Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

(1)

LAMPIRAN

Gambar 2 : Perahu nelayan mendarat


(2)

Gambar 4 : Istri-istri nelayan bekerja pada toke nelayan memilih ikan teri


(3)

Gambar 6 : Ibu Saniyem berjualan makanan di daerah tempat tinggalnya


(4)

Gambar 8 : Seorang anak perempuan bekerja mengopek udang lipan untuk dijual


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agunggunanto EY. 2011. Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan Kasus di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 4 Januari 2016]; Vol. I, No.

1: 50-58. Dapat diunduh dari:

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/dinamika_pembangunan/article/down load/1658/ 1432

Alfian Helmi dan Arif Satria. (2012). Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis. Jurnal. Makara, Sosial Humaniora. Vol. 16 No. 1: 68-78.

Allison, E.H., Ellis, F. (2001). The livelihoods approach and management of small-scale fishers. Marine policy, 25, 377-388.

Andriati, R. (1992). Peranan wanita dalam pengembangan perekonomian rumah tangga nelayan pantai di surabaya (studi kasus: kejawan lor, kelurahan kenjeran, kecamatan kenjeran, kotamadya surbaya). Thesis magister Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Arkatut R. 2013. Strategi Istri Nelayan dalam Menunjang Penghasilan Keluarga di Dusun Merpati Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 2 Januari 2016]; Vol II, No. 2: 1-12. Dapat diunduh dari:

http://jurnalnasional.ciki.me/index.php/sostri/article/download/385/363 Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencan


(6)

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Bandung: Kencana Prenada Media Group

Crane T.A., Roncoli C., & Hoogenboom G. (2011). Adaptation to climate change and climate variability: the importance of understanding agriculture as performance. Wageningen Journal of Life Science, 57, 179-185.

Coulthard, S. (2008). Adaptation to environmental change in artisanal fiheries-insight from south indian lagoon. Global Environmental Change, 18, 479-489.

Denrich, Suryadi. 2004. Gambaran Konflik Emosional Dalam Menentukan Prioritas Peran Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi Arkhe 1 (Januari, 2004) hal.12 [diakses tanggal 23 April 2016]

Ikhwanul, Purba R, dkk. 2014. Peran Ibu Rumah Tangga Nelayan dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian Keluarga di Kelurahan Bitung Karang Ria Kecamatan Tuminting Kota Manado. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 15 Januari 2016]; Vol. III, No. 4. Dapat diunduh dari: http://journal.Acta.Diurna.ac.id

[ILO] Internatinal Labour Organitation. 2004. Seri Rekomendasi Kebijakan: Kerja Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 2003. [Internet]. [dikutip tanggal 6 Juni 2016]. Jakarta [ID]: ILO. Dapat diunduh dari: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_125243.pdf

Karlita, Nanda. Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Daerah Pesisir (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten). Skripsi. [dikutip tanggal 24 Juni 2016].


(7)

Kornita SE, Yusuf Y. Strategi Bertahan Hidup (Life Survival Strategy) Penduduk Miskin Kelurahan Batu Teritip Kecamatan Sungai Sembilan. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 5 Juni 2016]. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/download/823/816

Kristianti, Kusai, Bathara L. 2014. Strategi Bertahan Hidup Nelayan Buruh di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 3 Juni 2016]; Vol. XLII, No. 1: 62-68.

Dapat diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JT/article/viewFile/2150/2116

Kusnadi. (2000). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press.

Kusnadi. (2002). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung.

Narayan, D. (1999). Bonds and Bridges; Social Capital and Poverty. Washington DC: World Bank.

Raodah. 2010. Peran Isteri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. [Internet]. Vol. 19, No. 2. Dapat diunduh dari: http://jurnal.Al-Qalam.ac.id [diakses tanggal 20 Desember 2015]

Retnowati E. 2011. Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural (Perspektif Sosial, Ekonomi, dan Hukum). [Internet]. Jurnal. Vol. XVI,

No. 3: 149-159. Dapat dikutip dari: http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20120708131038258 7/12.pdf [diakses


(8)

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Saputri, Dini. 2012. Peran Perempuan Nelayan dalam Produksi dan Distribusi Hasil Laut Kasus di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. [Internet]. Skripsi. Dapat diunduh di http://repository.usu.ac.id [diakses pada 16 Maret 2016]

Skoufias, E., Lunde, T., & Patrinos, H. (2010). Social Networks Among Indigenous Peoples in Mexico. Latin American Research Review, 45(2). Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan.

Yogyakarta: Kanisius

Torkelsson, S. (2007). Resources, Not Capital: A Case Study of the Gendered Distribution and Productivity of Social Network Ties in Rural Ethiopia. Rural Sociology, 72 (4), 583-607.

Wahyono, A., Antariksa, I.G.P., Masyhuri, I., & Indrawasih, R.S. (2001). Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Media Pressindo. Wahyuningsih, Elizabeth T. Gurning, dan Edhie Wuryanto. (1997). Budaya Kerja

Nelayan Indonesia di Jawa Tengah (Kasus Masyarakat Nelayan Desa Wonokerto Kulon Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Kebudayaan Masa Kini. Jakarta.

Widodo S. 2011. Strategi Nafkah Berkelanjutan bagi Rumah Tangga Miskin di daerah Pesisir. [Internet]. Jurnal. [diunduh tanggal 19 Juli 2016]; Vol.


(9)

XV, No. 1: 10-20. Dapat diunduh dari: http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/ view/890/849

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2011. [Internet]. [dikutip tanggal 12 Desember 2015]. Jakarta [ID]: KKP. Dapat diunduh dari: http://www.kkp.go.id/public/upload/LAKIP%20KKP%202012.pdf

Website :

http://repository.usu.ac.id https://id.m.wikipedia


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Arief, 1992). Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin, 2001: 48). Data deskriptif dapat dilihat sebagai indikator bagi norma-norma dan nilai-nilai kelompok serta kekuatan sosial lainnya yang menyebabkan atau menentukan perilaku manusia.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada masyarakat pesisir Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan peneliti tertarik akan perubahan yang terjadi pada masyarakat pesisir di dalamnya, selain itu adanya kemudahan akses bagi peneliti untuk menuju lokasi daerah tersebut.


(11)

3.3 Unit Analisa dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi suatu subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Keseluruhan data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam memperoleh jalinan hubungan dan kaitan masalah sehingga memudahkan untuk dianalisis. Adapun yang menjadi unit analisis dalam subyek penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.

3.3.2 Informan

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007). Adapun karakteristik informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut :

1. Isteri nelayan di Kelurahan Bagan Deli

2. Anak perempuan nelayan di Kelurahan Bagan Deli 3. Keluarga nelayan miskin di Kelurahan Bagan Deli

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian. Dalam proses ini peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan fokus dan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah :


(12)

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari lapangan oleh peneliti. Pengumpulan data dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yang dapat digunakan adalah :

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam sosial-ekonomi. Observasi ini dilakukan pengamatan secara langsung ke lapangan serta ikut serta terlibat di dalam segala aktivitas yang terjadi untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan observasi partisipan untuk melihat dan juga ikut melakukan setiap tindakan atau kegiatan dari setiap para informan ketika melakukan aktivitas pesisirnya.

2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2007). Wawancara merupakan suatu proses penting yang dibutuhkan dalam metode observasi.


(13)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang secara tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, melalui dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen disini dapat berupa surat kabar, majalah, internet, jurnal, dan bentuk dokumen lainnya yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah sebuah pengkajian data yang mencakup perilaku objek, hasil wawancara, temuan data di lapangan yang teridentifikasi. Interprestasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang sudah ada dalam catatan lapangan. Setelah data tersebut dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah selanjutnya yaitu mengadakan reduksi data dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan rangkuman yang terperinci dan merujuk pada inti temuan data dengan cara menelaah pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan agar tetap berada pada fokus penelitian. Setelah semua terkumpul data dianalisis kemudian diinterprestasikan berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka yang telah disusun hingga akhirnya sebagai laporan penelitian.


(14)

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Pra Proposal √

2. ACC Judul √ 3. Penyusunan

Proposal Penelitian

√ √ √ √

4. Seminar Proposal Penelitian

5. Penelitian Lapangan

√ √

6. Pengumpulan dan Analisis Data

√ √ √

7. Bimbingan Skripsi

√ √ √

8. Penulisan Laporan Akhir

√ √ √

9. Sidang Meja Hijau


(15)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Sejarah Kelurahan

Kelurahan Bagan Deli terletak di tepi Muara Deli sampai ke tepian Kuala Deli. Dulunya, tempat ini dinamakan Pulau Putri yang merupakan tempat persinggahan Keluarga Sultan Deli. Muara Deli, perairan Kuala Deli, dan Kampung Bagan Deli juga merupakan daerah yang strategis bagi saudagar Bugis dan Cina untuk melakukan “Tambat dan Labuh” Tongkang perahu layar mereka serta tempat beristirahat sebelum menuju Pekan Labuhan Deli, atau sebaliknya. Begitu juga bagi masyarakat nelayan di sekitar Sungai Deli, Kampung Bagan Deli dapat digunakan juga sebagai tempat untuk beristirahat mereka sebelum atau sesudah melaut. Begitulah maka tempat beristirahat atau persinggahan tersebut disebut dengan nama “BAGAN” di tepi Muara Deli/Kuala Deli yang selanjutnya dinamakan Bagan Deli, walaupun Kampung Bagan Deli ketika itu dihuni hanya beberapa keluarga saja. Kehidupan penduduk ketika itu ditopang dari membuat atap Nipah dan menjalin Bilah untuk membuat belat (alat untuk menangkap ikan).

