Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
1. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang
Definisi perdagangan perempuan dan anak yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak, yang menyatakan : “Perdagangan perempuan dan anak adalah segala tindakan pelaku
trafficker yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindahtanganan, pemberangkatan,
penerimaan dan penampungan sementara atau di tempat tujuan, perempuan dan anak, dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik, penculikan,
penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan
hutang, dan lai-lain, memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi
seksual termasuk phaedopilia, buruh migran legal maupun ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri
pornografi, pengedaran obat terlarang dan penjualan organ tubuh serta bentuk- bentuk eksploitasi lainnya.”
Suatu langkah maju Pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah melahirkan suatu Peraturan Daerah Trafiking disahkan pada tanggal 6 Juli 2004,
oleh Gubernur Propinsi Sumatera Utara, T. Rizal Nurdin alm dan diundangkan pada tanggal 26 Juli 2004.
8
8
Chairul Bariah Mozasa, op.cit., hal. 48.
Dalam Pasal 1 huruf O Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak adalah tindak pidana atau perbuatan yang memenuhi salah
satu atau lebih unsur-unsur perekrutan, penyerahterimaan perempuan dan anak
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan atau
penjeratan hutang untuk tujuan dan atau berakibat mengeksploitasi perempuan dan anak.
Pasal 1 huruf i UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi. Perdagangan manusia yang menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan
dengan perempuan dan kegiatan industri seksual, baru mulai menjadi perhatian masyarakat melalui media masa pada beberapa tahun terakhir ini, tentu saja sama
sekali hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa sebelumnya fenomena ini tidak terjadi. Komunitas internasional masih menenggarai adanya kegiatan setara dalam
bentuknya yang lebih “modern” yang kemudian dinamakan sebagai bentuk- bentuk perbudakan kontemporer comtemporary forms of slavery. Demikian
seriusnya masalah ini, sehingga PBB melalui Office of The high Commissioner of Human Rights mengeluarkan Fact Sheet No. 14 dengan judul yang sama,
Berlian Evi Yenni Pakpahan : Peran Biro Pemberdayaan Perempuan Propinsi Sumatera Utara Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Comtemporary forms of Slavery. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah :
9
a. Perdagangan anak-anak
b. Prostitusi anak
c. Pornografi anak
d. Eksploitasi pekeja anak
e. Mutilasi seksual terhadap anak perempuan
f. Pelibatan anak dalam konflik bersenjata
g. Perhambaan
h. Perdagangan manusia
i. Perdagangan organ tubuh manusia
j. Eksploitasi untuk pelacuran, dan
k. Sejumlah kegiatan di bawah rezim apartheid dan penjajahan
2. Ketentuan Pidana Dalam Beberapa Peraturan Perundang-undangan