Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II FENOMENA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
A. Modus Terjadinya Tindak Pidana Perdagangan Orang di Propinsi Sumatera Utara
Modus yang dikembangkan sindikat, para calo, dan orang-orang yang terbiasa melakukan tindak kejahatan memperdagangkan orang perempuan dan
anak cenderung sangat beragam. Pola umum yang berlaku biasanya adalah bujuk rayu dan tipu daya pada korban dan keluarganya. Para calo berhasil menipu
banyak perempuan yang tergiur dengan berbagai pekerjaan dengan janji gaji dan pembayaran yang sangat memuaskan.
14
Di tengah makin langkanya kesempatan kerja yang tersedia di desa dan tekanan situasi krisis, memang tidak banyak
pilihan yang dapat dikembangkan perempuan dan penduduk miskin di desa. Seorang calo yang sudah berpengalaman niscaya sudah tahu persis bagaimana
menghadapai orang-orang yang kehidupan sehari-harinya sengsara seperti mereka. Para agen atau calo ini pada umumnya menawarkan bekerja dalam
kelompok yang terdiri dari 3-4 orang dan menyatu sebagai remaja yang sedang bersenang-senang.
15
14
http:www.google.comseacrh?q:cache:64XC19hHs7UJ:groups:yahoo.comgroupberit alingkunganmessage6799+modus+menawarjan+pekerjaan+dalam+[erdagangan+oranghl+idc
t+cin kcd+791+id, diakses pada tanggal 1 November 2008 pukul 17.45 WIB.
15
http:www.iworkd.orgindex.php?action+news.detailidnews+73judul=bisnis20ha ram20perdagangan20manusia, diakses pada tanggal 1 November 2008 pukul 17.20WIB.
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Para pelaku dalam melakukan aksi tindak pidana perdagangan orang menggunakan berbagai cara untuk merekrut korbannya baik itu dengan janji-janji
indah maupun dengan paksaan. 1.
Dengan Janji – janji indah Kasus - kasus perdagangan manusia dimana laki - laki dewasa menjadi
korbannya berkarasteristik korbannya merupakan para pencari kerja yang tertipu oleh janji-janji indah dan giro pencari kerja.
Kasus penjualan remaja di Sumatera Utara, didapati adanya dua model pola rekrutmen. Pertama, para anggota sindikat mendatangi desa-desa dan
menawarkan pekerjaan di restoran atau pabrik, sementara nantinya anak-anak perempuan tersebut dijual ke lokasi prostitusi. Kedua, melakukan pendekatan
personal dan bujuk rayu para remaja yang berada di pusat-pusat perbelanjaan, namun setelah itu mereka dijual. Setiap anak atau remaja yang dibawa ke tempat
penampungan dipaksa untuk menanggung biaya sendiri atau dinyatakan sebagi hutang yang kadang tak terlunaskan meski mereka telah bekerja.
16
Kasus yang paling sering terjadi pada TKI dimana mereka mengalami baik pada saat pra
penempatan di dalam negeri maupun pada masa penempatan di luar negeri. Keterlibatan aparat pada umumnya antara lain berkaitan dengan pembuatan akte
lahir atau identitas asli tapi palsu bagi si korban.
17
1 Anak-anak yang dibujuk dan dirayu dengan diberi makanan atau
pakaian serta diajak pesiar oleh orang asing bule. Modus operandi pemberian janji juga terlihat dalam kasus :
16
Komnas Perempuan, Peta Kekerasan Perempuan di Indonesia, Lokakarya, Jakarta, hlm. 142
17
www.humanrights.go.idindexHAM.asp3Dnews26id3D3404+Perdagangan+oran g+menurut+Komnas+HAMhl=cinkcd=3gl=id, diakses 29 Oktober 2008 pukul 16.05 WIB
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
2 Anak-anak yang dibujuk dan dirayu serta dijanjikan menjadi anak
asuh oleh orang asing. 3
Janji kepada orang tua bahwa anaknya akan disekolahkan dan dipelihara dengan baik.
4 Dijanjikan pekerjaan dan memperoleh gaji dan fasilitas yang menarik
5 Dijanjikan untuk bekerja sebagai pelayan toko atau restoran dengan
gaji pertama Rp 400.000,- bulan namun bisa naik Rp 500.000,- bulan dalam 1 tahun. Rekrutmen dilakukan ke desa-desa oleh oknum
yang berpakaian rapi dengan dengan gelang dan kalung emas yang besar-besar.
6 Dijanjikan bekerja sebagai TKW TKI.
18
7 Ditawari dan dijanjikan kepada anak-anak untuk bekerja di restoran,
karaoke, rumah tangga dan hotel. 8
Para rekrutmen beroperasi di mall tempat hiburan lainnya, mendatangi daerah pinggiran, informasi disampaikan secara berantai.
9 Menjanjikan pekerjaan tanpa harus melamar.
10 Anak yatim piatu pengungsi dijanjikan untuk memperoleh pekerjaan.
11 Para korban dijanjikan menjadi duta kesenian.
12 Menipu istrinya dengan menawarkan pekerjaan.
13 Dijanjikan untuk menjadi duta budaya atau budaya seni.
14 Adanya kotrak yang tidak jelas dan tidak diberikan copynya kepada
pekerja.
18
AKP Feriana Gultom,SH Kanit PPA DIT Reskim Polda Sumut, Paparan tentang Penanganan Perdagangan Paska Berlakunya UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO,
disampaikan dalam acara Peringatan Hari Ibu ke-79 Propinsi Sumatera Utara di Aula Martabe, 5 Desember 2007, hal 6
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
15 Adanya pemalsuan KTP sampai paspor yang difasilitasi pejabat
publik. Modus operandi yang terbaru adalah dengan kontak jodoh. Dimana pelaku
lewat biro jodoh menjanjikan kepada para remaja gadis untuk dikenalkan dan dinikahkan kepada orang asing. Hal ini harus diwaspadai karena pada umumnya
para remaja akan cepat tergiur apabila mereka dijanjikan untuk dinikahkan dengan orang asing.
2. Dengan Kekerasan atau Paksaan
Modus operandi penggunaan kekerasanpaksaan dalam rangka perdagangan manusia terlihat dalam kasus-kasus :
1 Istri yang dipaksa dan diancam suaminya untuk melacurkan diri
demi memenuhi kebutuhan kelurga. 2
Dipaksa ayah untuk bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial PSK. 3
Mencari remaja yang sedang berada di pusat perbelanjaan lalu menghipnotis korban dan membawanya ke tempat pelacuran.
4 Membelinya dari orang tua mereka sendiri atau pihak lain.
5 Sebagai alat pembayaran utang orang tua.
6 TKI tidak mendapat kebebasan, istirahat, cuti, perawatan, dan hak-
hak lainnya. 7
Penculikan bayi, anak-anak, gadis remaja. 8
Penahanan identitas paspor oleh majikan atau agen.
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Dari hasil penelitian yaitu bahan kepustakaan dan wawancara dengan 4 orang korban yang penulis lakukan, dari modus-modus tersebut modus yang
paling sering dilakukan para pelaku adalah: 1
Dijanjikan bekerja sebagai TKW TKI Pada umumnya korban ditawari bekerja sebagai pembantu rumah
tangga. Alasan kesulitan ekonomi dan membantu ekonomi keluarga menjadi alasan untuk menerima tawaran dari orang lain trafficker
yang semula mereka tidak tahu akan dijual.
19
2 Dijanjikan pekerjaan dan memperoleh gaji dan fasilitas yang menarik.
Sesampainya mereka di luar negeri mereka diserahkan kepada para germo. Para korban dipaksa
untuk melayani tamu dan uangnya diserahkan kepada germo sebagai pengganti biaya yang dikeluarkan germo kepada para calo. Seorang
korban berinisial GDS warga Deli Serdang, selama sebulan di Malaysia ia telah melayani laki-laki sebanyak 105 orang. Sebelum
akhirnya dipulangkan pelaku karena mengancam akan bunuh diri.
Para korban yang terjerat dengan rayuan pelaku biasanya dijanjikan akan bekerja sebagai pelayan kafe atau restoran, penjaga toko, maupun
pembantu rumah tangga di wilayah negara Indonesia. Korban diajak bekerja di salah satu kafe sebaga pelayan, namun kenyataannya korban
juga diharuskan untuk melayani laki-laki PSK.
20
3 Menghipnotis korban lalu disetubuhi dan kemudian dijual ke tempat
pelacuran.
19
Wawancara dengan korban MH, di Drop In Center PKPA pada tanggal 28 Nopember 2008.
20
Wawancara dengan korban My warga Medan Marelan pada tanggal 28 Nopember 2008.
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Perempuan yang jadi korban biasanya dijerat di pusat-pusat perbelanjaan. Dimana pundak mereka ditepuk dihipnotis lalu mereka
mengikuti perkataan pelaku. Selain itu korban sebut saja SH dijerat pacar mereka sendiri yang menghipnotis mereka lalu menyetubuhi
korban dan menjual kepada orang lain. Saat ini korban masih berada di Drop In Center DIC PKPA.
B. Bentuk-Bentuk Perdagangan Orang