Pada tahun 1910, ketika utusan Kesultanan Deli datang ke Kampung Bagan Deli untuk memberitahukan bahwa keluarga Sultan Deli akan berkunjung ke Persinggahan Pulau Putri maka satu orang Tokoh di Kampung Bagan Deli akan menyiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan penyambutan kunjungan tersebut (persiapan tempat, makanan, dan keamanan) termasuk memandu Perahu Kesultanan Deli dari Persinggahan Pasar Raja (posisi sekarang diantara Lorong


(16)

pertamina dengan Lorong I Veteran) menuju persinggahan Pulau Putri (posisi sekarang: Pantai Ocean Pasifik). Tokoh tersebut selanjutnya tercatat sebagai orang pertama yang diangkat/ditunjuk oleh Kesultan Deli menjadi penghulu Kampung Bagan Deli yaitu Bapak H. Awal, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Kampung Bagan Deli secara administratif menjadi Desa Bagan Deli yang berada di bawah Pemerintahan Sumatera Timur. Pada perkembangannya, pada tahun 2011 Kampung Bagan Deli menjadi Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. 4.1.2 Keadaan Geografis Kelurahan

Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu dari 6 Kelurahan yang ada di wilayah administrasi Kecamatan Medan Belawan. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang terletak paling timur di Kecamatan Medan Belawan dan berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Berdasarkan letak astronomis, Kelurahan Bagan Deli terletak pada 03 ̊ 47 ̊ LU -03 ̊ 48 ̊ LU dan 98 ̊ 41’ BT - 98 ̊ 42’ BT. Sedangkan berdasarkan letak geografis, Kelurahan Bagan Deli berbatasan dengan :

1. Batas Wilayah

Utara : Belawan I

Selatan : Muara Sungai Deli

Timur : Selat Malaka

Barat : Belawan II / Bahari

Luas Wilayah : 230 Km² Jarak Ke Kantor Kecamatan : 3 Km Jarak Ke Kantor Walikota : 28,5 Km


(17)

Gambar : 1

Peta Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

2. Identitas Kelurahan

Nama Lurah : ZAINAL ABIDIN, S.Sos Kelurahan : Bagan Deli

Alamat Kelurahan : Jln. Besar Bagan Deli Kecamatan : Medan Belawan


(18)

Kelurahan Bagan Deli memiliki luas wilayah 230 Ha yang terdiri dari 15 lingkungan. Dari ke-15 lingkungan ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah Lingkungan VII yang memiliki luas areal lahan 13,8 Ha. Adapun batas-batas wilayah Lingkungan VII, yaitu :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Lingkungan X

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Lingkungan VI

3. Sebelah timur berbatasan dengan jalan besar Bagan Deli

4. Sebelah barat berbatasaan dengan Paluh Perta (Selat Malaka)

3. Struktur Organisasi Kelurahan

Nama Lurah : Zainal Abidin, S.Sos/III-D

Sekretaris Lurah : Sesi Sumiati Simanjuntak/III-C

Seksi Tata Pemerintah : Siti Mariah/III-C

Seksi Pemberdayaan Kemasyarakatan : Ningrat Sinaga/III-B

Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum : MHD. Syafi’i/I-D

Adapun yang menjadi kepala lingkungan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan terlihat pada tabel berikut :


(19)

Tabel 2 :

Kepala Lingkungan di Kelurahan Bagan Deli

No Lingkungan Nama Kepala Lingkungan

1. I Subari

2. II Bahtrem Armaya

3. III Khaidir Panjaitan

4. IV Syamsir K

5. V Nazaruddin

6. VI M. Aminuddin

7. VII Sulaiman A

8. VIII Suprianto S

9. IX Merry S

10. X Arisyal Jambak

11. XI Hendra S

12. XII Monica Panjaitan

13. XIII Siti Syarifah

14. XIV Horasman Simamora

15. XV Syafaridah

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Peneliti memilih Lingkungan VII sebagai objek penelitian dikarenakan terdapat banyak perempuan pesisir yang ikut berpartisipasi dalam mencari uang guna memenuhi perekonomian keluarga.

4.1.3 Tata Penggunaan Lahan

Luas lahan Kelurahan Bagan Deli adalah seluas 230 Ha. Kelurahan Bagan Deli memiliki wilayah seluas 3,8 Ha yang digunakan untuk sektor industri perikanan. Sektor industry perikanan ini adalah dermaga pelabuhan yang merupakan salah satu dermaga terbesar di Sumatera Utara dan Pulau Sumatera, yaitu Pelabuhan Gabion. Pelabuhan yang seluas 3,8 Ha ini merupakan Pusat Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) yang juga adalah salah satu dari 4 pelabuhan di Sumatera Utara. Pelabuhan ini adalah pelabuhan peti kemas


(20)

tempat dilakukannya bongkar muat hasil tangkapan nelayan yang nantinya akan didistribusikan kepada pengecer. Pelabuhan ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi penduduk. Di tempat ini banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh nelayan pada pemilik kapal ikan. Adapun penggunaan lahan di Kelurahan Bagan Deli dapat dilihat pada tabel 3.

Table 3 :

Luas Wilayah Lahan Kelurahan Bagan Deli

No Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Tanah Kering untuk Bangunan Rumah dan Pekarangan

146,5 63,69

2. Tambak 1,84 0,8

3. Rawa / Pasang Surut 48,06 20,89

4. Hutan Belukar 12,86 5,59

5. Hutan Rawa 20,71 9,004

Jumlah 230 Ha 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Di Kelurahan Bagan Deli terdapat 63,69 % luas lahan yang digunakan sebagai areal pemukiman penduduk. Pada lahan ini terdapat 146,5 Ha tanah kering yang dijadikan penduduk untuk bangunan rumah dan pekarangan. Menurut Data Kelurahan Bagan Deli (2012) dari 15 lingkungan yang ada di Kelurahan Bagan Deli terdapat 8 lingkungan yang merupakan golongan lingkungan dengan pemukiman padat penduduk, yaitu lingkungan I, III, IV, V, VII, XIII, XIV, dan XV. Golongan pemukiman sedang terdapat di lingkungan II, VI, dan XII,


(21)

sedangkan lingkungan pemukiman jarang terdapat di lingkungan VIII, IX, X, dan XI. Lingkungan VII merupakan tempat penelitian penulis. Lingkungan ini merupakan golongan pemukiman padat, sehingga terdapat rumah-rumah yang berdempetan satu sama lain. Adapun lahan yang digunakan terdiri dari beberapa jenis penggunaan yaitu dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 :

Tata Guna Lahan Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli

No Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Tanah Kering untuk Bangunan dan Pekarangan

5,3 38,40

2. Tambak 8,5 61,60

Jumlah 13,8 Ha 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa kawasan lahan yang terbesar adalah tambak (seluas 8,5 Ha). Penduduk di Lingkungan VII, memanfaatkan lahan untuk membuat tambak. Tambak adalah kolam buatan yang di isi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan. Hewan yang dibudidayakan biasanya udang, beragam jenis ikan seperti ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap, dan sebagainya. Ikan-ikan yang didapat setelah dibudidayakan sebagian dijual dan sebagian lagi dikonsumsi sendiri, Ada pun dengan menjual ikan-ikan tersebut, penduduk mendapatkan uang yang akan digunakan untuk perekonomian keluarga.


(22)

4.1.4 Sarana dan Prasarana Kelurahan

a. Sarana Kesehatan

Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Kelurahan Bagan Deli dilengkapi oleh beberapa prasarana kesehatan. Adapun sarana kesehatan yang terdapat di kelurahan ini sebanyak 10 unit seperti puskesmas pembantu, klinik, dan balai pengobatan yang semuanya diharapkan dapat menunjang dan mendukung kesehatan masyarakat. Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 5 :

Tabel 5 :

Sarana Kesehatan yang Ada di Kelurahan Bagan Deli

No Sarana Kesehatan Jumlah

1. Puskesmas Pembantu 1 unit

2. Klinik 8 unit

3. Balai Pengobatan 1 unit

Total 10 unit

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

b. Sarana Pendidikan

Dalam kehidupan, dunia pendidikan sangatlah penting karena pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dalam setiap kelurahan sangat dibutuhkan adanya sarana pendidikan berupa yayasan atau lembaga-lembaga pendidikan. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Bagan Deli adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas yang berstatus negeri dan swasta seperti yang terlihat pada tabel 6.


(23)

Tabel 6 :

Sarana Pendidikan yang Ada di Kelurahan Bagan Deli

No Sarana Pendidikan Negeri Swasta Jumlah

1. SD 2 2 4

3. SMA 1 - 1

Total 3 2 5

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Bagan Deli kurang memadai, hal ini terlihat dari setiap sarana dari tingkat pendidikan tidak memiliki jumlah unit yang cukup. Kelurahan Bagan Deli hanya mempunyai 2 sarana yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu, penduduk yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di tingkat Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Menengah Pertama harus menempuh jarak yang sangat jauh dari pemukiman mereka. Berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang terdapat di kelurahan ini sangat kurang maksimal dalam menunjang pendidikan masyarakat.

c. Sarana Peribadatan

Dalam kehidupan beragama, sarana peribadatan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah serta memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah, Kelurahan Bagan Deli memiliki sarana peribadatan berupa rumah ibadah. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(24)

Tabel 7 :

Sarana Ibadah yang Ada di Kelurahan Bagan Deli

No Sarana Ibadah Jumlah

1. Mesjid 4 unit

2. Musholla 12 unit

3. Gereja 2 unit

4. Klenteng 1 unit

Total 19 unit

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah sarana peribadatan yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli cukup memadai. Penduduk Kelurahan Bagan Deli yang memiliki agama yang berbeda-beda dapat melaksanakan peribadatan sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing.

d. Sarana Olahraga

Manfaat olahraga bagi kesehatan manusia jelas sangat banyak dan bisa dirasakan oleh setiap orang. Tak bisa dipungkiri bahwa olahraga menjadi salah satu gaya hidup yang wajib dilakukan setiap orang untuk bisa membuat tubuhnya tetap sehat dan bugar. Kelurahan Bagan Deli memiliki sarana olahraga yaitu Lapangan futsal dan Lapangan Terbuka Hijau. Remaja putra dan putri di Kelurahan Bagan Deli sering menghabiskan waktu luang mereka khususnya remaja putra untuk bermain futsal bersama sepulang sekolah. Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(25)

Tabel 8 :

Sarana Olahraga yang Ada di Kelurahan Bagan Deli

No Sarana Olahraga Jumlah

1. Lapangan Futsal 1 unit

2. Lapangan Terbuka Hijau 1 unit

Total 2 unit

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

4.2 Gambaran Penduduk Kelurahan Bagan Deli

Jumlah penduduk Kelurahan Bagan Deli adalah 15.938 orang yang terdiri dari 3.851 KK, kemudian jumlah penduduk pada Lingkungan VII yang menjadi lokasi penelitian ini adalah 1.872 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak

378 KK. Table 9 :

Komposisi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin

Usia (tahun) Jumlah

< 17 > 17 1. Laki - laki

271 697 968

2. Perempuan

263 641 904

Total 534 1.338 1872

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Dari Tabel 9 terlihat bahwa jumlah perempuan hampir sama dengan jumlah laki-laki. Sebagaimana kita ketahui bahwa perempuan memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan. Perempuan memiliki kemampuan untuk


(26)

menyusun rencana dan menjalankan tugas dengan kualitas yang tidak kalah dari kaum pria. Pada hakekatnya perempuan adalah sumberdaya insani yang memiliki potensi yang dapat didayagunakan dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan nasional. Wanita-wanita nelayan mempunyai potensi sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat pantai. Potensi tersebut dapat meningkatkan pendapatan nelayan, dimana posisi wanita yang selama ini hanya berfungsi sebagai ibu rumah tangga ditingkatkan sebagai pencari nafkah.

