6. Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
7. Putusan-Putusan Pengadilan yang berkaitan dengan tindak pidana narkoba.
8. Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Buku-buku hukum. 2.
Bahan-bahan kuliah penemuan hukum. 3.
Artikel di jurnal hukum. 4.
Komentar-komentar atas putusan pengadilan. 5.
Tesis, disertasi hukum. 6.
Karya dari kalangan hukum yang ada hubungannya dengan penelitian ini. c.
Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang pada penelitian ini adalah: 1.
Kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia. 2.
Majalah-majalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini. 3.
Koran yang memuat tentang kasus narkoba dan putusan pengadilan tentang tindak Pidana Narkoba.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik secara studi kepustakaan berupa studi dokumen dan teknik pendukung lainnya yaitu
wawancara terhadap informan yaitu Hakim Pengadilan Negeri Medan, Petugas Lembaga Pemasyarakatan, Kepolisian, Terpidana, dan Keluarga.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
4. Analisis
Pada penelitian hukum normatif, pengolahan bahan hakikatnya kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti
membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis bahan dalam penelitian ini adalah:
a. Memilih pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang
narkoba dan penegakan hukum. b.
Membuat sistematik dari Pasal-Pasal tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu yang selaras dengan penegakan hukum terhadap
penyalahgunaan narkoba. c.
Bahan yang berupa peraturan perundang-undangan ini dianalisis secara kualitatif, dengan menggunakan logika berfikir dalam menarik kesimpulan
secara metode deduktif, yaitu kerangka pemikiran diarahkan kepada aspek- aspek normatif yang terkandung dalam hukum positif. Sehingga hasil dari
analisis ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam tulisan ini.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
BAB II DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMBUAT PUTUSAN
TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA
A. Aturan Hukum Tindak Pidana Narkoba
Tindak Pidana Narkoba diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Sebelum membahas aturan hukum tindak pidana narkotika terlebih dahulu perlu dijelaskan penggolongan narkotika. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22
tahun 1997 Narkotika digolongkan menjadi 3 tiga golongan yaitu:
129
4. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
5. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi danatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mengakibatkan potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. 6.
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
129
Lihat penjelasan Pasal 22 Tahun 1997.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
Narkotika golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan
lainnya.
130
Yang termasuk narkotika golongan I adalah: 3.
Tanaman papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
4. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman
Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
5. Opium masak terdiri dari:
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan
pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi
suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah
candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain. c.
jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing. 4.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaccac termasuk buah dan bijinya.
5. Daun koka daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk
dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaccac yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.
6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat
diolah secara langsung untuk mendapatkan kokain. 7.
Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina. 8.
Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman
ganja termasuk damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
10. Delta 9 tetrahydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya.
11. Asetorfina: 3-0-acetiltetrahidro-7a-1-hidroksi- 1-metilbutil-6, 14-endoeteno-
oripavina. 12.
Acetil-alfa-metilfentanil: N-[1-a-metilfenetil-4- piperidil] asetanilida 13.
Alfa-metilfentanil: N-[1a-metilfenetil-4- piperidil] propionanilida 14.
Alfa-metiltiofentanil: N-[1-]1-metil-2-2-tienil etil]-4-piperidil] propionanilida 15.
Beta-hidroksifentanil: N-[1-betahidroksientil-4-4 piperidil] propionanilida
130
Lihat Pasal 5 UU No. 22 Tahun 1997.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
16. Beta-hidroksi-3-metilfentanil:
-[1[beta-hidroksifenetil-3-metil-4-fentanil piperidil] propionanilida
17. Desomorfina: dihidrodeoksimorfina
18. 18. Etorfina:tetrahidro-7a-1-hidroksi-1- metilbutil-6, 14-endoeteno-oripavina
19. Heroina: diacetilmorfina
20. Ketobemidona: 4-metahidroksifenil-1-metil-4 propionilpiperidina
21. 3-metilfentanil: N-3-metil-1-fenetil-4- piperidilpropionanilida
22. 3-metiltiofentanil: N-[3-metil-1-[2-2-tienil etil]-4-piperidil] propionanilida
23. MPPP: 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat ester
24. Para-fluorofentanil: 4-fluoru-N--1-fenetil-4- piperidil propionanilid
25. PEPAP: 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinol asetat ester0
26. Tiofentanil: N-[1-[2-2-tieniletil]-4-piperidil] propionanilida.
Yang termasuk Narkotika golongan II yaitu: 1.
