Konsep Aron Si Ngemo Menurut Warga Karo

penelitian ini menjelaskan terjadinya perubahan budaya aron dengan membayar uang dan berharap semangat aron itu dapat dikembalikan. “budaya aron enda ngayak gundari lit denga, tapi nggo lit sitik bedana. Masalah sen memang salah sada si erbanca perubahen e. tapi adi bas kita keluarga denga, budaya aron enda tetap nge lit silaksanaken. Misalna adi mama na si nuruh entahpe mindo penampat man beberena, e pasti i sampati beberena denga nge gia misalna kujuma mbuat barang entahpe rani. Apaika adi gundari enda menggo canggih lanai bage si dekah, jadi lanai pe melala sa jelma sinampati banci i dungi. Banci kataken memang budaya aron enda nggong situhuna bene, saja semangatna lit denga bage. Jadi perban semangat e lit denga, gundari si cuba uga gelah budaya enda banci ngolihken tapi si banci ngikuti zaman, misalna ras-ras erban rumah kompos si mungkin banci i ikuti sideban” Artinya : Kalau boleh dibilang budaya aron ini memang sudah jauh menghilang, tinggal saja semangatnya yang masih ada. Maka dari itu kami ASAP mulai mencoba mengembalikan budaya ini tapi dengan manajemen modern, seperti misalnya membuat rumah kompos bersama yang harapannya bisa diikuti oleh petani lain. Budaya ini masih ada, namun bisa dikatakan sudah jauh berubah. Faktor uang memang menjadi faktor utama. Tapi dalam aspek kekeluargaan, budaya aron ini masih dilaksanakan. Misalkan ada Pamannya yang meminta tolong, pasti mereka masih tetap mau membantunya di ladang. Belum lagi dengan adanya faktor teknologi yang membuat pekerjaan-pekerjaan yan dulunya harus dikerjakan bersama, bisa dikerjakan sendirian.

4.2.5. Konsep Aron Si Ngemo Menurut Warga Karo

Hampir setiap orang memiliki konsep tentang ngemo khususnya bagi orang Karo, hal ini tentunya terkait dengan cara pandang seseorang dalam melihat Universitas Sumatera Utara aktivitas ngemo tersebut. Ngemo adalah bekerja di lahan orang baik itu di ladang maupun di sawahladang dengan tujuan untuk memperoleh uang sesuai dengan jenis pekerjaan lamanya bekerja, sedangkan singemo adalah orang yang bekerja di ladang orang maupun di sawah orang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di lapangan memiliki konsep yang cenderung sama dalam mengungkapkan konsep ngemo. Beberapa orang informan memandang ngemo terkait dengan kelompok peserta, pembayaran gaji, hidangan yang disajikan dan peraturan dalam bekerja baik itu jam kerja, jumlah peserta, dan tanggung jawab. 4.2.5.1. Jenis- jenis Aron siNgemo pada Masyarakat Karo a. Ari-ari Gaji harian Ari-ari adalah merupakan salah satu bentuk tenaga upahan yang dipakai dalam bidang pertanian. Dalam ari-ari tersebut keanggotannya tidak tetap tergantung pada keadaan luas lahan yang akan dikerjakan, misalnya ketika panen rani membutuhkan banyak pekerja. Bekerja dengan ari-ari tidak banyak aturan yang harus laksanakan seperti aron umumnya yang mempunyai tanggung jawab. Peserta kelompok pada ari-ari tersebut tidak mempunyai ketua yang mempunyai tanggung jawab untuk mengatur pesertanya. Pada sistem ari-ari tersebut pemberian gaji diberikan secara perorangan, pemilik ladang akan langsung memberikan kepada pekerja ketika waktu bekerja sudah selesai dilakukan. Gaji ari-ari sekarang adalah Rp. 25.000 hari, jika jumlah peserta ari-ari tersebut sepuluh orang maka pemilik ladang harus membayar sebesar Rp. 250.000 kepada pekerja tersebut. Universitas Sumatera Utara Pada sistem ari-ari makanan dan minuman sudah disediakan olah pemilik ladang makanan dan minuman yang disediakan oleh pemilik ladang untuk makan siang karena itu sudah menjadi tanggungan pemilik ladang. Dimulainya pekerjaan ari-ari adalah dari jam 10.15 Wib sampai dengan jam 16.30 Wib. Jika pekerjaan belum selesai namun waktu bekerja sudah habis pemilik ladang akan meminta kepada pekerja untuk lembur lembor, dengan menambah gaji, namun jika ada diantara pekerja yang tidak bisa ikut lembur pemilik ladang tidak akan memaksa, maka gaji yang didapat hanya gaji satu hari saja. Dalam ari-ari tanggung jawab tersebut adalah pada yang punya ladang, tetapi bukan berarti para pekerja secara asal-asalan karena biasanya yang punya ladang tersebut ikut bekerja sekaligus mengawasi cara kerja para pekerja tersebut. Jika ada pekerja yang tidak bagus bekerja maka untuk berikutnya pemilik ladang tidak akan mau menerima orang tersebut untuk dipekerjakan di sawahladangnya atau pun di ladangnya. b. Mborong Gaji Borongan Mborong atau sering juga disebut dengan borongan adalah salah satu bentuk tenaga upahan yang dipakai dalam bidang pertanian. Biasanya dalam borongan ini keanggotaanya tidak tetap tergantung keaadaan atau luas ladang dan pekerjaan di sawahladang yang akan dikerjakan. Misalnya pada waktu menanam neldek, pekerjaan tersebut sudah diborong oleh si ngemo tenaga upah, jadi selesai atau tidak selesainya pekerjaan tersebut dalam satu hari tidak masalah lagi bagi pemilik lahan, yang penting baginya sawahladang tersebut akan selesai dikerjakan walaupun mungkin akan memakan waktu dua hari. Universitas Sumatera Utara Tetapi para pekerja singemo tersebut akan berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan secepatnya karena mereka pun tidak mau kehilangan waktu mereka sebab sawahladang orang lain yang akan dikerjakan lagi sudah menunggu. Biasanya peserta pemborong tidak sembarangan biasanya orangnya yang kuat bekerja simegegeh erdahin. Besarnya gaji yang akan diterima dalam sistem borongan ini tergantung luas lahan puna juma dan pekerjaan yang akan dilakukan. Kelompok singemo tenaga upah tersebut akan menanyakan kepada pemilik lahan puna juma berapa orang biasanya mengerjakan sawahladang tersebut, misalnya untuk panen memerlukan sepuluh orang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut maka pekerja tersebut akan memborong dengan tenaga sepuluh orang walaupun jumlah mereka tidak ada sepuluh orang maka gaji yang mereka terima adalah sebesar gaji satu hari dikalikan dengan banyaknya pekerja yang mengerjakan sawahladang tersebut. Pada saat pemberian gaji, pemilik sawahladang tidak langsung memberikan gaji pada orang per orang, tetapi melalui seorang dari kelompok tersebut yang dianggap mampu memegangnya. Orang tersebut lah yang akan membagikan kepada yang lainnya Oleh karena itu mereka harus kuat bekerja karena sudah menjadi tanggung jawab para pemborong tersebut. Untuk mborong tersebut pemilik sawahladang tidak menyediakan nasi hanya sayur dan minuman yaitu air putih, akan tetapi pada saat panen pemilik sawahladang harus menyediakan makanan berupa nasi, sayur, dan minuman seperti teh manis untuk makan siang. Dimulainya pekerjaan mborong tersebut tergantung pekerja tapi biasanya mereka bekerja pada pukul 08.00 Wib sampai Universitas Sumatera Utara dengan pukul 17.30 Wib. Dalam mborong tersebut selesai tidaknya pekerjaan tersebut adalah tanggung jawab dari kelompok tersebut. c. Sinongkah Sinongkah merupakan salah satu bagian dari tenaga kerja dimana pesertanya hanya satu atau orang, biasanya masyarakat Karo menyebutnya dengan sebutan aron sinongkah kelompok tambahan. Peserta sinongkah akan bekerja ketika ada panggilan dari salah satu kelompok tenaga upah, karena mereka kekurangan tenaga maka dipanggil dan ada juga yang menawarkan diri. Biasanya aron sinongkah tersebut bekerja ketika pekerjaan di sawahladangnya sudah selesai dari pada menganggur lebih baik mencari emon pekerjaan. Pada aron sinongkah tidak ada tanggung jawab dalam mengerjakan sawahladang, pekerja tersebut mempunyai hak berapa lama ia bekerja tergantung selesainya pekerjaan, akan tetapi walaupun pekerjaan belum selesai sinongkah tersebut meninggalkan pekerjaan tersebut, tanpa ada sangsi dari pemilik sawahladang. Oleh karena itu pemilik sawahladang harus mencari tenaga upah yang lain singemo. Para sinongkah tersebut pemilik sawahladang akan langsung memberikan gaji sebesar berapa lama waktu bekerja. Selain itu para sinongkah tersebut biasanya ada juga yang terlebih dahulu meminta gaji kepada pemilik sawahladang sebelum mengerjakan pekerjaan maka sinongkah tersebut akan bekerja sesuai dengan berapa besar jumlah uang yang sudah diminta kepada pemilik sawahladang tersebut. Universitas Sumatera Utara

4.2.6. Perubahan Budaya Pertanian Aron