Tabel 10 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0-4 98 5,23

2. 5-9 104 5,55

3. 10-14 129 6,89

4. 15-19 210 11,21

5. 20-24 139 7,42

6. 25-29 205 10,95

7. 30-34 410 21,90

8. 35-59 470 25,10

9. 60-69 69 3,68

10. >70 38 2,02

Jumlah 1.872 100 %


(27)

Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk tersebar dari setiap batas usia. Mayoritas penduduk Kelurahan Bagan Deli memiliki usia produktif (15-64 tahun). Pada usia produktif inilah, penduduk Kelurahan Bagan Deli mampu bekerja dengan menghasilkan uang untuk biaya hidup keluarga. Dimana pada usia produktif dengan bermodalkan tenaga, para toke bisa memperkerjakan penduduk untuk bekerja sebagai buruh harian lepas seperti mengopek udang lipan, menjemur ikan asin, memilih ikan teri diantara ikan tapis, dan sebagainya.

Tabel 11 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Belum Sekolah 430 22,97

2 Tidak Tamat SD 90 4,80

3 Tamat SD 380 20,29

4 Tidak Tamat SMP 18 0,96

5 Tamat SMP 339 18,10

6 Tidak Tamat SMA 270 14,42

7 Tamat SMA 320 17,09

8 Tamat Diploma I/II 8 0,42

9 Tamat Diploma III 12 0,64

10 Tamat Diploma IV/Strata I 5 0,26

Jumlah 1.872 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Pada Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa penduduk Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli belum memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Hanya sedikit yang mengecap pendidikan setelah SMA (perguruan tinggi) yaitu hanya 1,32 % dari seluruh penduduk. Bahkan masih cukup banyak penduduk


(28)

yang hanya tamat SD yaitu 20,29 %. Dari pengamatan penulis, banyak masyarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli yang terpaksa putus sekolah akibat kurang mampunya ekonomi keluarga untuk melanjutkan pendidikan. Ada juga anggapan masyarakat bahwa pekerjaan menjadi nelayan yang sudah ditekuni masyarakat secara turun temurun tidak membutuhkan pendidikan di sekolah. Sehingga masyarakat mengurungkan niat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Tabel 12 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tidak/Belum Bekerja 933 49,83

2 Buruh Nelayan Perikanan 273 14,58

3 Mengurus Rumah Tangga 231 12,33

4 Pelajar / Mahasiswa 185 9,88

5 Wiraswasta 128 6,83

6 Nelayan Perikanan 48 2,56

7 Buruh Harian Lepas 28 1,49

8 Karyawan Swasta 12 0,64

9 Buruh Tambak 5 0,26

10 Karyawan Honorer 5 0,26

11 Pensiunan 5 0,26

12 Tukang Kayu 5 0,26

13 Pembantu Rumah Tangga 3 0,16

14 Pedagang 3 0,16

15 Mekanik 3 0,16

16 Guru 2 0,10

17 Penata Rias Rambut 1 0,05

18 Imam Mesjid 1 0,05

19 Pegawai Negeri Sipil 1 0,05

Jumlah

1.872

100 %


(29)

Pada Tabel 12 terlihat bahwa masyarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli adalah mayoritas tidak/belum bekerja. Masyarakat yang tidak/belum bekerja adalah termasuk warga yang mengandalkan pekerjaan sampingan (tidak tetap), masyarakat produktif tetapi masih menganggur, dan masyarakat yang tidak produktif lagi. Hal ini menandakan bahwa masyarakat di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli masih memiliki banyak tanggungan baik itu masyarakat yang tidak produktif dan masyarakat yang produktif namun tidak bekerja (pengangguran).

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, pekerjaan mayoritas yang ditekuni masyarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli adalah nelayan dan buruh harian lepas. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir pantai, pada umumnya penduduk mencari pemenuhan kebutuhan hidup dari menangkap ikan di laut yaitu sebagai nelayan.

Tabel 13 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Etnis

No. Etnis Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Suku Melayu 188 10,04

2. Suku Jawa 370 19,76

3. Suku Karo 8 0,42

4. Suku Mandailing 180 9,61

5. Suku Batak 656 35,04

6. Suku Padang 47 2,51

Suku Lainnya 423 22,59

Jumlah 1.872 100 %


(30)

Penduduk Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli terdiri dari 6 etnis, yaitu: etnis Melayu, Jawa, Karo, Mandailing, Padang, dan Tionghoa. Mayoritas dari penduduk Lingkungan VII adalah etnis Batak yang berjumlah 656 orang atau 35,04 % dari jumlah seluruh penduduk. Namun, warga etnis Batak bukan merupakan penduduk asli Kelurahan Bagan Deli melainkan etnis Melayu. Karena warga etnis Melayu adalah penduduk asli yang sudah lama menetap di daerah tersebut. Sementara, etnis-etnis lainnya merupakan etnis pendatang yang merantau ke daerah ini.

Tabel 14 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Menurut Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Islam 1.123 59,98

2. Kristen 657 35,09

3. Katholik 86 4,59

4. Penganut aliran Kepercayaan 6 0,32

Jumlah 1.872 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa agama yang paling banyak dianut oleh penduduk Kelurahan Bagan Deli di Lingkungan VII ini adalah agama Islam dengan jumlah 1.123 orang atau 59,98 % dari jumlah penduduk seluruhnya.


(31)

4.3 Tata Kehidupan Masyarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli Kelurahan Bagan Deli merupakan pusat Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) Gabion. Disini, kelompok perekonomian perdagangan perikanan yang setiap harinya melakukan bongkar muat hasil tangkap nelayan. Biasanya, banyak warga masyarakat bekerja sebagai buruh nelayan pada pemilik kapal ikan. Disamping itu, untuk menambah pendapatan keluarga, masyarakat membuat kelompok usaha seperti pengeringan ikan langsung dijual kepada pengecer.

Sama halnya, seperti mayoritas mata pencaharian masyarakat di Kelurahan adalah nelayan, begitu juga masyarakat di Lingkungan VII. Berdasarkan pengamatan penulis, secara umum penghasilan nelayan di Lingkungan VII tidak lebih dari Rp. 1.500.000 perbulannya. Bahkan ada juga sebagian masyarakat justru berpenghasilan kurang dari Rp. 1.000.000 perbulannya. Jenis pekerjaan ini juga memberikan pendapatan yang tidak menentu bagi nelayan karena menangkap ikan di laut sangat tergantung dengan kondisi alam. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Nila pada saat dilapangan :

“ Kalau mengharapkan dari bapak, kadang bapak pulang seminggu sekali dari laut kan gak tentu juga dapat ikan, kadang pun pulang seminggu sekali bawa duit pun enggak”.

Sebagaimana telah disebutkan pada Tabel 11, masyarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli memiliki lebih besar jumlah tanggungan daripada jumlah masyarakat yang produktif dan bekerja. Hal ini membuat masyarakat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, nelayan yang dimaksud adalah nelayan yang memiliki sendiri kapal/boat yang digunakan untuk mencari


(32)

ikan di laut. Sementara, buruh nelayan adalah buruh yang bekerja bagi nelayan. Ia tidak memiliki kapal/boat sendiri namun bekerja bagi nelayan yang memiliki kapal untuk mencari ikan di laut. Nelayan terbagi lagi menjadi nelayan yang melakukan penangkapan di laut dan nelayan yang melakukan pemasaran hasil tangkapan ikan. Nelayan ini yang disebut masyarakat sebagai toke nelayan. Walaupun toke nelayan tersebut tidak melakukan penangkapan ikan secara langsung di laut, namun status pekerjaannya juga disebut nelayan yaitu nelayan yang bergerak di sektor pemasaran.

Selain menjadi nelayan, terdapat pula kedai/warung yang sebagian besar adalah warung sembako yang menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat. Pada umumnya, kedai/warung tersebut dijalankan oleh ibu rumah tangga yang melakukannya sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Banyaknya jumlah masyarakat yang masih mengandalkan pekerjaan nelayan sebagai mata pencaharian utama, serta sarana perekonomian yang masih kurang mendukung, membuat masyarakat sulit berkembang secara ekonomi. Hal ini ditandai dengan jumlah masyarakat yang masih berada pada kondisi prasejahtera yang besar jumlahnya.

Tingkat ekonomi yang cenderung masih rendah mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dilihat dari struktur bangunan tempat tinggal masayarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli, mayoritas tempat tinggalnya adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu/papan. Adapun struktur bangunan tempat tinggal masyarakat di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli dapat dilihat pada Tabel 15.


(33)

Tabel 15 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Menurut Bangunan Tempat Tinggal

No. Jenis Bangunan Jumlah Persentase (%)

1. Batu Permanent 32 8,46 %

2. Batu Semi Permanent 33 8,73 %

3. Kayu/papan 160 42,32 %

4. Bambu 80 21,16 %

5. Rumah Panggung 73 19,31 %

Jumlah 378 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli memiliki tempat tinggal yang terbuat dari kayu/papan, kemudian terbuat dari bambu, dan sebagian besar memiliki struktur bangunan rumah panggung. Hal ini disebabkan letak geografis Kelurahan yang sebagian besar daerahnya adalah kawasan rawa/pasang surut.

Tabel 16 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Menurut Pemakaian MCK

No. Jenis MCK Jumlah (KK) Persentase (%)

1. Septik Tank 59 15,60

2. Sungai 211 55,82


(34)

Jumlah 378 100 % Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa penduduk Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli mayoritas memakai sungai sebagai tempat MCK. Pada saat dilapangan, penulis mengamati rumah-rumah penduduk lingkungan VII mempunyai kamar mandi seadanya. Tempat pembuangan kotoran manusia hanya dibuatkan lubang kecil di lantai papan rumah yang langsung terjun ke dalam sungai, sehingga kotoran tersebut terbawa arus sungai. Hal inilah yang menyebabkan lingkungan penduduk Kelurahan Bagan Deli terlihat kumuh.

Tabel 17 :

Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Pemakaian Air

No. Jenis Air Jumlah (KK) Persentase (%)

1. Air PAM 99 26,19

2. Air Sumur Bor 279 73,80

Jumlah 378 100 %

Sumber: Profil Kelurahan Bagan Deli Tahun 2015

Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa penduduk Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli mayoritas memakai air sumur bor sebanyak 279 KK kemudian memakai air PAM sebanyak 99 KK.


(35)

4.4 Profil Informan 1. Informan Pertama

Nama : Ibu Nilla Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu Nilla adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai mempunyai 6 orang anak, yakni 2 orang sudah berumah tangga, 3 orang masih bersekolah (kelas 1 SMA, kelas 1 SMP, dan kelas 2 SD) dan 1 orang lagi masih balita. Suami Ibu Nila adalah seorang nelayan.

Selain menjadi ibu rumah tangga, Ibu Nilla mempunyai usaha yaitu berjualan gorengan. Mulai pukul 4 pagi, Ibu Nilla bangun untuk membuat gorengan seperti risol untuk dititipkan ke warung-warung yang menjual sarapan pagi, siang hari gorengan tersebut dititipkan di sekolah-sekolah, dan sorenya dititipkan di kedai-kedai terdekat. Dari usaha berjualan gorengan ini, Ibu Nilla berpenghasilan sekitar Rp. 50.000-60.000/hari. Uang hasil berjualan ini, sebagian digunakan untuk keperluan dapur dan sebagian lagi diberi untuk anak-anaknya sebagai uang jajan.

Menurut Ibu Nilla, usaha berjualan gorengan ini ia lakukan untuk membantu suaminya dalam menyeimbangkan perekonomian kelurga.


(36)

Karena menurut Ibu Nilla, hanya mengharapkan uang yang didapat oleh suaminya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Suami Ibu Nilla adalah seorang nelayan yang pergi melaut dan seminggu sekali pulang, itu pun belum tentu pulang membawa ikan. Suami Ibu Nilla adalah nelayan yang dipekerjakan oleh toke yang beretnis cina/tionghoa.

Menurut Ibu Nilla, keluarganya selalu makan ikan karena didaerah tempat tinggalnya dekat dari laut maka sangat mudah dan murah untuk memperoleh ikan, sedangkan makanan lainnya seperti buah-buahan, susu, vitamin, dan lainnya juga terpenuhi di keluarganya tetapi jumlahnya sedikit dan tidak sering.

Ketika anggota keluarga ada yang sedang sakit, biasanya Ibu Nilla akan membeli obat ke warung terdekat tetapi jika sakitnya semakin parah atau tak kunjung sembuh maka Ibu Nilla akan membawa anggota keluarganya tersebut ke puskesmas terdekat, dan tidak dipungut biaya karena adanya JAMKESMAS.

Rumah tempat tinggal Ibu Nilla saat ini, berstatus milik sendiri. Adapun perabotan atau alat elektronik yang ada di rumah Ibu Nilla yakni hanya televisi dan kipas angin. Ibu Nilla menggunakan sungai sebagai Tempat MCK, dimana di dalam rumah Ibu Nilla hanya di pasang plastik besar sebagai pintu untuk menutupi, dan di lantai papan rumah dibentuk lubang kecil sebagai tempat pembuangan kotoran manusia. Kotoran tersebut akan langsung jatuh ke dalam sungai.

Menurut Ibu Nilla, keluarganya membeli pakaian baru hanya pada saat Hari Raya Lebaran saja. Hal ini dikarenakan untuk menekan biaya


(37)

pengeluaran sehari-hari keluarga. Ibu Nilla sendiri mengaku tidak memiliki tabungan. Uang yang ia dapat dari suami maupun dari hasil jualan gorengannya sangat pas-pasan untuk biaya sehari-hari keluarga. Oleh karena itu, Ibu Nilla memilih untuk tidak hanya diam di rumah menanti suami, Ia memilih untuk berjualan gorengan untuk menambah dan membantu perekonomian keluarga. Suami Ibu Nilla juga memberi ijin kepada Ibu Nilla untuk berjualan gorengan karena agar dapat membantu perekonomian keluarga. Selain alasan tersebut, alasan lain juga karena menurut suami Ibu Nilla, berjualan dengan menitipkan gorengan ke warung-warung tidak terikat oleh waktu. Ibu Nilla masih bisa mengawasi anak-anaknya yang berada di lingkungan rumah karena pembuatan gorengan itu sendiri dilakukan di rumah Ibu Nillla.

Karena harus menyiapkan gorengan untuk dijual, Ibu Nilla mengaku waktunya menjadi terbagi antara keluarga dan usaha gorengannya. Ketika membuat gorengan, Ibu Nilla menjadi kurang fokus menjaga anaknya. Namun, ia tetap sesekali memperhatikan anak-anaknya walaupun sibuk membuat gorengan.

Bantuan pemerintah yang di dapat keluarga Ibu Nilla berupa Bantuan Dana Sekolah yang tidak mengharuskan Ibu Nilla untuk membayar biaya sekolah dan RASKIN (Beras Miskin). Ibu Nilla hanya memberikan ongkos dan uang jajan kepada anaknya ketika hendak berangkat ke sekolah.

Ibu Nilla dan suaminya adalah orang perantauan. Kampung Ibu Nilla di Sibolga sedangkan suaminya di Aceh. Sehingga, keluarga Ibu


(38)

Nilla tidak mempunyai saudara di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh sebab itu, ketika Ibu Nilla mengalami kesulitan keuangan, ia tidak bisa meminjam pada saudara, para tetangga pun kebanyakan berasal dari keluarga tidak mampu. Kegiatan sosial yang Ibu Nilla lakukan adalah perwiritan yang diadakan 2 minggu sekali.

2. Informan Kedua

Nama : Ibu Nurhayati

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 35 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD

Ibu Nurhayati adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu Nurhayati mempunyai 3 orang anak (kelas 6 SD, kelas 3 SD, masih balita) dan suaminya bekerja sebagai nelayan. Selain menjadi ibu rumah tangga, Ibu Nurhayati adalah agen ikan. Suami Ibu Nurhayati memakai kapal toke untuk mencari ikan di laut. Hasil laut yang ia dapatkan akan diberikan kepada toke kapal dan sebagiannya ia bawa ke rumah. Ketika suaminya pulang dari laut, hasil laut yang dibawa pulang akan dibersihkan. Biasanya Ibu Nurhayati akan memanggil orang untuk dipekerjakan membersihkan ikan, menyortir, ataupun menjemur ikan yang di dapat oleh suaminya dari laut. Namun, walaupun sudah memperkerjakan orang untuk membersihkan ikan tangkapan suaminya, Ibu Nurhayati juga tetap ikut bekerja membersihkan ikan tersebut dan menjualnya diluar. Hal ini dilakukan


(39)

untuk menekan biaya yang harus Ibu Nurhayati berikan sebagai upah pada orang yang ia pekerjakan. Adapun hasil laut yang di dapat berupa ikan, udang lipan, dan lainnya. Ketika suami Ibu Nurhayati tidak mendapat hasil dari laut, maka ia akan pergi ke nelayan lain untuk membeli udang lipan, lalu menyuruh orang lain untuk membersihkan dan menjemurnya kemudian dijual.

Menjadi agen ini, Ibu Nurhayati mengaku mendapat uang sekitar Rp. 200.000-300.000/hari. Namun, tidak setiap hari Ibu Nurhayati bisa mendapat hasil laut yang menjadi sumber mata pencahariannya. Hal ini dilakukan Ibu Nurhayati karena Ibu Nurhayati merasa bahwa uang yang dihasilkan oleh suaminya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Apalagi pekerjaan melaut yang dilakukan oleh suaminya tidaklah menentu karena faktor cuaca di laut yang tidak bisa diprediksi. Selain untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, Ibu Nurhayati ingin bekerja karena merasa bosan jika hanya berdiam diri di rumah menunggu anak pulang sekolah. Oleh sebab itu, Ibu Nurhayati mempergunakan waktu luangnya untuk bekerja.

Uang yang didapat oleh Ibu Nurhayati dari menjual ikan ia gunakan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya, sebagian lagi juga ia gunakan untuk keperluan di dapur. Ibu Nurhayati mengikuti tarikan atau jula-jula dengan ibu-ibu lainnya, ia mengikuti jula-jula sebagai tabungan. Ibu Nurhayati tidak menabung ke bank karena menurutnya berurusan dengan bank terlalu ribet dan sulit di mengerti. Ketika giliran Ibu Nurhayati yang mendapatkan jula-jula, Ibu Nurhayati akan membelikannya emas, karena suatu saat nanti ketika keluarga Ibu Nurhayati mengalami kesulitan keuangan, ia bisa menjual kembali emas itu. Ibu Nurhayati


(40)

juga mengaku akan meminjam uang kepada tetangga yang cukup akrab dengan keluarganya.

Menurut Ibu Nurhayati, keluarganya sering menyediakan ikan dan sayuran sebagai lauk untuk makan, tetapi jarang menyediakan susu dan buah-buahan agar dapat menghemat pengeluaran rumah tangga. Apabila ada keluarga yang mengalami sakit, jika sakitnya tidak terlalu parah maka Ibu Nurhayati hanya merawatnya di rumah dan membeli obat biasa di warung terdekat, dan jika terlalu parah maka Ibu Nurhayati akan membawanya ke puskesmas.

3. Informan Ketiga

Nama : Ibu Satia

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 32 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : kelas 4 SD

Ibu Satia adalah ibu rumah tangga dan mempunyai 2 orang anak (kelas 2 SD, dan berumur 4 tahun). Suami Ibu Satia adalah seorang nelayan yang pergi melaut. Biasanya suami Ibu Satia melaut selama 20 hari. Selain menjadi seorang ibu rumah tangga, Ibu Satia bekerja sebagai buruh kopek udang lipan. Pekerjaan ini juga sering disebut dengan kerja borongan, dimana ketika nelayan tiba dari laut dengan membawa hasil laut, maka Ibu Satia dan Ibu-ibu lainnya akan datang dan siap untuk dipekerjakan sebagai pengopek. Pekerjaan dan upah yang didapat pun sesuai dengan hasil yang dikerjakan. Ibu Satia bekerja mulai dari pukul 8 pagi sampai selesai.


(41)

Hasil yang di dapat para nelayan tidaklah menentu. Oleh sebab itu, waktu bekerja Ibu Satia pun tidak menentu. Apabila hasil laut yang dibawa pulang oleh nelayan sangat banyak, maka Ibu Satia akan bekerja lama hingga larut malam namun mendapat upah yang lumayan tinggi dan sebaliknya apabila hasil laut yang didapat nelayan hanya sedikit, maka Ibu Satia pun akan bekerja sebentar dan mendapat upah sedikit. Bekerja sebagai buruh kopek udang lipan ini, Ibu Satia mendapat upah sekitar Rp. 15.000-35.000/hari.

Menjadi buruh kopek udang lipan ini dilakukan Ibu Satia untuk membantu suami memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Oleh karena suaminya adalah seorang nelayan yang dipekerjakan toke dan karena seringnya terjadi musim paceklik di laut membuat suami Ibu Satia sering tidak mendapat hasil laut untuk dibawa pulang. Padahal biaya hidup keluarga sangatlah tinggi seperti harus membayar uang listrik, uang sewa rumah, dan lainnya. Maka dari itu menjadi buruh kopek udang lipan ini dirasa bisa membantu perekonomian keluarga. Uang yang didapat dari hasil mengopek udang digunakan untuk keperluan dapur yakni membeli beras, minyak makan, bahan-bahan makanan, dan lainnya.

Tempat tinggal Ibu Satia dan keluarganya saat ini masih berstatus sewa. Biaya sewa rumahnya sebesar Rp. 1.500.000/tahun. Rumah tersebut terbuat dari papan dan alat elektronik yang ada di dalamnya hanya televisi dan rice cooker. Untuk menabung uang hasil kerjanya, Ibu Satia mengikuti jula-jula dengan para Ibu-ibu tetangganya.

Setelah membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan mengantar anak sulungnya ke sekolah, Ibu Satia pun pergi ke rumah toke dan bekerja mengopek udang lipan. Tak jarang Ibu Satia juga turut membawa anak bungsunya ke tempat


(42)

kerjanya, hal ini dilakukan karena tidak adanya yang bisa menjaga anaknya ketika ia sibuk bekerja. Ibu Satia juga mengikuti perwiritan dengan biaya Rp. 10.000/minggu.

Ketika keluarga Ibu Satia mengalami kesulitan keuangan, Ibu Satia tidak sungkan untuk meminjam uang pada kakak ipar dan saudara lainnya. Oleh karena itu, Ibu Satia sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah bagi keluarganya. Apabila pemerintah memberinya bantuan berupa uang, ia akan membuka usaha dengan berjualan bahan-bahan sembako di teras rumahnya.

4. Informan Ke Empat

Nama : Ibu Saniyem

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : kelas 3 SD

Ibu Saniyem adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak. Suami Ibu Saniyem adalah seorang nelayan yang pergi melaut setiap harinya dari pukul 5 subuh hingga pulang pukul 5 sore. Adapun bot yang digunakan untuk melaut adalah milik sendiri. Selain menjadi ibu rumah tangga, Ibu Saniyem membuka warung yang menjual makanan seperti, mie, bubur, sate kerang, buah-buahan, dan lainnya. Ibu Saniyem memilih untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Karena pekerjaan suaminya melaut yang mana sering terjadi pasang surut sehingga penghasilan yang didapat pun


(43)

tidak menentu. Jika penghasil suami tidak ada akibat tidak melaut, maka keperluan keluarga bisa tertutupi dari hasil berjualan makanan di warung. Hasil uang yang didapat dari berjualan di warung, ia gunakan untuk memberi jajan anak sekolah dan sebagian lagi dibelanjakan untuk keperluan dapur.

Ibu Saniyem memiliki anak-anak yang sudah besar, 1 orang di perguruan tinggi, 1 orang baru tamat SMA, 1 orang kelas 2 SMA, dan 1 lagi SMP. Oleh sebab itu, anak-anak Ibu Saniyem sudah bisa mengurus dirinya sendiri sehingga Ibu Saniyem bisa fokus berjualan di warung. Sejak subuh, Ibu Saniyem sudah pergi ke pajak untuk membeli bahan-bahan yang akan dijadikan makanan, setelah berbelanja Ibu Saniyem akan memasak di rumah. Pada Pukul 1 siang, Ibu Saniyem membuka warungnya hingga tutup pada Pukul 9 malam. Anak-anak Ibu Saniyem juga terkadang ikut membantunya berjualan di warung.

Penghasilan yang di dapat oleh Ibu Saniyem dengan berjualan makanan di warung sekitar Rp. 150.000-200.000/hari. Dari hasil berjualan ini, Ibu Saniyem merasa kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi, bahkan bisa berlebih. Ibu Saniyem menabung uangnya Rp. 20.000/hari untuk keperluan di masa mendatang. Namun terkadang Ibu Saniyem mengalami hambatan pada pekerjaannya yaitu adanya pembeli yang berhutang di warungnya. Ibu Saniyem mengikuti arisan dan perwiritan yang diadakan sebulan sekali. Pada perwiritan ditetapkan biaya Rp. 60.000/KK setiap bulannya.

Saat ini, status rumah keluarga Ibu Saniyem adalah milik sendiri. Di dalam rumah Keluarga Ibu saniyem hanya memiliki televisi. Ibu Saniyem juga mengaku bahwa hanya membelikan anak-anaknya pakaian baru sekali dalam setahun yaitu


(44)

pada saat Hari Lebaran. Hal ini Ia lakukan karena merasa dengan membeli pakaian lebih dari setahun sekali merupakan perbuatan boros.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya Ibu Saniyem hanya memberikan obat biasa yang dibelinya di warung. Karena menurut Ibu Saniyem, keluarganya jarang sakit karena sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan pesisir di Kelurahan Bagan Deli ini.

5. Informan Ke Lima

Nama : Farida

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu Faridah adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 8 orang anak. 4 orang sudah berkeluarga, 3 orang bekerja, dan 1 orang lagi masih sekolah. Suami Ibu Faridah bekerja membubul pukat yaitu memperbaiki jaring milik toke nelayan. Selain menjadi ibu rumah tangga, Ibu Farida bekerja sebagai buruh Harian Lepas yaitu memilih-milih ikan teri yang tercampur dengan ikan tapis. Setelah dipisahkan, ikan-ikan teri akan dijemur di bawah sinar matahari.

Bekerja sebagai buruh Harian Lepas, Ibu Faridah mendapat gaji yang tidak menentu karena tergantung pada banyaknya hasil laut yang ada pada toke nelayan. Ibu Farida mengaku jika ia bekerja seharian dari pukul 8 pagi sampai pukul 8 malam bahkan terkadang sampai pukul 9 malam, ia mendapat gaji Rp. 100.000 perhari. Tetapi kalau kerja mulai dari sore hanya mendapat gaji Rp. 30.000


(45)

perhari. Menurut Ibu Faridah, ia bahkan lebih sering menganggur karena tidak adanya hasil laut yang di dapat oleh para nelayan.

Meskipun suami Ibu Farida masih bisa mencari nafkah, namun Ibu Farida merasa jika hanya mengharapkan uang yang diperoleh oleh suaminya maka itu tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi Ibu Faridah memiliki banyak anak yang harus ia nafkahi. Dengan bekerja, penghasilan yang Ibu Faridah dapatkan ia pergunakan untuk membelanjakan keperluan rumah tangga, jajan anak sekolah, ongkos anak pergi ke sekolah, dan lainnya.

Ibu Farida jarang membelikan anak-anaknya pakaian baru, ketika Hari Lebaran barulah Ibu Farida membelikan anak-anaknya pakaian baru. Terkadang dipertengahan tahun, jika Ibu Faridah mendapat rejeki yang lebih dari biasanya maka Ibu Faridah membelikan pakaian kepada anak-anaknya namun ia tidak membelikannya setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kesulitan ekonomi yang sering terjadi pada keluarga Ibu Farida.

Ibu Farida dulunya mengikuti jula-jula yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Namun, saat ini jula-jula tersebut sudah dihentikan karena terdapat banyak yang tidak sanggup membayar dengan alasan tidak melaut akibat bot yang rusak sehingga tidak mendapatkan uang. Ibu Farida mengikuti kegiatan perwiritan di daerah tempat tinggalnya yang diadakan setiap hari jumat dengan iuran Rp. 5.000 perkepala.

Menurut Ibu Farida, keluarganya tidak mendapat bantuan dari pemerintah padahal Ibu Farida sangat mengharapkan bantuan pemerintah untuk keluarganya. Hal ini sudah ia pertanyakan pada kepala lingkungan tempat tinggalnya bahwa mengapa ia tidak mendapat bantuan pemerintah. Namun, alasan kepala


(46)

lingkungan ialah karena menurut kepala lingkungan, masih banyak terdapat keluarga yang lebih membutuhkan daripada keluarga Ibu Farida. Hal inilah yang membuat Ibu Farida merasa bantuan pemerintah tidak dibagi dengan merata.

6. Informan Ke Enam

Nama : Nur

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Nur adalah perempuan pesisir yang bekerja meyortir ikan hasil tangkapan nelayan. Setelah tamat SMA, Nur tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi karena ketidakmampuan keluarganya dalam membiayai uang perkuliahan. Ayah Nur adalah seorang nelayan dan ibunya membuka warung kecil di depan rumah mereka.

Nur memilih bekerja sebagai penyortir dan penjemur ikan. Menyortir adalah kegiatan memilih ikan berdasarkan jenis, ukuran, dan lainnya. Ikan-ikan yang dipilih akan dimasukan ke dalam kotak besar yang berisi es batu dan akan di ekspor keluar dan dalam negeri. Nur memilih bekerja untuk membantu ayah dan ibunya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Sering sekali, Nur memberi penghasilannya kepada ibunya agar membeli kebutuhan dapur dan untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Penghasilan yang ia dapat juga ditabungnya untuk keperluan masa depan, yang mana ia masih ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi.


(47)

7. Informan Ke Tujuh

Nama : Erni

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 23 tahun

Agama : Katolik

Pendidikan Terakhir : SMA

Erni adalah anak kedua dari dua orang bersaudara. Ayah dan ibunya adalah seorang penjual ikan. Abangnya sudah berkeluarga sehingga harus menafkahi anak dan istrinya akibatnya tidak bisa membantu ekonomi keluarga. Erni sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi namun dikarenakan ekonomi keluarganya kurang mencukupi, maka ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya lagi setalah tamat SMA.

Sejak tamat SMA, ia memilih bekerja guna membantu orangtuanya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Saat ini, Erni bekerja sebagai karyawan di sebuah koperasi yang jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Erni merasa bahwa sudah saatnya ia harus bekerja, karena sudah cukup lama orangtuanya membiayai hidupnya. Jadi ia merasa harus bisa menghasilkan uang, minimal untuk membiayai keperluannya sendiri tanpa harus meminta pada orangtua lagi. Dengan bekerja, ia merasa lebih mandiri karena tidak lagi harus bergantung pada pemberian orangtuanya.

Menurut Erni, dengan ia bekerja tentu akan berpengaruh pada perekonomian keluarganya. Bahkan ia mengaku bahwa sejak ia bekerja dan menghasilkan uang, kehidupan perekonomian keluarganya pun mulai membaik.


(48)

Penghasilan yang ia peroleh dari bekerja, ia berikan kepada orangtuanya sehingga keluarganya pun bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga bahkan saat ini keluarga Erni mampu merenovasi rumahnya yang dulunya terbuat dari kayu/papan menjadi terbuat dari batu permanen.

8. Informan Ke Delapan

Nama : Sari

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD

Ibu Sari adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 3 orang anak. Suaminya adalah seorang nelayan, yang mempunyai penghasilan yang tidak menentu. Oleh sebab itu, Ibu sari bekerja sebagai pembantu rumah tangga yakni mencuci dan menyetrika pakaian majikannya. Upah yang ia peroleh dari bekerja sebagai pembantu rumah tangga ia gunakan untuk keperluan rumah tangga.

Ibu Sari mempunyai 3 orang anak yang masih bersekolah dan membutuhkan banyak biaya. Dengan bekerja menghasilkan uang, Ibu Sari merasa bahwa upah yang ia dapat sangat berpengaruh pada keluarganya karena bisa menutupi biaya sekolah. Ibu Sari sadar bahwa jika hanya mengharapkan uang yang didapat suaminya tentu tidak akan bisa menutupi keperluan sehari-hari keluarga. Jika ia berperan membantu suami dalam mencari uang, tentu ia dapat menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat pendidikan yang tinggi. Namun. Jika ia tidak bekerja dan hanya diam di rumah menunggu suami yang pergi melaut, tentu


(49)

anak-anaknya akan sulit melanjutkan pendidikan karena hambatan perekonomian keluarga. Ketika Ibu Sari pergi bekerja, anaknya yang paling besarlah yang berperan untuk menjaga adik-adiknya. Saat ini, status rumah Ibu Sari adalah menyewa dengan biaya Rp. 1.500.000 pertahun yang semakin memperbanyak biaya pengeluaran keluarga.

9. Informan ke Sembilan

Nama : Dodoh

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 48 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD

Bapak Dodoh adalah seorang nelayan yang biasanya pergi mencari ikan dilaut dua minggu sekali. Setelah melaut selama dua minggu, Bapak Dodoh pun kembali pulang ke rumah keluarganya dengan membawa ikan dan uang hasil dari menjual ikan. Menurut Pak Dodoh, pekerjaannya sebagai nelayan tidaklah mendapat pendapatan yang tinggi. Bahkan menurutnya, pendapatan nelayan sangatlah sedikit. Walaupun sudah melaut selama dua minggu bahkan lebih, terkadang Pak Dodoh pulang ke rumah dengan tidak membawa apa-apa. Hal ini dikarenakan cuaca di laut yang kurang baik.

Isteri Pak Dodoh adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai usaha berjualan barang-barang sembako di rumahnya. Isteri Pak Dodoh menjual barang-barang keperluan rumah tangga misalnya gula, minyak makan, tepung, beras, dan lainnya. Oleh karena isteri Pak Dodoh mempunyai usaha berjualan


(50)

inilah, Pak Dodoh merasa perekonomian keluarganya terbantu. Penghasilan yang isterinya dapatkan dari berjualan sembako, bisa membantu untuk biaya keperluan di dapur dan uang jajan anaknya di sekolah.

Jika isteri Pak Dodoh tidak mempunyai usaha sembako dan hanya menjadi ibu rumah tangga biasa yang hanya mengharapkan penghasilan yang di dapat oleh suaminya sepulang dari melaut, Pak Dodoh merasa bahwa perekonomian keluarganya akan sering mengalami masalah. Dimana keluarga Pak Dodoh mempunyai 6 orang anak yang masih harus mereka tanggung dan harga barang-barang pokok saat ini sangatlah mahal. Dengan usaha berjualan isterinya dapat membantu sebagian dari biaya rumah tangga keluarga dan penghasilan yang ia dapat dari melaut juga bisa menutupi sebagian biaya pengeluaran keluarganya. Sehingga jika Pak Dodoh dan isterinya bisa saling membantu mencari uang untuk biaya kehidupan sehari-hari keluarganya maka perekonomian keluarga Pak Dodoh akan seimbang. Pak Dodoh mengaku bahwa dengan isterinya yang mempunyai usaha, ia merasa sangat terbantu.

10. Informan ke Sepuluh

Nama : Jefri

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 39 tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

Bapak Jefri adalah nelayan yang bekerja pada toke nelayan yang beretnis tionghoa. Menurutnya penghasilan yang ia dapatkan dengan menjadi seorang


(51)

nelayan sangatlah sedikit. Namun, Pak Jefri tidak ingin beralih profesi karena menurutnya ia hanya tahu mencari ikan di laut karena sudah terbiasa dari kecil dan juga karena pendidikannya yang rendah hanya tamat sampai kelas satu sekolah menengah pertama.

Isteri Pak Jefri adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai usaha berjualan makanan seperti sosis, nougat, telur gulung, dan lainnya di sekolah-sekolah di Kelurahan Bagan Deli. Setiap harinya, ia bangun subuh kemudian mulai mempersiapkan dagangannya. Namun menurut Pak Jefri, walaupun dari subuh isterinya telah sibuk mempersiapkan dagangannya, tetapi ia juga tidak lupa tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Sebelum menjual dagangannya ke sekolah-sekolah, isteri Pak Jefri tidak lupa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian, menyapu, menyetrika, dan sebagainya.

Menurut Pak Jefri, sejak isterinya mempunyai usaha berjualan makanan di sekolah-sekolah, ia merasa terbantu oleh turutnya penghasilan yang isterinya dapatkan untuk membantu perekonomian keluarganya. Sebelum isterinya mempunyai usaha berjualan makanan, Pak Jefri merasa sangat terbebani karena keluarganya hanya mengharapkan penghasilan yang ia dapatkan dari melaut. Padahal, Penghasilan yang Pak Jefri dapatkan dari melaut tidaklah menentu, terkadang pulang membawa banyak ikan terkadang juga pulang dengan sia-sia tidak membawa ikan.

Jika ketika Pak Jefri pulang dari melaut tanpa membawa hasil laut, maka kebutuhan sehari-hari keluarga bisa tertutupi dari penghasilan yang isterinya dapatkan dari hasil berjualan makanan ke sekolah-sekolah. Padahal, sebelumnya jika Pak Jefri pulang dari melaut tanpa membawa hasil laut dan isterinya pun tidak


(52)

mempunyai usaha berjualan makanan maka keluarga Pak Jefri akan pergi pada tetangga-tetangga untuk meminjam uang. Namun sangat jarang tetangga-tetangga mau membantu dikarenakan tetangga-tetangga Pak Jefri juga mengalami kesulitan perekonomian yang sama dengan keluarganya.

4.5 Strategi Perempuan Pesisir dalam Mengatasi Kemiskinan 4.5.1 Strategi Ekonomi

Kegiatan isteri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli dalam bidang ekonomi banyak berkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki strategi-strategi atau cara-cara yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi keluarga mereka. Bias jender dalam kehidupan ekonomi keluarga sudah tampak kabur karena para isteri juga dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.

Sebagian besar dari isteri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli mempunyai pekerjaan dan usaha sampingan dalam menunjang penghasilan suami mereka yang sangat minim. Usaha sampingan tersebut merupakan upaya mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, adapun beberapa jenis strategi ekonomi, yaitu :


(53)

4.5.1.1 Diversifikasi Pekerjaan

Diversifikasi pekerjaan merupakan pengkombinasian pekerjaan (pekerjaan sambilan), dimana seorang isteri nelayan selain bekerja menjadi ibu rumah tangga, isteri nelayan juga bisa bekerja di bidang lain. Beragam pekerjaan yang para isteri kerjakan asalkan mereka mampu mengerjakannya. Seorang isteri nelayan tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, kebanyakan istri-istri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli membantu suaminya mencari uang dengan bekerja sebagai buruh, berjualan, dan lainnya. Oleh karena kondisi ekonomi keluarga sangat berkekurangan sehingga perempuan pesisir di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan melakukan pekerjaan lebih dari satu untuk menambah penghasilan setiap harinya. Adapun pengkombinasian pekerjaan tersebut, yaitu :

1. Bekerja di Sektor Perikanan

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh istri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli lebih banyak bekerja sebagai buruh di sektor perikanan. Bekerja sebagai buruh usaha perikanan memang pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh istri nelayan, namun penghasilan yang diperoleh paling kecil dibandingkan pekerjaan lain.

a. Buruh Harian Lepas

Pemilik kapal besar biasanya mempekerjakan para perempuan pesisir untuk menyortir, mengopek, menjemur hasil laut yang mereka tangkap. Menyortir adalah kegiatan memilih jenis-jenis ikan sesuai ukuran, jenis, dan tampilan kesegarannya. Mengopek adalah kegiatan


(54)

mengupas kerang atau udang yang akan dijual maupun dijadikan bahan makanan. Menjemur adalah kegiatan dimana ikan-ikan yang telah dibersihkan diletakan dibawah sinar matahari. Hal ini merupakan salah satu proses membuat ikan asin. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Farida pada saat dilapangan :

“ Inilah aku kerja sama orang, kerja milih-milih ikan teri. Ikan teri kecil-kecil ini dipisahkan dari ikan tapis. Aku kerja dari jam lapan pagi sampelah jam lapan malam kadang pun sampe jam sembilan malam. Ini namanya kerja harlep, jadi buruh harian lepas. Kerjanya harian, dibayarnya pun harian, kalo ada banyak ikan sampe seharian aku kerja dapat kulah Rp. 100.000/hari. Tapi kalo cuman ada dikit ikan, kerja Cuma dari sore ya dapat kulah Rp.30.000/hari. Kebanyakan nganggur pun aku, gak ada ikan yang mau dikerjakan”.

Pekerjaan menjadi buruh harian lepas dilakukan oleh Ibu Farida untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Hanya dengan mengharapkan penghasilan dari suami saja tentu tidaklah cukup menurut Ibu Farida. Oleh karena itulah Ibu Farida juga ikut membantu suaminya bekerja untuk mendapatkan uang. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Farida pada saat dilapangan :

“ gajiku jadi harlep ini bisa untuk belanja, keperluan anak sekolah, ongkosnya, jajannya lagi, kan jadi bisa membantu suami. Kalo Cuma suami ajanya yang diharapkan ya kurang mencukupi, jadi kalo kita bekerja kan udah enak, ada uang suami ada juga uang dariku”.

Selain Ibu Farida, hal yang sependapat juga dirasakan oleh Ibu Satia yang bekerja menjadi buruh kopek udang lipan. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Satia pada saat dilapangan :

“ya aku kerja untuk bantu suami, gajiku untuk ke dapur, jajan anak sekolah. jadi buruh kopek udang lipan ini, ibu bekerja dari jam lapan sampai habis semua. Ya lihat bahan juga, kalau ada banyak


(55)

bahan pulangnya sampe sore kali tapi kalau bahannya dikit tengah hari udah pulang. Gajinya pun tak menentu, kalau banyak bahan digaji Rp. 35.000, tapi kalau bahan dikit ya Cuma dapat Rp. 8.000-15.000 lah, kalau sama sekali gak ada bahan Cuma dapat Rp. 2.000 pun. Ya lumayanlah daripada gak kerja Cuma mengharap dari bapak, manalah cukup. Kalau bapak gak kerja, kan ada gajiku, kalau bapak gak kerja aku pun gak kerja, cemana mau hidup”.

Walaupun penghasilan yang di dapat dari bekerja sebagai buruh harian lepas tidak begitu besar, namun penghasilan tersebut dirasakan para istri nelayan dapat mengurangi beban keluarga. Penghasilan tersebut dapat menambah ekonomi keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Saniyem :

“ dari berjualan inilah dek, lumayan untuk jajan-jajan anak. Bapak melaut kan gak jelas gajinya. Kadang-kadang pun lebih besar gaji yang ibu dapat dari berjualan kek gini. Lumayanlah, bisa jajan anak, ongkosnya lagi, kadang kalau habis semua, bisa juga ibu nabung. Bapak jadinya kan terbantu, hasil bapak bisalah untuk belanja di dapur. Ibu bantu biaya sekolah anak-anak, kan jadi tercukupi semua”. b. Agen ( pedagang perantara ) ikan

Menjadi agen ikan nelayan, harus senantiasa siap di tempat pendaratan ikan sesuai dengan jadwal tiba melaut para nelayan. oleh karena itu, jika nelayan mendaratkan hasil tangkapan pada pagi hari, maka agen akan bersiap-siap di pagi hari begitu juga jika pendaratan ikan oleh nelayan tiba dari melaut pada malam hari.

Agen ikan memperkerjakan perempuan-perempuan persisir untuk membersihkan hasil laut yang ia dapat. Hasil laut ini bisa di dapat dari tangkapan suami di laut atau bisa dengan membeli hasil tangkapan orang lain. Ketika bahan hasil laut sudah ada, agen akan memanggil orang-orang untuk dipekerjakan membersihkan dan menjemur ikan.


(56)

Ikan-ikan inilah akan dijual oleh agen setelah dibersihkan oleh para pekerja yang ia pekerjakan. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Nurhayati pada saat dilapangan :

“ aku kerja supaya nolong dia di rumah, kadang dia melaut kadang enggak, jadi kalau dia ada dapat ikan, ku asinin, jemur sendiri trus dijual. Kan lumayan untuk nambah-nambah belanja di rumah. aku suka kerja, ngambilin udang lipan orang trus suruh orang kerja, ngupahi sama orang. Aku juga ikut ngerjainya biar gak terlalu banyak ngupahi orang”.

c. Mengolah dan Menjual Hasil Tangkapan Suami

Para nelayan pergi mencari ikan di laut selama beberapa hari dan memperoleh ikan yang di bawa ke rumah. Ikan-ikah hasil tangkapan nelayan inilah akan diolah oleh para isteri nelayan. Ikan-ikan ini biasanya diolah menjadi ikan asin, menjadi makanan yang berbahan dasar ikan, dan lainnya. Mengolah ikan hasil tangkapan suami menjadi ikan asin dimaksudkan untuk meningkatkan harga jual ikan tersebut, selain itu juga untuk mengantisipasi pada saat permintaan ikan segar rendah, disebabkan sedang musim ikan, sehingga penjualan sulit untuk dilakukan. Ada juga isteri nelayan yang menjual hasil tangkapan suaminya di tempat pejualan ikan dan sebagian dikonsumsi sendiri oleh keluarga. Istri yang berdagang ikan hasil tangkapan suami mereka, kegiatan ini akan berlangsung pada waktu yang sama dengan istri-istri nelayan lainnya, karena bergantung pada masa tiba melaut para nelayan. Hal ini mengakibatkan adanya persaingan antara para istri nelayan dalam menjual ikan hasil tangkapan suami mereka.


(57)

Hasil yang didapat oleh para isteri nelayan dari menjual ikan hingga mengolahnya akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Sari pada saat dilapangan :

“ Kalau bapak pulang bawa ikan, biasanya ibu olah ikan itu jadi ikan asin. Pulanglah bapak, langsung ibu bersihkanlah ikan-ikan itu, ibu jemur, ibu asinkanlah. Siap udah jadi ikan asin, ya ibu jual ikan asin itu. Uangnya untuk belanja rumah tangga, anak sekolah, kadang kalau hasilnya lumayan, mau juga ibu nabung”.

2. Bekerja di Sektor Perdagangan

Selain pekerjaan yang berada disektor perikanan, perempuan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan juga ada yang bekerja di sektor perdagangan, yaitu :

a. Membuka warung

Perempuan penduduk di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli khususnya para ibu rumah tangga membantu suami dalam menambah penghasilan untuk keperluan rumah tangga yaitu dengan berjualan. Disepanjang jalan di lingkungan VII terdapat rumah-rumah yang berjualan di teras rumahnya. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Saniyem yang berjualan makanan seperti mie, bubur, sate kerang, gorengan, dan lainnya pada saat dilapangan :

“ibu jualan gini ya lumayanlah untuk jajan-jajan anak. Kalau untuk dapur dari bapaknyalah. Tapi kalau bapaknya pere melaut ya hasil jualan ini dimasukan ke dapur. Kan melaut ini gak tentu rejekinya, kadang-kadang ada kadang-kadang gak ada. Kan lumayan juga rejeki jualan gini, dapat juga aku kalo habis semua kadang dapat dua ratus sampe dua ratus lima puluh. Bisalah ku tabung entah sepuluh, dua puluh ribu setiap hari, bisalah ku sekolahkan anak ku”.


(58)

b. Berjualan risol ke warung-warung

Seorang ibu rumah tangga yang hanya memiliki sedikit modal untuk berjualan, mencoba untuk berjualan risol yang dititipkannya ke warung-warung yang menjual makanan. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Nila yang berjualan risol pada saat dilapangan : “ usaha gorengan ajanya ibu bikin risol ditarok-tarok di kede-kede, di sekolah, di orang-orang yang jual sarapan. Pagi antar risol, siang sore pun antar risol, kan buatnya di rumah ibu, bisa liat-liat anak juga dirumah jadi bapak pun ngijinkan jualan gini. kan lumayan dapat keuntungan lima puluh sampe enam puluh ribu. Bisa untuk bantu sekolah anak-anak ini bisa jajan-jajan anak sekolah”.

3. Bekerja di Sektor Jasa

Selain pekerjaan yang berada disektor perikanan dan perdagangan, perempuan pesisir di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli juga ada yang bekerja di sektor jasa, yaitu :

1. Pembantu Rumah Tangga

Isteri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli mengatasi kemiskinan pada keluarganya dengan bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Isteri nelayan sudah sangat terbiasa dengan pekerjaan domestik dimana mereka melakukan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, menyetrika, menyapu, mengepel, dan sebagainya. Oleh sebab itu, isteri nelayan sudah tidak asing lagi dalam bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Tuti yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di Lingkungan lain di Kelurahan Bagan Deli. Ia bekerja mencuci dan menyetrika pakaian dengan mendapat upah Rp. 500.000/bulan. Dengan gaji yang tetap setiap bulannya membuat Ibu


(59)

Tuti mampu mengatasi permasalahan ekonomi pada keluarganya. Setiap bulannya, Ibu Tuti bisa mengikuti jula-jula yang ia ikuti bersama para tetangganya. Setelah mendapat giliran jula-jula, Ibu Tuti mampu merenovasi rumahnya, membayar uang kuliah anaknya, dan membeli perabotan rumah tangga. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Tuti pada saat dilapangan :

“ jadi tukang cuci dan gosok baju gini, ibu digaji Rp. 500.000 per bulan. Penghasilan bapak untuk keperluan rumah tangga, ada juga anak ibu yang udah kerja, dialah yang bantu-bantu ibu juga. Dari gaji ibu ini bisalah ibu bagusin rumah ibu yang rusak, bisa ibu beli lemari, tipi, kadang ibu bantu juga anak ibu yang kuliah, dia kuliah sambil kerja, gajinya untuk biaya kuliahnya, ya dari cuci pakaian kalau ada lebih ibu kasih juga uang ibu untuk bayar uang kuliah ”.

2. Guru

Ibu Awi adalah seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran agama Kristen di Sekolah Dasar HKBP Pajak Baru. Menjadi seorang guru, Ibu Awi mengaku mendapat penghasilan yang lumayan sekitar Rp 1.200.000/bulan. Dengan mendapatkan penghasilan tersebut, Ibu Awi mempergunakannya untuk keperluan rumah tangganya. Dengan penghasilan tersebut, ia dapat menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta. Untuk menambah penghasilan, Ibu Awi juga membuka les private di rumahnya sendiri. Mendapat uang tambahan dari membuka les private, Ibu Awi mampu membeli perhiasan emas. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Awi pada saat dilapangan :

“ gaji ibu Rp. 1.200.000 per bulan, gaji inilah untuk biayai sekolah anak-anak ibu. Anak-anak ibu sekolahnya di swasta. Ibu juga buka les di rumah ibu malam-malam. Uangnya bisa ibu beli emas, kan kalo beli emas ini, bisa juga ibu jual kalau ibu lagi kepepet. Jaman sekarang kalau isteri gak pande cari duit manalah bisa hidup, dari pagi ibu


(60)

ngajar, malamnya pun ibu ngajar, biar banyak dapat duit, bisalah ku sekolahkan anak-anakku tinggi-tinggi ”.

4.5.1.2 Beternak Ayam

Para ibu-ibu rumah tangga di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli melakukan pekerjaan sampingan yaitu dengan memelihara ayam di daerah rumahnya. Hal ini dikarenakan agar mudah dijaga dan jumlahnya pun tidak banyak. Mereka memelihara ayam sebagian untuk dikonsumsi oleh keluarga mereka sendiri sebagian lagi ayam dan telur-telur ayam yang mereka peroleh akan mereka jual. Dengan beternak ayam, ibu rumah tangga akan mendapat uang dari hasil menjual ayam yang ia pelihara dari kecil hingga besar hingga dapat dijual. Memelihara ayam juga bisa dijadikan tabungan, karena dengan memelihara ayam yang dibeli dengan harga murah lalu dipelihara dan menjadi besar sehingga mahal untuk dijual. Hal ini didukung saat wawancara pada saat dilapangan dengan Ibu Dame yang memelihara ayam dipekarangan rumahnya:

“ pelihara ayam gini lumayanlah dek, waktu kecil-kecil ayam ini ku beli murah, ku peliharalah, bisanya dia cari makannya sendiri tinggal ku lepaskan aja dia dekat-dekat sini. Kalau udah sore barulah ku masukan ke kandangnya. Gak terasa waktu berlalu, udah besar aja pun ayam-ayam ini, lumayanlah dijual. Uangnya bisa buat uang sekolah anak, beli buku, pokoknya untuk sekolah anak-anak inilah dek”. Kerjanya pun enggaknya terlalu susah”.

4.5.1.3 Mencari Barang Bekas

Mencari barang bekas merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan pesisir di Kelurahan Bagan Deli. Barang-barang bekas yang dicari berupa botol-botol minuman dan barang-barang plastik lainnya. Kadang botol-botol minuman yang masih layak pakai sering mereka ambil kembali untuk digunakan sendiri. Barang-barang bekas yang dikumpulkan akan disimpan hingga jumlah yang banyak, setelah terkumpul banyak mereka menjualnya dan


(61)

mendapatkan uang. Hal ini didukung saat wawancara dilapangan dengan Ibu Ros yang mencari barang bekas :

“ ginilah dek kalo gak ada modal. Ibu sebenarnya pengen jualan, tapi karna gak ada modal, yang ibu nyari-nyari barang bekas ginilah untuk dijual. Suami ibu buruh nelayan, kalo cuma ngeharapin suami ya gak bisa, enggaklah cukup dek, buruh nelayan ini kan gak jelas, kadang kerja kadang enggak. Makanya ibu cari barang-barang bekas dekat-dekat sini, ibu jual lah, lumayan uangnya untuk biaya hidup di rumah. kalau bapak gak kerja, uang ini dipakai untuk urusan dapur, kalau bapak kerja, uangnya ibu simpan untuk besok-besok mana tau ada perlu, kan bisa nolong suami juga”.

4.5.1.4 Berhemat

Saat pendapatan dari melaut benar-benar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mau tidak mau seorang isteri harus pintar-pintar mengatur pengeluaran rumah tangga mereka. Kebanyakan para isteri nelayan kecil memilih cara untuk menyiasati kondisi tersebut dengan berhemat, walaupun pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka harus tetap tercukupi dari pendapatan yang diperoleh tersebut. Belanja keperluan dapur pun diusahakan sehemat mungkin. Bahkan pada keluarga di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli, tak jarang ibu-ibu hanya membeli pakaian baru hanya pada saat Hari Lebaran saja. Karena dengan terlalu sering berbelanja merupakan tindakan pemborosan yang mana keadaan perekonomian keluarga sering kekurangan. Ketika keuangan keluarga mulai menipis, perempuan pesisir menghemat uang belanja dengan cara mengurangi porsi makan atau frekuensi makan keluarganya. Anak-anak yang biasanya diberikan uang jajan bahkan tidak lagi diberikan. Segala barang-barang yang tidak terlalu mendesak untuk dipenuhi tidak akan dibeli. Hal ini guna menekan pengeluaran sehari-hari keluarga. Hal ini didukung saat wawancara dilapangan dengan Ibu Satiyem :


(62)

“Ibu beli baju untuk anak-anak ibu ya setahun sekali, pas lebaran aja. Sayang duitnyalah dek. Susah cari uang, ya harus hemat-hemat, kalo gak hemat mana bisa anak-anak ibu sekolah tinggi. Ini anak ibu yang paling besar sekarang kuliah, belum uang kuliahnya, uang kosnya, uang makannya, untunglah masih negeri kalo swasta, gak lah sanggup ibu biayainya. Makanya hemat-hematlah ini. Baju ibu udah jelek-jelek gini pun masih ibu tahankan demi sekolah anak”.

4.5.1.5 Melibatkan Anak Untuk Bekerja

Selain istri, anak-anak nelayan juga terlibat dalam beberapa pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Anak laki-laki akan mengikuti orang tuanya atau kerabatnya untuk mencari ikan ke tengah laut atau membersihkan perahu yang baru tiba melaut. Anak-anak perempuan selain membantu kegiatan domestik orang tuanya, juga membantu ibunya yang bekerja di industri-industri pengolahan hasil ikan.

Kegiatan ekonomi anak-anak nelayan ini biasanya dilakukan setelah mereka pulang sekolah. Anak-anak ini langsung membantu bapaknya untuk membersihkan perahu, membenarkan jaring-jaring yang rusak, serta ikut mencari ikan di laut. Selain itu, kegiatan lain yang bisa dimasuki oleh anak-anak adalah mengopek udang lipan. Ketika isteri nelayan bekerja mengopek udang, biasaya mereka membawa anak-anaknya ke tempat ia bekerja. Hal ini dilakukan agar ia juga bisa mengawasi anak-anaknya. Oleh karena sering melihat cara ibunya dalam mengopek udang lipan, anak nelayan pun juga turut mengopek udang karena dirasa cara melakukannya cukup mudah dan tidak membutuhkan keahlian khusus.

Kegiatan-kegiatan ekonomi tambahan yang dilakukan oleh anggota rumah tangga nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu dari strategi adaptasi yang harus ditempuh untuk menjaga kelangsunghan hidupnya ditengah ketidakpastian sumberdaya perikanan yang ada di Kelurahan Bagan Deli. Perubahan ekologis


(1)

penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih buk, atas waktu, perhatian, dan bimbingannya selama ini

3. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik penulis

4. Seluruh dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Kak Ernita Yanthi yang sering membagi pengetahuannya kepada penulis, Kak Fitri, dan Bang Abel yang banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dan pengurusan administrasi

5. Teman-teman seperjuangan yang selalu memotivasi satu sama lain, saling berbagi informasi, berbagi suka dan duka, penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya teristimewa kepada Wanti Nurjadidah, Rahmadina Pasaribu, Zamri Mardian, dan Intan Aminah.

6. Teman-teman Sosiologi yang bersama penulis merasakan suka dan duka menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Fani Lourdes Simanjuntak, Putri Pakpahan, Rici


(2)

Wulandari, Sri Saputri, Zultia Safitri, Andrie, Ridho Kurnia Adillah, Binsar Pirngadi, Riana Astrinda, Masraini Nahampun, Monica Aprilliani, Anggiat Hutajulu, dan teman-teman sosiologi lainnya penulis ucapkan terimakasih.

7. Terimakasih juga kepada teman-teman, abang-abang, kakak-kakak, dan adik-adik di KMK St. Yohannes Don Bosco FISIP USU yang selalu mendoakan, memberi semangat dan penghiburan kepada penulis.

8. Kepada para informan dan pegawai yang ada di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, penulis ucapkan terimakasih atas bantuannya dalam penyelesaian tugas akhir ini, semoga kelak bermanfaat untuk semuanya.

9. Beserta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya sekaligus juga mengharapkan saran serta kritikannya yang membangun guna memperbaiki skripsi berikutnya.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Definisi Konsep ... 8

1.5.1 Strategi Ekonomi ... 8

1.5.2 Strategi Sosial ... 8

1.5.3 Perempuan Pesisir ... 9

1.5.4 Kemiskinan ... 9

1.5.5 Keluarga Nelayan Miskin Kondisi Sosial Ekonomi ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kemiskinan Nelayan ... 11

2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan ... 16

2.3 Strategi Perempuan Pesisir ... 19

2.4 Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27


(4)

3.2 Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Unit Analisa dan Informan ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Interpretasi Data ... 30

3.6 Jadwal Kegiatan ... 31

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 32 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 32

4.1.1 Sejarah Kelurahan ... 32

4.1.2 Keadaan Geografis Kelurahan ... 33

4.1.3 Tata Penggunaan Lahan ... 36

4.1.4 Sarana dan Prasarana Kelurahan ... 39

4.2 Gambaran Penduduk Kelurahan Bagan Deli ... 42

4.3 Tata Kehidupan Masyarakat Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli48 4.4 Profil Informan... 52

4.5 Strategi Perempuan Pesisir dalam Mengatasi Kemiskinan ... 69

4.5.1 Strategi Ekonomi ... 69

4.5.1.1 Diversifikasi Pekerjaan ... 70

4.5.1.2 Beternak Ayam ... 77

4.5.1.3 Mencari Barang Bekas ... 77

4.5.1.4 Berhemat ... 78

4.5.1.5 Melibatkan Anak untuk Bekerja ... 79

4.5.2 Strategi Sosial ... 80

4.5.2.1 Arisan ... 80

4.5.2.2 Ketetangaan ... 81

4.5.2.3 Sumber Informasi ... 82

4.6 Motivasi Istri Nelayan... 82

4.6.1 Motivasi Perempuan Pesisir Bekerja di Sektor Perdagangan 84 4.6.2 Motivasi Perempuan Pesisir Bekerja di Sektor Perikanan . 86


(5)

4.6.3 Motivasi Perempuan Pesisir Bekerja di Sektor Jasa ... 86

4.7 Bentuk atau Wujud Partisipasi Seorang Istri Nelayan dalam mengatasi kemiskinan pada keluarga... 87

4.8 Pemanfaatan Penghasilan Istri Nelayan ... 89

BAB V PENUTUP ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 4

Tabel 2. Kepala Lingkungan di Kelurahan Bagan Deli ... 36

Tabel 3. Luas Wilayah Lahan Kelurahan Bagan Deli ... 37

Tabel 4. Tata Guna Lahan Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli ... 38

Tabel 5. Sarana Kesehatan yang Ada di Kelurahan Bagan Deli ... 39

Tabel 6. Sarana Pendidikan yang Ada di Kelurahan Bagan Deli ... 40

Tabel 7. Sarana Ibadah yang Ada di Kelurahan Bagan Deli ... 41

Tabel 8. Sarana Olahraga yang Ada di Kelurahan Bagan Deli ... 42

Tabel 9. Komposisi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Jenis Kelamin .. 42

Tabel 10. Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Usia ... 43

Tabel 11. Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44

Tabel 12. Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Mata Pencaharian ... 45

Tabel 13. Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Etnis ... 46

Tabel 14. Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Agama ... 47 Tabel 15. Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Tempat Tinggal 50 Tabel 16. Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Pemakaian MCK 50 Tabel 17. Klasifikasi Penduduk Lingkungan VII Berdasarkan Pemakaian Air 51


Dokumen yang terkait

Analisis Karakteristik Nelayan dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

8 101 124

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

1 49 128

Kemiskinan Dan Ketimpangan Pendapatan Nelayan Buruh Kapal Bermotor &lt; 5 GT (Studi kasus: Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan)

2 70 84

STRATEGI KELUARGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN.

2 15 157

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 9

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 1

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 10

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 16

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 5

ANALISIS KARAKTERISTIK NELAYAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN TESIS

0 0 16