12
2. Pendidikan Karakter
Amanat pendidikan yang dibebankan kepada negara semakin membuat pemerintah berat dalam memikulnya. Beratnya amanat tersebut dipengaruhi oleh
pemerosotan moral anak khususnya anak usia dini yang semakin meningkat. Pemerosotan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Mustadi. A. 2015: 71 mengungkapkan bahwa “Banyak faktor yang
mempengaruhi kemerosotan moral peserta didik, mulai dari faktor internal, yakni dari keluarga, hingga faktor eksternal atau luar keluarga”. Faktor internal dapat
berupa kekerasan dalam rumah tangga, korban perpisahan anak yang mempengaruhi mental anak. Faktor ekternal dapat berupa lingkungan hidup dan
teman sebaya. Faktor internal maupun faktor ekternal jika tidak segera ditangani dengan baik maka tingkat degradasi mental anak usia dini akan semakin meningkat.
Diperkuat oleh Murniyetti, Engkizar, dan Fuady Anwar 2016: 157-158 mengenai tujuh bentuk dekadensi moral anak bangsa, yaitu melalui: 1 narkoba. 2 pornografi,
3 geng motor. 4 tawuran, 5 prostitusi, 6 aborsi, dan 7 seks bebas. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam memajukan
peradaban suatu bangsa bahkan peradaban dunia serta sebagai lembaga efektif menanggulangi masalah moral bangsa. Pentingnya pendidikan tersebut membuat
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh, memberikan, serta saling berbagi ilmu,` kepercayaan,
nilai, norma yang berlaku dalam masyarakat. Ilmu, nilai dan norma yang terkandung dalam pendidikan akan menjadi petunjuk atau arahan bagi manusia
dalam bertindak serta berperilaku di lingkungan sekitarnya. Akan tetapi pada
13 kenyataannya , pendidikan nasional saat ini lebih menonjolakan aspek material
ketimbang aspek kemanusiaannya dan lebih mementingkan sarana dan prasarana fisik daripada pengembangan kapasitas sumber daya manusia Suryadi. A., 2014:
94. Menurut Amirin. T. M, dkk 2013: 2
bahwa “Pendidikan merupakan penyampaian pengetahuan, nilai, dan kecakapan merupakan terjemahan dari
“knowledge, value, and skills.” Sudah ditekankan dalam pengertian di atas bahwa pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja tetapi pendidikan
memiliki kewajiban dalam menyampaikan nilai, norma, maupun kecakapan yang harus dimiliki peserta didik. Proses pendidikan sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran, menurut Sujarwo 2011: 3 mengungkapkan definisi dari pembelajaran, pembelajaran merupakan upaya peserta didik memahami diri dan
lingkungannya agar lebih bermakna. Gagne Sujarwo, 2011: 1 menambahkan, suatu kegiatan dikatakan belajar apa bila memiliki empat ciri sebagai berikut; a
belajar merupakan perubahan tingkah laku, b perubahan yang terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan, c perubahan tersebut harus bersifat
permanen dan tetap ada dalam waktu tan cukup lama, d adanya perubahan menimbulkan pengalaman baru. Belajar yang bermakna berarti membutuhkan
waktu yang tidak singkat atau sering disebut dengan proses atau tahap belajar. Tahapan belajar tersebut akan menjadikan manusia atau sumber daya manusia lebih
terjamin kualitasnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang melimpah akan sumber daya
alam. Negara kepulauan dan melimpahnya sumber daya alam ini yang membuat
14 Indonesia menjadi tempat bersinggah yang nyaman bagi penjajah yang membuat
Indonesia semakin tertindas dan mengalami kemunduran beberapa abad silam. Sejarah tersebut membuktikan bahwa sumber daya alam yang melimpah tidak akan
menjamin berkembangnya suatu bangsa. Sumber daya alam yang melimpah harus diimbangi dengan sumber daya manusia yang dapat mengelolanya. Sumber daya
manusia ini menjadi faktor penting kemajuan suatu bangsa. Sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi cerdas secara moral dalam
mengelola segala komponen demi kemajuan bangsa. Soekarno Wiyani. N.A., 2013: 19 menyampaikan ciri-ciri bangsa yang berkarakter, yaitu: 1 kemandirian,
kemandirian diharapkan terwujud dalam sikap percaya pada kemampuan manusia dan penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, 2 demokrasi, masyarakat yang
ingin dicapai dalam budaya demokrasi adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan feodalistik, 3 persatuan nasional, sebagai kebutuhan untuk melakukan
rekonsiliasi nasional antar kelompok yang bertikai, dan 4 peradaban internasional, sikan preventif agar bangsa tidak lagi dijajah oleh bangsa lain. Seluruh ciri-ciri
tersebut diharapkan menjadi acuan bagai bangsa Indonesia dalam menanaman nilai karakter guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Karakter merupakan kepribadian seseorang yang terbentuk dari lingkungan ia tinggal yang menjadi ciri khas dari seseorang atau benda tersebut. Fasli Jalal
2014: 21 menyebutkan bahwa “Karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Pendidikan karakter ialah suatu pendidikan yang mengajarkan suatu tabiat, moral,
15 tingkah laku maupun kepribadian”. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan
harus mengarahkan, mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.
Berbeda dengan definisi Doni Koesoema. A 2015: 57 bahwa “Karakter
merupakan keseluruhan dinamika psikologi individu, yang memungkinkannya mengerti, memahami, dan menghayati nilai-nilai moral dan non moral, yang
menentukan cara dia bertindak dan berinteraksi dengan dunianya ”. Definisi di atas
dapat dipahami bahwa karakter memungkinkan manusia untuk melakukan apa yang dicita-citakannya sebagai sesuatu yang bernilai dan berharga, sebagai penentu
identitas pada dirinya. Menurut Bohlin, Farmer, Ryan Judiani. S., 2010: 282 menyatakan bahwa
karakter diibaratkan seperti mengukir batu permata atau permukaan besi yang keras.
Pengembangan karakter
bangsa dapat
dikembangkang melalui
pengembangan karakter individu, karakter sosial maupun karakter budayanya. Lingkungan sosial dan budaya menjadi lingkup yang spesifik dan menjadi ciri khas
dalam perkembangan nilai karakter dalam masyarakat. Perkembangan karakter bangsa akan berjalan dengan maksimal apabila pendidikan selaras dengan
lingkungan sosial dan budaya dalam masyarakat. Wibowo. A.. 2016: 13-14 menyatakan bahwa lokalias menjadi penting dikedepankan dalam pendidikan
karakter, sehingga peserta didik tidak tercerabut dari akar dan budayanya. Pengertian karakter tersebut dapat diartikan pentingnya penekanan pada budaya dan
adat yang berlaku di lngkungan sekitar yang dapat diterapkan kepada peserta didik, seperti menghormati orang yang lebih tua, mencium tangan orang tua dan guru,
16 menghormati dan menjaga alam serta lingkungan sekitar dan lain sebagainya.
Perilaku mendasar dari budaya yang berlaku di sekitar lebih ditekankan dan diterapkan pada peserta didik dalam pendidikan di dalam maupun diluar sekolah.
Di dalam sekolah pendidikan karakter penting diintegrasikan dalam bahan dan proses pembelajaran. Namun tidak hanya diajarkan saja tetapi perlunya beberapa
fakto pendukung dalam implementasi pendidikan karakter. Johnson Wawan., Ali, 2015: 109 mengungkapkan bahwa
“Character education in school is where most children will probably develop their character.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan karakter di sekolah merupakan tempat yang memiliki luang pengembangan yang efektif. Suryadi. A., 2014: 96
menungkapkan bahwa nilai tidak hanya dapat diajarkan, tetapi harus dilakukan dalam pembiasaan, pemahaman, keteladanan, dan aplikasi yang terus menerus,
hingga akhirnya ditemukan makna dari suatu nilai karakter. Pernyataan ini menegaskan bahwa tidak mudah menanamkan nilai karakter pada peserta didik
tanpa bekerja sama dengan berbagai pihak. Pihak yang terlibatpun harus memahami dan memberikan teladan menerapan nilai karakter kepada peserta didik agar
keteladanan dari orang yang disegani menjadi proses akselerasi tersendiri dalam pembudayaan karakter khususnya dalam diri peserta didik.
Suparlan Jamal Ma’ruf Asmani, 2013: 49-50 menjelaskan bahwa “Pendidikan karakter memiliki sembilan pilar yang saling mengait. Kesembilan
pilar tersebut yaitu tanggung jawab responsibility, rasa hormat respect, keadilan fairness, keberanian courage, kejujuran honesty, kewarganegaraan
citizenship, disiplin diri self-discipline, peduli caring, dan ketekunan
17 perserverance
”. Berdasarkan sembilan pilar karakter tersebut nilai karakter merupakan landasan hidup yang diterapkan dalam diri manusia sejak dini.
Penanaman nilai karakter dapat dimulai dari siri sendiri yaitu dibangun dari lingkup keluarga, dikembangkan di lingkungan sekola dan diterapkan dilingkungan
masyarakat. Permendiknas 2010, disebutkan bahwa nilai-nilai luhur yang terdapat di
dalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berdasarkan kajian tersebut telah teridentifikasikan ke dalam butir-butir nilai luhur
yang diiternalisasikan terhadap generasi bangsa melalui pendidikan karakter. Dalam mencapai tujuan pendidikan karakter dibutuhkannya suatu indikator tertentu
sebagai bahan acuan pendidikan. Berikut delapan belas nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Wibowo. A. 2016: 14-15 sebagai bahan untuk menerapkan
pendidikan karakter bangsa. 1.
Religius Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Berdasarkan pengertian tersebut
pendidikan karakter memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih agama yang diyakini. Kebebasan bergama tersebut diimbangi dengan
perilaku yang baik dengan menjalankan ibadah berdasarkan agama yang dianut dan toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain. Pentingnya nilai religius
diterapkan sejak usia dini inilah yang akan mempengaruhu kerukunan beragama di masa yang akan datang.
18 2.
Jujur Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Berdasarkan pengertian tersebut menekankan pada rasa saling
mempercayai. Rasa mempercayai diperlukan saat pembelajaran agar peserta didik dapat berinterksi dan bekerja sama saat tugas kelompok yang diberikan
oleh guru. Jujur dan saling mempercayai mendidik peserta didik untuk menurunkan egoisme diri dan melatih bekerjasama.
3. Toleransi
Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda. Berdasarkan
pengertian tersebut toleransi tidak hanya menekankan pada toleransi beragama saja tetapi dalam berbagai aspek seperti perbedaan suku bangsa, pendapat,
etnis, warna kulit, asal daerah dan lain sebagainya. Penanaman nilai toleransi yang kurang akan mengakibatka peserta didik saling ejek, menyalahkan,
membanggakan golongannya sendiri yang berakibat maraknya tindakan bullying di sekolah.
4. Disiplin
Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Berdasarkan pengertian tersebut nilai
disiplin merupakan sikap dalam diri untuk berperilaku tertib dan patuh. Nilai disiplin akan terbentuk melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
19 Pembiasaan berperilaku tertib dan patuh membuat peserta didik siap menjadi
warga negara yang patuh akan hukum. 5.
Kerja Keras Kerja Keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengertian tersebut kerja keras
merupakan usaha untuk membuka peluang yang lebih besar dan menghasilkan keuntungan bagi individu. Seperti yang dilakukan oleh peserta didik yang kerja
keras giat untuk belajar dipastikan memperoleh ilmu yang bermanfaat dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
6. Kreatif
Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Berdasarkan pengertian
tersebut nilai kreatif merupakan kemampuan seorang atau sekelompok untuk memberikan solusi baru atas berbagai masalah yang dialami. Nilai kreatif
tertanam dengan baik sering kali dikarenakan karena keterbatasan fasilitas yang ada. Keterbatasan tersenut membuat seseorang berfikir dan berimajinasi
agar memanfaatkan apa yang ada untuk diolah menjadi hasil yang maksimal. 7.
Mandiri Mandiri, yaitu sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemandirian berasal dari kata dasar diri yang memiliki arti perkembangan yang terjadi pada diri individu itu sendiri.
Perkembangan tersebut berkaitan dengan mengusahakan dari diri sendiri tanpa
20 bergantung pada orang lain. Kemandirian terwujud dalam sikap seperti cakap
melakukan pekerjaan dengan sendiri, cakap dalam berwirausaha atau mandiri secara finansial dan lain sebagainya. Nilai mandiri jika diterapkan dalam diri
peserta didik akan membuat peserta didik tidak selalu mengandalkan orang lain dan menghargai hasil karya yang dibuatnya sendiri.
8. Demokratis
Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Demokratis penting diterapkan
dalam diri anak sejak dini. Nilai demokratis mengajarkan pada peserta didik untuk saling menghargai orang lain. Peserta didik belajar menerima haknya
dengan memperjuangkan kewajiban yang patut diperjuangkan. Demokratis juga membuat peserta didik mengerti akan kebebasan berpendapat. Kebebasan
berpendapat tersebut harus diimbangi dengan tanggung jawab yang ditanamkan pada diri peserta didik.
9. Rasa Ingin Tahu
Rasa Ingin Tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat,
dan didengar. Nilai rasa ingin tahu merupakan pondasi peserta didik untuk berkembang. Rasa ingin tahu membuat peserta didik semakin menggali
pengetahuan yang bersumber dari mana saja , siapa saja kan kapan saja. Rasa ingin tahu tersebut sering kali diawali dengan apersepsi seorang guru yang
membuat menarik bagi peserta didik. Rasa ingin tahu akan terlihat apabila
21 peserta didik mulai bertanya dengan berbagai pertanyaan yang diajukan kepada
guru. 10.
Semangat Kebangsaan Semangat Kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Berdasarkan pengertian tersebut penanaman kebangsaan
dimulai dari peserta didik mengenal bangsanya. Mengenal bangsanya sendiri dapat membuat peserta didik bangga akan bangsanya dan mementingkan
kepentingan bangsa. 11.
Cinta Tanah Air, yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Berdasarkan pengertian tersebut rasa cinta tanah air oleh peserta didik dapat dilihat dari
kekritisan peserta didik menanggapi fenomena yang sedang berlangsung di sekitarnya. Rasa cintatanah air tersebut dapat diwujudkan melalui sikap
kepedulian terhadap sesama apabila terjadi bencana. Ketanggapan peserta didik tersebut merupakan pondasi awal peserta didik menjadi generasi penerus
yang peduli dengan tanah airnya sendiri. 12.
Menghargai Prestasi Menghargai Prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Keinginan untuk bermanfaat bagi orang
lain merupakan salah satu prestasi prestasi non akademis. Prestasi tidak hanya
22 diukur dengan nilai akademis saja tetapi melalui sikap. Sikap peduli dengan
lingkungan masyarakat, menghormati oranglain juga merupakan sebuah prestasi yang perlu dikembangkan pada diri peserta didik.
13. Bersahabat Komuniktif
Bersahabat Komuniktif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang. Pembiasaan dan
berdialog kepada peserta didik merupakan salah satu cara agar peserta didik mudah berinteraksi dengan orang lain. Nilai bersahabat atau komunikatif dapat
dimaksimalkan melalui diskusi kelompok saat pembelajaran. Kegiatan berkelompok melatih peserta didik berinteraksi dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Cinta Damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Nilai cinta damai
tercermin dalam sikap peserta didik pada orang lain. Sikap tersebut membuat orang menjadikan nyaman atau tidaknya ketika bersama peserta didik. Cinta
damai ditanamkan agar menjadikan suasana pembelajaran pada khususnya menjadi lebih kondusif.
15. Gemar Membaca
Gemar Membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Membaca adalah
jendela dunia. Membaca membuat peserta didik mengenali daerahnya bahkan dunia. Membaca merupakan sarana menambah ilmu yang paling efektik.
16. Peduli Lingkungan
23 Peduli Lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Peduli Sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Nilai peduli sosial
menjadi sangat penting ditanamkan kepada peserta didik mengingat mulai menurunnya sikap peduli terhadap lingkungan sosial. Peduli sosial merupakan
sikap menguji kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Peserta didik yang memiliki sikap peduli sosial tinggi akan mudah berinteraksi dengan teman-
temannya. 18.
Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan delapan belas nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di atas, setiap satuan pendidikan dapat mengembangkan nilai-nilai dan
memodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Proses pengembangan nilai-nilai karakter tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan sosial dan budaya yang ada di
satuan pendidikan. Proses pengembangan dan modifikasi dapat dilakukan berdasarkan nilai-nilai karakter yang dikonsep dan direncanakan dengan sengaja
agar menjadi ciri khas dari sebuah lembaga atau satuan pendidikan.
24 Setiap kebijakan yang diterapkan di suatu lembaga pada hakikatnya memiliki
tujuan. Tujuan penerapan pendidikan karakter di lembaga pendidikan atau sekolah adalah menanamkan nilai dalam diri peserta didikdan mendalami tata kehidupan
serta menghargai kebebasan individu. Koesoema. D. Jamal Ma’ruf Asmani, 2013:
42-43 menjelaskan bahwa: tujuan jangka panjang pendidikan karakter adalah mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang
akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus menerus on going formation. Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan dialektis
semakin mendekatkan dengan kenyataan yang ideal, melalui proses refleksi dan interaksi secara terus-menerus antara idealisme, pilihan
sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.
Tujuan pendidikan karakter jangka panjang merupakan penanaman nilai kepada peserta didik tidak hanya penanaman nilai yang akan digunakan di kehidupan
sehari-hari saja yang hanya digunakan dalam jangka pendek tetapi penanaman nilai dan moral kepada peserta didiksampai dengan penanaman idealisme individu.
Penanaman idealisme tersebut akan menjadikan peserta didikmemiliki prinsip dalam bersosial dan bermasyarakat.
Tujuan pendidikan karakter tetap merujuk pada tujuan pendidikan nasional. Dharma Kesuma, Cepi Triatna dan Johar Permana 2012: 6 menjelaskan bahwa
“Tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan
untuk dapat bertahan hidup survive dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya”. Penjelasan tersebut berarti tujuan pendidikan nasional mengarah
kepada pentingnya pendidikan karakter yaitu nilai yang ditanamkan dan dimaknai dalam diri untuk menghadapi tantangan masa depan. Sebagaimana yang telah
25 dijelaskan oleh Endah Sulistyowati 2012: 27 bahwa tujuan pendidikan karakter
antara lain; 1 mengembangkan potensi kalbunurani dan afeksi sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai dalam ber budaya dan bernegara, 2 mengembangkan
serta membiasakan perilaku peserta didik yang terpuji sejalan dengan budaya bangsa, 3 menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada peserta
didik, 4 mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri, aktif, kreatif dan berwawasan luas, dan 5 mengembangkan lingkungan
kehidupan sekolah sebagai lingkungan yang kondusif untuk belajar peserta didik
3. Budaya Sekolah