Upaya Dalam Mengatasi Hambatan yang Dilakukan Biro Pemberdayaan

Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 21. Kurangnya keberpihakan atau keterlibatan media massa dalam memperkuat, memperluas intensitas penyebaran informasi edukasi permasalahan trafiking pada masyarakat. Dari permasalahan tersebut belum tersedia data secara akurat untuk dijadikan referensi, hal ini disebabkan sifat dari permasalahan tersebut yang cenderung tersembunyi dan terjadi secara ilegal. Meskipun ada sejumlah catatan dari berbagai lembaga, namun hal ini hanyalah sebuah fenomena gunung es artinya fenomena kasus jauh lebih besar daripada data yang terungkap. Untuk trafiking perdagangan manusia masalahnya tidak terlepas dari modus operandi yang dipraktekkan oleh jaringan atau sindikat traafiking yang sangat rahasia, terselubung, rapi dan sulit untuk diidentifikasikan. 46

B. Upaya Dalam Mengatasi Hambatan yang Dilakukan Biro Pemberdayaan

Perempuan Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang di Propinsi Sumatera Utara Pemerintah Propinsi Sumatera Utara terus berupaya mengembangkan jaringan lebih luas lagi agar dapat melakukan kegiatan penanganan trafiking dengan lebih luas lagi. Sejak dikumandangkannya perang terhadap perdagangan manusia Biro Pemberdayaan Perempuuan dan instansi yang terkait serta LSM sampai saat ini masih menghadapi hambataan. Namun demikian Biro Pemberdayaan Perempuan juga melakukan kegiatan-kegiatan sebagai upaya dalam mengatasi hambatan tersebut. 46 Nurlisa Ginting, Op.cit, hal. 13 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Upaya-upaya yang dilakukan Biro Pemberdayaan Perempuan dalam mengatasi hambatan tersebut antara lain: 47 1. Sosialisasi, kampanye dialog interaktif secara intensitas penyebaran, pengembangan media informasi tentang bahaya trafiking dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang kepada masyarakat; 2. Implementasi Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Peraturan Gubernur no. 24 Tahun 2005 tentang Rancangan Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak; 3. Pembentukan Gugus Tugas Trafiking dan Rencana Aksi Daerah Penghapusaan Perdagangan Trafiking Perempuaan dan Anak di KabupatenKota yang daerahnya rawan trafiking; 4. Memperkuat daann memperluas jaaringan kerja terpadu antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di tingkat daerah, nasional dan internasional; 5. Memperluas akses untuk peningkatan pendidikan khususnya bagi anak perempuan; 6. Meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan, memperluas kesempatan kerja, mengurangi pengangguran; 7. Memperkuat peran aktif Gugus Tugas melakukan tindakan serius dalam upaya pencegahan, penaanganan, penindakaan dan 47 Ibid, hal. 14 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 penegaakan hukum secara tegaas, konsisten dan terus menerus terhadap pelaku trafiking dan pihak yang mendukung; 8. Mempersiapkan sumber daya finansial daan intelektual untuk penanganan masalah trafiking ini daan penanganan korban trafiking melalui kegiatan rehabilitasi, konseling, dan pemberdayaan ekonomi; 9. Menindaklanjuti laporan atau pengaduan masyarakat, LSM dan media; 10. Memberdayakan dan membiayai lembaga-lembaga yang melakukan pengawasan, penangaanan dan pelayaanan; 11. Pemetaan yang lebih serius terhadap permasalahan trafiking ini; 12. Melakukan kerja sama lintas sektor dan lintas batas propinsi dan KabupatenKota; 13. Alokasi dana atau anggaran pada APBD untuk trafiking dialokasikan secara khusus pada instansi terkaait daan diintegrasikan pada kegiatan masing-masing instansi terkait sebagai implementasi Rencana Aksi Daerah P3A di KabupatenKota. 14. Melakukan kegiatan lewat program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, keahlian, dan kompetenssi kerja dan penyelenggaraaan pelatihan kerja berbasis kompetensi; 48 48 Bappeda Propinsi Sumatera Utara, Op.cit., hal.9 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 15. Melakukan pembekalan yaang terus menerus kepada aparat pemerintah yang terlibat dalam penanganan korban tindak kekerasan; 16. Melakukan upaya kerja sama lintas sektoral dalam melakukan perubahan struktural yang menyangkut pada akar permasalahan munculnya persoalan trafiking. 17. Mengembangkan model pencegahan melalui penguatan institusi lokal membangun Early Warning System Sistem Peringatan Dini; 49 18. Memobilisasi keluarga dan masyarakat untuk bersama-sama mencegah terjadinya trafiking daan mampu memberi dukungan sosial bagi korban yang kembali ke masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan baik dalam pencegahan dan penanggulangan tindak pidana perdagangan maanusia trafiking memerlukan dukungan dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri agar tetap berkelanjutan. Hambatan dan upaya dalam mengatasi hambatan penanganan trafiking yang dilakukan Biro Pemberdayaan Perempuan diharapkan dapat memberantas tindak pidana ini khususnya di Sumatera Utara. Sebagai bahan perbandingan dengan kinerja Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara, di Propinsi Sulawesi Utara sejak merebaknya kasus Timika Puluhan anak-anak dieksploitasi secara seks, dimana 49 Elisabeth Juniarti, Op.cit., hal 10 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 setelah anak-anak ini mendapat pemeriksaan ternyata satu diantaranya menderita HIVAIDS, lainnya menderita penyakit kelamin dan ada yang hamil Pemerintah, Tim Penggerak PKK, BKOW dan LSM Peduli Gender memberi perhatian yang khusus terhadap masalah trafiking. Sehinga pada tanggal 6 Januari 2004 terbit Perda No. 1 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Manusia terutama Perempuan dan Anak. Sejak itu upaya-upaya signifikan dari Pemerintah, Tim Penggerak PKK, BKOW dan LSM bahkan Tokoh Agama dan perguruan tinggi terus bergulir untuk mengantisipasi trafiking perempuan dan anak. Sejalan dengan terbitnya Perda tersebut, kasus-kasus trafiking yang sebelumnya tersembunyi, kini bermunculan dan ditangani secara serius oleh kepolisian, kejaksaan dan para hakim yang menangani kasus tersebut. Kasus- kasus didampingi oleh LSM yang memberi diri untuk menolong kaum perempuan yang menjadi korban. 50 Hambatan yang dihadapi Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sulawesi Utara dalam penanganan trafiking perempuan dan anak yaitu: 51 1 Pendapatan daerah yang masih rendah; 2 Masyarakat dalam hal ini orang tua dan anak gadis sangat rentan terhadap godaan dan iming-iming bekerja dengan gaji yang besar; 3 Belum efektifnya pengawasan dan penanganan tindak pidana ini di dalam masyarakat; 4 Alokasi dana untuk penanganan trafiking masih kecil, padahal masalah yang dihadapi begitu banyak dan kompleks; 5 Masih tingginya permintaan pasar terhadap perempuan dan anak- anak dalam industri seks baik lokal maupun internasional; 6 Masih kuatnya jaringan perdagangan orang trafiking di Sulawesi khususnya di propinsi Sulawesi Utara. 50 L.M. Gandhi Lapian dan Hetty A. Geru, Pemberdayaan Komunitas Lokal Melawan Trafiking Perempuan dan Anak di Sulawesi Utara, Yayasan Obor Indonesia, 2006, hal. 133 51 Ibid, hal 141 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada, Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sulawesi Utara melakukan upaya-upaya antara lain: 52 1 Penerbitan dan pemberlakuan Perda No. 1 ahun 2004 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Mausia Trafiking terutama Perempuan dan Anak yang disponsori oleh Ketua TP PKK Sulawesi Utara Ketua Umum BKOW Sulawesi Utara serta semua komponen perempuan Sulawesi Utara bekerja sama dengan Biro Pemberdayaan Perempuan Setda Propinsi Sulawesi Utara. 2 Pelaksanaan Konferensi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Trafiking Perempuan dan Anak yang menghasilkan Rencana Aksi Daerah 2004-2008. 3 Pembentukan Satuan Tugas Anti Trafiking Perempuan dan Anak di propinsi Sulawesi Utara yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Utara dan mendapat fasilitas ruangan. 4 Penanganan kasus trafiking melalui Shelter Rumah Aman TP PKK Sulawesi Utara dan PIPPA Pusat Informasi dan Perlindungan Perempuan dan Anak asuhan BKOW Sulawesi Utara difasilitasi Pemerintah Daerah. 5 Pembentukan Jaringan Anti Trafiking oleh LSM dan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Utara Biro Pemberdayan Perempuan Setda Propsulut. 6 Pelatihan Pendampingan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak kerja sama Biro Pemberdayaan Perempuan, TP PKK, dan BKOW dan pesertanya membentuk Jaringan Tamang Anak dengan Perampuang J.TAP dibiayai Pemerintah Daerah. 7 Pelatihan hakim Mahkamah Agung, pelatihan jaksa dan penegak hukum Convention Watch UI. 8 Pemberdayaan Komunitas Lokal oleh LSM Peduli Gender Suara Perampuang, PKBI, Yayasan PEKA, Yayasan Sofia, Convention Watch, TP PKK Sulawesi Utara di semua tingkatan. Kedua propinsi ini memiliki kesamaan dalam penanganan perdagangan orang trafiking di daerahnya. Masalah yang dihadapi juga hampir sama yaitu masalah perdagangan orang trafiking adalah masalah yang kompleks dan jaringannya terorganisir kuat di dalam masyarakat. Semua sektor baik pemerintah, para penegak hukum, LSM dan masyarakat berkoordinasi dalam penanganan dan 52 Ibid, hal 142 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 pemberantasan perdagangan orang trafiking. Pemerintah kedua daerah dapat melakukan kerja sama dan bertukar informasi yang diperlukan. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan