Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 19
Gambar 2.10 Persentase Penolong Persalinan Oleh
Medis Tahun 2003-2007
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Gambar 2.9 Persentase Penolong Persalinan
Oleh Medis Tahun 2003-2007
j. Persalinan oleh Tenaga Medis
Pada tahun 2003, Persalinan oleh Tenaga Medis dokter, bidan dan tenaga
medis lainnya adalah 74,01 persen. Kemudian pada tahun 2004, 2005, 2006
dan 2007 meningkat menjadi 77,87 persen; 77,50 persen, 81,20 persen dan
81,79. Ini berarti bahwa pada tahun 2007, masih
terdapat sekitar
18 persen
masyarakat di Jawa Timur yang memanfaatkan jasa tenaga non-medis dukun bayi atau famili dalam membantu proses persalinan. Persentase
Penolong Persalinan oleh tenaga medis, seperti gambar berikut. Di daerah pedesaan presentase penolong persalinan oleh tenaga medis
umumnya lebih rendah dari daerah perkotaan. Pada tahun 2006 persentase penolong persalinan oleh tenaga medis di daerah perkotaan dan daerah
pedesaan masing-masing sebesar 90,77 persen dan 73,51 persen. Pada tahun 2007 persentase
penolong persalinan oleh tenaga medis di daerah perkotaan dan daerah
pedesaan, dapat dilihat pada gambar berikut.
Pencapaian angka
penolong persalinan oleh tenaga medis selalu
jauh lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 60,3
persen ; 60,7 persen dan 61,1 persen pada tahun 2003, 2004 dan 2005. Namun demikian pada tahun 2007,
pencapaian masih dibawah target yang ditetapkan, yaitu sebesar 84.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 20
k. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan hasil penghitungan, laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur adalah sebesar 1,07 persen pada periode 2002-2006. Sedangkan pada
Tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan sampai sebesar 0,83. Berarti bahwa pencapaian pertumbuhan penduduk lebih baik dari target yang
ditetapkan oleh pemerintah yaitu 1,11 persen. Jadi setiap tahunnya penduduk bertambah sebesar 1,07 persen.
Kabupaten dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi pada periode itu adalah Kabupaten Sidoarjo, yaitu sebesar 2,92 persen. Sedangkan daerah
dengan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Kabupaten Magetan, yaitu 0,02 persen.
KabupatenKota yang merupakan daerah penyangga ibukota memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, yaitu Kabupaten Sidoarjo 2,85
persen, Kabupaten Gresik 1,78 persen, Kabupaten Bangkalan 2,08 persen, Kabupaten Mojokerto 1,90 persen dan Kota Mojokerto 1,79
persen
3. BIDANG PRASARANA WILAYAH a. Kualitas Air Sungai
Selama ini kualitas air biasa ditentukan melalui kadar Biochemical Oxygen Demand BOD. BOD adalah kadar oksigen yang terlarut dalam air
limbah yang mengandung senyawa kimia organik karbon, hidrogen, nitrogen dan belerang.
Diantara 6 enam wilayah sungai di Jawa Timur, sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo adalah sungai yang paling banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Jawa Timur untuk keperluan hidup sehari-hari. Oleh sebab itu sudah selayaknya dilakukan pengawasan yang lebih ketat pada ke2 dua
sungai tersebut. Secara umum, dari tahun ke tahun, kadar BOD sungai Bengawan Solo
lebih rendah dari sungai Brantas. Dengan kata lain, beban limbah cair di
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD 2009
BAB II - 21
Tabel 2.10 Nilai BOD dan Kinerja Kualitas Sungai
Brantas, Tahun 2002-2007 mgliter
Tahun Nilai BOD
PBOD 1
2 3
2002 6,00
-2,92 2003
8,16 -26,47
2004 7,13
10,62 2005
7,13 00,00
2006 6,72
5,13 2007
5,96 11,39
Sumber : PT Jasa Tirta, Hasil Pengolahan
sungai Brantas lebih tinggi dari sungai Bengawan Solo. Jadi kualitas air sungai Bengawan Solo masih lebih baik dari sungai Brantas.
Secara rinci dapat diketahui bahwa pada tahun 2003, BOD sungai Bengawan Solo adalah 5,00. kemudian pada tahun 2004, 2005 dan 2006
meningkat terus berturut-turut menjadi 5,21 ; 6,40 dan 6,91. Dari deretan data tersebut terlihat bahwa kualitas air sungai Bengawan Solo dari tahun ke tahun
semakin buruk. Memang kualitas air pada tahun 2003 dan 2004 masih bearada dalam batas toleransi. Namun mulai tahun 2005, kualitas air sudah
mulai melewati batas toleransi yang ditetapkan yaitu 6,00. Sementara kadar BOD secara rata-rata di Brantas selama tahun 2002 –
2007 cenderung berfluktuasi, seperti pada tabel berikut. Pada tahun 2003, BOD
sungai Brantas adalah 8,16. kemudian pada tahun 2004
turun menjadi 7,13 namun pada tahun 2005 tetap sebesar 7,13.
Pada tahun 2006 kembali turun terus,
berturut-turut menjadi
6,72 dan 5,96 Dari deretan data tersebut terlihat bahwa kadar
BOD sungai Brantas sejak tahun 2003 telah menunjukkan penurunan dan bahkan hingga tahun 2007
menurun terus. Namun demikian, pencapaian kadar BOD, baik sungai Bengawan Solo
maupun sungai Brantas, masih jauh berada dibawah target yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 12,00 ; 10,00 ; 9,00 dan 10,00.
b. Kualitas Udara Ambien