BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tindak pidana narkoba merupakan kejahatan, untuk itulah diperlukan perangkat Undang-Undang yang mengatur sanksi pidana bagi penyalahgunaan
narkoba, yaitu: Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Tujuan dibuatnya
Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika adalah untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkoba dan untuk memberantas peredaran gelap narkoba. Oleh sebab itu, semua rumusan delik dalam kedua Undang-Undang tersebut
di atas terfokus pada penyalahgunaan dan peredaran narkoba mulai dari penanaman, produksi, penyaluran, lalu lintas peredaran sampai ke
pemakainya, bukan pada kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana. Sanksi dan pemidanaannya pada kedua undang-undang tersebut bervariasi antara
lain: a.
Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok, pidana tambahan dan tindakan pengusiran.
b. Jenislamanya pidana bervariasi.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
c. Sanksi pidana pada umumnya kebanyakan diancamkan secara kumulatif
terutama penjara dan denda.
Yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkoba adalah:
a. Pertimbangan yang bersifat yudiris antara lain:
1. Dakwaan jaksa penuntut umum yang memuat identitas terdakwa,
uraian tindak pidana serta waktu dilakukan tindak pidana dan pasal yang dilanggar.
2. Keterangan saksi yaitu keterangan mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengan sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dan harus disampaikan dalam sidang pengadilan dengan mengangkat sumpah.
3. Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan di sidang tentang
perbuatan yang dilakukan atau yang dia ketahui sendiri atau yang dia alami sendiri.
4. Barang-barang bukti adalah semua benda yang dapat dikenakan
penyitaan dan yang diajukan oleh penuntut di persidangan. 5.
Pasal-pasal dalam undang-undang narkotika dan psikotropika. b.
Pertimbangan yang bersifat non yudiris ada 2 yaitu: 1.
Akibat perbuatan terdakwa. 2.
Kondisi diri terdakwa. c.
Hal-hal yang memberatkan dan meringankan pidana.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
2. Pidana adalah suatu perlindungan terhadap masyarakat dan pembalasan atas
perbuatan hukum. Ada 2 teori pemidanaan yaitu teori pembalasan dan teori tujuan. Kedua teori ini sama-sama memberikan sanksi pidanahukuman
terhadap penjahat atau pelanggar hukum, hanya sifat yang dimiliki antara kedua teori itu yang membedakannya. Berbeda dengan rancangan Undang-Undang
Hukum Pidana tahun 2006 menyebutkan tujuan pemidanaan bukan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia. Tujuan pemidanaan adalah
untuk mencegah, memasyarakatkan, menyelesaikan konflik dan membebaskan rasa bersalah pada terpidana. Masalah penjatuhan pidana terhadap seseorang
bukanlah hal yang mudah. Hakim selain harus mendasarkan diri pada peraturan perundang-undangan, tetapi harus memperhatikan perasaan dan pendapat umum
masyarakat. Putusan hakim sedapat mungkin harus mencerminkan kehendak perundang-undangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Putusan
pidana selain merupakan pemidanaan, tetapi juga menjadi dasar untuk memasyarakatkan kembali si terpidana, agar tidak melakukan kejahatan lagi
dikemudian hari sehingga bahaya terhadap masyarakat dapat dihindarkan. Tetapi, kenyataan dalam praktek peradilan, putusan hakim dalam perkara
narkoba sering membuat terpidana tidak merasa jera bahkan cenderung untuk mengulangi lagi perbuatannya. Hakim dalam menjatuhkan putusan belum
menerapkan batas maksimal yang diterapkan oleh undang-undang. Di samping hal-hal lain seperti ekonomi, dipengaruhi teman dan lain sebagainya.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
3. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya disparitas dalam penjatuhan pidana
untuk kasus narkoba adalah: a.
Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang tentang narkoba baik Undang-Undang No. 22 Tahun
1997 tentang Narkotika maupun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika memberi peluang untuk terjadinya disparitas pidana.
b. Bersumber pada diri hakim
Terjadinya disparitas pidana bisa disebabkan oleh karena hakim salah menerapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
narkoba. Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian hakim dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kualitas sumber daya hakim sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri
hakim, terutama yang berkaitan dengan sistem peradilan. c.
Keadaan-keadaan diri terdakwa Faktor-faktor seseorang melakukan kejahatan ada yang datangnya dari
dalam diri pelaku dan dari luar diri pelaku. Terjadinya disparitas terhadap pelaku tindak pidana narkoba tidak terlepas dari keadaan-keadaan yang
terdapat dalam diri pelaku. Dengan adanya disparitas pidana ini menyebabkan belum tercapainya rasa
keadilan dalam masyarakat. Tujuan hukum yang memberi kemanfaatan juga belum tercapai karena banyak pelaku tindak pidana narkoba mengulangi lagi perbuatannya.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
Kalau untuk kepastian hukum dengan dipidananya pelaku tindak pidana narkoba sudah memberi kepastian hukum bagi masyarakat, bahwa pelaku kejahatan harus
mendapat hukuman.
B. Saran