Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum

mengulangi perbuatannya karena penyalahgunaan narkoba terutama pemakai sudah kecanduan dan untuk mengulangi perbuatannya lebih besar keinginannya. 137

2. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum

Dasar hukum dari putusan ini dapat dilihat pada Pasal 191 ayat 2 KUHAP yang berbunyi: “Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.” Dari bunyi Pasal di 191 ayat 2 di atas dapat diartikan bahwa putusan hakim berupa putusan lepas dari segala tuntutan hukum adalah putusan yang dijatuhkan kepada terdakwa yang setelah melalui pemeriksaan di sidang pengadilan ternyata menurut pendapat majelis hakim perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana. Pelepasan dari segala tuntutan hukum dijatuhkan apabila terdapat hal-hal yang menghapuskan pidana baik yang menyangkut perbuatannya sendiri maupun yang menyangkut diri pelaku perbuatan itu, misalnya terdapat pada: 138 a. Pasal 44 KUHP, yaitu orang yang sakit jiwa, atau cacat jiwanya. b. Pasal 48 KUHP tentang keadaan memaksa overmacht c. Pasal 49 KUHP tentang membela diri noodweer. d. Pasal 50 KUHP, yakni melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan undang-undang. 137 Hasil wawancara dengan Bapak Bripka Pol. Muhammad Fairus Abadi penyidik Sat.Narkoba Poltabes MS tanggal 28 Januari 2009. 138 Rusli Muhammad, Op.Cit. hal. 117-118. Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009 e. Pasal 51 KUHP melakukan perintah yang diberikan oleh atasan yang sah. Hal-hal yang menghapuskan pidana yang terdapat pada pasal-pasal tersebut, oleh Soedarjo 139 dikatakan sebagai hal yang bersifat umum. Di samping itu dikatakan pula terdapat hal-hal yang menghapus pidana secara khusus, yang diatur secara khusus dalam pasal tertentu dalam undang-undang, misalnya Pasal 166 dan 310 ayat 3 KUHP. Dengan demikian, terdakwa yang memenuhi kriteria masing-masing pasal, baik yang mengatur hal-hal yang menghapus pidana secara khusus maupun yang bersifat umum seperti tersebut di atas, tidak dapat dipertanggungjawabkan, meskipun perbuatan yang didakwakan itu terbukti. Menurut Pasal 67 KUHAP terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat terdakwa atau penuntut umum tidak berhak minta banding. Di atas telah dijelaskan bahwa pelepasan dari segala tuntutan hukum dibenarkan oleh hukum apabila seseorang melakukan perintah yang diberikan oleh atasan yang sah. Tetapi tidak semua perintah yang diberikan oleh atasan bisa lepas dari segala tuntutan hukum. Hakim menempatkan perintah atasan pada hal-hal yang meringankan saja. Karena sesuai fakta di persidangan perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dari dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa. Tampak pada putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 2200Pid.B2005PN.Mdn sebagai 139 Soedarjo, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, Jakarta: Akademi Pressindo, 1985, hal. 58. Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009 berikut: bahwa adalah Heri Sulistyono yang berprofesi sebagai anggota Polri yang bertugas di Aceh. Bersama-sama dengan temannya membeli ganja di Aceh untuk dijual di Medan atas perintah atasannya yang kemudian didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan kesatu melanggar Pasal 82 ayat 1 huruf a UU No. 22 Tahun 1997 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1e KUHP dan dakwaan kedua melanggar Pasal 81 ayat 1 huruf a UU No. 22 Tahun 1997 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1e KUHP dan dakwaan ketiga melanggar Pasal 78 ayat 1 huruf a UU No. 22 Tahun 1997 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1e KUHP. Kemudian hakim menjatuhkan putusan dengan pertimbangan yang pada pokoknya sebagai berikut: 1. Bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang didasarkan atas keterangan saksi-saksi di bawah sumpah dan keterangan terdakwa, serta adanya barang bukti, selanjutnya apakah terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan terhadap diri terdakwa tersebut, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dari dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa. 2. Bahwa setelah membaca dan mempelajari surat dakwaan dari jaksa Penuntut Umum, ternyata bahwa terdakwa dihadapkan ke depan persidangan dengan surat dakwaan yang disusun secara alternatif, sehingga oleh karenanya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan yang lebih mencocoki dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yakni dakwaan kesatu yaitu Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009 melanggar Pasal 82 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 jo Pasal 55 ayat 10 ke 1 KUHP yang memiliki unsur. 3. Barang siapa secara tanpa hak dan melawan hukum mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika golongan I; terdakwa dipersalahkan sebagai orang yang melakukan, atau turut serta melakukan. 4. Bahwa tentang unsur pertama “barang siapa” yang dimaksud di sini adalah menunjuk kepada pelaku tindak pidana, baik manusia atau orang pribadi ataupun badan hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatannya, yang berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang dimaksud sebagai pelaku adalah orang pribadi yakni terdakwa atas nama HERI SULISTIYONO. 5. Bahwa perihal unsur kedua “secara tanpa hak dan melawan hukum mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika golongan I” bahwa unsur ini adalah bersifat alternatif yang artinya apabila salah satu keadaan saja dari beberapa keadaan yang disebut di atas sudah terpenuhi maka unsur ini dapat dinyatakan telah terbukti. 6. Bahwa oleh karena perbuatan terdakwa telah memenuhi seluruh unsur-unsur dari dakwaan Kesatu yakni melanggar Pasal 82 ayat 1 huruf a UU RI No. 22 Tahun 1997 jo Pasal 55 1 ke 1e KUHP maka terdakwa telah terbukti secara Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009 sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan Kesatu, dan oleh karenanya kepada terdakwa patut dijatuhi pidana yang setimpal atas perbuatannya, dan dakwaan selanjutnya tidak perlu dibuktikan lagi. 7. Bahwa oleh karena terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kesatu, maka Majelis Hakim tidak sependapat dengan penasehat hukum terdakwa yang di dalam nota pembelaannya Penasehat Hukum terdakwa pada pokoknya berpendirian bahwa tindak pidana yang dituduh dilakukan oleh terdakwa adalah pada hakikatnya bukan atas kemauan dan niat terdakwa tetapi dilakukan berdasarkan perintah yang di dalam korps Kepolisian tidak mungkin dibantah oleh terdakwa sehingga Penasehat Hukum terdakwa memohon agar terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum. 8. Bahwa hal tersebut didasari pertimbangan majelis yang pada pokoknya: jika seandainya benar keterangan yang menyatakan bahwa ada perintah dari atasan terdakwa i.c Wadanki terdakwa, namun Majelis memandang terdakwa sebagai anggota polisi seharusnya bisa membedakan mana perintah yang masih dalam koridor ruang lingkup tugas dan jabatannya, dan mana yang sudah berada di luar koridor tugas dan jabatannya, terlebih lagi perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang i.c. Membawa atau menjual ganja. Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009 9. Bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti bersalah dan kepada terdakwa patut dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya, maka kepada terdakwa patut dibebani untuk membayar biaya perkara. 10. Bahwa sebelum Majelis hakim menjatuhkan pidana atas diri terdakwa maka kami terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal meringankan sebagai berikut: Hal-hal yang memberatkan: 2. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat dan bertentangan dengan program pemerintah dalam pemberantasan Tindak Pidana Narkotika. Hal-hal yang meringankan: 1. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya. 2. Terdakwa menyesali perbuatannya. 3. Terdakwa belum pernah dihukum. 4. Terdakwa menurut ianya melakukan perbuatan tersebut karena disuruh oleh Wadankinya. 5. Akhirnya Majelis hakim menjatuhkan putusan dengan diktum, menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ‘Secara tanpa hak dan melawan hukum turut serta menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, narkotika golongan I” dan menghukum terdakwa dengan pidana penjara 7 tujuh tahun dan denda sebesar Rp.1.000.000; satu juta Rupiah, atau apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 tiga bulan. Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009 Dari kasus di atas dapat dilihat bahwa hakim tidak memutus lepas dari segala tuntutan hukum terdakwa atas nama Herli Sulistiyono tersebut. Hakim menilai perintah atasan yang diperintahkan kepada terdakwa bukan lagi dalam lingkup tugas dan jabatannya, tetapi sudah di luar tugas dan jabatannya, apalagi perbuatan terdakwa bertentangan dengan undang-undang. Sebagai anggota Polri seharusnya bisa membedakan mana perintah tugas dengan perintah di luar tugas. Walaupun demikian hakim mempertimbangkan perintah atasan ke dalam hal-hal yang meringankan terdakwa. Dalam kasus ini, menurut pendapat penulis hakim sudah benar menerapkan hukum dengan menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Herli Sulistiyono. Sebab dalam Pasal 51 KUHP jelas disebutkan bahwa yang tidak boleh dipidana adalah perintah yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan. Sedangkan terdakwa Herli Sulistiyono melaksanakan perintah di luar tugas dan jabatannya, bahkan perbuatannya sudah melanggar Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

3. Putusan Pemidanaan