk atau jasa adalah persepsi dan harapan pelanggan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi dan harapan pelanggan adalah:
1. “Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen/pemasok produk. Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, harapan pelanggan akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.
3. Pengalaman dari teman-teman, di mana pelanggan akan menceriterakan kualitas produk yang akan dibeli oleh pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi pelanggan terutama pada produk-produk yang dirasakan berisiko tinggi.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi pelanggan.
Persepsi dan harapan pelanggan suatu produk atau jasa dapat diukur, sehingga pihak penyedia produk atau jasa dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh pelanggan. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan metode survei. Pengukurannya dilakukan dengan cara berikut:
1. Pengukuran dilakukan secara langsung melalui interview dengan menggunakan kuesioner kepada pasien.
2. Kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan skala ordinal mengenai harapan dan kinerja yang terkait dengan atribut yang ada.
3. Responden diminta menilai seberapa besar harapan mereka terhadap suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang dirasakan terhadap atribut tersebut.
4. Responden diminta merangking elemen atau atribut penawaran dari pertanyaan-pertanyan yang ada berdasarkan derajat kepentingan setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan pada masing-masing elemen.
(24)
2.2 Metode Service Quality
Metode pengukuran kualitas layanan yang banyak digunakan secara luas adalah SERVQUAL. SERVQUAL berasal dari kata Service Quality yang artinya kualitas layanan.
2.2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan
Wyckof dalam Lovelock (1988) memberikan pengertian kualitas layanan sebagai tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan, sedangkan menurut Parasuraman, et al. (1988) kualitas layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) pelanggan dengan kualitas layanan yang diharapkan pelanggan. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan. Gronroos (1990) menyatakan bahwa kualitas layanan meliputi:
1. Kualitas fungsi, yang menekankan bagaimana layanan dilaksanakan, terdiri dari: dimensi kontak dengan konsumen, sikap dan perilaku, hubungan internal, penampilan, kemudahan akses, dan service mindedness.
2. Kualitas teknis dengan kualitas output yang dirasakan pelanggan, meliputi harga, ketepatan waktu, kecepatan layanan, dan estetika output.
3. Reputasi perusahaan, yang dicerminkan oleh citra perusahaan dan reputasi di mata pelanggan.
Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) kualitas layanan dapat dilihat dari 10 dimensi, yaitu:
1. Communication, penggunaan bahasa komunikasi yang bisa dipahami
konsumen.
2. Credibility, kepercayaan konsumen terhadap penyedia layanan.
(25)
4. Knowing the customer, pemahaman penyedia layanan terhadap kebutuhan dan harapan konsumen.
5. Tangibles, dalam memberi layanan harus ada standar pengukurannya.
6. Reliability, konsisten penyedia layanan dan kemampuan penyedia layanan
dalam memenuhi janji.
7. Responsiveness, kemauan dan kesediaan penyedia layanan dalam memberi
layanan.
8. Competence, kemampuan atau keahlian penyedia layanan dalam
memberikan layanan.
9. Access, kemampuan pendekatan dan kemudahan penyedia layanan untuk
bisa dihubungi oleh konsumen.
10. Courtesy, kesopanan, rasa hormat, perhatian, dan keadilan penyedia layanan
ketika berhubungan dengan konsumen.
Di antara sepuluh dimensi kualitas layanan di atas, menurut Parasuraman, et al. (1988) ada yang saling tumpang tindih, sehingga disodorkan lima dimensi yang lebih sederhana, yaitu:
1. Tangibles (berwujud), yaitu bukti fisik dan menjadi bukti awal yang bisa
ditunjukkan oleh organisasi penyedia layanan yang ditunjukkan oleh tampilan gedung, fasilitas fisik, pendukung, perlengkapan, dan penampilan pekerja.
2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan penyedia layanan memberikan
layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu para pekerja yang memberikan
jaminan bahwa mereka bisa memberikan layanan dengan baik.
4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kecakapan para pekerja yang
memberikan jaminan bahwa pelanggan bisa memberikan layanan dengan baik.
5. Emphaty (empati), yaitu para pekerja mampu menjalin komunikasi
(26)
Metode servqual merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kriteria-kriteria kualitas yang harus ditingkatkan kualitas pelayanannya berdasarkan gap yang terjadi antara persepsi dan harapan pelanggan. Metode servqual terdiri dari dua bagian yaitu, penilaian dan pembobotan. Penilaian dilakukan dengan penyebaran kuesioner di mana seorang partisipan memberikan bobot (constant
sum rating scale) untuk kelima dimensi jasa.
2.2.2 Service Quality Gap
Harapan seorang pelanggan terhadap kualitas layanan sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh. Sumber informasi tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal. Sumber informasi internal misalnya pengalaman masa lalu. Sumber informasi eksternal merupakan informasi dari luar, misalnya pelanggan lain melalui mulut ke mulut atau pemasar melalui promosi/iklan. Harapan pelanggan terhadap layanan yang dijabarkan ke dalam lima dimensi kualitas layanan harus bisa dipahami dan diupayakan untuk diwujudkan. Layanan yang diterima tapi tidak sesuai dengan layanan yang diharapkan itulah yang menimbulkan kekecewaan. Selisih antara persepsi dengan harapan disebut dengan
“gap” atau kesenjangan kualitas layanan, yang dirumuskan sebagai berikut
(Purnama, 2006):
Persepsi – Harapan = Gap
1. Jika gap positif (Persepsi > Harapan) maka layanan dikatakan “surprise” dan memuaskan
2. Jika gap nol (Persepsi = Harapan) maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan
3. Jika gap negatif (Persepsi < Harapan) maka layanan dikatakan tidak berkualitas dan tidak memuaskan.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan adalah kuesioner yang disebarkan dengan menggunakan skala Likert (Purnama, 2006).
(27)
2.3 Logika Fuzzy
Pada tahun 1965, Lotfi Asker Zadeh di University of California, Berkeley, Amerika Serikat mempublikasikan karangan ilmiahnya berjudul “Fuzzy set”. Memodifikasi teori himpunan di mana setiap anggotanya memiliki derajat keanggotaan yang bernilai kontinu antara 0 sampai 1. Pada prinsipnya fuzzy adalah perluasan crisp, yaitu himpunan yang membagi sekelompok individu ke dalam dua kategori, yaitu anggota dan bukan anggota.
Sebelum munculnya teori logika fuzzy (fuzzy logic), dikenal sebuah logika tegas
(crisp logic) yang memiliki dasar benar atau salah secara tegas. Sebaliknya logika
fuzzy merupakan sebuah logika yang memiliki nilai kekaburan atau kesamaran
(fuzzyness) antara benar dan salah secara bersamaan namun berapa besar
kebenaran dan kesalahan suatu nilai tergantung kepada bobot keanggotaan yang dimilikinya.
Fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:
a. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: MUDA, SETENGAH BAYA, TUA.
b. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran suatu variabel seperti : 35, 55, 50, dsb.
Misalkan diketahui klasifikasi sebagai berikut:
MUDA umur tahun
SETENGAH BAYA umur tahun
TUA umur tahun
Dengan menggunakan pendekatan crisp, sangat tidak adil untuk menetapkan nilai SETENGAH BAYA. Misalkan klasifikasi untuk umur 55 dan 56 sangat jauh berbeda, umur 55 tahun termasuk SETENGAH BAYA, sedangkan umur 56 tahun sudah termasuk tua. Orang yang berumur 34 tahun dikatakan MUDA, sedangkan orang yang berumur 35 tahun sudah tidak muda lagi. Dengan demikian pendekatan crisp ini sangat tidak cocok untuk diterapkan pada hal-hal yang
(28)
Alasan informasi linguistik sering direpresentasikan dalam istilah fuzzy adalah komunikasi yang dilakukan lebih cocok dan efisien jika dilakukan dalam istilah
fuzzy, umumnya pengetahuan tentang suatu hal pada dasarnya adalah fuzzy, dan
banyak sistem nyata yang terlalu kompleks jika digambarkan dalam istilah crisp.
2.3.1 Teori Fuzzy
Fuzzy merupakan pengelompokan sesuatu berdasarkan variabel bahasa (linguistic
variable), yang dinyatakan dalam fungsi keanggotaan. Di dalam semesta
pembicaraan (universe of discourse) U. Fungsi keanggotaan dari suatu fuzzy tersebut bernilai antara 0 sampai dengan 1.
Teori fuzzy telah dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan di mana deskripsi aktivitas, observasi dan penilaian adalah subyektif, tidak pasti dan tidak presisi. Kata “fuzzy” umumnya mengarah pada kondisi yang tidak ada batas dari aktivitas dan penilaian yang dapat diartikan secara tepat. Sebagai contoh, himpunan orang yang tinggi, misalnya tidak dapat kita tentukan secara tegas apakah seseorang adalah tinggi atau tidak. Misalkan didefinisikan orang tinggi adalah orang yang tingginya lebih besar atau sama dengan 1,75 meter, maka orang yang tingginya 1,74 meter menurut definisi tersebut orang tersebut tidak tinggi. Sesuatu yang bersifat “fuzzy” seperti ini sangat sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti kelas “penting” pada tingkat kepentingan, kelas “cantik” untuk wanita, dan sebagainya. Hal ini dapat dipresentasikan dengan baik dengan menggunakan teori fuzzy.
Teori fuzzy memberikan sarana untuk mempresentasikan ketidakpastian dan dapat digunakan untuk memodelkan ketidakpastian yang berhubungan dengan kesamaran, ketidakpresisian, dan kekurangan informasi mengenai elemen tertentu dari masalah yang dihadapi. Kekuatan yang mendasari teori fuzzy adalah menggunakan variabel linguistik dari pada variabel kuantitatif untuk merepresentasikan konsep yang tidak presisi. Fuzzy merupakan suatu himpunan
(29)
yang mengandung elemen-elemen yang mempunyai derajat keanggotaan yang berbeda-beda dan sangat kontras dengan crisp, karena anggota crisp tidak akan menjadi anggota kecuali apabila keanggotaannya penuh dalam himpunan tersebut, sedangkan dalam fuzzy untuk dapat menjadi anggota tidak perlu lengkap.
Teori tentang fuzzy dinyatakan dengan sebuah subset dari semesta , di mana transisi antara keanggotaan penuh dan bukan anggota lebih bersifat berderajat. Sebuah nilai dalam interval mempunyai derajat keanggotaan dari salah satu anggota fuzzy dikatakan bahwa fuzzy dipetakan ke nilai-nilai dalam interval oleh fungsi.
Misalkan merupakan tradisional himpunan objek, misalnya bilangan riil, yang disebut semesta. Suatu fuzzy pada dinyatakan dengan fungsi keanggotaan yang menghubungkan setiap elemen dengan suatu nilai dalam interval dan dinotasikan dengan pasangan himpunan {( ) }. Untuk
pasti tidak berada di , jika berarti pasti berada pada . Nilai yang diberikan tersebut menyatakan derajat keanggotaan dalam .
2.3.2 Triangular Fuzzy Number
Fuzzy number adalah spesial fuzzy . Di mana membawa
nilainya ke dalam garis riil dan merupakan penggambaran kontinu dari R pada interval terdekat dari (Dubois and Prade 1978, 1980, dalam (L. K. Chan, et al 1999)).
(30)
Gambar 2.1 Fungsi keanggotaan dari TFN
Fungsi Keanggotaan (Kusumadewi, 2010):
{
Fuzzy number digunakan untuk menyatakan konsep bilangan yang tidak presisi,
seperti “mendekati 7”, “antara 8 sampai 9”, “hampir 6” dan sebagainya. Suatu
triangular fuzzy number, dinotasikan dengan di mana
adalah bilangan fuzzy spesial, yang menyatakan konsep fuzzy = “mendekati b”. Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara dua garis (linier) seperti terlihat pada gambar 2.2:
{
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
a b c
(31)
Gambar 2.2 Triangular Fuzzy Number
Fuzzy number sering dinyatakan sebagai triple (a,b,c) di mana adalah batas
bawah, batas tengah, dan batas atas (Tsvetinov, Mikhailov). Nilai TFN dihitung dengan metode centroid untuk menghasilkan nilai crisp yang diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy.
Secara umum dirumuskan (Kusumadewi, 2010):
∫
∫ ∑ ( )
∑ ( )
2.3.3 Fuzzifikasi dan Defuzzifikasi
Fuzzifikasi adalah proses yang dilakukan untuk mengubah variabel nyata menjadi variabel fuzzy, ini ditujukan agar masukan kontroler fuzzy bisa dipetakan menuju jenis yang sesuai dengan fuzzy. Pemetaan dilakukan dengan bantuan model dari fungsi keanggotaan agar dapat diketahui besar masukkan tersebut (derajat keanggotaan).
Setelah variabel tersebut ditentukan fuzzy-nya kemudian menentukan domain batas dari masing-masing fuzzy tersebut. Domain batas ditentukan berdasarkan
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
(32)
batas dari setiap fuzzy pada setiap variabel tersebut. Adapun estimasi domain batas tersebut yaitu dengan menentukan batas bawah, rata-rata, dan batas atas. Dari batas-batas tersebut maka tiap-tiap himpunan memiliki nilai, misal pada Luas Lahan memiliki fuzzy bernama sempit, sedang, dan luas.
1. Sempit, yang direpresentasikan dengan kurva bentuk bahu meliputi: a. Nilai Bawah c = Batas Bawah.
b. Nilai Bawah a = Rata-rata.
2. Sedang, yang direpresentasikan dengan kurva segitiga meliputi: a. Nilai Tengah c = 0,05 * Rata-rata.
b. Nilai Tengah a = Rata-rata. c. Nilai Tengah b = 0,05 * Rata-rata.
3. Luas, yang direpresentasikan dengan kurva bentuk bahu meliputi: a. Nilai Atas c = Rata-rata.
b. Nilai Atas b = Batas Atas.
Adapun estimasi nilai tengah c dan nilai tengah b pada c fuzzy sedang ditentukan sendiri faktor pengalinya. Untuk sistem ini digunakan faktor pengali sebesar 0,05 atau 5% agar mempunyai jangkauan yang tidak begitu terlalu besar.
Defuzzikasi ( adalah proses pemetaan fuzzy ke crisp. Proses ini merupakan kebalikan dari proses fuzzifikasi. Input proses defuzzifikasi adalah suatu fuzzy yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain fuzzy tersebut. Jika diberikan suatu fuzzy dalam range tertentu, maka harus diambil suatu nilai crisp tertentu.
Perhitungan fuzzifikasi data persepsi responden dilakukan dengan menggunakan langkah awalnya adalah mencari nilai untuk tiap kriteria dengan cara sebagai berikut:
Nilai batas bawah :
(33)
Nilai batas atas :
Keterangan : = atribut ( )
= lingustik variabel ( )
Nilai batas tengah ( diperoleh dari jumlah data dibagi dengan banyaknya data pada setiap pilihan jawaban (tidak penting, kurang penting, cukup penting, penting, sangat penting). Untuk nilai batas bawah ( ) merupakan nilai minimal dari data jawaban responden, sedangkan nilai batas atas ( ) merupakan nilai maksimal dari data jawaban responden. Rata-rata nilai , , dan tersebut merupakan nilai defuzzifikasi yang diformulasikan sebagai berikut:
2.4 Skala Likert
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert agar data kualitatif dapat dikuantitatifkan sehingga nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Skala Likert merupakan skala yang dapat memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk (Durianto dkk., 2004). Informasi yang diperoleh dengan skala Likert berupa skala pengukuran ordinal, oleh karenanya terhadap hasilnya hanya dapat dibuat ranking tanpa dapat diketahui berapa besarnya selisih antara satu tanggapan ke tanggapan lainnya. Responden diminta untuk menjawab tingkat kepentingan pada tiap atribut kualitas pelayanan dengan memberi bobot sebagai berikut:
(34)
b) 4 untuk jawaban penting c) 3 untuk jawaban cukup penting d) 2 untuk jawaban kurang penting e) 1 untuk jawaban tidak penting
Responden ditanyakan tingkat kepuasaan pada atribut-atribut kualitas pelayanan yang sama dengan memberikan bobot sebagai berikut:
a) 5 untuk jawaban sangat puas b) 4 untuk jawaban puas c) 3 untuk jawaban cukup puas d) 2 untuk jawaban kurang puas e) 1 untuk jawaban tidak puas
2.5 Importance Perfomance Analysis
Importance Perfomance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martila
dan James (1997). IPA sebagai rangkaian kerja yang sederhana untuk menganalisis atribut-atribut produk. Suatu rangkaian atribut layanan yang berkaitan dengan layanan khusus dievaluasi berdasar tingkat kepentingan masing-masing atribut menurut konsumen dan bagaimana layanan dipresepsikan kinerjanya relatif tehadap masing-masing atribut.
Rata-rata hasil penilaian keseluruhan pelanggan kemudian digambarkan ke dalam
Importance Perfomance Matrix atau sering disebut Diagram Cartesius, dengan
sumber absis ( ) adalah tingkat kinerja dan sumbu ordinat ( ) adalah tingkat kepentingan. Rata-rata tingkat kinerja dipakai sebagai cut-off atau pembatas kinerja tinggi dengan kinerja rendah, sedangkan rata-rata tingkat kepentingan dipakai sebagai cut-off tingkat kepentingan tinggi dengan tingkat kepentingan rendah. Matriks Importance Perfomance disajikan pada gambar 2.3:
High
I m
(35)
Kuadran B Concentrate Here
Kuadran C Keep up the Good Work
Kuadran A Low Priority
Kuadran D Possible Overkill
Low Performance High
Gambar 2.3 Matriks Importance-Performance
Sumber: Martilla dan James (1977)
Matriks ini digunakan untuk menggambarkan prioritas atribut yang harus diperbaiki dan bisa menjadi petunjuk untuk formulasi strategi. Peta posisi kuadran masing-masing atribut atau dimensi layanan mengindikasikan derajat urgensi relatif untuk perbaikan.
1. Posisi Low Priority (Kuadran A)
Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan pelanggan terhadap atribut atau dimensi layanan rendah, tingkat kinerja yang ditunjukkan juga rendah, sehingga atribut atau dimensi layanan yang berada pada kuadran ini mendapat prioritas rendah.
2. Posisi Concentrate Here (Kuadran B)
Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan pelanggan terhadap atribut atau dimensi layanan tinggi, namun tingkat kinerja yang ditunjukkan rendah. Kondisi ini dinilai berbahaya karena antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja berlawanan arah, sehingga perbaikan harus diprioritaskan pada kuadran ini.
3. Posisi Keep up the Good Work (Kuadran C)
Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menujukkan bahwa tingkat kepentingan pelanggan terhadap atribut atau dimensi layanan tinggi, tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh atribut atau dimensi layanan pada kuadran
(36)
4. Posisi Possible Overkill (Kuadran D)
Jika atribut atau dimensi layanan pada kuadran ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan pelanggan terhadap atribut atau dimensi layanan rendah, namun tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh atribut atau dimensi tinggi dikarenakan pelayanan yang diberikan berlebihan (overkill), sehingga aktivitas harus dikurangi pada kuadran ini.
(37)
Gambar 2.4 Flow Chart Penelitian
tidak Pembuatan Kuisioner Servqual
Integrasi Fuzzy Servqual Penyebaran Kuisioner Pendahuluan
Penyebaran Kuisioner Formal
Penentuan Prioritas dengan IPA
Analisa Usulan Perbaikan ℎ �
ℎ �
valid
tidak
Penarikan Kesimpulan dan Saran Identifikasi Elemen Penelitian Servqual
melalui observasi dan wawancara
valid Mulai
Selesai
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas dan Reliabilitas
Atribut yang tidak valid dihilangkan
(38)
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data Kualitatif
Pada tahap ini merupakan hasil wawancara terhadap responden yaitu pasien yang telah merasakan pelayanan sebelumnya, pasien yang sedang mengalami perawatan, keluarga pasien, dan kepada pihak RSU Vina Estetica Medan. Hasil wawancara yang diperoleh adalah tentang hal-hal yang dianggap penting atau menjadi pertimbangan dalam pelayanan di sebuah rumah sakit sesuai dengan dimensi kualitas jasa, yang selanjutnya akan digunakan sebagai atribut pada kuesioner. Adapun atribut yang diperoleh dari hasil wawancara terdapat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Daftar Atribut Kualitas Jasa (Pendahuluan)
No Dimensi Kualitas Jasa
Atribut
1
Tangibles (Berwujud)
Rumah sakit memiliki alat-alat yang modern 2 Peralatan selalu bersih dan siap pakai
3 Tenaga medis berpakaian rapi dan bersih 4 Ruang rawat bersih, rapi, dan nyaman
5 Fasilitas yang mendukung pelayanan rumah sakit lengkap (seperti: apotek, laboratorium, dll)
6 Lingkungan rumah sakit bersih, menarik, nyaman, dan adanya penunjuk arah untuk tiap ruangan
7 Menu makanan seharusnya enak dan tidak
membosankan 8
Reliability (Kehandalan)
Prosedur penerimaan pasien cepat dan tepat 9 Pelayanan pemeriksaan yang cepat dan tepat 10 Ketepatan jadwal kunjungan perawat
(39)
11 Ketepatan jadwal kunjungan dokter 12 Ketepatan waktu jadwal istirahat
13 Ketepatan waktu lama pengobatan
14 Bebas dari kesalahan pencatatan 15
Responsiveness (Keresponsifan)
Tenaga medis tanggap terhadap masalah pasien 16 Tenaga medis ramah dan perhatian terhadap pasien 17 Tenaga medis cepat dalam memberikan pelayanan
yang dibutuhkan selama perawatan
18 Tenaga medis bersedia menerima saran dari pasien 19 Tenaga medis memberikan informasi dengan jelas
dan mudah dimengerti 20
Assurance (Keyakinan)
Dokter memiliki kemampuan dan pengetahuan menetapkan diagnosis penyakit
21 Tenaga medis memiliki ketrampilan dalam bekerja 22 Pasien merasa aman terhadap diri dan barang-barang
mereka
23 Sikap dan perilaku tenaga medis meyakinkan 24
Emphaty (Empati)
Rumah sakit memberikan kemudahan dalam pemesanan obat
25 Rumah sakit memberikan kemudahan dalam
mencapai lokasi perawatan
26 Rumah sakit memberikan kemudahan dalam
mengurus administrasi perawatan
27 Tenaga medis memberikan perhatian pasien secara individual
28 Rumah sakit memberikan perhatian atas keluhan keluarga
29 Rumah sakit memberikan perhatian atas keluhan pasien
30 Rumah sakit memberikan pelayanan yang adil kepada semua pasien
(40)
3.2 Pengumpulan Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada pasien rumah sakit ataupun keluarga pasien. Kuesioner disebarkan dengan dua tahapan yaitu kuesioner pendahuluan dan kuesioner formal. Tujuan dari penyebaran kuesioner pendahuluan adalah untuk mengetahui preferensi dan persepsi konsumen tentang tingkat kepentingan dari setiap atribut yang ada.
Kuesioner ini disusun dengan menggunakan skala Likert yaitu dengan skala 1 sampai 5. Skala Likert merupakan cara pengukuran yang berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang responden terhadap sesuatu (Effendi dan Singarimbun, 1989). Arti skala Likert 1 sampai 5 pada tingkat kepentingan (harapan)adalah:
1 = Tidak Penting 2 = Kurang Penting 3 = Cukup Penting 4 = Penting
5 = Sangat Penting
Sedangkan pada bagian tingkat kepuasan (persepsi), pengertian skala Likert 1 sampai 5 adalah:
1 = Tidak Puas 2 = Kurang Puas 3 = Cukup Puas 4 = Puas
5 = Sangat Puas
3.3 Penentuan Sampel Minimum
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Populasi penelitian adalah rata-rata dari jumlah
(41)
keseluruhan pasien rawat inap RSU Vina Estetica Medan pada tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah Quota Sampling yang merupakan bagian dari teknik Non Probability Sampling. Quota Sampling merupakan metode pemilihan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Dengan teknik Quota Sampling, sampel diambil dari sejumlah tertentu dari setiap subkelompok yang telah ditentukan dari suatu populasi. Pada penelitian ini, subkelompok yang ditentukan yaitu empat. Responden yang dipilih adalah pasien rawat jalan ataupun keluarga yang dianggap peneliti mampu berkomunikasi dengan baik. Pendekatan ini dilakukan penulis sebelum kuesioner diajukan kepada responden pilihan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah responden dalam penelitian akan dicari berdasarkan rumus Slovin (Umar, 2003):
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang masih dapat ditolerir (pada penelitian ini ditetapkan 10 %)
Jumlah Pasien RSU Vina Estetica pada tahun 2012 adalah 3.565 orang (Tabel 3.2). Maka responden yang akan diambil jumlahnya sebagai berikut:
Dari perhitungan diperoleh bahwa jumlah sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian adalah 98 orang, maka 100 kuesioner lanjutan yang disebarkan akan mencukupi data yang dibutuhkan. Alokasi dari jumlah sampel tersebut dapat
(42)
Tabel 3.2 Alokasi dari Jumlah Sampel Responden
No BAGIAN JUMLAH PERSENTASE
(%)
JUMLAH RESPONDEN
1 Pasien Umum 1.517 42,55 43
2 Pasien Kebidanan 1.461 40,98 41
3 Pasien Ruang Baby 105 2,95 3
4 Pasien Jamkesmas /
Medan Sehat 482 13,52 13
Total 3.565 100 100
Sumber : RSU Vina Estetica Medan, 2012
3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Data
Pengujian terhadap pernyataan yang terdapat di dalam kuesioner dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian dilakukan dengan penyebaran kuesioner tahap awal terhadap 30 orang responden yang merupakan pasien RSU Vina Estetica Medan.
Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing-masing pernyataan dengan skor total dengan keseluruhan 30 atribut pernyataan dengan menggunakan software SPSS versi 17.00. Hasil pengujian validitas untuk 30 atribut pernyataan adalah adanya 8 atribut yang dinyatakan tidak valid karena tingkat kepentingan lebih kecil dari r tabel yaitu sebesar 0,361, sehingga kedelapan atribut tersebut direduksi atau dihilangkan. Setelah proses reduksi tersebut, maka tersisa 22 atribut pernyataan untuk digunakan dalam penyebaran kuesioner penelitian. Hasil pengujian validitas dapat dilihat di lampiran. Adapun atribut-atribut yang diperoleh terdapat pada tabel 3.3:
(43)
Tabel 3.3 Daftar Atribut Kualitas Jasa (Formal)
No Dimensi Kualitas Jasa
Atribut
1
Tangibles (Berwujud)
Rumah sakit memiliki alat-alat yang modern 2 Ruang rawat bersih, rapi, dan nyaman
3 Fasilitas yang mendukung pelayanan rumah sakit lengkap (seperti: apotek, laboratorium, dll)
4 Lingkungan rumah sakit bersih, menarik, nyaman, dan adanya penunjuk arah untuk tiap ruangan
5 Menu makanan enak dan tidak membosankan
6
Reliability (Kehandalan)
Pelayanan pemeriksaan yang cepat dan tepat
7 Ketepatan jadwal kunjungan perawat
8 Ketepatan jadwal kunjungan dokter
9 Ketepatan jadwal istirahat
10 Ketepatan waktu lama pengobatan
11
Responsiveness (Keresponsifan)
Tenaga medis selalu ramah dan perhatian terhadap pasien
12 Tenaga medis bersedia menerima saran dari pasien 13
Assurance (Keyakinan)
Dokter memiliki kemampuan dan pengetahuan menetapkan diagnosis penyakit
14 Pasien merasa aman terhadap diri dan barang-barang mereka
15 Sikap dan perilaku tenaga medis meyakinkan 16
Emphaty (Empati)
Rumah sakit memberikan kemudahan dalam pemesanan obat
17 Rumah sakit memberikan kemudahan dalam mencapai lokasi perawatan
18 Rumah sakit memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi perawatan
19 Tenaga medis memberikan perhatian pasien secara individual
(44)
20 Rumah sakit memberikan perhatian atas keluhan keluarga
21 Rumah sakit memberikan perhatian atas keluhan pasien 22 Rumah sakit meberikan pelayanan yang adil kepada
semua pasien
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alpha. Dalam teknik ini instrumen diujicobakan pada 30 responden dan hasilnya dicatat. Pengolahan teknik cronbach alpha menggunakan bantuan software SPSSversi 17.00 sehingga diperoleh nilai cronbach alpha untuk tingkat kepentingan yaitu sebesar = 0,926. Suatu kuesioner dikatakan realibel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Nilai suatu kuesioner dianggap reliabel jika (Nunnaly dalam Ghozali, 2001). Hal ini dapat disimpulkan kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran dalam kuesioner cukup rendah sehingga penggunaannya dapat diandalkan dan mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila penulis menyebarkan kuesioner secara berulang kali dalam waktu yang berlainan. Adapun hasil pengujian reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
Setelah diuji kuesioner pendahuluan, maka disebarkan lagi kuesioner formal untuk tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan kepada 100 responden. Hasil uji validitas untuk 22 atribut adalah semua atribut valid karena r tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan lebih besar dari tabel yaitu 0,197. Hasil uji reliabilitas kuesioner formal dengan menggunakan software SPSS 17.00 diperoleh dan . Jadi data tersebut sudah realiabel karena nilai kuesioner dianggap reliabel karena . Hasil uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner pendahuluan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 5.
(45)
3.5 Karakteristik Umum Responden
Pada penelitian ini kuesioner disebarkan kepada pasien rawat inap yang telah menerima pelayanan kesehatan di RSU Vina Estetica Medan. Jumlah yang diperoleh adalah sebanyak 100 pasien dengan berbagai karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Berikut deskripsi karakteristik umum responden yang telah diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat dari penyebaran kuesioner kepada 100 pasien bahwa sebagian besar pasien yang menjadi responden sebanyak 80 responden (80%) berjenis kelamin wanita dan jumlah responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 20 responden (20%).
Gambar 3.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Usia
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa pasien berusia 26 sampai 35 tahun memiliki persentase terbesar (39%) dan pasien lebih besar 65 tahun memiliki persentase terkecil (2%).
20%
80%
n=100
Pria Wanita
(46)
Gambar 3.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
3. Pekerjaan
Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini yang memiliki proporsi dengan persentase dua terbesar adalah kelompok responden yang memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 36% dan kelompok yang memiliki profesi sebagai wiraswasta sebesar 25%. Sedangkan kelompok yang bekerja sebagai pegawai BUMN respondennya hanya 1%, dan untuk kelompok pegawai negeri adalah 0%.
Gambar 3.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 6%
20%
39% 17%
13%
3% 2%
< 18 Tahun 18-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun 55-65 Tahun >65 Tahun
5% 4%
14% 0%
25%
1% 36%
15%
n=100
pelajar Mahasiwa/i Pegawai swasta Pegawai negeri Wiraswasta BUMN
Ibu Rumah Tangga Lainnya
(47)
3.6 Pengolahan Data Kuesioner dengan Metode Fuzzy
Hasil rekapitulasi data kuesioner formal diperoleh dari 100 responden sesuai dengan alokasi jumlah sampel responden. Penilaian skala linguistik dan skala numerik pada tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan disusun bilangan fuzzy
triangular pada tiap level linguistiknya, lalu dicari nilai rata-rata batas bawah ( ),
nilai tengah ( ), dan nilai batas atas ( ). Tabel 3.4 dan tabel 3.5 adalah hasil rekap rata-rata nilai batas tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan responden dan hasil defuzzifikasi.
Contoh perhitungan nilai atribut dari hasil rekapitulasi kuesioner formal untuk tingkat kepentingan ( :
Nilai batas bawah atribut 1 :
Nilai tengah atribut 1 :
Nilai batas atas atribut 1 :
(48)
Defuzzifikasi atribut 1 dari tingkat kepentingan ( ):
Tabel 3.4 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepentingan dan Defuzzifikasi
Atribut TFN Defuzzifikasi
Tan-1
3,430 4,430 4,980 4,280
Tan-2
3,260 4,260 4,900 4,140
Tan-3
3,130 4,130 4,940 4,067
Tan-4
3,210 4,210 4,900 4,107
Tan-5
3,300 4,300 4,900 4,167
Rel-1
3,160 4,160 4,960 4,093
Rel-2
3,250 4,250 4,900 4,133
Rel-3
3,260 4,260 4,900 4,140
Rel-4
3,380 4,380 4,940 4,233
Rel-5
3,270 4,270 4,890 4,143
Res-1
3,050 4,050 4,920 4,007
Res-2
3,270 4,270 4,920 4,153
Ass-1
3,140 4,140 4,950 4,077
Ass-2
3,310 4,310 4,910 4,177
Ass-3
3,110 4,110 4,880 4,033
Emp-1
3,120 4,120 4,920 4,053
Emp-2
3,290 4,290 4,900 4,160
Emp-3
3,300 4,300 4,900 4,167
Emp-4
3,310 4,310 4,910 4,177
Emp-5
3,300 4,300 4,920 4,173
Emp-6
3,350 4,350 4,950 4,217
Emp-7
(49)
Contoh perhitungan nilai dimensi dari hasil rekapitulasi kuesioner formal untuk tingkat kepentingan ( :
Nilai batas bawah dimensi reliability :
Nilai tengah dimensi reliability :
Nilai batas atas dimensi reliability :
Defuzzifikasi dimensi reliability dari tingkat kepentingan( :
(50)
Tabel 3.5 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepentingan dan Defuzzifikasi (setiap Dimensi)
Atribut
TFN Defuzzifikasi
Tangibles
3,266 4,266 4,924 4,152
Reliability
3,264 4,264 4,918 4,149
Responsiveness
3,160 4,160 4,920 4,080
Assurance
3,187 4,187 4,913 4,096
Emphaty
3,259 4,259 4,923 4,147
Contoh perhitungan nilai atribut dari hasil rekapitulasi kuesioner formal untuk tingkat kepuasan ( :
Nilai batas bawah atribut 1 :
Nilai tengah atribut 1 :
Nilai batas atas atribut 1 :
(51)
Defuzzifikasi atribut 1 dari tingkat kepuasan ( :
Tabel 3.6 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepuasan dan Defuzzifikasi
Atribut
TFN Defuzzifikasi
Tan-1
2,310 3,310 4,270 3,297 Tan-2
2,400 3,400 4,360 3,387 Tan-3
2,410 3,410 4,390 3,403 Tan-4
2,360 3,360 4,300 3,340 Tan-5
2,430 3,430 4,410 3,423 Rel-1
2,260 3,260 4,210 3,243 Rel-2
2,390 3,390 4,350 3,377 Rel-3
2,320 3,320 4,310 3,317 Rel-4
2,480 3,480 4,460 3,473 Rel-5
2,400 3,400 4,370 3,390 Res-1
2,310 3,310 4,270 3,297 Res-2
2,480 3,480 4,430 3,463 Ass-1
2,390 3,390 4,320 3,367 Ass-2
2,550 3,550 4,490 3,530 Ass-3
2,260 3,260 4,260 3,260 Emp-1
2,290 3,290 4,270 3,283 Emp-2
2,290 3,290 4,260 3,280 Emp-3
2,310 3,310 4,270 3,297 Emp-4
2,350 3,350 4,340 3,347 Emp-5
(52)
Emp-6
2,470 3,470 4,460 3,467 Emp-7
2,330 3,330 4,320 3,327
Setelah dilakukan perhitungan untuk setiap atribut tingkat kepuasan dari kelima dimensi yang ditentukan, selanjutnya dihitung nilai untuk setiap dimensi.
Contoh perhitungan nilai dimensi dari hasil rekapitulasi kuesioner formal untuk tingkat kepuasan ( ):
Nilai batas bawah dimensi reliability :
Nilai tengah dimensi reliability :
Nilai batas atas dimensi reliability :
(53)
Defuzzifikasi dimensi reliability dari tingkat kepuasan ( :
Tabel 3.7 Hasil Rekap Rata-Rata Nilai Tingkat Kepuasan dan Defuzzifikasi (setiap Dimensi)
Dimensi
TFN Defuzzifikasi
Tangibles
2,382 3,382 4,346 3,370 Reliability
2,370 3,370 4,340 3,360 Responsiveness
2,395 3,395 4,350 3,380 Assurance
2,413 3,413 4,370 3,399 Emphaty
2,333 3,333 4,311 3,326
3.7 Analisa Hasil Fuzzy Servqual Customer Gap
Dari perhitungan gap kesenjangan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dapat dilihat dari tabel 3.8 dan tabel 3.9 semua nilai gap untuk semua elemen pertanyaan dan dimensi bernilai negatif. Hal ini dikarenakan kepuasan konsumen ini masih dibawah harapan konsumen. Gap dihitung lewat selisih antara nilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan layanan. Gap ini akan membantu pihak rumah sakit dalam menentukan perbaikan-perbaikan kualitas layanan yang sekiranya diperlukan.
Tabel 3.8 Perhitungan Gap per Atribut
Pertanyaan Tingkat Kepentingan
Tingkat
Kepuasan Gap
1 Tan-1
4,280 3,297 -0,983
2 Tan-2
4,140 3,387 -0,753
3 Tan-3
(54)
5 Tan-5
4,167 3,423 -0,743
6 Rel-1
4,093 3,243 -0,850
7 Rel-2
4,133 3,377 -0,757
8 Rel-3
4,140 3,317 -0,823
9 Rel-4
4,233 3,473 -0,760
10 Rel-5
4,143 3,390 -0,753
11 Res-1
4,007 3,297 -0,710
12 Res-2
4,153 3,463 -0,690
13 Ass-1
4,077 3,367 -0,710
14 Ass-2
4,177 3,530 -0,647
15 Ass-3
4,033 3,260 -0,773
16 Emp-1
4,053 3,283 -0,770
17 Emp-2
4,160 3,280 -0,880
18 Emp-3
4,167 3,297 -0,870
19 Emp-4
4,177 3,347 -0,830
20 Emp-5
4,173 3,280 -0,893
21 Emp-6
4,217 3,467 -0,750
22 Emp-7
4,073 3,327 -0,747
Tabel 3.9 Perhitungan Gap per Dimensi
Pertanyaan Tingkat Kepentingan
Tingkat
Kepuasan Gap
1 Tangibles
4,152 3,370 -0,782
2 Reliability
4,149 3,360 -0,789
3 Responsiveness
4,080 3,380 -0,700
4 Assurance
4,096 3,399 -0,697
5 Emphaty
(55)
3.8 Pembobotan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan dengan IPA
Dari hasil Fuzzy Servqual Customer Gap untuk setiap atribut, dapat digambarkan prioritas atribut yang harus diperbaiki.
Gambar 3.4 Matriks Importance-Performance (setiap Atribut)
Berdasarkan matriks pada gambar 3.4, posisi setiap atribut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kuadran A (Low Priority)
Atribut yang berada di kuadran A adalah lingkungan rumah sakit, pelayanan pemeriksaan yang cepat dan tepat, tenaga medis selalu ramah dan perhatian terhadap pasien, sikap dan perilaku tenaga medis meyakinkan, rumah sakit memberikan kemudahan dalam pemesanan obat, rumah sakit memberikan pelayanan yang adil kepada semua pasien. Atribut ini dianggap kurang penting oleh pasien dan dalam pelaksanaannya tingkat kinerja yang ditunjukkan juga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 3,950 4,000 4,050 4,100 4,150 4,200 4,250 4,300
3,200 3,250 3,300 3,350 3,400 3,450 3,500 3,550
Tingkat Kepuasan Tingkat Kepentingan
(56)
rendah, sehinggan atribut yang berada pada kuadran A mendapat prioritas rendah untuk diperbaiki.
2. Kuadran B (Concentrate Here)
Atribut di kuadran B dianggap penting oleh pasien namun pelaksanaannya belum optimal, belum sesuai dengan harapan. Atribut yang berada di kuadran B adalah rumah sakit memiliki alat-alat modern, ketepatan jadwal kunjungan dokter, rumah sakit memberikan kemudahan dalam mencapai lokasi perawatan, kemudahan dalam mengurus administrasi perawatan, tenaga medis memberikan pasien secara individual, dan rumah sakit memberikan perhatian atas keluhan keluarga pasien. 3. Kuadran C (Keep up the Good Work)
Atribut di kuadran C menunjukkan tingkat kepentingan pasien tinggi, tingkat kinerja yang diberikan oleh rumah sakit juga tinggi. Atribut yang berada di kuadran C adalah ruang rawat bersih, rapi, dan nyaman, menu makanan enak dan tidak membosankan, ketepatan jadwal istirahat, ketepatan waktu lama pengobatan, tenaga medis bersedia menerima saran dari pasien, pasien merasa aman terhadap diri dan barang-barang mereka, dan rumah sakit memberikan perhatian atas keluhan pasien.
4. Kuadran D (Possible Overkill)
Atribut yang berada di kuadran D dianggap berlebihan oleh pasien, sehingga rumah sakit harus mengurangi aktivitasnya. Atribut yang berada di kuadran D adalah fasilitas yang mendukung pelayanan rumah sakit lengkap, ketepatan jadwal kunjungan perawat, dan kemampuan dokter dalam menetapkan diagnosis penyakit.
(57)
Gambar 3.5 Matriks Importance-Performance (setiap Dimensi)
Dari matriks 3.5 diperoleh bahwa dimensi emphaty dan reliability berada di kuadran B (concentrate here), sehingga perlu diprioritaskan untuk segera diperbaiki. Dimensi tangibles berada di kuadran C yang perlu dipertahankan kinerjanya. Dimensi assurance dan responsiveness yang berada di kuadran D perlu dikurangi aktivitasnya karena dianggap berlebihan oleh pasien.
Tangibles Reliability
Responsiveness
Assurance Emphaty
4,070 4,080 4,090 4,100 4,110 4,120 4,130 4,140 4,150 4,160
(58)
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil fuzzy servqual didapatkan bahwa pelayanan yang diberikan masih berada di bawah harapan. Ini berarti masih banyak peluang peningkatan yang harus dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk dapat memenuhi harapan konsumennya.
Penentuan prioritas perbaikan hasil fuzzy servqual yang sudah diolah dengan metode important performance analysis menunjukkan bahwa yang diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya adalah ketersediaan alat-alat modern, ketepatan jadwal kunjungan dokter, proses mencapai lokasi perawatan cepat, proses administrasi perawatan yang cepat, perhatian kepada pasien secara individual, dan perhatian atas keluhan keluarga pasien. Nilai gap tersebut berturut-turut adalah -0,983, -0,823, -0,880, -0,870, -0,830, dan -0,893. Atribut yang sangat baik kinerjanya sehingga harus dipertahankan adalah kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang rawat, menu makanan enak dan tidak membosankan, ketepatan jadwal istirahat, ketepatan waktu lama pengobatan, kesediaan menerima saran dari pasien, rasa aman terhadap diri dan barang-barang pasien, dan perhatian atas keluhan pasien.
4.2Saran
Saran yang diberikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah:
1. Penelitian ini hanya membahas aspek customer gap, maka untuk selanjutnya masih bisa disempurnakan dan dilengkapi lagi.
(59)
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penggalian atribut-atribut dan skala penilaian secara lebih mendalam lagi, agar dapat memahami kondisi lebih baik.
3. Agar peningkatan kualitas layanan kesehatan bisa berjalan secara maksimal, maka rumah sakit perlu menggali informasi tentang kepuasan pasien secara berkala.
(1)
Lampiran 4. Bentuk Kuesioner Formal
No. Kuesioner:
Kata Pengantar
Perihal
: Permohonan Pengisian Angket
Lampiran
: Satu berkas
Judul Skripsi : Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan
dengan Menggunakan Metode
Fuzzy Servqual
Kepada Yth : Pasien RSU Vina Estetica Medan
Dengan Hormat,
Dalam rangka penulisan skripsi di Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains (S.Si) di USU,
maka saya memohon dengan sangat kepada Pasien RSU Vina Estetica Medan
untuk mengisi angket yang telah disediakan.
Bersama ini saya mohon angket ini diisi oleh Pasien untuk menjawab
seluruh pernyataan yang telah disediakan. Sehubungan tersebut jawaban
responden objektif karena tidak mempengaruhi pelayanan terhadap pasien, hanya
jawaban yang objektif dan realistis yang saya butuhkan.
Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai
harganya bagi penelitian ini, atas perhatian dan bantuannya, saya mengucapkan
terima kasih.
Petunjuk Pengisian Bagian A:
Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang anda
maksud.
A.
IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama
:
2.
Jenis Kelamin:
( ) Pria
( ) Wanita
3.
Usia:
( )
18 Tahun ( ) 36-45 Tahun
( )
65Tahun
( ) 18-25 Tahun ( ) 46-55 Tahun
( ) 26-35 Tahun
( ) 55-65 Tahun
4.
Pekerjaan:
( ) Pelajar
( ) Wiraswasta
( ) Mahasiswa
( ) BUMN
( ) Pegawai Swasta ( ) Ibu Rumah Tangga
( ) Pegawai Negeri ( ) Lainnya, sebutkan ...
5.
Jenis Perawatan:
( ) Pasien Umum
( ) Pasien Ruang Baby
( ) Pasien Kebidanan ( ) Pasien Jamkesmas/Jamkesda
B.
