Teori Siklus Multilined Theories of Evolution

2.5.2. Teori Siklus

Perubahan sebagai suatu siklus karena sulit diketahui ujung pangkal penyebab awal terjadinya perubahan sosial. Perubahan yang terjadi lebih merupakan peristiwa prosesual dengan memandang sejarah sebagai serentetan lingkaran tidak berujung. Tokoh-tokoh dan pokok-pokok pikiran yang terkait dalam kelompok teori ini di antaranya adalah: Ibn Khaldun Ibnu Khaldun, salah satu teoritisi sosiohistoris mengemukakan bahwa perubahan sebagai suatu siklus, yang analisisnya memfokuskan pada bentuk dan tingkat pengorganisasian kelompok dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda. Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses peralihan masyarakat bukannya berakhir. Pada tahap terakhir yang sempurna melainkan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya. http:ikaribajuwanita, 2012 Oswald Spengler Oswald Spengler berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan. Proses perputaran itu memakan waktu sekitar seribu tahun.Karya Oswald Spengler yang berpengaruh adalah Der Untergang des Abendlandes Decline of the West atau Keruntuhan Dunia BaratEropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil Spengler Universitas Sumatera Utara ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum. Fatum adalah hukum alam yang menjadi dasar segala hukum cosmos, setiap kejadian, setiap peristiwa akan terjadi lagi, terulang lagi. http:nasherooy.blogspot.com2010 Pitirim Sorokin Sorokin memusatkan perhatiannya pada tingkat budaya, dengan menekankan pada arti, nilai, norma dan symbol sebagai kunci untuk memahami kenyataan social-budaya. Sorokin juga menekankan adanya saling ketergantungan antara pola-pola budaya. Ia percaya bahwa masyarakat adalah suatu sistem interaksi dan kepribadian individual. Tingkat tertinggi integrasi sistem-sistem sosial yang paling mungkin didasari pada seperangkat arti, nilai, norma hukum yang secara logis dan konsisten mengatur interaksi antara kepribadian-kepribadian yang ada didalam masyarakat. Tingkat yang paling rendah dimana kenyataan sosial-budaya dapat dianalisa pada tingkat interaksi antara 2 orang atau lebih. Pitirim Sorokin menyatakan terdapat tiga siklus sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yaitu kebudayaan ideasional yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsur supernatural, kebudayaan idealistis dimana kepercayaan terhadap unsur supernatural dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal dan terakhir kebudayaan sensasi yang merupakan tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup. http:staff.blog.ui.ac.idarif512010 Universitas Sumatera Utara Arnold Toynbee Pokok pikiran yang dinyatakannya bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Arnold Toynbee tidak puas dengan teori Spengler. Alasannya karena Spengler hanya mempelajari di peradaban yang sangat tidak memadahi dan pesimitis. Sehingga dalam karyanya A Study of History Toynbe menyatakan pemikiran visionernya untuk menjawab persoalan timbul-tenggelamnya peradaban dengan teorinya Challenge and Response tantangan dan jawaban. Ia memberi contoh tentang kelahiran peradaban Mesir yang menurut pendapatnya merupakan sebuah respon terhadap tantangan kegersangan lingkungan alam sekitarnya yang mengancamnya, yaitu Padang Pasir Sahara. Dihadapkan pada tantangan ini, Mesir Kuno mengeringkan rawa-rawa di wilayah Sungai Nil bagian selatan dan diterusan dengan segala respons positif sehingga melahirkan peradaban besar dalam sejarah. Djoko Suryo. 2009 Toynbe lebih menekankan peran manusia yang memiliki kekuatan untuk mengubah perjalanan masa depan dan tetap menjaga peradapan dari kehancuran. Ini tentu berbeda dengan Spengler yang beranggapan bahwa kehidupan kebudayaan manusia sama dengan kehidupan mahluk lainnya. Menurut Toynbe, unit yang tepat dalam studi sejarah bukanlah negara-negara bangsa nation-states atau periode, tetapi masyarakat secara keseluruhan. Dia meneliti sedikitnya 21 kebudayaan di dunia. Hasil dari temuannya itu menunjukkan bahwa timbul dan tenggelamnya kebudayaan disebabkan adanya Challenge and Response. http:bilatone.blogspot.com2010 Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Teori Struktural Fungsional