Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 21
Tabel 2.10 Nilai BOD dan Kinerja Kualitas Sungai
Brantas, Tahun 2002-2007 mgliter
Tahun Nilai BOD
PBOD 1
2 3
2002 6,00
-2,92 2003
8,16 -26,47
2004 7,13
10,62 2005
7,13 00,00
2006 6,72
5,13 2007
5,96 11,39
Sumber : PT Jasa Tirta, Hasil Pengolahan
sungai Brantas lebih tinggi dari sungai Bengawan Solo. Jadi kualitas air sungai Bengawan Solo masih lebih baik dari sungai Brantas.
Secara rinci dapat diketahui bahwa pada tahun 2003, BOD sungai Bengawan Solo adalah 5,00. kemudian pada tahun 2004, 2005 dan 2006
meningkat terus berturut-turut menjadi 5,21 ; 6,40 dan 6,91. Dari deretan data tersebut terlihat bahwa kualitas air sungai Bengawan Solo dari tahun ke tahun
semakin buruk. Memang kualitas air pada tahun 2003 dan 2004 masih bearada dalam batas toleransi. Namun mulai tahun 2005, kualitas air sudah
mulai melewati batas toleransi yang ditetapkan yaitu 6,00. Sementara kadar BOD secara rata-rata di Brantas selama tahun 2002 –
2007 cenderung berfluktuasi, seperti pada tabel berikut. Pada tahun 2003, BOD
sungai Brantas adalah 8,16. kemudian pada tahun 2004
turun menjadi 7,13 namun pada tahun 2005 tetap sebesar 7,13.
Pada tahun 2006 kembali turun terus,
berturut-turut menjadi
6,72 dan 5,96 Dari deretan data tersebut terlihat bahwa kadar
BOD sungai Brantas sejak tahun 2003 telah menunjukkan penurunan dan bahkan hingga tahun 2007
menurun terus. Namun demikian, pencapaian kadar BOD, baik sungai Bengawan Solo
maupun sungai Brantas, masih jauh berada dibawah target yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 12,00 ; 10,00 ; 9,00 dan 10,00.
b. Kualitas Udara Ambien
Semakin meningkatnya perindustrian dan penggunaan kendaraan bermotor sangat mempengaruhi kualitas udara di wilayah perkotaan
khususnya. Dari emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan bermotor,
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 22
terdapat 4 empat unsur yang mengurangi kualitas udara, diantaranya adalah Nitrogen Oksida NO
x
, Karbon Monoksida CO, Sulfur Oksida SO
x
dan partikel debu. Diperkirakan bahwa besarnya emisi buang yang berasal dari kendaraan bermotor di Jawa Timur telah mendekati DKI Jakarta, yang
notabene merupakan daerah dengan kualitas udara yang paling rendah di Indonesia. Keadaan ini dari tahun ke tahun makin parah seiring dengan
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sebenarnya polusi udara yang ditimbulkan oleh emisi gas
buang kendaraan bermotor dapat ditekan seminimal mungkin dengan berbagai cara. Hal ini dapat ditempuh salah satunya adalah dengan cara
menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan bagi semua jenis kendaraan. Baha bakar ramah lingkungan misalnya besin tanpa timbal atau
bio diesel, sebenarnya telah digunakan di beberapa daerah di Indonesia. Hal inilah yang patut kita lakukan di Jawa Timur untuk dapat mengendalikan dan
meminimalkan polusi udara di Jawa Timur. Kualitas udara ambien Jawa Timur tahun 2007 sebesar 24,78 persen lebih besar jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 21,35 persen. Capaian tersebut, telah melebihi target yang ditetapkan pemerintah yaitu 10 persen dan 20 persen tahun
2007.
c. Pengendalian Limbah B3
B3 adalah suatu sisa kegiatan danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun, yang karena sifat dan atau
konsentrasinya danatau merusak lingkungan hidup danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia,
serta makhluk hidup lainnya. Di Jawa Timur belum tersedia data mengenai limbah yang secara
komprehensif menggambarkan mengenai limbah B3. Namun hasil dari beberapa studi khusus dapat diketahui bahwa di beberapa daerah di Jawa
Timur telah terjadi pencemaran lingkungan yang diindikasikan faktor penyebabkan adalah limbah B3. Pada tahun 2006 rata-rata B3 di Jawa Timur
yang berpotensi mencemari sebesar 10,74 persen dari total pencemaran
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 23
yang ada. Sumber pencemaran B3 meliputi sektor industri, rumrahtangga, pertanian dan lainnya, merupakan sumber pencemaran B3 yang perlu
diwaspadai karena
potensi pencemarannya
menunjukan hampir
keterbandingan yang sama dengan dapat dikelola. Data tahun 2006 merupakan kegiatan khusus yang dilakukan oleh BAPPEDAL Jawa Timur.
Pengendalian limbah B3 yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 10,74 persen, terpaut sedikit dari target yang ditetapkan yaitu 10 persen tahun
2006.
d. Lahan Kritis Tahura dan Non-Tahura R. Suryo