Alfasetilmetadol; Alfa -3-asetoksi-6-dimetil amino- 4,4-difenilheptana 2.
Alfameprodina; Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4- propionoksipiperidina 3.
Alfametadol; Alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3- heptanol 4.
Alfaprodina; Alfa-1,3-dimetil-4-fenil-4- propionoksipiperidina 5.
Alfentanil; N-[1-[2-4-etil-4,5-dihidro-5-okso-1H- tetrazol-1-iletil]- 4metolsimetil-4-piperinidil-N-fenilpropanamida
6. 6. Allipronida: 3-allil-1-metil-4-fenil-4propionoksipiperinida
7. Anileridina: asam-1-para-aminofenetil-4-fenilpi peridina-4-karboksilat etil ester
8. Asetilmetadol: 3-asetiksi-6dimetilamino-4-4-defenilheptana
9. Benzetidin: Asam 1-2-benzilosietil-4-fenilpoperidina-4-karboksilat etil ester.
10. Benzilmorfina: 3-benzilmorfina
11. Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
12. Betametadol : beta-6-dimetilamino-4-4-definil-3-heptanol
13. Betaprodina : beta-1, 3-metil-4-fenil-4-propionoksipepiridina
14. Betasetilmetadol : beta-3-asetoksi-6dimentilamino-4, 4-dipenilheptana
15. Beziltramida ; 1-3-siano-3, 3-defenilpropil-4-2-okso-3-propionil-1-benzimida
zolinil-piperidina 16.
Dekstromoramida : +-4-[2-metil-4-okso-3, 3-defenil-4-1-piolidina butyl- morfolina
17. Diampromida : N-[2-metilfenetilamino-propil] propionanilida
18. dietiltiambutena : 3-dietilamino-1, 1-di-92-tienil-1-1-butena
19. difenosilat ; asam-1-3-siano-3, 3-difenilpropil-4-penilpiperidina-4-
karboksilat etil ester 20.
Difenoksin : asam-1-3-siano-3, 3difenilpropil-4-fenilisopekotik 21.
Dihidroprifina 22.
Dimefeptanol ; 6-dimetilamino-4, 4-definil-3-heptanol 23.
Dimenoksadol ; 2-dimentilaminoetil-1-etokso-1, 1-difenilasetat
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
24. Dimetiltiambutena ; 3-dimetilamino-1, 1-di-2-teinil-1-butena
25. Dioksafetil butirat ; etil-4-morfolino-2, 2-definilbutirat
26. Dipipanona ; 4-, 4-difenil-6-piperdina-3-heptanona
27. Drotebanol : 3, 4-dimetiksi-17-metilmorfina-6b, 14-diol
28. Eksgonina, termasuk ester dan deviratnya yang setara dengan ekgonina dan
kokaina. 29.
Erilmetiltiambutena : 3-etilmetilamino-1, 1-di-92-tienil-1-butena. 30.
Etokseridina : asam 1-[2[92-hidrosietoksi0-etil]-4-fenipiperidina-4- karboksilateil ester
31. Etinitazena ; 1-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil-5-niteobenzimedazol
32. Furetidina : asam 1--2-tetrahidrifurfurit loksietil-4-penilpiperidina-4-
karboksilat etil ester 33.
Hidrokodona : dihidrokodeinona 34.
Hidroksipetidina : asam-4-meta-hidroksifenil-1-1 metilpiperidina-4-karboksilat etil ester
35. Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina
36. Hidromorfona : dihidromorfinona
37. Isometadona : 6-dimetilamino-5-metil-4, 4-difeni-3-heksanona
38. Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-definul-3-heptanona
39. Fenampromida : N-1-metil-2-piperidinoetil-propionanilida
40. Fenozosina : 2-hidroksi-5, 9-metil-2-finetil-6, 6-benzomorfan
41. Fenomorfan : 3-hidroksi-N-fenetilmorfina
42. Fenoperidina : asam-1-3-hidroksi-3-fenilpropil-4-fenipiperidina-4-
karboksilat etil ester 43.
Fentanil ; 1-fenetil-4-N-propionilpiperidina 44.
Klonitazena : 2-para-klobenzil-1-dietilaminoetil-5-nitrobenzimidazol 45.
Kodoksima : dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima 46.
Levofenasilmorfan : 1,-hidroksi-N-fensilmorfinan 47.
Levomoramida : --4-[2-metil-4-okso-3, 3-difenil-41-pirolidinil butyl merfolina
48. Levometorfan : --3-hidroksi-N-metilorfinan
49. Levorfanol : --3-hidroksi-N-metiforfinan
50. Metadona : 6-dimetilamino-4, 4-defenil-3-heptanona
51. Merdona intermediat : 4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenil butane
52. Metazosina : 2-hidroksi-2, 5, 9-trimetil-6, 7-benzomorfan
53. Metildesorfina : 6-metil-delta-6-deoksimorfina
54. Metilhidromorfina : 6-metildihidromorfinona
55. Metopon : 5-metildihidromorfinona
56. Mirofina : mutristilbenzilmorfina
57. Moramida intermediat : asam 2-metil-3-morfolina-1, 1-difenipropana karboksilat
58. Morferidina : asam 1-2-morfolionetil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil
ester 59.
Morfina-N-oksida
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
60. Morfin matabromida dan turunan morfina nitrogen pentafelent lainnya termasuk
bagian turunan morfina N-oksida, salah satunya kodeina-n-oksida. 61.
Morfina 62.
Nikomorfina : 3,6-dinikotinilmorfina
63. Norasimetadol
: +-alfa-3-asetoksi-6-metilamino-4, 4-difenilheptona 64.
Norlevorfanol : --3-hidroksimorfinan
65. Normetadona
: 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heksanona 66.
Normorfina : dimetilmorfina atau N-dementil tedmorfina
67. Norpipanona
: 4, 4-definel-6-piperidino-3-heksanona 68.
Oksikodina : 14-hidrosidihidrokodeinona
69. Osimorfona
: 14-hodroksidihidromorfinona 70.
Opium 71.
Petidina intermediat A : 4-siano-1-metil-fenilpiperidina 72.
Petidina intermediat B : asam 4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester 73.
Petidina intermediat C : asam-1-metil-4-fenilpoperidina-4-karboksilat 74.
Petidina : asam-1-metil4-genilpiperidina-4-karboksilat etil ester 75.
Pimonodina : asam 4-fenil-1-93-fenilamino propel-piperidina-4-karboksilat etil ester
76. Piritamida
: asam
1—3-siano-3, 3
difenilpropil-41-piperidino- piperdina-4-karboksilat amina
77. Proheptasina
: 1,3-metil-fenil-4-propionolsizasiklo heptana 78.
Properidina : asam 1-metil-4-fenilpiperodina-4-karboksilat iso propel ester.
79. rasemetorfan
: +-3-metoksi-N-metilmorfinan 80.
Rasemoramida : +-4-{2-metil-4-okso-3, 3-difenil-4 -1-pirolidina
81. Rasemorfan
: +-4-{2-metil-4-okso-3, 3-difenil-4 -1-pirolidina 82.
Sufentanil :N-4-metoksimetil-1[2-2-tienil-etil-4-piperidil]
propiononalida. 83.
Tabaina 84.
Tabakon : asetilidihodrokodeinona
85. Tilinida
: +-etil-trans-2-demetilaminl-1-fenil-3sikloheksana-I-
karboksilat. 86.
Trimeperina : 1,2,5-trimetil-4-fenilpropionool.
Yang termasuk narkotika golongan III adalah : 1.
Asetilidohodrokkodeina 2.
Dekstropropoksideina :
a-+-deimetilamino-1,2-defenil-3-mmetil-2-butanol propional
3. Dihidrokodeina
4. Etilmorfina
: 3-etil morfina 5.
Kodeina : 3-etil morina
6. Nikodikodina
: 6-nikotiniljidrokedeina 7.
Nikokodina : 6-nikonilkodeina
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
8. Norkoeina
: N-demetikkodeina 9.
Polkodina : morfonliniletilmofrina
10. Propiram
: N-1-metil-2-piperlainoetil-N-2-pridilpropionammida 11.
Garam–garam dari narkotika golongan tersbut di atas 12.
campuran atau sediaan opium dengan bahan lain bukan narkotika 13.
campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika 14.
campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika. Demikian pembagian golongan narkotika berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997. Perbuatan-perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana narkotika dapat
dilihat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sebagai berikut:
1. Mmenanam, memelihara, mempunyai dalam persediaan, memiliki, menyimpan,
atau menguasai narkotika golongan I dalam bentuk tanaman atau bukan tanaman tanpa hak dan melawan hukum Pasal 78.
2. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau menguasai
narkotika golongan II dan golongan III tanpa hak dan melawan hukum Pasal 79. 3.
Memproduksi, mengolah,
mengekstraksi, mengkonversi,
merakit, atau
menyediakan narkotika Golongan I, II, dan III tanpa hak dan melawan hukum Pasal 80.
4. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika Golongan I, II dan
III tanpa hak melawan hukum Pasal 81. 5.
Mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
menukar narkotika Golongan I, II dan III tanpa hak dan melawan hukum Pasal 82.
6. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 78 sampai dengan Pasal 82 Pasal 83. 7.
Menggunakan narkotika terhadap orang lain atau memberikan narkotika untuk digunakan orang lain tanpa hak dan melawan hukum Pasal 84.
8. Menggunakan narkotika untuk diri sendiri tanpa hak dan melawan hukum Pasal
85. 9.
Orang tuawali pecandu belum cukup umur yang sengaja tidak dilapor Pasal 86. 10.
Pecandu sudah cukup umur atau keluarganya orang tuawali yang sengaja tidak dilapor Pasal 88.
11. Menggunakan anak belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana narkotika
Pasal 87. 12.
Pengurus pabrik obat yang tidak melaksanakan kewajiban menurut Pasal 41 dan 42, yaitu tidak mencatumkan label pada kemasan narkotika dan mempublikasikan
narkotika di luar media cetak ilmiah kedokteranfarmasi Pasal 89. 13.
Menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di pengadilan Pasal 92.
14. Nahkoda atau kapten penerbang yang tanpa hak melawan hukum tidak
melaksanakan ketentuan Pasal 24 dan Pasal 25, antara lain tidak membuat berita acara muatan narkotika, tidak melapor adanya muatan narkotika kepada Kepala
Kantor Pabean setempat Pasal 93.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
15. Penyidik PPNSPolri yang secara melawan hukum tidak melaksanakan
ketentuan Pasal 69 dan 71, antara lain tidak melakukan penyegelan dan pembuatan berita acara penyitaan; tidak memberi tahu atau menyerahkan barang
sitaan; tidak memusnahkan tanaman narkotika yang ditemukan Pasal 94. 16.
Saksi yang yang memberi keterangan tidak benar di muka sidang pengadilan Pasal 95.
17. Melakukan tindak pidana narkotika di wilayah Indonesia Pasal 97.
Perbuatan-perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana psikotropika dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 sebagai berikut:
1. Perbuatan menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimpor, memiliki,
menyimpan, membawa, mengangkut, mengekspor, mencantumkan label dan mengiklankan psikotropika yang bertentangan dengan ketentuan undang-undang
Pasal 59 sampai dengan Pasal 63. 2.
Perbuatan menghalangi
upaya pengobatanperawatan
penderita dan
penyelenggaraan fasilitas rehabilitasi tanpa izin Pasal 64. 3.
Perbuatan tidak melaporkan adanya penyalahgunaanpemilikan psikotropika secara tidak sah Pasal 64.
4. Mengungkapkan identitas pelapor dalam perkara psikotropika Pasal 66.
5. Percobaanpembantuan Pasal 69 dan permufakatan jahat melakukan tindak
pidana psikotropika Pasal 71. 6.
