Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 17
Gambar 2.8 Angka Harapan Hidup Penduduk
Jawa Timur Tahun 2003-2007
Capaian Angka Kematian Bayi selalu lebih baik dari target yang ditetapkan pemerintah, yaitu 42, 40, 39 , 38 dan 37.
h. Angka Harapan Hidup AHH
AHH sangat berkaitan dengan tingkat pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah. Bila pembangunan sosial ekonomi semakin maju, maka AHH
juga semakin baik. AHH Jawa Timur pada tahun 2003
adalah 66,80 tahun. Kemudian pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007
berturut-turut menjadi 67,2 tahun; 67,9 tahun, 68,25 tahun, dan 68,69 tahun.
Meningkatnya AHH secara tidak langsung memberikan gambaran tentang adanya
peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan AHH
Jawa Timur seperti gambar di bawah.
Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan selalu lebih tinggi dari AHH laki-laki. Pada tahun 2006, AHH laki-laki dan perempuan masing-masing
sebesar 66,63 tahun dan 70,66 tahun. Capaian AHH Jawa Timur selalu lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah, yaitu 66,4 ; 66,7 ; 67,0 dan
67,40 pada tahun 2003, 2004, 2005 dan 2006.
i. Kematian Ibu Melahirkan
Angka kematian Ibu AKI sangat berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran untuk berperilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil, dan pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas.
AKI Indonesia pada tahun 2002 adalah sebesar 307 jiwa dan kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 291 jiwa. Memang AKI turun dari tahun ke
tahun.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 18
Namun demikian, AKI Indonesia dapat dikatakan masih tinggi. Penyebab langsung kematian ibu melahirkan adalah komplikasi pada
kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
yang tinggi di Indonesia menunjukkan burukya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Data tentang kematian ibu maternal di Jawa Timur masih tercatat dalam jumlah kasus. Pada tahun 2003 kasus kematian ibu maternal tercatat sekitar
446 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2007 turun menjadi 349 per 100.000 kelahiran hidup. Capaian tahun 2007 tersebut, lebih baik jika
dibanding tahun sebelumnya, namun masih belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah tahun 2007 sebesar 304 per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya AKI dipengaruhi oleh dua penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yang berkaitan dengan kematian ibu antara lain adalah
berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti pendarahan, hipertensi saat kehamilan, infeksi dan komplikasi keguguran. Penyebab kematian tidak
langsung antara lain adanya anemia dan penyakit menular yang diderita ibu. Upaya efektif untuk menurunkan AKI antara lain dengan mengupayakan
semua persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan. Pemerintah juga telah melakukan berbagai kebijakan perbaikan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, seperti pelatihan dukun bayi, pengembangan klinik kesehatan Ibu dan Anak, pembangunan rumah sakit,
pengembangan Puskesmas, pondok bersalin desa dan posyandu, pendidikan dan penempatan bidan di desa serta penggerakan masyarakat untuk
penyelamatan ibu hamil dan bersalin. Namun demikian upaya tersebut belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Indikasi AKI yang tinggi yang
diikuti dengan lambatnya penurunan merupakan salah satu ciri dari negara berkembang.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 19
Gambar 2.10 Persentase Penolong Persalinan Oleh
Medis Tahun 2003-2007
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Gambar 2.9 Persentase Penolong Persalinan
Oleh Medis Tahun 2003-2007
j. Persalinan oleh Tenaga Medis