Indeks Pembangunan Manusia IPM ICOR

Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009 BAB II - 8 Pada tahun 2003, NTP Jawa Timur adalah 102,93. Kemudian pada tahun 2004, 2005, 2006 meningkat terus berturut-turut menjadi 105,02; 105,29 ; 111,68 dan Tahun 2007 kembali meningkat menjadi sebesar 113,12. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 6,21 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh karena Indeks Harga Yang Diterima Petani melonjak jauh lebih cepat dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani. Selanjutnya, tingginya lonjakan Indeks Harga Yang Diterima terutama disebabkan oleh tingginya peningkatan Indeks Harga Yang Diterima Petani untuk Tanaman bahan makanan 33,99 persen, seperti cabai rawit 89,61 persen, ketimun 26,39 persen, padi 21,08 persen dan komoditi lainnya. Capaian NTP pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007 selalu berada diatas target yang ditetapkan, yaitu 98,5 ; 99,0 ; 100,0, 105,80 dan 106,33.

e. Indeks Pembangunan Manusia IPM

Pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat adalah suatu ungkapan yang menyiratkan pentingnya peran manusia dalam pembangunan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Manusia disini bukan hanya semata-mata diperlakukan sebagai obyek, tapi yang lebih penting sebagai subyek pembangunan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkesinambungan agar dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran secara signifikan, maka sangat diperlukan upaya peningkatan kualitas manusia secara terus-menerus melalui pembangunan manusia. Untuk dapat mengetahui perkembangan kinerja pembangunan manusia, indikator yang dapat digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia IPM. IPM Jawa Timur dari tahun ke tahun meningkat secara mantap, dengan perkembangan seperti pada tabel di bawah. Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009 BAB II - 9 Tabel 2.6 Perkembangan Angka IPM di Jawa Timur Tahun 2003-2007 No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi IPM Angka IPM Tertinggi Angka IPM Terendah Jml. Kab dng IPM dibawah rata-rata Jatim Jml. Kab dng IPM di atas rata-rata Jatim 1 2 3 4 5 6 7 8 1. 2003 4,78 63,66 72,27 51,12 19 18 2. 2004 5,83 64,49 72,91 53,86 18 20 3 . 2005 5,84 67,51 73,80 54,89 1 5 2 3 4 . 2006 5,80 66,87 73,96 54,69 1 5 2 3 5 . 2007 6,02 67,92 75,65 54,50 1 8 2 Keterangan : angka diperbaiki angka sementara Sumber : BPS data diolah Pada tahun 2003, IPM Jawa Timur adalah 63,66. Kemudian pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 meningkat berturut-turut menjadi 64,49; 66,84; 66,87; dan 67,92. Secara umum kenaikan IPM pada tahun 2006 disebabkan membaiknya kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Level IPM Jawa Timur pada tahun 2006 mulai bergeser dari level menengah bawah menjadi menengah atas. Capaian IPM pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006 dan2007 selalu berada diatas target yang ditetapkan pemerintah, yaitu 59,5 ; 60,0 ; 60,3; 65,1; dan 65,57.

f. ICOR

ICOR merupakan suatu ukuran untuk melihat tingkat efisiensi suatu investasi. ICOR menunjukkan besarnya tambahan kapital investasi baru yang dibutuhkan untuk menaikkan menambah satu unit output. Selama 5 lima tahun terakhir ICOR Jawa Timur disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.7 ICOR Jawa Timur Tahun 2003-2007 Tahun ICOR 1 2 2003 3,95 2004 2,60 2005 3,84 2006 3,18 2007 3,09 Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009 BAB II - 10 ICOR Jawa Timur pada tahun 2003 adalah 3,95. Kemudian pada tahun 2004, 2005 dan 2006 berturut-turut menjadi 2,60, 3,84 dan 3,18. Akhirnya turun kembali menjadi 3,09 pada tahun 2007. Selama 5 lima tahun terakhir ICOR Jawa Timur rata-rata per tahun sebesar 3,33. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata investasi yang ditanamkan sudah cukup efisien. Namun demikian apabila dilihat per sektornya, nilai ICOR cenderung bervariasi, yang berarti bahwa masing-masing sektor mempunyai waktu pengembalian investasi yang berbeda. Perbedaan waktu pengembalian investasi terjadi karena bahan baku, proses pengolahan dan jenis barang yang dihasilkan serta lama waktu barangjasa terjual dari masing-masing usa berbeda. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada tingkat efisiensi suatu jenis usaha. Sejak tahun 2003, capaian ICOR selalu lebih rendah dari target yang ditetapkan. Angka ICOR pada tahun 2007 sebesar 3,09 berarti bahwa menambah output sebesar 1 unit diperlukan investasi sekitar 3,09 unit. Sedangkan besaran ICOR pada tahun sebelumnya 3,18 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 unit output memerlukan investasi sebesar kurang lebih 3,18 unit. Dengan demikian terlihat bahwa investasi yang dibutuhkan untuk menaikkan satu unit output pada tahun 2007 lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Artinya investasi pada tahun 2007 sedikit lebih efisien dibanding pada tahun 2006. Namun capaian tahun 2007 masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 4,80.

g. Tingkat Kemiskinan