37 pengenalan nilai-nilai, kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, menginternalisasi
nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran, baik yang langsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Berdasarkan pengertian tersebut pembelajaran selain menjadikan peserta didik mencapai tujuan materi yang diajarkan tetapi peserta didik harus menginternalisasi
nilai-nilai karakter yang ada dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Proses penginternalisasian tersebut disebut pembudayaan nilai karakter yang ada.
Terdapat skema pendidikan karakter di sekolah beserta proses pembudayaan dan pemberdayaan.
Fokus penelitian dalam implementasi budaya sekolah berkarakter ini adalah pada perilaku individu. Perilaku ini dilakukan oleh seluruh warga sekolah baik
pesrta didik, guru, kepala sekolah, pemilik yayasan guna mewujudkan nilai karakter yang membudaya dan menjadi khas atau identitas suatu sekolah.
Komponen satu dengan yang lain harus bersinergi, baik dari segi kebijakan yang berlaku, sumber daya manusia, lingkungan, sarana dan prasarana, pemangku
kebijakan dan yang paling penting yaitu komitmen bersama dalam menghidupkan karakter yang membudaya di sekolah. Penanaman nilai karakter di sekolah dapat
dilakukan dengan pembinaan kepada peserta didikmelalui pembelajaran maupun manajemen sekolah.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Supaya peneliti mendaptkan penelitian yang akurat, maka perlu didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian ini
harus relevan dengan penelitian yang dilaksanakan, agar peneliti dapat memperkuat
38 penelitian sebelumnya dan mejadikan bahan kajian untuk penelitian
selanjutnya.berikut yang menjadi rujukan penelitian: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Zamroni 2005 dengan judul Mengembangkan Kultur Sekolah Pendidikan yang Bermutu menyatakan
bahwa: dengan adanya kultur sekolah setelah terbukti ada keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Keberhasilan tersebut dapat dikembangkan
sebagai berikut: SMA “A”,ddahulu memiliki gedung sekolah sudah tua tidak terawat,
lingkungan sekolah kotor, fasilitas minim, semangat kerja guru dan semangat belajar peserta didik rendah, kepala sekolah otoriter. Sejak kedatangan kepala
sekolah baru terjadi perubahan. Kepala sekolah mengembangkan visi dan misi sekolah dengan jelas. Arus menguasai komputer dan bahasa asing. Sekolah
menerbitkan majalah bulanan berbahasa Inggris, untuk mengembangkan kemampuan komputer di sekolah dan bekerja sama dengan lembaga komputer.
Kepala sekolah melakukan dialog dengan guru baik saat rapat maupun di luar rapat. Sekarang sekolah menjadi sekolah favorit. Peserta duduk yang mendaftar
datang tidak hanya dari dalam kota tetapi luar kota. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Winih Jayanti yang berjudul Implementasi Kebijakan Perbaikan Kultur Sekolah Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul.
Penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan dalam perbaikan kultur sekolah meliputi: kebijakan terkait dengan nilai, kenijakan terkait dengan kurikulum,
kebijakan terkait dengan fasilitas, kebijakan otonomi sekolah melalui program kewirausahaan. Perbaikan kultur sekolah dapat dilihat dari aktivitas sekolah
39 meliputi: nilai di sekolah dapat dilihat dengan mengacu pada implementasi
pendidikan budaya dan karakter bangsa, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, berusaha melengkapi fasilitas belajar. Terdapat faktor pendukung dan
penghambat kultur sekolah.
C. Pertanyaan Peneliti