dari kesadaran aktor. Akibatnya dalam mengejar kepentingannya, aktor harus mengabdi pada kepentingan sistim sebagai satu kesatuan.
2.5.4. Teori Konflik Karl Marx
Teori konflik merupakan salah satu aliran teori sosiologi. Menurut teori konflik, masyarakat adalah tentang persaingan bukan solidaritas atau konsensus.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang bersaing untuk sumber daya yang terbatas. Beberapa kelompok masyarakat dan organisasi mempunyai sumber
daya yang lebih, misalnya kekuasaan dan pengaruh dan menggunakan sumber daya itu untuk mempertahankan penguasaan mereka di masyarakat. Sedangkan
sebagian masyarakat yang lain tidak mempunyai sumber daya tersebut. Bentuk nyata aplikasi teori konflik dapat dilihat pada proses politik, di mana kelompok-
kelompok yang berkuasa selalu berusaha mempertahankan kekuasaan mereka. Upaya mempertahankan kekuasaan ini adalah upaya untuk mempertahankan
sumber daya dan menentukan kebijakan bagi mereka yang tidak punya sumber daya. http:konsepsisosiologi.blogspot.com2012
Marx dianggap sebagai tokoh yang mampu menjelaskan teori konflik ini dalam system sosial masyarakat. Tesis-tesis Marx tentang perjuangan kelas dan
pertentangan ideologis tentang kepentingan-kepentingan kelas menunujukkan bahwa sebenarnya masyarakat berada dalam konflik.
Teori ini dipaparkan dalam rangka untuk memahami dinamika yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan adanya perbedaan kekuasaan dan seumber daya
alam yang langka dapat membangkitkan pertikaian konflik di masyarakat. Kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda dalam system sosial akan saling
Universitas Sumatera Utara
mengajar tujuan yang berbbeda dan saling bertanding. Hal ini sesuai dengan pandangan Lock Wood, bahwa kekuatan –kekuatan yang saling berlomba dalam
mengejar kepentingannya akan melahirkan mekanisme ketidakteraturan sosial social disorder.
Para teoritis konflik memandang suatu masyarakat terikat bersama adalah kekuatan kelompok atau kelas yang dominant. Para fungsionalis menganggap
nilai-nilai bersama consensus sebagai suatu ikatan pemersatu, sedangkan bagi teoritis konflik, consensus itu merupakan ciptaan dari kelompok atau kelas
dominan untuk memaksakan nilai-nilai. Teori konflik merupakan sebuah pendekatan umum terhadap keseluruhan lahan sosiologi dan merupakan toeri
dalam paradigma fakta sosial. Mempunyai bermacam-macam landasan seperti teori Marxian dan Simmel. Kontribusi pokok dari teori Marxian adalah memberi
jalan keluar terjadinya konflik pada kelas pekerja. Sedangkan Simmel berpendapat bahwa kekuasaan otoritas atau pengaruh merupakan sifat kepribadian
individu yang bisa menyebabkan terjadinya konflik. Apabila diruntut secara histories, elemen-elemen dasarnya berakar pada
pemikiran perbedaan pendapat dan saling memperdebatkan pokok-pokok pikiranya, akan tetapi keduanya sama-sama menaruh perhatian terhadap dua hal
utama, yakni 1 the way social positions bestow more or less power on their incumbents, 2 the rule of ideas in creating or undermining the legitimaly of
social position. 1.
Proposisi ini secara langsung mengikuti asumsi marx bahwa, “didalam semua struktur sosial, distribusi kekuasaan yang tak merata pasti akan
menimbulkan konflik kepentongan antara mereka yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan”.Tuner, 1978. Menurut Marx kesadaran akan konflik kepentingan dapat menyebabkan
mereka lemah mulai mempertanyakan keabsahan pola-pola distribusi sumber-sumber yang ada sekarang.
2. Proposisi ini menerangkan dengan jelas tentang adanya kesadaran segmen-
segmen yang lebih lemah akan kepentingan-kepentingan kolektif mereka, sehingga semakin besar kemungkinannya mereka mempertanyakan
keabsahan distribusi-distribusi yang tidak merata dengan cara terang- terangan terhadap segmen-segmen deminan suatu system.
3. Subordinate semakin sadar dan memulai konflik secara terang-terangan
terhadap dominant. Prposisi ini dipecah menjadi tiga anak proposisi sebagai berikut ; 1 subordinate mengorganisir diri dan memulai konflik,
2 subordinate mengorganisir dan mencetuskan konflik, 3 subordinate mengorganisir diri dan memprakarsai konflik.
4. Pada proposisi ini segmen-segmen dominant dan segmen-segmen
subordinate semakin terpolarisasi. Semakin keras suatu konflik maka akan semakin besar perubahan structural suatu system dan redistribusi sumber-
sumber.http:punggeti-sosial.blogspot.com2008 Beberapa tokoh dalam teori konflik antara lain, Karl Marx, George
Simmel, Vifredo Pareto, Ludwig Gumplovicz, Max Gluckman dan John Rex Inggris, Ralf Dahrendorf Jerman, Lewis A. Coser dan Randall Colins
Amerika Serikat. .
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian