Kedudukan dan Tugas Biro Pemberdayaan Perempuan dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang

Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Kasus ini banyak terjadi pada anak-anak jalanan. Dimana mereka dipaksa untuk mengamen dan mengemis di perempatan jalan. BAB III PERAN BIRO PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PROPINSI SUMATERA UTARA DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI PROPINSI SUMATERA UTARA

A. Kedudukan dan Tugas Biro Pemberdayaan Perempuan dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang

Kedudukan Biro Pemberdayaan dalam tindak pidana perdagangan orang adalah sebagai vocal point atau koordinator dalam mengkoordinir instansi-instansi yang terkait dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang di Sumatera Utara. Biro Pemberdayaan Perempuan tidak secara langsung terjun untuk menangani kasus-kasus perdagangan orang yang terjadi. Biro Pemberdayaan Perempuan menghubungi instansi-instansi ataupun LSM untuk memberikan pendampingan dalam bidang hukum dan pemulangan para korban ke daerah asal mereka. Biro Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang, antara lain yaitu : a Mengkoordinasikan stakeholders atau anggota tim kerja dalam implementasi Rencana aksi Propinsi. Biro Pemberdayaan Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 b Mengusulkan pendanaan implementasi Gugus Tugas dan Program Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan trafiking Perempuan dan Anak dalam APBD setiap tahun. c Sebagai sekretariat terhadap pelaksanaan Gugus Tugas dan Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan trafiking Perempuan dan Anak di Sumatera Utara. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 188.342240.KTahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No. 6 tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan trafiking Perempuan dan Anak, pasal 1 ayat 2 menetapkan pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2004 adalah Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Sumatera Utara. Atas dasar pertimbangan tersebut maka Sekretariat Gugus Tugas P3A Propinsi Sumatera Utara berada di Biro Pemberdayaan Perempuan Setdapropsu. Pemerintah Sumatera Utara akan menyediakan sarana prasarana operasional Gugus Tugas P3A Propinsi Sumatera Utara. 31 d Biro Pemberdayaan Perempuan ikut mendampingi korban perdagangan trafiking perempuan dan anak. Misalnya menjemput para TKI korban perdagangan manusia dari luar negeri. e Mengadvokasi korban perdaganagn perempuan dan anak. Dalam artian Biro Pemberdayaan Perempuan menemani para korban untuk melaporkan kejadian yang mereka alami ke pihak kepolisian, ataupun 31 Edy Ikhsan et al, Op.cit., hal 32 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 mencarikan pengacara untuk mendampingi korban dalam mejalani proses hukum yang mereka jalani. f Menyebarluaskan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat tentang apa itu perdagangan manusia, bentuk-bentuk perdagangan manusia serta modus operandi yang digunakan trafficker dalam menjebak korbannya. Penyebarluasan informasi ini dilakukan melalui diskusi ilmiah, seminar-seminar yang bekerja sama dengan berbagai pihak, lewat media cetak dan elektronik, maupun penyebaran brosur dan pemasangan spanduk untuk menghindari perdagangan manusia. B. Produk Hukum yang Diterbitkan Biro Pemberdayaan Perempuan di Propinsi Sumatera Utara tentang Perdagangan Orang Telah banyak kemajuan yang dicapai Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam bidang reformasi hukum dan kebijakan dalam upaya Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak P3A. Berbagai instrumen hukum diantaranya Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak, Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak. Terakhir Pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak. Permasalahan anak yang paling menonjol adalah sebagai pekerja seks. Selain itu perdagangan anak untuk dipekerjkan dalam bentuk-bentuk lainnya seperti anak-anak di Pakistan yang dijual untuk menjadi joki unta di Dubai, anak- anak di Meksiko yang diperdagangkan untuk menjadi pengemis di jalanan di New York, Amerika Serikat. 32 32 Arif Gosita,et al., Perlindungan Terhadap Anak Korban Kekerasan, Lembaga Advokasi Anak Indonesia, Medan, 2001, hal.10. Pemerintah Sumatera Utara telah konsisten untuk melaksanakan Peraturan Daerah Perda No. 5 tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak. Saat ini banyak anak-anak yang terjebak dalam situasi sulit yang dialami keluarga. Anak-anak dipaksa untuk ikut menanggung beban keluarga mereka dan orang tua mereka tidak dapat bertindak dan mencegah keadaan itu. Pada umumnya anak-anak itu bekerja di lingkungan yang membahayakan diri mereka. Seperti di perempatan jalan sebagai pengamen dan pengemis maupun pengecer koran, di emperan toko sebagai tukang semir sepatu, di jermal dan di tempat-tempat lain. Terkadang banyak orang yang memanfaatkan keadaan mereka dimana anak-anak ini dipaksa untuk mengemis dan uang yang didapat diserahkan kepada “induk semang” mereka. Orang tua pun dapat dikatakan sebagai pelaku apabila mereka menyuruh anak-anak mereka untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Di sisi lain, terkadang anak-anak menyadari kondisi keluarga yang miskin, kemudia ikut membantu memenuhi keluarga dengan cara bekerja, baik di jalanan atau tempat lainnya. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Anak-anak ini mendapatkan resiko yang fatal bagi mereka di tempat mereka bekerja. Sejauh ini ada beberapa macam resiko yang dialami anak jalanan, antara lain: a korban operasi tertib sosial; b korban kekerasan orang dewasa; c kehilangan pengasuhan; d resiko penyakit seperti penyakit menular; e kehilangan kesempatan pendidikan; f eksploitasi seksual; dan 33 g berkonflik dengan hukum. Berbeda dengan anak jalanan laki-laki, anak jalanan perempuan mendapatkan resiko tambahan ketika memasuki gaya hidup jalanan, yakni kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa sebab yang membuat anak perempuan mengalami masalah kehamilan, yakni: 34 1 Kurangnya pengetahuan dan informasi yang benar tentang seksualitas; 2 Ketakberdayaan anak perempuan untuk memaksa pasangannya menggunakan cara aman dalam berhubungan seksual; 3 Kehamilan karena perkosaaan. Dalam Pasal 3 Konvensi ILO No. 182 Tahun 1999 yang dimaksud dengan bentuk-bentuk pekerja terburuk anak, yaitu: 35 33 Aan T. Subhansyah, Anak Jalanan Di Indonesia Deskripsi Persoalan dan Penanganan, Yayasan Lembaga Pengakjian Sosial Humana, Yogyakarta, 2006, hal 24 34 Ibid, hal. 33 35 Chairul Bariah Mozasa, Op.cit., hal. 29 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1 Segala bentuk perbudakan atau praktik-praktik sejenis perbudakan, seperti penjualan dan perdagangan anak-anak, pembayaran hutang debt bondage, dan penghambaan serta kerja paksa anak-anak dalam konflik bersenjata; 2 Pemanfaatan, penyediaan, atau penawaran anak untuk pelacuran, produksi pornografi, atau pertunjukan pornografi; 3 Pemanfaatan, penyediaan, atau penawaran anak dalam kegiatan ilegal khususnya pembuatan atau perdagangan obat bius sebagaimana diattur dalam perjanjian intenasional yang relevan; 4 Pekerjaan yang sifatnya atau dari lingkungan tempat bekerja dapat mengganggu kesehatan, keselamatan, atau moral anak-anak. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini semakin menguatkan untuk menindak siapa saja yang masih mempekerjakan anak dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak. 2. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak Perda No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan trafiking perempuan dan anak disahkan pada tanggal 6 Juli 2004. Selama ini, kendala utama penanganan perdagangan perempuan dan anak di Sumatera Utara adalah tidak adanya landasan hukum yang bisa melindungi korban trafiking yang dimulai dari proses pencegahan hingga penanganan. Sementara itu pada satu sisi perdagangan perempuan di Sumatera Utara kian tahun jumlahnya kian meningkat. Kondisi itulah yang memaksa sejumlah kelompok masyarakat di Sumatera Utara Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 yang peduli dengan masalah-masalah trafiking ini berinisiatif untuk menyusun dan mendesak pemerintah propinsi untuk mensahkan sebuah peraturan daerah tentang trafiking. 36 Di dalam Perda tidak mencantumkan sanksi pidana bagi pelaku trafficker karena itu penjatuhan hukumannya diserahkan pada undang-undang. Namun di dalam perda itu dicantumkan bagi para institusi pemerintah maupun non Ide memunculkan Perda trafiking ini dimulai pada tahun 2001 dimana banyak persoalan atau kasus-kasus trafiking yang terus mengalami peningkatan cukup signifikan di Sumatera Utara, terutama sejak dilakukan identifikasi tahun 1999. Banyak kelemahan dari sisi hukum untuk bisa melindungi perempuan dan anak yang menjadi korban terutama dari sisi preventif, rehabilitasi dan perlindungan sosialnya. Perda ini secara substansi untuk menutupi kelamahan dari undang-undang yang sudah ada sebelum lahirnya UUPTPPO. Perda ini menjawab tentang rehabilitasi korban, artinya korban-korban anak dan perempuan yang sudah pernah menjadi atau sedang menjadi korban trafiking bisa diselamatkan dengan cara sistematis dan kemudian ada upaya perlindungan bagi mereka, untuk sampai kembali secara psikologis dan sosial. Karena selama ini tingkat keluarga, komunitas masyarakat dan juga institusi lembaga pendidikan belum bisa menerima korban-korban perdagangan trafiking. Substansi Perda ini adalah bagaimana menguatkan fungsi koordinasi lintas sektoral antara institusi-institusi yang berkompeten, misalnya kepolisian, LSM, pemerintah, kejaksaan, dan pengadilan. 36 http:www.freelists.orgpostppippiindia-Misran-Lubis-Perda-Trafiking-Mempetegas- Perlindungan-Perempuan-dan-Anak. Diakses pada tanggal 17 Nopember 2008 Pukul 19.25 WIB Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 pemerintah yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur di dalam perda. Misalnya di dalam perda itu dicantumkan bahwa kepala desa punya kewajiban untuk melakukan identifikasi bagi perempuan dan anak- anak yang ingin bekerja ke luar negeri. Kepala desa perlu mengetahui kemana mereka bekerja dan apa bentuk pekerjaannya. Ini salah satu cara meminimalisir adanya penipuan terhadap perempuan dan anak. Jika identifikasi itu tidak dilakukan oleh kepala desa, maka di dalam Perda dijelaskan mereka akan dikenakan sanksi administratif. Misalnya pemecatan dan sebagainya, termasuk juga terkena pada institusi di atasnya, seperti camat dan sebagainya. 3. Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak yang disahkan pada tanggal 22 November 2005 merupakan salah satu perangkat ampuh untuk mewujudkan komitmen Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam menghapuskan praktik sindikat perdagangan trafiking di Sumatera Utara. Peraturan Gubernur ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak. 37 37 Bappeda Propinsi Sumatera Utara, Kebijakan dan Strategi Program Pembangunan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara dalam Penanggulangan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak, disampaikan dalam rangka Pertemuan Pelakasanaan Rencana aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan anak RAP P2A pada tanggal 12 Agustus 2008 bertempat di Hotel Royal Perintis Medan, hal. 1 Lahirnya Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Perempuan dan Anak ini dilakukan melalui proses yang sangat partisipatif, melibatkan berbagai sektor pemerintah serta peran masyarakat organisasi masyarakat, praktisi hukum, organisasi perempuan dan akademisi. Rencana Aksi Propinsi ini merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan masyarakat dalam melaksanakan dan mengembangkan program upaya penghapusan perdagangan trafiking perempuan dan anak di tingkat propinsi selama periode 5 tahun. Berdasarkan struktur produk hukum perundang-undangan setingkat daerah, Rencana Aksi Propinsi RAP Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 2 dua bagian. Bagian pertama tentang Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak yang memuat Konsiderans, Dasar Yuridis, dan bagian kedua memuat 9 pasal yang mengatur tentang hakekat dan tujuan RAP P3A, Gugus Tugas RAP P3A serta pembiayaan pelaksanaan RAP P3A. Yang menjadi kelompok sasaran program RAP P3A yaitu : a Pemerintah Propinsi Sumatera Utara b Anak-anak dan perempuan yang menjadi korban danatau yang berpotensial menjadi korban perdangangan trafiking perempuan dan anak c Masyarakat Sumatera Utara, terutama daerah-daerah yang beresiko tinggi terjadinya praktik perdagangan trafiking perempuan dan anak. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Agar pencapaian hasil pelaksanaan Rencana Aksi Propinsi ini dapat optimal, maka diperlukan langkah-langkah strategis melalui: 38 1 Membangun aliansi strategis dengan berbagai instansi atau sektor terkait, serta pemangku kepentingan stakeholders untuk membangun komitmen bersama. Sehingga Rencana Aksi Propinsi ini akan menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan di bidang ekonomi, sosial, ketenagakerjaan, pendidikan, kepariwisataan, kesehatan, dan lain sebagainya; 2 Membentuk Gugus Tugas Propinsi dengan dilengkapi sekretariat di bawah koordinasi Biro Pemberdayaan Perempuan Setda Propinsi untuk menjamin terlaksananya Rencana Aksi P3A di Propinsi Sumatera Utara ; 3 Susunan Gugus Tugas Propinsi terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Sekretariat. Struktur lengkap tentang Susunan Keanggotaan Gugus Tugas akan diatur dalam lampiran tersendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 24 Tahun 2005 ini; 4 Meningkatkan kesepakatan dengan pihak legislatif agar setiap pengambilan kebijakan daerah mempertimbangkan kepentingan perlindungan perempuan dan anak; 5 Meningkatkan koordinasi dengan institusi pemerintah dan lembaga- lembaga non pemerintah, KabupatenKota untuk berperan aktif dalam 38 Edy Ikhsan et al., Op.cit., hal. 19 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 aksi bersama penghapusan perdagangan trafiking perempuan dan anak; 6 Memberikan ruang partisipasi anak dalam perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi kebijakan khususnya yang menyangkut kepentingan perempuan dan anak; 7 Menyusun Prosedur Standar Pelaksanaan PSP dalam penanganan korban perdagangan trafiking perempuan dan anak. Stakeholders Rencana Aksi Propinsi penghapusan trafiking perempuan dan anak adalah elemen institusilembaga pemerintah, organisasi profesi, organisasi agama, organisasi pemuda, lembaga swadaya masyarakat, akademisiperguruan tinggi dan praktisi potensial dalam mendukung implementasi program Rencana Aksi Propinsi Penghapusan trafiking perempuan dan anak. Peran Stakeholders dalam upaya penghapusan perdagangan trafiking perempuan dan anak adalah bertanggung jawab menyusun dan melaksanakan program-program yang signifikan dalam mendukung Rencana Aksi Propinsi Penghapusan trafiking perempuan dan anak sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Stakeholders potensial dalam mendukung RAP P3A adalah : a. Gubernur Sumatera Utara b. Biro Pemberdayaan Perempuan Setdapropsu c. Biro Bina Sosial Setdapropsu d. Biro Hukum Setdapropsu e. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara f. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 g. Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara h. Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Pemerintah di Propinsi Sumatera Utara i. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Utara j. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Utara k. Badan Informasi dan Komunikasi l. Instansi Bidang Hukum dan HAM m. Kanwil Departemen Agama Sumatera Utara n. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Sosial lainnya o. Perguruan Tinggi p. Pihak Imigrasi, Petugas Bandara, dan Pelabuhan q. Media Massa, Organisasi Media dan Insan Media, serta r. Instansi Lintas Sektor lainnya. Gugus Tugas Propinsi Sumatera Utara No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan trafiking perempuan dan anak memiliki peranan strategis dalam mengkoordinsasikan instansi terkait dan stakeholders di tingkat Propinsi dan KabupatenKota. Peran dan tanggung jawab Gugus Tugas Propinsi yang selanjutnya menjadi kebijakan institusi adalah : a Menentukan dan menetapkan arah kebijakan penghapusan perdagangan trafiking perempuan dan anak di Sumatera Utara; Penentuan arah kebijakan dilakukan melalui pemetaan dan kajian yang cermat serta laporan perkembangan dengan mempertimbangkan besaran dan kompleksitas masalah. Hasil pemetaan, kajian dan laporan perkembangan ini selanjutnya ditetapkan sebagai tahapan program untuk jangka pendek menengah, dan jangka panjang. Kebijakan Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Tahapan Program yang tersusun untuk selanjutnya didistribusikan kepada masing-masing instansi terkait dan stakeholders. b Mengkoordinasikan instansi terkait dan stakeholders di tingkat Propinsi dan KabupatenKota; Instansi Pemerintahan, Aparat penegak hukum, LembagaOrganisasi Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi serta pihak-pihak dan elemen masyarakat lainnya tidak akan mampu menyelesaikan masalah perdagangan trafiking perempuan dan anak secara parsial dan sektoral. Akan tetapi dibutuhkan adanya kolaborasi yang terpadu dan terkoordinasi dengan baik. Oleh karena itu, Gugus Tugas Propinsi memiliki peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasi dan mensinergikan program-program dan kebijakan- kebijakan yang dimiliki oleh instansilembaga terkait. c Membangun kerjasama dan bantuan teknis dengan lembaga-lembaga di tingkat lokal, nasional dan internasional; Menyadari berbagai keterbatasan sumber dan kemampuan dalam mewujudkan program penghapusan perdagangan trafiking perempuan dan anak, maka kerja sama dan bantuan teknis dari berbagai lembaga diperlukan untuk mendukung terlaksananya program-program aksi. Dengan segenap kemampuannya Gugus Tugas dapat menggalang berbagai lembaga yang potensial sebagai mitra dalam mewujudkan program-programnya. d Advokasi kebijakan politik Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Gugus Tugas Propinsi berperan sebagai leading sektor dalam mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan penghapusan perdagangan trafiking perempuan dan anak di tingkat lokal. Selain itu juga berperan mensinkronisasikan kebijakan nasional, regional dan internasional ke dalam kebijakan lokal, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan program aksi secara komprehensif. e Penguatan kapasitas institusi Untuk meningkatkan kapasitas stakeholders dalam menjalankan fungsi masing-masing institusi atau lembaga Gugus Tugas berkewajiban untuk memfasilitasi penguatan kapasitas institusi stakeholder terkait. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyuluhan, diskusi, pelatihan- pelatihan dan sosialisasi berbagai kebijakan yang terkait dengan perdagangan trafiking perempuan dan anak, sehingga secara bertahap tingkat kemampuan dan pemahaman stakeholders semakin terarah dan sinergis. f Melakukan koordinasi dan pertemuan berkala Dalam upaya meningkatkan pencapaian tujuan pelaksanaan Rencana Aksi Propinsi, Gugus Tugas Propinsi dapat melakukan koordinasi dan pertemuan berkala dengan instansi terkait dan para stakeholder. Upaya ini dilakukan baik melalui pertemuanrapat koordinasi berkala sesuai ketetapan bersama untuk mengetahui perkembangan implementasi Rencana Aksi Propinsi yang dilakukan oleh Gugus Tugas Propinsi dan Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 para stakeholder minimal 1 kali pertriwulan 3 bulan, maupun koordinasi sesuai dengan kebutuhan. C. Program Biro Pemberdayaan Perempuan dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang di Propinsi Sumatera Utara. Secara menyeluruh kegiatan penanganan trafiking di Sumatera Utara dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat dan lembaga donor, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dalam satu rangkaian program atau kegiatan yang disusun secara terpadu. Kegiatan yang dilaksanakan dapat dikelompokkan dalam 3 pilar yang saling berlaitan, yaitu peningkatan kapasitas, penyadaran masyarakat dan penguatan jaringan kerja. Seluruh kegiatan diarahkan untuk upaya: pencegahan, penanganan kasus atau pelayanan korban hukum, psikis dan medis, reintegrasi korban dan paska kasus atau masa depan korban. 39 1 Penerbitan Peraturan Daerah No. 5 tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak. Upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan, antara lain: 2 Penerbitan Peraturan Daerah No. 6 tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak. 3 Penerbitan Peraturan Gubernur No. 24 tahun 2005 tentang Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak; serta pembentukan Gugus Tugas Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak. 39 Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Utara, Perdagangan Orang Trafiking dan Upaya Pempropsu dalam Penanggulangannya, hal. 7 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 4 Sosialisasi Peraturan Daerah tersebut dan peraturan yang berkaitan seperti prosedur bekerja ke luar negeri, dan lain-lain kepada aparat dan masyarakat. 5 Sosialisasi dan kampanye trafiking ke dan melalui tokoh agama, tokoh masyarakat, oranisasi kemasyarakatanLSM dan masyarakat luas secara langsung atau tatap muka. 6 Penyebarluasan informasi melalaui leaflet dan poster. 7 Dialog interaktif baik langsung maupun melalui radio dan televisi. 8 Publikasi di berbagai event dan media, baik langsung maupun mendorong insan pers untuk melakukannya melalui himbauan, pelibatan, pendekatan personal hingga perlombaan. 9 Membuat pola koordinasi penanganan trafiking dan mengimplementasikannya. 10 Membentuk dan mengoperasikan Tim Pengarusutamaan Gender dan Tim Pengendalian Pemberangkatan dan Pemulangan TKI. 11 Melakukan rapat-rapat koordinasi antar stakeholdersanggota tim dalam rangka upaya pencegahan, termasuk dalam penigngkatan pemeriksaan dan proses dokumen dan keberangkatan. 12 Melakukan kerjasama kegiatan dan memperkuat sinergitas serta penyamaan persepsi dalam upaya pencegahan. 13 Mendorong KabupatenKota dan pihak berwenang dalam pemantuan aktivitas keluar masuk orang atau barang baik pada jalur-jalur resmi maupun tidak resmitradisional, terutama pada sepanjang selat Malaka. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 14 Memeperluas jaringan kerja ke luar daerah atau negara untuk koordinasi, konsultasi dan kerjasama. 15 Melaksanakan dan mengikuti berbagai pertemuan dalam dan luar daerah atau negara untuk peningkatan pengetahuan dan perluasan jaringan kerja. 16 Melakukan kegiatan pengembangan ketrampilan atau pelatihan bagi anakremaja putus sekolah. 17 Meningkatkan kegiatan pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta upaya peningkatan angka partisipasi sekolah. Upaya yang dilakukan dalam rangka penanganan kasus atau pelayanan korban, antara lain : 1 Penegakan hukum penindakan pelaku, peneyelamatan, perlindungan dan pendampingan korban. 2 Pelayanan bantuan hukum, psikologis dan medis. 3 Perlindungan dan penampungan sementara. 4 Pelatihansimulasi penanganan korban bagi stakeholdersanggota tim. 5 Sosialisasi, seminar, kampanye, konferensi, dan lain-lain, guna mengajak partisipasi masyarakat dan semua pihak untuk menanggulangi masalah trafiking melaporkan, membantu aparat, membantu korban, dan lain-lain. 6 Melakukan koordinasi antar stakeholders dalam dan luar daerah atau negara dalam upaya penanganan kasus dan pelayanan korban. Upaya yang dilakukan dalam rangka reintergrasi korban, antara lain : 1 Penguatan terhadap korban. 2 Sosialisasi kepada masyarakat dalam rangka upoaya penerimaan korban kembali ke masyarakat atau keluarga. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 3 Pendekatan terhadap keluarga korban untuk kesiapan keluarga untuk menerima korban kembali. 4 Melakukan pemulangan korban ke daerah asal atau keluarga. 5 Melakukan kerja sama antar stakeholders dalam upaya reintegrasi korban. Upaya yang dilakukan dalam rangka penataan masa depan korban, antara lain : 1 Pelatihan ketrampilan bagi korban. 2 Bantuan modal usahaperalatan. 3 Melakukan koordinasi dan kerja sama dalam upaya membantu korban untuk menata kehidupannya Kegiatan-kegiatan tersebut di atas semuanya telah dilakukan, namun belum mampu menjangkau semua masyarakat dan semua korban, karena keterbatasan-keterbatasan yang ada di berbagai bidang, baik SDM maupun dana, sarana dan prasarana. Oleh karena itu Propinsi Sumatera Utara terus berupaya mengembangkan jaringan lebih luas lagi agar dapat melakukan kegiatan penangannan trafiking dengan lebih luas pula. Guna mencapai harapan kaitannya dalam menanggulangi dan penghapusan perdagangan manusia terutama terhadap perempuan dan anak, maka telah disusun beberapa program pembangunan terkait yang terhimpun di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Tahun 2006-2010 Pemerintah Sumatera Utara. 40 Dimana program pembangunan Pemberdayaan Perempuan ini mempunyai sasaran yang hendak dicapai, antara lain: Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 a. Menurunnya kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan; b. Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak; c. Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan dan anak. Program Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di Propinsi Sumatera Utara, yaitu: 41 1 Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, peran dan kedudukan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; dan meningkatkan perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Sasaran program adalah meningkatnya kualitas hidup, peran, dan kedudukan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; dan meningkatnya upaya perlindungan perempuan terhaap berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi di tingkat propinsi dan KabupatenKota. Pelaksanaan program ini dilakukan lewat kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 42 a. Pelaksanaan pembinaan penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan kualitas hidup perempuan di KabupatenKota. b. Operasional Gugus Tugas Propinsi Pengahpusan Perdagangan Perempuan dan Anak P3A. 40 Bappeda Propinsi Sumatera Utara, Op. cit., hal. 5 41 Biro Pemberdayaan Propinsi Sumatera Utara, Kebijakan Pemberdayaan Perempuan di Sumatera Utara, 2007, hal 7 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 c. Fasilitasi pelaksanaan Rencana Aksi Propinsi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak. d. Pembekalan peningkatan kualitas hidup perempuan pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, lingkungan hidup, politik, dan lain-lain. e. Fasilitasi atau bantuan untuk pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. 2 Program Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anak dan mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas dan ceria dan melindungi anak terhadap berbagi bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Sasaran program adalah meningkatnya kualitas hidup, peran, dan meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak sebagai bentuk pemenuhan hak-hak anak, terutama dibidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan ketenagakerjaan dan meningkatnya kesempatan penuh bagi anak untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan sesuai usia dan tahapan perkembangan anak. Pelaksanaan dari program ini dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang sama dengan program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan. 3 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak 42 Biro Pemberdayaan Perempuan Setdapropsu, Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara, Medan, 2006, hal. 6 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Program ini bertujuan untuk memperkuat kelembagaan dan jaringan Pengarusutamaan Gender PUG dan anak PUA di berbagai bidang pembangunan, di tingkat propinsi dan KabupatenKota. Sasaran program adalah menguatnya sistem dan mekanisme kelmbagaan dan jaringan Pengarusutamaan Gender dan anak, termasuk ketersediaan data gender dan profil anak; dan meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan anak dan Pemberdayaan Perempuan di berbagai pembangunan, di tingkat propinsi dan KabupatenKota. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan lewat program ini antara lain: a. Operasional peningkatan Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan. b. Kerja samakemitraan kegiatan pemberdayaan perempuan dengan instansi pemerintah, organisasi masyarakat dan LSM. c. Kerja sama kegiatan penelitian, pengembangan pengkajian dan penyuluhan masalah-masalah gender. d. Fasilitasi penyuluhankampanye kesetaraan dan keadilan gender kepada masyarakat oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat. e. Fasilitasi pemberian penghargaan bagi penggerak kegiatan pemberdayaan perempuan di KabupatenKota. f. Pelatihan manajemen dan kepemimpinan bagi pejabat dan pengurus organisasi perempuan. g. Operasional Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan P2TP2. h. Peringatan hari Ibu. 4 Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Perempuan dan Anak Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Program ini bertujuan untuk mewujudkan keserasian di berbagai bidang pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas perempuan dan anak, di tingkat propinsi dan KabupatenKota. Sasaran program adalah terciptanya kebijakan yang terintegrasi dalam rangka peningkatan kualitas anak dan perempuan di berbagai bidang pembangunan, di tingkat propinsi dan KabupatenKota. Pelaksanaan dari program ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Sosialisasi gender budgeting dan pengarusutamaan gender. b. Pelaksanaan pembinaan program pemberdayaan perempuan di KabupatenKota. c. Pembuatan materi pembelajaran gender modul, VCD, film, gingle, dan lain-lain. d. Pengembangan peraturan perundang-undangan di bidang pemberdayaan perempuan pembuatan, penyebarluasan, perbanyakan, sosialisasi, penyerasian, dan lain-lain. e. Rapat koordinasi pemberdayaan perempuan nasional, regional dan lokal. f. Pengembangan datareferensiprofil gender. g. Evaluasi pelaksanaan PUG CEDAW Beijing Platform, MDGs, Inpres, Parahita, dan lain-lain. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Strategi yang dilakukan Biro Pemberdayaan Perempuan Sumatera Utara untuk pelaksanaan kebijakan Propinsi dan KabupatenKota, antara lain: 43 a Melibatkan semua pihak dan membangun kepedulian, partisipasi masyarakat. b Mengembangkan jaringan hukum, kapasitas SDM, Penegak Hukum dan Pengelola. c Kerjasama dengan legislatif agar produk hukum Perda dan peraturan lainnya, memperhatikan kepentingan perempuan dan anak. d Harmonisasi instrumen hukum internasional, nasional ke dalam Peraturan Daerah. e Dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan sumber daya, sarana dan prasarana. f Melakukan kerjasama secara nasional, propinsi dan Pemerintah KabupatenPemerintah Kota. g Memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat, antar propinsi dan Pemerintah KabupatenPemerintah Kota. h Menjadikan gerakan anti perdagangan manusia sebagai gerakan nasional. i Membangun kemitraan dan jaringan kerja LSM, Organisasi Kemasyarakatan, Perguruan Tinggi, Media Massa dan dunia usaha, untuk pencegahan dan penanggulangan trafiking serta penguatan pemberdayaan masyarakat terhadap ekonomi dan pendidikan. 43 Emmy Suryana Lubis, Biro Pemberdayaan Perempuan Setdapropsu, Kebijakan Pempropsu dalam Pencegahan dan Penanggulangan Trafiking di Sumatera Utara, disampaikan pada acara Seminar Terkait Masalah Trafiking di Hotel Garuda Plaza, Medan 19 Juli 2008, hal. 25 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 BAB IV UPAYA BIRO PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENGATASI HAMBATAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI PROPINSI SUMATERA UTARA A. Hambatan yang Dihadapi Biro Pemberdayaan Perempuan dalam Menangani Tindak Pidana Perdagangan Orang di Propinsi Sumatera Utara Alangkah baiknya gagasan dunia untuk melibatkan masyarakat dalam memerangi perdagangan manusia. Hampir dalam semua gerakan anti perdagangan manusia, kelompok masyarakat disebut-sebut mempunyai fungsi yang fundamental untuk mengurangi jatuhnya korban dan pada saat yang sama memberikan penguatan bagi korban. Bahwa negara tidak akan mampu melakukan peperangan terhadap kejahatan kemanusiaan ini tanpa melibatkan masyarakat. Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Dan sebaliknya masyarakat membutuhkan tangan negara pemerintah untuk berani menghapus jaringan dibalik eksploitasi manusia ini. Dalam rangka penghapusan dan pencegahan kegiatan trafiking perdagangan manusia haruslah dilakukan secara berkesinambungan dan komprehensif. Biro Pemberdayaan Perempuan yang berkoordinasi dengan institusi-institusi baik pemerintah, LSM maupun sektor lainnya terus melakukan kegiatan-kegiatan dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang. Namun, upaya penanganan ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Biro Pemberdayaaan Perempuan juga menghadapi hambatan dan kendala. Hambatan dan kendala yang dihadapi Biro Pemberdayaan Perempuan dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang antara lain: 44 1. Belum tersosialisasikannya dengan baik UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maupun UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, kepada masyarakat khususnya para aparat penegak hukum; 2. Trafiking merupakan masalah yang kompleks, menyangkut bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain; 3. Korban pada umumnya bukan warga masyarakat Sumatera Utara melainkan dari pulau Jawa dan propinsi lainnya; 4. Kondisi geografis Sumatera Utara yang merupakan daerah transit, daaerah sumber, dan daerah tujuan atau penerima; 44 Elisabeth Juniarti, Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, disampaikan dalam acara Peringatan Hari Ibu ke-79 Propinsi Sumtera Utara di Aula Martabe 5 Desember 2007, Pusaka Indonesia, hal. 9 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 5. Para korban maupun keluarga yang mudah dipengaruhi oleh pelaku untuk tidak melanjutkan perkara sampai ke pihak kepolisian dan berakhir di pengadilan; 6. Korban merasa tabu ataupun malu untuk melaporkan, mengungkap kejadian yang mereka alami karena menganggap masalah itu adalah masalah keluarga atau domestik; 7. Masih tingginya budaya patriarkhi di masyarakat dan menempatkan perempuan dan anak perempuan sebagai masyarakat kelas 2 dan tidak perlu dipertimbangkan pendapatnya; 8. Sulitnya alat bukti terutama bagi korban kekerasan ataupun trafiking ke luar negeri, jika kasusnya akan diproses secara hukum. Pada umumnya para korban ini adalah para TKI yang berada di luar negeri; 9. Masih adanya aparat penegak hukum dan masyarakat yang belum responsif terhadap korban trafiking; 10. Masih banyaknya masyarakat yang belum mau menerima korban perdagangan trafiking kembali ke komunitasnya cenderung membebankan kesalahan kepada korban sendiri; 11. Permintaan pasar terus meningkat, terutama terhadap anak-anak oleh karena daya beli meningkat, lemahnya moral, dan adanya asumsi bahwa anak-anak masih bersih dari penyakit, hal ini membuat sebagian orang tua sendiri tergiur pada bisnis ini; 45 45 Bappeda Propinsi Sumatera Utara, Op. cit., hal. 2 Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 12. Meningkatnya pekerja ke luar negeri merupakan masalah yang sangat rentan dengan trafiking; 13. Berkembangnya jaringan trafiking internasional yang makin kuat dan canggih; 14. Globalisasi dan percepatan teknologi informasi, kemudahan mengakses di berbagai belahan dunia bagi operasionalisasi organisasi kriminal trafiking perempuan dan anak; 15. Kemajuan di bidang transportasi memudahkan pemindahan korban dari kasus satu tempaat ke tempat lain, antar wilayah maupun antar negara; 16. Masih belum efektifnya penanganan dan pengawasaan perdagangan manusia trafiking di lapangan; 17. Semakin lemahnya fungsi lembaga ketahanan keluarga dan lembaga masyarakat; 18. Kurangnya keberpihakan atau keterlibatan dunia usaha untuk penguatan pemberdayaan masyarakat terhadap pendidikan dan ekonomi sebagai upaya antisipasi atau pencegahan terjadinya trafiking; 19. Isu trafiking dalam hal alokasi anggaran pendanaannya belum terintegrasi dan belum dianggap penting; 20. Kurangnya keterlibatan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat di dalam upaya pencegahan dan penanggulangan trafiking; Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 21. Kurangnya keberpihakan atau keterlibatan media massa dalam memperkuat, memperluas intensitas penyebaran informasi edukasi permasalahan trafiking pada masyarakat. Dari permasalahan tersebut belum tersedia data secara akurat untuk dijadikan referensi, hal ini disebabkan sifat dari permasalahan tersebut yang cenderung tersembunyi dan terjadi secara ilegal. Meskipun ada sejumlah catatan dari berbagai lembaga, namun hal ini hanyalah sebuah fenomena gunung es artinya fenomena kasus jauh lebih besar daripada data yang terungkap. Untuk trafiking perdagangan manusia masalahnya tidak terlepas dari modus operandi yang dipraktekkan oleh jaringan atau sindikat traafiking yang sangat rahasia, terselubung, rapi dan sulit untuk diidentifikasikan. 46

B. Upaya Dalam Mengatasi Hambatan yang Dilakukan Biro Pemberdayaan