Teori Struktural Fungsional Multilined Theories of Evolution

2.5.3. Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional Talcot Person dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistim ”tindakan” yang disebut dengan AGIL. Melalui Agil ini kemudian dikembangkan pemikiran mengenai struktur dan sistim. Menurut Person fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistim. Dengan difinisi ini Person yakin bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan semua sistim yang dinamakan AGIL yang antara lain adalah : 1. Adaptation adaptasi; Sebuah sistim harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistim harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 2. Goal attainment pencapaian tujuan; Sebuah sistim harus mendifiniisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya. 3. Integration integrasi; Sebuah sistim harus mengatur antar hubungan bagian- bagian yang menjadi komponennya. Sistim juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya A, G, L. 4. Latency pemeliharaan pola; Sebuah sistim harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Martono, 2011 Inti pemikiran Parson ditemukan dalam empat sistim tindakan yang diciptakannya. Tingkatan yang paling rendah dalam sistim tindakan ini adalah lingkunagn fisik dan organisma, meliputi aspek-aspek tubuh manusia, anatomi, dan fisiologisnya. Sedang tingkat yang paling tinggi dalam sistim tindakan adalah realitas terakhir yang mungkin dapat berupa kebimbangan, ketidak pastian, Universitas Sumatera Utara kegelisahan, dan tragedi kehidupan sosial yang menantang organisasi sosial. Di antara dua lingkungan tindakan itulah terdapat empat sistim yang diciptakan oleh Parson meliputi organisme perilaku, sistim kepribadian, sistim sosial, dan sistim kultutral. Semua pemikiran Parson tentang sistim tindakan ini didasarkan pada asumsi-asumsi beikut : 1. Sistim memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling bergantung. 2. Sistim cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan. 3. Sistim mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur. 4. Sifat dasar bagian dari suatu sistim berpengaruh terhadap bentuk bagian- bagian lain. 5. Sistim memelihara batas-batas dengan lingkunganya. 6. Alokasi dari integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistim. 7. Sistim cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian- bagian dengan kerseluruhan sistim, menegndalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistim dari dalam. http:sharingtheory.blogspot.com2009 Dalam analisisnya tentang sistim sosial, Meski Parson lebih melihat pada komponen-komponen strukturalnya seperti status-peran, kolektifitas, norma, dan nilai, namun parson juga melihat aspek fungsionalnya. Persyaratan fungsional dari suatu sistim sosial menurut Parson adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Sistim sosial harus terstruktur ditata sedemikian rupa hingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistim yang lain. 2. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistim sodial harus mendapatkan dukungan dari sistim yang lain. 3. Sistim sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam proporsi yang signifikan. 4. Sistim harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya. 5. Sistim sosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu. 6. Bila konflik akan menimbulkan kekacauan, maka itu harus segera dikendalikan. 7. Untuk kelangsungan hidupnya, sistim sosial memerlukan bahasa. http:sharingtheory.blogspot.com2009 Dalam sistim sosial ini Parson menekankan pentingnya aktor. Akan tetapi Parson lebih melihatnya sebagai kenyataan fungsional bukan struktural, karena aktor merupakan pengemban dari fungsi peran yang adalah bagian dari sistim. Oleh karenanya harus terdapat integrasi pola nilai dalam sistim antara aktor dengan struktur sosialnya. Dan ini hanya dapat dilakukan dengan melalui proses internalisasi dan sosialisasi. Disini terdapat pengalihan norma dan nilai sistim sosial kepada aktor di dalam sistim sosial. Dalam proses sosialisasi yang berhasil, norma dan nilai itu diinternalisasikan, artinya norma dan nilai itu menjadi bagian Universitas Sumatera Utara dari kesadaran aktor. Akibatnya dalam mengejar kepentingannya, aktor harus mengabdi pada kepentingan sistim sebagai satu kesatuan.

2.5.4. Teori Konflik Karl Marx