11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan Nelayan
Masyarakat yang berada di kawasan pesisir menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka
menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang membutuhkan investasi besar dan sangat bergantung musim. Sebagian besar dari
mereka bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil karena memiliki kemampuan investasi terbatas. Nelayan kecil
hanya mampu memanfaatkan sumberdaya di daerah pesisir dengan hasil tangkapan yang cenderung terus menurun akibat persaingan dengan kapal besar
dan penurunan mutu sumberdaya pantai. Hasil tangkapan juga mudah rusak sehingga melemahkan posisi tawar mereka dalam transaksi penjualan. Selain itu,
pola hubungan eksploitatif antara pemilik modal dengan buruh dan nelayan, serta usaha nelayan yang bersifat musiman dan tidak menentu menyebabkan
masyarakat miskin di kawasan pesisir cenderung sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan dan belitan utang pedagang atau pemilik kapal Febrianto Rahardjo,
2005. Menurut UU No. 6 Tahun 1964, pengertian nelayan dibedakan menjadi
dua, yaitu nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau
perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan. Nelayan penggarap
Universitas Sumatera Utara
12
adalah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tangannya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut.
Lebih lanjut Retnowati 2011 mengemukakan bahwa nelayan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Nelayan pemilik adalah orang atau perseorangan yang melakukan usaha penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapalperahu danatau
alat tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan. 2. Nelayan penggarap adalah seseorang yang menyediakan tenaganya atau
bekerja untuk melakukan penangkapan ikan yang pada umumnya membentuk satu kesatuan dengan yang lainnya dengan mendapatkan upah
berdasarkan bagi hasil penjualan ikan hasil tangkapan. 3. Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya
melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang sederhana.
4. Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional hanya saja dengan adanya modernisasimotorisasi perahu dan alat tangkap mereka
tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu tradisional melainkan menggunakan diesel atau motor.
5. Nelayan gendong adalah nelayan yang dalam keadaan senyatanya dia tidak melakukan penangkapan ikan karena kapal tidak dilengkapi dengan alat
tangkap melainkan berangkat dengan membawa modal dari juragan yang akan digunakan untuk membeli ikan di tengah laut kemudian akan dijual
kembali.
Universitas Sumatera Utara
13
Secara garis besar nelayan dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu nelayan kecil dan nelayan besar. Nelayan kecil dicirikan dengan masih
rendahnya teknologi pada alat tangkap dan armada yang digunakan. Secara kultural, masyarakat nelayan kecil masih berorientasi subsisten. Kondisi ini sangat
berbeda jauh dengan nelayan besar yang telah menggunakan teknologi modern pada alat tangkap maupun armadanya. Nelayan besar sudah tidak lagi berada pada
kondisi subsisten namun telah berada pada tingkat komersialis lanjut. Karakteristik lain yang bisa dilihat pada penggunaan tenaga kerja. Nelayan kecil
lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga, sedangkan nelayan besar telah mempekerjakan tenaga buruh upahan dengan jumlah yang besar
Mubyarto, dkk., 1984; Satria, 2001. Menurut Retnowati 2011, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Namun, menurut ILO
1977 dalam penelitian Agunggunanto 2011, kebutuhan dasar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, kebutuhan dasar yang diperlukan
sekali untuk mempertahankan hidupnya, yaitu tercukupinya makanan, perumahan dan pakaian, seperti peralatan dan perlengkapan rumah tangga. Kedua, kebutuhan
lainnya termasuk penyediaan pelayanan utama yang diberikan untuk masyarakat seperti air minum, sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas
pendidikan dan budaya. Menurut Kornita dan Yusuf 2009, karakteristik keluarga miskin biasanya diwarnai pendidikan yang relatif rendah, karena terjadi semacam
vircius cycle atau lingkaran setan. Pendidikan yang rendah akan memiliki
Universitas Sumatera Utara
14
pekerjaan yang rendah dan tentunya memperoleh pendapatan yang rendah pula, kemampuan membiayai pendidikan rendah dan seterusnya.
Permasalahan utama yang dominan dihadapi oleh keluarga nelayan adalah masalah kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam mengelola sumberdaya keuangan keluarga, manajeman alokasi waktu dan pekerjaan yang kurang efisien, keterampilan pengolahan hasil
perikanan yang masih terbatas, dan rendahnya posisi tawar menawar bargaining power position bagi nelayan kecil yang dikarenakan lemahnya sistem
kelembagaan dan keterampilan berorganisasi Puspitawati 2013. Prasetyo 2004 dalam Puspitawati 2013 membuktikan bahwa keluarga nelayan masih
mempunyai kemampuan yang rendah dalam mengelola keuangan keluarga yang dibuktikan dengan rendahnya perencanaan keuangan dan rendahnya pelaksanaan
strategi penghematan pengeluaran terutama pada saat musim melaut dan sedikit melakukan strategi penambahan pendapatan keluarga.
Menurut Widodo 2011, umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang membutuhkan investasi besar
dan sangat bergantung pada musim. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil karena
memiliki kemampuan investasi terbatas. Nelayan kecil hanya mampu memanfaatkan sumberdaya di daerah pesisir dengan hasil tangkapan yang
cenderung terus menurun akibat persaingan dengan kapal besar. Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2006 dalam
Retnowati 2011, sebab-sebab pokok yang menimbulkan kemiskinan pada nelayan adalah:
Universitas Sumatera Utara
15
a. Belum adanya kebijakan, strategi dan implementasi program pembangunan kawasan pesisir dan masyarakat nelayan yang terpadu di
antara para pemangku kepentingan pembangunan. b. Adanya inkonsistensi kuantitas produksi hasil tangkapan, sehingga
keberlanjutan aktivitas sosial ekonomi perikanan di desa-desa nelayan terganggu.
c. Masalah isolasi geografis desa nelayan sehingga menyulitkan keluar- masuk arus barang, jasa, kapital, dan manusia, yang mengganggu
mobilitas sosial ekonomi. d. Adanya keterbatasan modal usaha atau modal investasi, sehingga
menyulitkan nelayan meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya. e. Adanya relasi sosial ekonomi yang “eksploitatif” dengan pemilik
perahu, pedagang perantara tengkulak, atau pengusaha perikanan dalam kehidupan masyarakat nelayan.
f. Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, sehingga berdampak negatif terhadap upaya peningkatan skala usaha dan
perbaikan kualitas mereka.
Berdasarkan pemaparan penyebab kemiskinan yang dikemukakan oleh Retnowati 2011, kemiskinan nelayan sesuai dengan kemiskinan yang
dikemukakan oleh Sajogyo yaitu kemiskinan akibat adanya eksploitasi dari adanya hubungan patron-client.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2 Faktor- faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan