Gambaran Tradisi Budaya Pertanian Di Tanah Karo

Meletusnya Gunung Sinabung.. Peneliti mendapatkan informasi dari beberapa orang yang bersedia menjadi informan yang memberikan informasi yang cukup untuk penelitian ini Data primer diperoleh melalui wawancara pada informan penelitian. Penyajian data dilakukan dengan mengelompokan dan mengkategorisasikan data yang didapat dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin di capai.

4.2.1. Gambaran Tradisi Budaya Pertanian Di Tanah Karo

Sebelum tahun 1904 masyarakat Karo bercocok tanam di ladang, dimana kondisi lahan berbukit-bukit susah mendapat air adapun hanya sedikit yaitu di daerah yang dekat dengan mata air lumur. Tanaman yang dapat ditanam oleh masyarakat adalah padi page dan sayuran adapun nama padi tersebut adalah padi darat atau masyarakat Karo menyebutnya dengan nama page tuhur. Namun ada juga beberapa orang yang menanam padi sawahladang yaitu bagi mereka yang ladangnya berada dekat mata air. Dalam mengerjakan pekerjaan mereka di ladang dengan cara siurup- urupen yaitu dengan saling membantu antara satu keluarga dengan keluarga yang lain setiap ada pekerjann di ladang. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan ladang adalah dimulai dari menebang pohon ngerabi, pohon-pohon akan ditebang sesuai dengan luas lahan yang akan dijadikan untuk tempat bercocok tanam. Pohon-pohon yang sudah ditebang akan dikumpulkan dan akan dibawa pulang untuk dijadikan kayu bakar. Alat yang diperlukan untuk menebang pohon tersebut adalah kapak dan parang. Pekerjaan ngerabi dikerjakan oleh laki- Universitas Sumatera Utara laki baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah yaitu pemuda anak perana yang dianggap sudah mampu untuk bekerja. Kaum perempuan baik itu ibu-ibu maupun anak gadis singuda-nguda membantu mengangkat ranting- ranting kayu yang sudah dipotong, serta menyediakan makanan dan minuman. Setelah pohon-pohon sudah selesai ditebang maka proses selanjutnya adalah membabat ngerentes. Rumput-rumput yang berada di lahan tersebut akan dibabat supaya lebih mudah untuk membersihkan lahan. Setelah rumput-rumput tersebut selesai dibabat maka akan dikumpulkan kemudian dibakar. Sesudah rumput-rumput selesai dibakar, lahan dibiarkan selama beberapa hari sampai hujan turun, dengan tujuan supaya dalam proses pengolahan tanah lebih mudah mengerjakannya. Proses selanjutnya adalah penanaman nuan, pada proses ini tanah akan dilubangi dengan menggunakan kayu lebeng, kemudian bibit padi dan sayuran dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup dengan tanah. Setelah proses penanaman selesai, proses selanjutnya adalah perawatan yaitu membersihkan rumput-rumput yang berada di sekitar tanaman padi merumput, alat yang diperlukan adalah cukup dengan tangan saja. Pekerjaan merumput dikerjakan oleh kaum perempuan baik itu ibu-ibu pernanden maupun anak gadis singuda-nguda. Dalam pengolahan lahan di ladang di kerjakan secara bersama-sama diantara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau disebut dengan siurup-urupen. Setiap keluarga yang membutuhkan bantuan tenaga untuk mengerjakan ladangnya, cukup dengan meminta bantuan kepada kerabatnya dengan sedang hati mereka akan membantu. Pada saat itu, jam kerja tidak ditentukan oleh pemilik ladang, jika hari sudah sore pekerjaan akan ditinggalkan Universitas Sumatera Utara dan dilanjutkan besok. Pembagian pekerjaan dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Untuk mengolah pekerjaan di sawahladang dan lading warga membentuk kelompok yang disebut dengan aron, bentuk kelompok aron tersebut dibentuk berdasarkan letak sawahladang dan ladang perjuman. Cara kerja dibuat secara bergiliran pada saat mengerjakan sawahladangladang untuk setiap peserta aron. Setiap peserta harus wajib datang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dalam kelompok aron tersebut dibuat ketua kelompok sebagai pemimpin yang dapat mengatur kelompok, ketua akan dipilih oleh peserta aron itu sendiri yang dianggap mampu untuk mengatur kelompok tersebut. Ketua akan menentukan sawahladang siapa yang harus pertama sekali dikerjakan yaitu dilihat berdasarkan keadaan sawahladangladang masing-masing peserta aron. Seiringnya dengan kemajuan jaman dan pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk karo mengalami peningkatan, sehingga areal persawahladanganladang semakin luas dan semakin bertambahnya jumlah kelompok aron yang dibentuk. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1952 kelompok aron yang dibentuk bukan berdasarkan letak sawahladangladang warga lagi namun, setiap orang dapat bergabung dengan perjuman yang lain dalam menentukan kelompok aronnya. Diantara peserta aron tersebut masih ada hubungan keluarga dekat misalnya saudara sepupu dan ada juga yang tetangga. Pada proses pengolahan sawahladang dilakukan secara bergiliran untuk setiap peserta aron. Jika peserta tidak dapat datang di sawahladang salah satu. peserta, maka wajib membayar kepada peserta yang tadi berupa tenaga pada giliran berikutnya. Setiap kelompok aron mempunyai ketua sebagai pematang yaitu yang mengatur cara kerja kelompok Universitas Sumatera Utara aron tersebut. Setiap peserta harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati bersama dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam kelompok tersebut. Setiap pagi ketua aron akan mendatangi rumah pesertanya satu persatu ngiah- ngiahi. Jika pemilik sawahladang merasa kekurangan tenaga pemilik sawahladang tersebut akan meminta bantuan kepada kerabat dekatnya untuk membantu mengerjakan pekerjaan tersebut. Ketika panen telah selesai pemilik sawahladang tersebut akan memberikan hasil panennya kepada kerabatnya yaitu berupa beras dan hasil kebun sebagai tanda terima kasih atas bantuan tenaga yang sudah diberikan. Sebagian warga juga akan mengadakan pesta kecil-kecilan ketika panen rani semua saudara terdekat akan diundang dan dibuat makan bersama dengan memotong ayam dan membuat cimpa dan dibagikan kepada peserta aron dan tetangga yang ikut membantu pada saat proses panen berlangsung.

4.2.2. Tahap-tahap Pengolahan Sawahladang