Hasil Identifikasi Tumbuhan Hasil Skrining Fitokimia Kesimpulan

31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti termasuk suku Meliaceae spesies Azadirachta indica A. Juss. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 55. 4.2 Hasil Karakterisasi Bahan Tumbuhan dan Serbuk Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia Lampiran 3 halaman 56 yaitu daun berwarna hijau kecoklatan, bentuk seperti bundar telur memanjang, tepi daun bergerigi kasar, daun menyirip, tidak simetris, panjang helaian daun 5 cm sampai 7 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm, ujung daun meruncing, rasa pahit.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik dari penampak melintang daun nimbi dijumpai adanya epidermis atas satu lapis sel, epidermis bawah satu lapis sel, rambut penutup agak menggelombang ujung runcing, jaringan palisade 2 lapis sel, didalam palisade terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset, terkadang didalam sel terdapat beberapa hablur, jaringan bunga karang terdapat beberapa lapis sel didalam jaringan bunga karang terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe bikolateral, stomata tipe anomositik. Pengamatan daun segar dan serbuk simplisia menggunakan mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara 32 1 7 2 8 3 9 4 10 5 11 6 12 Gambar 4.1 Gambar mikroskopik melintang daun nimba segar Keterangan : 1 = dinding kutikula 7 = hablur kalsium oksalat 2 = epidermis atas 8 = xilem 3 = palisade 9 = floem 4 = jaringan bunga karang 10 = epidermis bawah 5 = ruang sekresi 11 = kolenkim 6 = serabut 12 = rambut penutup 1 2 3 4 5 6 Gambar 4.2 Gambar mikroskopik serbuk simplisia daun nimba Keterangan : 1= rambut penutup 4 = epidermis bawah dengan stomata 2 = hablur kalsium oksalat 5 =berkas pembuluh 3 = mesofil dengan palisade 6 = epidermis atas Universitas Sumatera Utara 33

4.2.3 Pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun nimba dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia dari daun nimba No Parameter Hasil Persyaratan MMI 1 Kadar air 7,33 Tidak lebih 10 2 Kadar sari larut dalam air 23,24 Tidak kurang 23 3 Kadar sari larut dalam etanol 9,58 Tidak kurang 9 4 Kadar abu total 5,17 Tidak lebih 7 5 Kadar abu tidak larut dalam asam 0,43 Tidak lebih 0,5 Perhitungan hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 58. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia yaitu kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam memenuhi syarat yang telah tercantum dalam Materia Medika Indonesia.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap daun nimba dapat diketahui bahwa daun nimba mengandung senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia dari simplisia daun nimba No Nama Senyawa Hasil 1. Alkaloid - 2. Flavonoid + 3. SteroidTriterpenoid + 4. Tanin + 5. Glikosida + 6. Saponin + Keterangan: + = Positif - = Negatif Menurut Rafidah 1999, Hasil pemeriksaan skrining fitokimia menunjukkan bahwa flavonoida, tanin, glikosida, steroidtriterpenoid dan saponin terdapat pada serbuk simplisia daun nimba. Universitas Sumatera Utara 34 4.4 Hasil Pengujian Antialergi 4.4.1 Jumlah total sel darah putih leukosit mencit Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun nimba terhadap jumlah total leukosit dengan variasi dosis yaitu dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 200 mgkg bb. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 . Tabel 4.3 Jumlah total leukosit mencit yang diberi EEDN dapat dilihat pada Hasil Pengamatan jam ke-6, jam ke-24 dan hari ke-7. Waktu perlakuan K1 sel l K2 sel l K3 sel l K4 sel l K5 sel l Jam ke-6 Mencit 1 16575 16200 6200 3500 8725 Mencit 2 3725 10900 4500 3025 10325 Mencit 3 11400 8675 6600 4825 8575 Mencit 4 2725 6550 5200 5775 9450 Mencit 5 9200 3925 11825 4725 11825 Rata-rata 8725 9250 6865 4370 9780 Jam ke- 24 Mencit 1 5250 3725 11000 8800 6200 Mencit 2 7175 2725 9500 8500 6600 Mencit 3 7475 9200 3950 8050 4500 Mencit 4 3600 11400 4475 8500 5200 Mencit 5 5500 16575 9550 6250 11825 Rata-rata 5800 8725 7695 8020 6865 Hari ke-7 Mencit 1 16200 18775 16725 13375 11330 Mencit 2 10900 11600 13910 8050 10375 Mencit 3 8675 26575 16275 8800 13125 Mencit 4 6550 16800 15175 8325 11250 Mencit 5 3925 17900 13915 9630 10750 Rata-rata 9250 18330 15200 9636 11366 Rata-rata keseluruhan 7925 12101,67 9920 7324 9190,33 Universitas Sumatera Utara 35 Gambar 4.3 Grafik hasil uji EEDN terhadap total leukosit berdasarkan waktu pengambilan darah Gambar 4.4 Grafik hasil uji EEDN terhadap total leukosit berdasarkan rata-rata keseluruhan Keterangan : K1 : tidak diberi perlakuan kelompok kontrol positif K2 : diberi ovalbumin tanpa diberi ekstrak kontrol negatif K3 : diberi EEDN 0,25 dengan dosis 50 mgkg bb K4 : diberi EEDN 0,5 dengan dosis 100 mgkg bb K5 : diberi EEDN 1 dengan dosis 200 mgkg bb Semua perlakuan kecuali K1 setelah hari ke-21 dan ke-22 diberi ovalbumin secara intraperitoneal i.p sebanyak 0,5 ml. 5000 10000 15000 20000 Jam ke‐6 Jam ke‐24 Hari ke‐7 Jumlah leukosit sel l Waktu pengambilan darah Total Leukosit K1 K2 K3 K4 K5 7925 12101,67 9920 7324 9190,33 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 k1 k2 k3 k4 k5 Jumlah leukosit sel l Jenis Perlakuan Total Leukosit Universitas Sumatera Utara 36 Pada Tabel 4.3, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 jumlah total leukosit pada perlakuan K1, K3, K4 dan K5 berada pada kisaran jumlah total sel leukosit yang normal yaitu 4.000 - 10.000 sel l Ganong, 2003. Dapat terlihat adanya pengaruh ekstrak etanol daun nimba terhadap jumlah total leukosit. Hasil uji statistik pada subset dapat dilihat jumlah total leukosit K1, K3, K4 dan K5 berbeda secara signifikan p0,05 dengan perlakuan K2. Jumlah total sel leukosit pada perlakuan K1, K3, K4 dan K5 tidak terlihat perbedaan secara signifikan. Pada kontrol positif K1 menunjukkan rata-rata jumlah total sel sebesar 7925 sel l, pada kontrol negatif K2 menunjukkan rata-rata jumlah total sel sebesar 12101,67 sel l mengalami peningkatan leukositosis hal ini disebabkan ovalbumin bekerja sebagai pemicu terjadinya reaksi alergi dengan terpaparnya antigen spesifik yang dikenal sebagai alergen, suatu antigen masuk berulang kali kedalam aliran darah seorang yang hipersensitif, maka limfosit B akan membentuk antibodi IgE, IgE mengikat diri pada membran sel mast tanpa menimbulkan gejala. Apabila kemudian antigen yang sama memasuki darah lagi maka IgE akan mengenali dan mengikat antigen yang masuk maka terjadi suatu reaksi alergi akibat pecahnya sel mast dan sejumlah zat perantara dilepaskan yaitu histamin bersama serotonin, bradikinindan asam arakidonat yang kemudian diubah jadi prostaglandin dan leukotrien Tan dan Rahardja, 2007. Mencit yang diberi ekstrak etanol daun nimba pada dosis 50 mgkg bb dan diinduksi dengan ovalbumin terdapat jumlah total leukosit 9920 sel l, pada dosis 100 mgkg bb terdapat 7324 sel l dan pada dosis 200 mgkg bb terdapat 9190,33 sel l. Universitas Sumatera Utara 37

4.4.2 Diferensial sel darah putih leukosit mencit

Meskipun jumlah total leukosit dalam keadaan normal, belum tentu masing-masing jenis sel leukosit juga normal, sehingga perlu dilakukan penelitian secara absolut pada masing-masing jenis sel untuk mengetahui jumlah yang sebenarnya dari masing-masing jenis sel tersebut, sehingga dapat diketahui adanya abnormalitas dalam distribusi sel Thrall,et al., 2004. Pada sistem imun mamalia terdiri dari sistem imun spesifik dan sistem imun nonspesifik.Sel neutrofil, eusinofil, basofil dan monosit termasuk dalam sistem imun nonspesifik sedangkan sel limfosit termasuk dalam sistem imun spesifik Baratawidjaja dan Iris, 2004. Sistem imun spesifik dan nonspesifik berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan untuk merangsang sistem imun spesifik. Sel neutrofil berperan dalam pertahanan awal imunitas nonspesifik terhadap infeksi bakteri, sel eusinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi, sel basofil berperan dalam respon peradangan dan alergi, sel limfosit berperan dalam membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam darah sistem kekebalan seluler Baratawidjaja dan Iris, 2004. Pada diferensial sel leukosit mencit ditemukan sel neutrofil, basofil, eusinofil, monosit dan limfosit. Setiap preparat apusan darah diamati sebanyak 100 sel dalam 10 lapang pandang apusan darah tepi, ketebalan dikatakan memenuhi syarat apabila setiap lapang pandang terdapat 10-20 sel darah putih Yully, 2013. Persentase Limfosit Mencit Pada Tabel 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 dapat dilihat hasil presentase sel limfosit pada kontrol positif tidak diberi perlakuan K1, mencit yang Universitas Sumatera Utara 38 diinduksi ovalbumin tanpa diberi ekstrak K2 dan mencit yang diberi ekstrak selama 21 hari dan diinduksi ovalbumin K3, K4 dan K5 Tabel 4.4 Persentase Limfosit Mencityang diberi EEDN dapat dilihat padahasil pengamatan jam ke-6, jam ke-24 dan hari ke-7 Waktu perlakuan K1 sel l K2 sel l K3 sel l K4 sel l K5 sel l Jam ke- 6 Mencit 1 36 48 14 17 11 Mencit 2 27 45 11 14 15 Mencit 3 30 42 14 10 17 Mencit 4 25 41 22 15 10 Mencit 5 20 47 31 20 14 Rata-rata 27,6 44,6 18,4 15,2 13,4 Jam ke- 24 Mencit 1 25 51 35 46 23 Mencit 2 28 54 36 40 26 Mencit 3 27 64 41 47 29 Mencit 4 30 53 45 44 25 Mencit 5 33 55 38 48 27 Rata-rata 28,6 55,4 39 45 26 Hari ke- 7 Mencit 1 30 53 37 34 43 Mencit 2 35 55 43 28 46 Mencit 3 31 42 38 21 49 Mencit 4 29 52 39 30 45 Mencit 5 33 51 40 35 48 Rata-rata 31,6 50,6 39,4 29,6 46,2 Rata-rata keseluruhan 29,20 50,20 32,27 29,93 28,53 Gambar 4.5 Grafik hasil uji EEDN terhadap persentase Limfosit mencit berdasarkan waktu pengambilan darah 10 20 30 40 50 60 Jam ke‐6 Jam ke‐24 Hari ke‐7 Jumlah Leukosit sel l Waktu pengambilan darah Limfosit K1 K2 K3 K4 K5 Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.6 Grafikhasil uji EEDN terhadap Persentase Limfosit Mencit berdasarkan rata-rata keseluruhan Keterangan : K1 : tidak diberi perlakuan kelompok kontrol positif K2 : diberi ovalbumin tanpa diberi ekstrak kontrol negatif K3 : diberi EEDN 0,25 dengan dosis 50 mgkg bb K4 : diberi EEDN 0,5 dengan dosis 100 mgkg bb K5 : diberi EEDN 1 dengan dosis 200 mgkg bb Semua perlakuan kecuali K1 setelah hari ke-21 dan ke-22 diberi ovalbumin secara intraperitoneal i.p sebanyak 0,5 ml. Pada Tabel 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 didapat bahwa persentase rata-rata sel limfosit pada mencit kontrol positif tanpa perlakuan K1 dan pada mencit yang diberi ekstrak etanol daun nimba K3, K4 dan K5 selama 21 hari dan diinjeksi ovalbumin berada dalam kisaran normal yaitu 20 - 35. Dapat terlihat adanya pengaruh ekstrak etanol daun nimba terhadap jumlah limfosit. Berdasarkan penelitian terdahulu Setyani 2012, daun nimba dapat menurunkan jumlah limfosit mencit yang diinduksi ovalbumin. Hasil uji statistik jumlah limfosit K1, K3, K4 dan K5 berbeda secara signifikan p 0,05 dengan perlakuan K2. Jumlah limfosit pada perlakuan K1, K3, K4 dan K5 tidak terlihat perbedaan secara signifikan, sehingga pada penelitian ini diduga tidak terjadi infeksi dan dapat 29,20 50,20 32,27 29.93 28.53 10 20 30 40 50 60 k1 