Implementasi Nilai Religius Karakter yang Membudaya Di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo

128 Implementasi enam nilai karakter yang dapat diamati melalui lapisan artifak sebagai budaya sekolah di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo dapat dijabarkan sebagai berikut;

a. Implementasi Nilai Religius

Berdasarkan indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam Panduan Penerapan Pendidikan Karakter Bangsa Kementerian Pendidikan Nasional 2010: 26, implementasi nilai religius terwujud dalam sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo memenuhi seluruh aspek ketercapaian yaitu memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah, memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. Berdasarkan penelitian hanya satu aspek yang belum dilaksanakan saat penelitian berlangsung yaitu merayakan hari besar agama, karena pada saat penelitian berlangsung tidak berlangsung hari besar agama Islam, hanya perayaan hari besar agama Nasrani yaitu Kenaikan Isa Al Masih dan Paskah dengan mengikuti hari libur nasional, mengingat seluruh warga sekolah beragama Islam. Implementasi nilai religius terwujud dalam fisik dan perilaku religius. Keterwujudan fisik merupakan fasilitas pendukung dalam melaksanakan kegiatan yang terwujud dalam berperilaku warga sekolah. Perwujudan perilaku di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo berlangsung alami sesuai dengan fitrah warga sekolah 129 khususnya peserta didik tanpa paksaan dan berlangsung dengan penuh kesadaran terlaksana dalam program yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Lapisan asumsi di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo yang mencerminkan nilai religius dapat dilihat dari perilaku-perilaku warga sekolah yang tidak disadari dan diungkapkan. Asumsi yang mencerminkan nilai religius di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo yaitu: 1 Fasilitator memberikan contoh kepada peserta didik dengan menutup aurat sesuai dengan perintah agama. Berdasarkan contoh tersebut muncul asumsi “Kesadaran menutup aurat adalah kewajiban bagi muslim laki-laki maupun perempuan”. Asumsi tersebut membuat peserta didik dengan sadar dan tanpa paksaan menerapkan gerakan menutup aurat dengan memakai jilbab dan kaos kaki bagi peserta didik perempuan khususnya kelas tinggi. Peserta didik mengenakan pakaiannya sehari-hari untuk sholat, sehingga kembali muncul asumsi “Pakaian untuk sholat adalah pakaian sehari-hari selama menutup aurat dengan sempurna”. Peserta didik jarang menggunakan mukena sekolah untuk sholat menjadi salah satu bukti penerapan asumsi mengenai kewajiban menutup aurat. 2 Asumsi yang ke dua yang mencerminkan nilai religius di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo yaitu “Suara adzan adalah tanda berhentinya seluruh kegiatan yang sedang berlangsung”. Berdasarkan observasi maupun wawancara kepada narasumber ditemukan fakta bahwa tidak ada kesepakatan khusus mengenai tanda berhentinya pembelajaran. Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo memiliki tiga waktu untuk beristirahat yaitu pada pagi hari saat pembagian 130 makanan ringan atau jajanan pasar kepada peserta didik, waktu istirahat sholat Dzuhur, dan istirahat sholat Ashar yang dilanjutkan pulang. Dua dari tiga waktu istirahat menggunakan suara adzan sebagai tanda berhentinya seluruh kegiatan yang berlangsung. Peserta didik langsung menuju tempat wudlu dan melaksanakan sholat berjamaah di masjid sekitar sekolah atau mushola pada sore hari.

b. Implementasi Nilai Kreatif