PENGUKURAN TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT
KEPUASAN
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET:
Mohon bantuan dan kesediaan Pasien untuk menjawab seluruh
pertanyaan yang ada.
(2)
Beri tanda (
√
) pada kolom yang anda pilih sesuai keadaan yang
sebenarnya.
Ada 5 alternatif jawaban untuk tingkat kepentingan, yaitu:
5 = Sangat Penting
4 = Penting
3 = Cukup Penting
2 = Kurang Penting
1 = Tidak Penting
Ada 5 alternatif jawaban untuk tingkat kepuasan, yaitu:
5 = Sangat Puas
4 = Puas
3 = Cukup Puas
2 = Kurang Puas
1 = Tidak Puas
Tingkat Kepentingan
Pernyataan
Tingkat kepuasan
SP
P
CP KP TP
SP
P
CP KP TP
5
4
3
2
1
Tangibles (Berwujud)
5
4
3
2
1
1. Rumah sakit memiliki alat-alat yang modern
2. Ruang rawat bersih, rapi dan nyaman
3. Fasilitas yang mendukung pelayanan rumah
sakit lengkap (seperti: apotek, laboratorium,dll)
4. Lingkungan rumah sakit bersih, menarik,
nyaman, dan adanya penunjuk arah untuk tiap
ruangan
5. Menu makanan enak dan tidak
membosankan
5
4
3
2
1
Reliability (Kehandalan)
5
4
3
2
1
6. Pelayanan pemeriksaan yang cepat da tepat
7. Ketepatan jadwal kunjungan perawat
8. Ketepatan jadwal kunjungan dokter
9. Ketepatan jadwal istirahat
10. Ketepatan waktu lama pengobatan
5
4
3
2
1
Responsiveness (Keresponsifan)
5
4
3
2
1
11. Tenaga medis selalu ramah dan perhatian
terhadap pasien
12. Tenaga medis bersedia menerima saran dari
pasien
5
4
3
2
1
Assurance (Keyakinan)
5
4
3
2
1
13. Dokter memiliki kemampuan dan
pengetahuan menetapkan diagnosis penyakit
14. Pasien merasa aman terhadap diri dan
(3)
Medan, Juni 2013
Diketahui,
Hormat Saya,
Wadir.III Adm. Umum/Keuangan
Peneliti
(Drs. M. Manik)
(Rinnasa Perangin-angin)
15. Sikap dan perilaku tenaga medis
meyakinkan
5
4
3
2
1
Empathy (Empati)
5
4
3
2
1
16. Rumah Sakit memberikan kemudahan
dalam pemesanan obat
17. Rumah Sakit memberikan kemudahan
dalam mencapai lokasi perawatan
18. Rumah Sakit memberikan kemudahan
dalam mengurus administrasi perawatan
19. Tenaga Medis memberikan perhatian pasien
secara individual
20. Rumah Sakit memberikan perhatian atas
keluhan keluarga
21. Rumah Sakit memberikan atas keluhan
pasien
22. Rumah Sakit memberikan pelayanan yang
(4)
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Kuesioner Pendahuluan
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 79.1333 85.499 .511 .925
VAR00004 79.3333 84.299 .440 .926
VAR00005 79.1667 78.006 .763 .919
VAR00006 79.3667 79.826 .697 .921
VAR00007 79.5667 78.047 .738 .920
VAR00009 79.2333 80.599 .633 .922
VAR00010 79.2000 83.959 .505 .925
VAR00011 78.8333 81.592 .671 .921
VAR00012 79.4333 82.737 .725 .921
VAR00013 79.3000 81.183 .652 .922
VAR00016 79.4000 83.283 .553 .924
VAR00018 79.5667 82.944 .578 .923
VAR00020 79.0000 84.621 .466 .925
VAR00022 79.2333 83.151 .561 .924
VAR00023 79.1667 83.661 .501 .925
VAR00024 79.0000 87.862 .366 .926
VAR00025 78.6333 82.999 .583 .923
VAR00026 78.9000 83.817 .520 .924
VAR00027 79.4333 83.289 .472 .925
VAR00028 79.4667 83.982 .596 .923
VAR00029 79.2333 83.702 .628 .923
VAR00030 79.4000 82.455 .624 .922
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(5)
Kuesioner Formal
1.
Tingkat kepentingan
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 89.0400 53.332 .238 .906
VAR00002 89.1900 48.256 .771 .894
VAR00003 89.3300 51.274 .562 .900
VAR00004 89.2700 52.724 .264 .907
VAR00005 89.1700 48.223 .766 .894
VAR00006 89.3300 51.274 .562 .900
VAR00007 89.1900 48.256 .771 .894
VAR00008 89.1900 48.256 .771 .894
VAR00009 89.0900 53.295 .209 .908
VAR00010 89.1900 48.256 .771 .894
VAR00011 89.4200 53.802 .219 .906
VAR00012 89.2000 52.525 .288 .906
VAR00013 89.3300 51.274 .562 .900
VAR00014 89.1700 49.839 .576 .899
VAR00015 89.3400 52.611 .290 .906
VAR00016 89.3300 51.274 .562 .900
VAR00017 89.1700 49.839 .576 .899
VAR00018 89.1500 48.492 .747 .894
VAR00019 89.1700 49.839 .576 .899
VAR00020 89.1700 49.839 .576 .899
VAR00021 89.1000 53.505 .211 .907
VAR00022 89.3300 51.274 .562 .900
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(6)
2.
Tingkat kepuasan
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 70.7500 39.159 .796 .869
VAR00002 70.6600 41.924 .386 .881
VAR00003 70.6500 42.856 .255 .885
VAR00004 70.7000 41.343 .402 .881
VAR00005 70.6300 42.013 .384 .881
VAR00006 70.8000 39.798 .702 .872
VAR00007 70.6700 41.173 .460 .879
VAR00008 70.7400 42.598 .282 .884
VAR00009 70.5800 42.004 .382 .881
VAR00010 70.6600 41.782 .391 .881
VAR00011 70.7500 39.159 .796 .869
VAR00012 70.5800 41.983 .345 .882
VAR00013 70.6700 40.082 .573 .875
VAR00014 70.5100 41.283 .425 .880
VAR00015 70.8000 43.010 .326 .882
VAR00016 70.7700 43.068 .271 .883
VAR00017 70.7500 39.159 .796 .869
VAR00018 70.7500 39.159 .796 .869
VAR00019 70.7100 43.097 .230 .885
VAR00020 70.7500 39.159 .796 .869
VAR00021 70.6500 41.745 .443 .879
VAR00022 70.7300 43.270 .242 .884
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items