k2 k3 k4 k5 Jumlah leukosit sel l Jenis perlakuan Limfosit Universitas Sumatera Utara 40 membentuk antibodi. Persentase Monosit Mencit Pada Tabel 4.5, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 dapat dilihat hasil presentase sel monosit pada kontrol positif tidak diberi perlakuan K1, mencit yang diinduksi ovalbumin tanpa diberi ekstrak K2 dan mencit yang diberi ekstrak selama 21 hari dan diinduksi ovalbumin K3, K4 dan K5 Tabel 4.5 Persentase monosit mencit yang diberi EEDN dapat dilihat pada hasil pengamatan jam ke-6, jam ke-24 dan hari ke-7 Waktu perlakuan K1 sel l K2 sel l K3 sel l K4 sel l K5 sel l Jam ke- 6 Mencit 1 6 11 9 4 4 Mencit 2 8 6 7 3 7 Mencit 3 5 8 7 5 8 Mencit 4 7 5 8 6 5 Mencit 5 6 3 5 2 6 Rata-rata 6,4 6,6 7,2 4 6 Jam ke- 24 Mencit 1 3 8 11 8 4 Mencit 2 7 7 9 6 5 Mencit 3 8 12 5 5 9 Mencit 4 6 11 6 7 7 Mencit 5 4 9 7 4 6 Rata-rata 5,6 9,4 7,6 6 6,2 Hari ke- 7 Mencit 1 4 10 6 6 5 Mencit 2 5 13 6 7 8 Mencit 3 7 14 10 9 7 Mencit 4 6 12 8 10 9 Mencit 5 8 11 10 11 4 Rata-rata 6 12 8 8,6 6,6 Rata-rata keseluruhan 6 9,33 7,6 6,2 6,27 Universitas Sumatera Utara 41 Gambar 4.7 Grafikhasil uji EEDN terhadap persentase monosit mencit berdasarkan waktu pengambilan darah Gambar 4.8 Grafik hasil uji EEDN terhadapPersentase Monosit Mencit berdasarkan rata-rata keseluruhan Pada Tabel 4.5, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 didapat bahwa persentase rata-rata sel monosit pada mencit kontrol positif tanpa perlakuan k1 dan pada mencit yang diberi ekstrak etanol daun nimba K3, K4 dan K5 selama 21 hari dan diinjeksi ovalbumin berada pada kisaran normal yaitu 2-8. Dapat terlihat adanya pengaruh ekstrak etanol daun nimba terhadap jumlah monosit. 2 4 6 8 10 12 14 Jam ke‐6 Jam ke‐24 Hari ke‐7 Jumlah leukosit sel l Waktu pengambilan darah Monosit K1 K2 K3 K4 K5 6 9.33 7.6 6.2 6.27 2 4 6 8 10 12 k1 k2 k3 k4 k5 Jumlah leukosit sel l jenis perlakuan Monosit Universitas Sumatera Utara 42 Hasil uji statistik, dapat terlihat pada subset K1, K4 dan K5 berbeda secara signifikan p 0,05 dengan perlakuan K2. Perlakuan K3 terdapat perbedaan tetapi tidak signifikan dengan K2. Jumlah monosit pada perlakuan K1, K4 dan K5 tidak terdapat perbedaan secara signifikanpada penelitian ini diduga ekstrak etanol daun nimba dapat meningkatkan respon imun, sehingga apabila antigen masuk kedalam tubuh jumlah monosit tetap dalam keadaan normal. Persentase Neutrofil Mencit Pada Tabel 4.6, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 dapat dilihat hasil presentase sel neutrofil pada kontrol positif tidak diberi perlakuan K1, mencit yang diinduksi ovalbumin tanpa diberi ekstrak K2 dan mencit yang diberi ekstrak selama 21 hari dan diinduksi ovalbumin K3, K4 dan K5 Tabel 4.6 Persentase neutrofil mencit yang diberi EEDN dapat dilihat pada hasil pengamatan jam ke-6, jam ke-24 dan hari ke-7 Waktu perlakuan K1 sel l K2 sel l K3 sel l K4 sel l K5 sel l Jam ke- 6 Mencit 1 50 80 45 60 35 Mencit 2 55 79 50 50 36 Mencit 3 65 85 65 53 50 Mencit 4 63 75 63 45 49 Mencit 5 65 69 70 48 58 Rata-rata 59,6 77,6 58,6 51,2 45,6 Jam ke- 24 Mencit 1 55 70 55 55 61 Mencit 2 64 89 54 65 64 Mencit 3 60 83 75 67 56 Mencit 4 65 95 77 60 65 Mencit 5 68 97 63 63 64 Rata-rata 62,4 86,8 64,8 62 62 Hari ke- 7 Mencit 1 65 95 75 71 77 Mencit 2 63 85 69 73 66 Mencit 3 59 81 73 70 69 Mencit 4 66 91 70 75 78 Mencit 5 62 96 67 69 73 Rata-rata 63 89,6 70,8 71,6 72,6 Rata-rata keseluruhan 61,67 84,67 64,73 61,07 60,07 Universitas Sumatera Utara 43 Gambar 4.9 Grafik hasil uji EEDN terhadap persentase Neutrofil mencit berdasarkan waktu pengambilan darah Gambar 4.10 Grafikhasil uji EEDN terhadapPersentase Neutrofil Mencit berdasarkan rata-rata keseluruhan Pada Tabel 4.6, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 didapat bahwa persentase rata-rata sel neutrofil pada mencit kontrol positif tanpa perlakuan K1 dan pada mencit yang diberi ekstrak etanol daun nimba K3, K4 dan K5 selama 21 hari dan diinjeksi ovalbumin berada dalam kisaran normal yaitu 60-70.Dapat terlihat adanya pengaruh ekstrak etanol daun nimba terhadap jumlah neutrofil. 20 40 60 80 100 Jam ke‐6 Jam ke‐24 Hari ke‐7 Jumlah Leukosit sel l Waktu pengambilan darah Neutrofil K1 K2 K3 K4 K5 61.67 84.67 64.73 61,07 60,07 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 k1 k2 k3 k4 k5 Jumlah leukosit sel l Jenis perlakuan Neutrofil Universitas Sumatera Utara 44 Hasil uji statistik jumlah neutrofil K1, K3, K4 dan K5 berbeda secara signifikan p 0,05 dengan perlakuan K2. Jumlah neutrofil pada perlakuan K1, K3, K4 dan K5 tidak terlihat perbedaan secara signifikan. Menurut Biswas 2002, daun nimba memiliki kandungan nimbine dan nimbidine sebagai antibakteri, sehingga pada penelitian ini diduga tidak terjadi infeksi bakteri. Persentase Eusinofil Mencit Pada Tabel 4.7, Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 dapat dilihat hasil persentase sel eusinofil pada kontrol positif tidak diberi perlakuan K1, mencit yang diinduksi ovalbumin tanpa diberi ekstrak K2 dan mencit yang diberi ekstrak selama 21 hari dan diinduksi ovalbumin K3, K4 dan K5. Tabel 4.7 Persentase eusinofil mencit yang diberi EEDN dapat dilihat pada hasil pengamatan jam ke-6, jam ke-24 dan hari ke-7 Waktu perlakuan K1 sel l K2 sel l K3 sel l K4 sel l K5 sel l Jam ke- 6 Mencit 1 2 5 2 3 4 Mencit 2 1 6 4 3 3 Mencit 3 3 7 3 4 4 Mencit 4 2 5 5 3 2 Mencit 5 2 4 4 2 5 Rata-rata 2 5,4 3,6 3 3,6 Jam ke- 24 Mencit 1 3 7 6 2 3 Mencit 2 2 9 7 2 2 Mencit 3 3 7 4 4 4 Mencit 4 3 6 4 4 3 Mencit 5 3 8 5 3 2 Rata-rata 2,8 7,4 5,2 3 2,8 Hari ke- 7 Mencit 1 4 9 3 2 2 Mencit 2 2 8 4 2 4 Mencit 3 3 7 2 3 3 Mencit 4 2 9 3 3 2 Mencit 5 3 10 4 3 4 Rata-rata 2,8 8,6 3,2 2,6 3 Rata-rata keseluruhan 2,53 7,13 4 2,87 3,13 Universitas Sumatera Utara 45 Gambar 4.11 Gambarhasil uji EEDN terhadap persentase eusinofil mencit berdasarkan waktu pengambilan darah Gambar 4.12 Grafikhasil uji EEDN terhadap Persentase Eusinofil Mencit berdasarkan rata-rata keseluruhan Pada Tabel 4.7, Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 didapat bahwa persentase rata-rata sel eusinofilpada mencit kontrol positif tanpa perlakuan k1 dan pada mencit yang diberi ekstrak etanol daun nimba K3, K4 dan K5 selama 21 hari dan diinjeksi. Hasil uji statistik, dapat terlihat pada subset K1, K3, K4 dan K5 berbeda secara signifikan p0,05 dengan perlakuan K2. Perlakuan K1 dan K4 terdapat perbedaan signifikan dengan K3.Perlakuan K3 terdapat perbedaan yang 2 4 6 8 10 Jam ke‐6 Jam ke‐24 Hari ke‐7 Jumlah Leukosit sel l Waktu pengambilan darah Eusinofil K1 k2 k3 k4 k5 2.53 7.13 4 2,87 3.13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 k1 k2 k3 k4 k5 Jumlah leukosit sel l Jenis perlakuan Eusinofil Universitas Sumatera Utara 46 tidak signifikan dengan K5. Daun nimba memiliki metabolit sekunder flavonoid yang diduga memiliki kemampuan sebagai antialergi Diana, 2003. Pada penelitian ini diduga ekstrak etanol daun nimba dapat menurunkan jumlah eusinofil pada mencit yang telah diinduksi ovalbumin sehingga tidak terjadi reaksi alergi. Persentase Basofil Mencit Pada Tabel 4.8, Gambar 4.13 dan Gambar 4.14 dapat dilihat hasil presentase sel basofil pada kontrol positif tidak diberi perlakuan K1, mencit yang diinduksi ovalbumin tanpa diberi ekstrak K2 dan mencit yang diberi ekstrak selama 21 hari dan diinduksi ovalbumin K3, K4 dan K5 Tabel 4.8 Persentase basofil mencit yang diberi EEDN dapat dilihat pada hasil pengamatan jam ke-6, jam ke-24 dan hari ke-7 Waktu perlakuan K1 sel l K2 sel l K3 sel l K4 sel l K5 sel l Jam ke- 6 Mencit 1 0 3 2 1 1 Mencit 2 1 3 1 0 1 Mencit 3 0 2 1 1 0 Mencit 4 1 1 1 2 1 Mencit 5 2 2 0 1 0 Rata-rata 0,8 2,2 1 1 0,6 Jam ke- 24 Mencit 1 2 5 2 0 1 Mencit 2 1 6 1 1 2 Mencit 3 0 5 1 0 0 Mencit 4 0 7 2 1 1 Mencit 5 0 4 1 0 1 Rata-rata 0,6 5,4 1,4 0,4 1 Hari ke- 7 Mencit 1 0 4 1 1 0 Mencit 2 1 4 1 0 1 Mencit 3 1 5 0 0 1 Mencit 4 0 3 1 0 1 Mencit 5 0 6 0 0 0 Rata-rata 0,4 4,4 0,6 0,2 0,6 Rata-rata keseluruhan 0,6 4 1 0,53 0,73 Universitas Sumatera Utara 47 Gambar 4.13 Grafikhasil uji EEDN terhadap persentase basofil mencit berdasarkan waktu pengambilan darah Gambar 4.14 Grafik hasil uji EEDN terhadap Persentase Basofil Mencit berdasarkan rata-rata keseluruhan Pada Tabel 4.8, Gambar 4.13 dan Gambar 4.14 didapat bahwa persentase rata-rata sel basofil pada mencit kontrol positif tanpa perlakuan K1 dan pada mencit yang diberi ekstrak etanol daun nimba K3, K4 dan K5 selama 21 hari dan diinjeksi ovalbumin berada dalam kisaran normal yaitu 0-1.Dapat terlihat adanya pengaruh ekstrak etanol daun nimba terhadap jumlah basofil. 1 2 3 4 5 6 Jam ke‐6 Jam ke‐24 Hari ke‐7 Jumlah leukosit sel l Waktu pengambilan darah Basofil K1 K2 K3 K4 K5 0.6 4 1 0.53 0.73 ‐1 1 2 3 4 5 k1 k2 k3 k4 k5 Jumlah Leukosit sel l Jenis leukosit Basofil Universitas Sumatera Utara 48 Hasil uji statistik Jumlah basofil K1, K3, K4 dan K5 berbeda secara signifikan p 0,05 dengan perlakuan K2. Jumlah basofil pada perlakuan K1, K3, K4 dan K5 tidak terlihat perbedaan secara signifikan. Komponen aktif daun nimba yang bertanggung jawab terhadap efek antialergi tersebut dikenal sebagai catechin juga dikenal sebagai polifenol Biswas, 2001. Berdasarkan penelitian terdahulu Diana 2003 telah menguji kandungan kimia Epigallocatechin gallate EGCg merupakan catechin utama yang terdapat di ekstrak daun teh dan merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin yang lain. EGCg dikenal memiliki efek antikanker, antimikroba, antioksidan dan antialergi. Efek sebagai antialergi EGCg bekerja menghambat aktivitas Th2, sehingga tidak terjadi pelepasan histamin dari sel mast pada mencit yang disensitisasi ovalbumin, sehingga pada penelitian ini diduga tidak terjadi alergi dan peradangan. Leukosit sebagian dibentuk disumsum tulang untuk granulosit neutrofil, basofil dan eusinofil dan monosit serta sedikit limfosit, sebagian lagi dijaringan limfe untuk agranulosit limfosit dan sel-sel plasma.Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang terutama dengan cara memakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama limfosit dan sel plasma terutama berhubungan dengan sistem imun yaitu produksi antibodi Guyton, 2008. Sel neutrofil berperan dalam pertahanan awal imunitas nonspesifik terhadap infeksi bakteri, sel eusinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi, sel basofil berperan dalam respon peradangan dan alergi, sel limfosit berperan dalam membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam darah atau dalam sistem kekebalan seluler Baratawidjaja dan Iris, 2004. Kapsenberg dan Kalinski 2003, menyatakan bahwa yang berperan dalam reaksi alergi yaitu eusinofil dan basofil. Dapat dilihat hasil uji ekstrak etanol daun nimba sebagai Universitas Sumatera Utara 49 antialergi pada total leukosit dan masing-masing penurunan diferensial leukosit diatas. Delta penurunan yang paling besar diantara diferensial leukosit yaitu basofil. Data hasil diferensial leukosit pada perlakuan K3 dengan dosis 50 mgkg bb efeknya masih sedikit bila dibandingkan dengan dosis 100 dan 200 mgkg bb. Pada perlakuan K4 dengan dosis 100 mgkg bb paling efektif dibanding dengan dosis 200 mgkg bb dapat dilihat dari hasil persentase jenis leukosit, hasilnya selalu mendekati nilai normal dari perlakuan K1 kontrol tanpa diberi EEDN dan ovalbumin. Sedangkan perlakuan K5 dengan dosis 200 mgkg bb efeknya kadang meningkat kadang menurun. Peningkatan dosis belum tentu menunjukkan peningkatan efek. Hal ini sering terjadi pada obat bahan alam, karena komponen senyawa yang dikandung tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam senyawa kimia, dimana komponen-komponen tersebut saling bekerja sama untuk menimbulkan efek. Namun dengan peningkatan dosis, jumlah senyawa kimia yang dikandung semakin banyak, sehingga terjadi interaksi merugikan yang menyebabkan penurunan efek. Jumlah reseptor yang terbatas juga membatasi efek yang ditimbulkan, karena tidak semua obat dapat berikatan dengan reseptor sehingga walaupun dosis ditingkatkan respon tidak bertambah. Peningkatan dosis obat akan meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun peningkatan dosis lebih lanjut memberikan respon menurun, karena sudah tercapai dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi Bourne dan Zastrow, 2001. Universitas Sumatera Utara 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan didalam penelitian ini adalah: 1. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun nimbi diperoleh kadar air 7,33, kadar sari yang larut dalam air 23,24, kadar sari yang larut dalam etanol 9,58, kadar abu total 5,17, dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,43. 2. Hasil penelitian didapat bahwa ekstrak etanol daun nimba pada dosis 100 mgkg bb menunjukkan kemampuan dalam meningkatkan jumlah leukosit dengan nilai 7324 sel  l mendekati kontrol positif K1 yang tidak diberi perlakuan. Untuk jumlah limfosit pada dosis 100 mgkg bb menunjukkan nilai 29,93 sel  l, untuk jumlah monosit menunjukkan nilai 6,2sel  l, untuk jumlah neutrofil menunjukkan nilai 61,07sel  l, untuk jumlah eusinofil menunjukkan nilai 2,87 sel  l dan untuk jumlah basofil pada dosis 100 mgkg bb menunjukkan nilai 0,53 sel  l. Dari hasil pengujian statistik, pemberian ekstrak etanol daun nimba mampu meningkatkan jumlah total leukosit dan diferensial leukosit mencit secara signifikan terhadap kelompok uji p 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun nimba mempunyai efektivitas sebagai antialergi. 4.2 Saran Saran dalam penelitian ini adalah: a. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi lebih lanjut senyawa aktif daun nimba yang mempunyai efek selain antialergi misalnya asma. Universitas Sumatera Utara 51 DAFTAR PUSTAKA Anief, M. 1999. Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktek. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Gajah Mada University press. Hal.107,169. Anindya, S. 2013. Pengaruh Ekstrak Etanol Umbi Uwi Ungu Dioscoreaalata Terhadap Kadar TNF-AZA Pada Mencit Model Alergi. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Baratawidjaja, G.K., dan Iris, R. 2004. Imunologi Dasar. Dalam Buku: Ilmu Penyait Dalam. Editor: Slamet Suryono. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal.3-8. Biswas. 2002. Biological Activities and Medical Properties of Neem Azadirachta indica. J. Biological Current Science. 8211: 80-86. Bourne dan Zastrow. 2001. Reseptor dan Farmakodinamika Obat. Dalam: Farmakologi Dasar dan Klinik. Editor: Bertram G. Katzung Penerjemah: Dripa Sjabana. Buku I. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 23. Casolaro, V., Spadaro, G.,dan Marone, G. 1990. Human Basophil Release Ability: 6 Changes in Basophil Release Ability in Patients With Allergic Rhinitis or Bronchial-Asthma. Am Rev Respir Dis. 14244: 1108 – 1111. Colville, T., dan Bassert, J.M. 2008. Clinical Anatomy Physiology for Veterinary Technician. Missouri: Elsevier. Hal. 35 – 40. Depkes. 1995. Materia Medika Indonesia. Edisi Keenam. Jakarta: Depkes RI. Hal. 323-325. Dellman, H.D., dan Brown, E.M. 1992. Histologi veteriner. Edisi ke-3. Penerjemah: Hartono Roy. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari Textbook of Veterinary Histology. Hal. 960 – 962. Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI. Hal. 297-326, 300-304, 306, 333-340. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 9, 33. Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan I. Jakarta: Depkes RI. Hal. 17, 31-32. Diana, A. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Cipta. Hal. 36. Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai AntiInflamasi Alergik dalam Tubuh. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hal. 157 – 162. Universitas Sumatera Utara 52 Feldman, B.F. 2000. Veterinary Hematology. Edisi ke-5. California: Lippincot William and Wilkins. Hal. 56. Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 98. Guyton, A.C. 1983. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor dan Penerjemah: Irawati Setiawan, LMA Ken Ariata Tengadi dan Alex Santoso. Edisi ke-9. Jakarta: EGC. Hal. 57-60. Hirai, K. 1997. Regulation of The Function of Eusinophils and Basophil. J. Crit Rev Immunol. 1710: 325-352. Hirsch, J.G.,dan Hirsch, B.I. 1980. Paul Ehrlich and The Discovery of The Eosinophil. Di dalam: Mahmoud AFF, Austen KF, editor. The Eosinophil in Health and Disease. New York: Grune and Stratton. Hal.3-24. Jain, N.C. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea and Febiger. Hal. 88-90. Junqueira, L.C.,dan Caneiro, J. 2005. Basic Histology Text Atlas. Ed ke-11. New York: The Mc Graw-Hill Companies Inc. Hal. 79 – 83. Kapsenberg, M.L., dan Kalinski, P. 2003. The Concept of Type I and II Antigen Presenting Cells. J. Immunology Letters. 691: 5-6. Kardiman. 1999. Pestisida Hayati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 27. Lee, W.L., Harrison, R.E., dan Grinstein, S. 2003. Phagocytosis by Neutrophils. J. Microb Infect. 5:1299 – 1306. Rafidah, B. 1999. Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antibakteri Ekstrak Daun Nimba Azadirachta indica A. Juss. Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ray, B.D. 1996. Modulation of Humoral and Cell-Mediated Immuneresponses by Azadirachta indica Neem in Mice.Indian Jurnal Exp Biology. 347: 77-82. Robbins, S.L. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.123-132. Setyani, N. 2012. Jumlah Limfosit Pada Mencit Yang Diberi Konsumsi Ekstrak Alkohol Daun Nimba Azadirachta indica A. Juss. Dan Diinduksi Ovalbumin. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi JawaTimur. Sharma, S.D. 1986. The Macrophage. J. Allergy ClinImmunol. 6:1 – 27. Universitas Sumatera Utara 53 Srikumar, R., Parthasarthy, J.N., dan Devi, R.S. 2005. Immunomodulatory Activity of Triphala on Neutrophil Function. Biological and Pharmaceutical Bulletin. 28: 1398-1403. Strachan, D., Sibbald, B.,dan Weiland, S.I. 1997. World wide Variations in Prevalence of Symptoms of Allergic Rhino conjuctivitis in Children: The International Study of Asthma and Allergies in Chilhood ISAAC. J. Pediart Allergy Immunol. 8: 161-76. Sugimoto, Y. 1999. Ovalbumin in Developing Chiken eggs Migrates from Egg White to Embryonic Organs While Changing its Conformation and Thermal Stability. J. Biol Chem. 16: 11030-11037. Sukandar, E.Y. 2011. Trend dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik Teknologi Kesehatan, Disampaikan Dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis ITB. httpitb.ac.id.focusfocus_fileorasi-ilmiah-dies-45.pdf. Sukrasno. 2003. Mimba Tanaman Obat Multifungsi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 185 -190. Tambur, Z. 2006. White Blood Cell Differential Count in Rabbits Artificially Infected with Intestinal Coccidia. J. Protozool. 11: 42-50. Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi VI. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 813-820. Thrall, M.A., Baker, D.C., dan Lassen, E.D. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Philadelphia: Lippincot Williams Wilkins. Hal. 80- 85. Tizard, I. 2000. Veterinary Immunology An Introduction. Ed ke-6. Philadelphia: WB Saunders Company. Hal. 190‐205. Tjitrosoepomo. 2000. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Yully. 2013. Hitung Jenis Leukosit. http:www.wordpress.com20130628 hitung-jenis-leukosit-differential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi- hdt. Weiner, O.D., Servant, G., Welch, M.D., Mitchison, T.J., Sedat, J.W.,dan Bourne, H.R. 1999. Spatial Control of Actin Polymerization During Neutrophil Chemotaxis. J. Nat Cell Biol.1: 75 – 81. Weiss, D.J., dan Wardrop, K.J. 2010. Schalms Veterinary Hematology. Edisi ke- 6. New York: Blackwell Publishing Ltd. Hal. 181. World Health Organization. 1998. Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva: World Health Organization. Hal. 25-28. Universitas Sumatera Utara 54 Lampiran 1 Persetujuan Komite Etik Penelitian Hewan Universitas Sumatera Utara 55 Lampiran 2 Hasil Identifikasi Tumbuhan Universitas Sumatera Utara 56 Lampiran 3 Gambar Karakterisasi Tumbuhann Nimba Tumbuhan nimba Azadirachta indica A. Juss. Universitas Sumatera Utara 57 Lampiran 3 lanjutan Daun nimba segar Simplisia daun nimbi Serbuk simplisia daun nimba Universitas Sumatera Utara 58 Lampiran4 Perhitungan Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Nimba Azadirachta indica A. Juss. 1. Penetapan kadar air a. Berat sampel = 5,002 g Volume I = 5,1 ml Volume II = 5,5 ml Kadar air = 5,5-5,1 5,002 = 7,99 b. Berat sampel = 5,001 g Volume I = 5,5 ml Volume II = 5,8 ml Kadar air = 5,8-5,5 5,001 x 100 = 5,99 c. Berat sampel = 5,002 g Volume I = 5,8 ml Volume II = 6,2 ml Kadar air = 6,2-5,8 5,002 x 100 = 7,99 Kadar air rata-rata = 7,99+5,99+7,99 3 7,33 Kadar air = volume II‐volume I berat sampel Universitas Sumatera Utara 59 Lampiran 4 Lanjutan

a. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air

Dokumen yang terkait

Efektivitas Skabisida Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) Terhadap Tungau Sarcoptes Scabiei Secara In Vitro

11 89 46

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A.Juss) dan Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Pada Kacang Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan

2 41 69

JUMLAH LIMFOSIT PADA MENCIT YANG DIBERI KONSUMSI EKSTRAK ALKOHOL DAUN MIMBA (Azadirachta indica, A. Juzz) DAN DI INDUKSI OVALBUMIN

0 3 14

JUMLAH LIMFOSIT PADA MENCIT YANG DIBERI KONSUMSI EKSTRAK ALKOHOL DAUN MIMBA (Azadirachta indica, A. Juzz) DAN DI INDUKSI OVALBUMIN

1 46 67

Jumlah Monosit Pada Hapusan Darah Mencit Jantan Yang Diinduksi Ovalbumin Dan Diberi Konsumsi Ekstrak Alkohol Daun Mimba ( Azadirachta Indica A. Juzz )

0 26 15

JUMLAH SEL EOSINOFIL PADA MENCIT YANG DIBERI EKSTRAK ALKOHOL DAUN MIMBA (Azadirachta indica Juss) DAN DIINDUKSI OVALBUMIN

0 3 17

UJI KONSENTRASI AIR PERASAN DAUN NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) UNTUK MENGENDALIKAN JAMUR PATOGEN TULAR BENIH PADA BUNCIS.

0 0 9

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

4 8 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Efektivitas Antialergi Ekstrak Etanol Daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.) pada Mencit yang Diinduksi dengan Ovalbumin

0 0 15

Uji Efektivitas Antialergi Ekstrak Etanol Daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.) pada Mencit yang Diinduksi dengan Ovalbumin

0 0 14