Menggunakan anak belum 18 delapan belas tahun dalam melakukan tindak pidana psikotropika Pasal 72.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
Subjek tindak pidana yang dapat dipidana menurut kedua Undang-Undang Narkoba di atas dapat berupa orang perorangan maupun korporasi. Namun
di samping itu, ada pula subyek yang bersifat khusus, yaitu pimpinan rumah sakitpuskesmasbalai pengobatan, apoteker, dokter, lembaga ilmu pengetahuan,
pimpinan pabrik obat dan pimpinan pedagang besar farmasi Pasal 99 Undang- Undang Narkotika; Pasal 14 jo. Pasal 60 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang
Psikotropika. Tujuan dibuatnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika adalah: 1.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotikapsikotropika, dan 2.
Memberantas peredaran gelap narkotikapsikotropika. Oleh sebab itu, semua rumusan delik dalam kedua undang-undang tersebut
di atas terfokus pada penyalagunaan dan peredaran narkoba mulai dari penanaman, produksi, penyaluran, lalu lintas perederan sampai ke pemakaiannya, bukan pada
kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana. Menurut pengamatan penulis, putusan hakim belum sepenuhnya menjatuhkan
pidana sesuai dengan yang diancamkan oleh Undang-Undang Narkoba. Malah terkesan hukuman yang dijatuhkan sangat ringan.
Sanksi pidana dan pemidanaanya baik dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 maupun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 bervariasi antara lain:
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
1. Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok denda, kurungan, penjara dalam waktu
tertentuseumur hidup, dan pidana mati, pidana tambahan pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu, dan tindak pengusiran bagi warga negara asing;
2. Jumlahlamanya pidana bervariasi: untuk denda berkisar antara Rp. 20.000.000,00
dua puluh juta rupiah sampai Rp.5.000.000.000,00 lima miliar rupiah untuk tindak pidana psikotropika, dan antara Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah sampai
Rp. 7.000.000.000,00 tujuh milyar rupiah untuk tindak pidana narkotika; untuk pidana penjara berkisara antara 3 tiga bulan sampai 20 dua puluh tahun dan
seumur hidup. 3.
Sanksi pidana pada umumnya kebanyakan diancamkan secara kumulatif terutama penjara dan denda. Perumusan kumulasi yang paling banyak adalah
antara pidana penjara dan denda yang cukup besar ratusan juta dan ada yang milaran rupiah. Hal ini pun dikhawatirkan tidak efektif dan dapat menimbulkan
masalah, karena ada ketentuan bahwa apabila denda tidak dibayarkan, dikenakan pidana kurungan pengganti denda menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku Pasal 100 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997. Ini berarti berlaku ketentuan umum dalam KUHP Pasal 30, bahwa maksimum pidana kurungan
pengganti adalah 6 enam bulan atau dapat menjadi makimum 8 delapan bulan apabila ada pemberatan recidiveconcursus. Dengan demikian, kemungkinan
besar ancaman pidana denda yang sangat besar itu tidak akan efektif, karena kalau tidak dibayarkan, paling-paling hanya terkena pidana kurungan pengganti denda
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
itu mungkin tidak mempunyai pengaruh karena sekiranya terpidana membayar denda, ia pun tetap menjalani pidana penjara yang dijatuhkan secara kumulasi.
4. Untuk tindak pidana tertentu ada yang diancamkan dengan pidana minimal
khusus penjara maupun denda. 5.
Adanya pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan pemufakatan jahat, dilakukan secara organisasi, dilakukan oleh korporasi,
dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur, dan apabila ada pengulangan recidive.
6. Menurut Undang-Undang Psikotropika Pasal 69, percobaan atau perbantuan
melakukan tindak pidana dipidana sama dengan melakukan tindak pidana, dan menurut Undang-Undang Narkotika Pasal 83, percobaan atau pemufakatan jahat
dipidana sama dengan melakukan tindak pidana.
B. Tugas dan Kewajiban Hakim
Menurut KUHAP dalam Pasal 1 ayat 8 Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
Sebagai penegak hukum, hakim mempunyai tugas pokok di bidang judisial, yaitu menerima, memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya. Dalam mengemban tugas penegakan hukum dan keadilan, hakim mempunyai kewajiban-kewajiban berat yang harus ditunaikan demi
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
tercapainya tujuan yang ditentukan yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur
131
. Lebih lanjut tugas hakim dapat dibedakan menjadi tugas hakim secara normatif dan
tugas hakim secara konkrit dalam mengadili suatu perkara. Tugas hakim secara normatif diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 yaitu: 1.
Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang Pasal 5 ayat 1.
2. Membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan Pasal 5 ayat 2.
3. Tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara
yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya Pasal 16 ayat 1.
4. Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada lembaga
negara dan lembaga pemerintahan apabila diminta Pasal 27 ayat 1. 5.
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat Pasal 28 ayat 1.
6. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan
pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa Pasal 28 ayat 2.
131
Rusli Muhammad, Op.Cit. hal. 49.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
Di samping tugas hakim secara normatif, hakim juga mempunyai tugas secara konkrit dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara melalui tindakan secara
bertahap yaitu: 1.
Mengkonstatir yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa konkrit. Hakim harus mengkonstatir peristiwa konkrit yang disengketakan. Untuk dapat
mengkonstatir peristiwa konkrit, peristiwa konkrit itu harus dibuktikan lebih dahulu. Tanpa pembuktian hakim tidak boleh mengkonstatir atau menyatakan
suatu peristiwa konkrit itu benar-benar terjadi. Mengkonstatir berarti menyatakan benar terjadinya suatu peristiwa konkrit.
2. Mengkualifisir yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa hukumnya. Hakim
menilai peristiwa yang telah dianggap benar-benar terjadi itu termasuk dalam hubungan hukum yang mana. Mengkualifisir adalah kegiatan untuk mencari dan
menemukan hukumnya atau undang-undangnya untuk dapat diterapkan pada peristiwa konkrit, peristiwa konkrit itu harus diarahkan kepada undang-
undangnya, sebaliknya undang-undangnya harus disesuaikan dengan peristiwanya yang konkrit.
3. Mengkonstituir atau memberikan konstitusinya, yaitu hakim menetapkan
hukumnya dan memberi keadilan kepada para pihak yang bersangkutan. Di sini hakim mengambil kesimpulan dari adanya premis mayor peraturan hukumnya
dan premis minor peristiwanya. Dalam memberikan putusan, hakim perlu memperhatikan faktor yang seharusnya diterapkan secara proporsional yaitu
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
Sebagai salah satu pilar untuk menegakkan hukum dan keadilan, hakim mempunyai peranan menentukan sehingga kedudukannya dijamin undang-undang.
Dengan demikian, diharapkan tidak adanya direktivacampur tangan dari pihak manapun terhadap para hakim ketika sedang menangani perkara
132
. Namun dalam kenyataannya hakim dalam menangani suatu perkara sering dipengaruhi oleh pihak
lain. Dalam membuat suatu putusan terhadap perkara narkoba banyak dipengaruhi oleh pihak yang berkepentingan tetapi kita tetap pada aturan yang ada. Tidak boleh
terpengaruh terhadap intervensi.
133
Hakim dalam usaha penerapan hukum demi keadilan di persidangan harus menyadari tanggung jawabnya sehingga bila ia bertindak dan berbuat tidaklah
sekedar menerima, memeriksa kemudian menjatuhkan putusan, melainkan keseluruhan perbuatan itu diarahkan guna mewujudkan Keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang maha Esa. Inilah yang harus diwujudkan oleh hakim dalam sidang pengadilan yang sekaligus sebagai realisasi dari tanggung jawabnya.
Sebelum memangku jabatannya hakim wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya. Adapun bunyi sumpah atau janji itu menurut Pasal 30 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah sebagai berikut:
132
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya, Bandung: Alumni, 2007, hal. 75.
133
Hasil wawancara dengan Bapak Pratondo, Hakim pada Pengadilan Negeri Medan tanggal 27 Januari 2009.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
Sumpah: “
Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban hakim dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta berbakti kepada nusa dan bangsa”.
Janji: “
Saya berjanji bahwa saya dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban hakim dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta berbakti kepada nusa dan bangsa”.
Hakim akan tetap bekerja dan berusaha untuk mewujudkan keadilan meskipun kasus yang dihadapi tidak ada hukumnya. Bila menemukan kasus yang tidak ada
hukumnya, hakim berusaha mencari dengan menggali dan menemukan hukumnya dengan bersandarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Hal ini harus
dilakukan sebab sudah merupakan suatu kewajiban menurut undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 Tahun 2004 dalam Pasal 28 disebutkan:
1 Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
2 Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memerhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.
C. Bentuk-Bentuk Putusan Hakim
Putusan pengadilan atau yang biasa disebut dengan putusan hakim sangat diperlukan untuk menyelesaikan suatu perkara pidana. Dengan adanya putusan hakim
diharapkan para pihak dalam perkara khususnya terdakwa dapat memperoleh kepastian hukum tentang statusnya sekaligus dapat mempersiapkan langkah
berikutnya antara lain menerima putusan, melakukan upaya hukum banding, kasasi, grasi dan sebagainya.
Menurut Rusli Muhammad putusan pengadilan merupakan output suatu proses peradilan di sidang pengadilan yang meliputi proses pemeriksaan saksi-saksi,
pemeriksaan terdakwa, pemeriksaan barang bukti. Ketika proses pembuktian dinyatakan selesai oleh hakim, tiba saatnya hakim mengambil keputusan.
134
Pasal 1 butir 11 KUHAP menyatakan: Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Ada 3 bentuk putusan pengadilan yang diatur dalam KUHAP pada Pasal 191 dan Pasal 193 yaitu:
134
Rusli Muhammad, Op.Cit. hal. 115.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
1. Putusan Bebas
Putusan bebas adalah putusan yang dijatuhkan hakim kepada terdakwa apabila dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Hal ini diatur dalam Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Pada asasnya, esensi putusan bebas terjadi karena terdakwa
dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan JaksaPenuntut Umum dalam surat dakwaan.
135
Dakwaan tidak terbukti diatur dalam Pasal 183 KUHAP yang menyebutkan “
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Pasal ini memberi penjelasan bahwa adanya dua alat bukti yang sah belum cukup bagi hakim untuk menjatuhkan pidana akan tetapi dari dua alat bukti yang sah
itu hakim juga memperoleh keyakinan bahwa telah terjadi tindak pidana dan terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut.
Menurut Martiman Prodjohamidjojo dakwaan tidak terbukti berarti bahwa apa yang diisyaratkan oleh Pasal 183 KUHAP tidak dipenuhi, yaitu karena:
136
135
Lilik Mulyadi, Op.Cit. hal. 217.
136
Martiman Prodjohamidjojo, Putusan Pengadilan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hal. 15.
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
a. Tiadanya sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, yang disebut oleh Pasal
184 KUHAP, jadi, misalnya hanya ada satu saksi saja, tanpa diteguhkan dengan bukti lain.
b. Meskipun terdapat dua alat bukti yang sah, akan tetapi hakim tidak mempunyai
keyakinan atas kesalahan terdakwa, misalnya terdapat dua keterangan saksi, akan tetapi hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa.
c. Jika salah satu atau lebih unsur tidak terbukti.
Mengenai alat bukti diatur dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP yaitu: Alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi.
b. Keterangan ahli.
c. Surat.
d. Petunjuk.
e. Keterangan terdakwa.
Sesuai hasil wawancara penulis dengan Penyidik Sat Narkoba Poltabes MS, untuk kasus narkoba yang dilimpahkan ke PN Medan biasanya dikenai pidana.
Sedangkan untuk penangguhan penahanan tidak diberikan kepada tersangka menurut kesepakatan hukum walaupun hukum mengatur tidak semua kasus harus ditahan
karena penahanan mempunyai alasan yaitu untuk menimbulkan efek jera dan tidak
Agustina Wati Nainggolan : Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2009
mengulangi perbuatannya karena penyalahgunaan narkoba terutama pemakai sudah kecanduan dan untuk mengulangi perbuatannya lebih besar keinginannya.
137
2. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum