Evaluasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo

139 tetapi tersedia juga di dalam kelas. Fasilitas lain penunjang nilai peduli lingkungan yaitu terdapat biopori di daerah rawan terjadi genangan air seperti di kolam. Di luar sekolah peserta didik juga dibiasakan menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan maupun memungut sampah plastik di lingkungan yang di kunjungi seperti beberapa tempat saat penelitian berlangsung yaitu Gedung Garuda, bersih pasar Panjangan, dan bersih tepi sungai Bengawan Solo. Penanaman nilai peduli lingkungan ini selaras dengan konsep sekolah alam yang belajar dan mencintai alam. Lapisan asumsi di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo yang mencerminkan nilai peduli lingkungan dapat dilihat dari perilaku-perilaku warga sekolah yang tidak disadari dan diungkapkan. Asumsi yang mencerminkan nilai peduli lingkungan di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo yaitu “ Tidak ada gunanya jika berada di suatu tempat dan tidak bermanfaat”. Asumsi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan dokumentasi selama melakukan penelitian. Nilai peduli lingkungan dicontohkan dan selalu diingatkan oleh fasilitator kepada peserta didik. Rasa peduli lingkungan diwujudkan dengan bertangungjawab atas kebersihan sebelum, saat kegiatan berlangsung sampai dengan selesai kegiatan.

4. Evaluasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo

Berdasarkan teori manajemen peserta didik memiliki tahapan kegiatan yang harus dijalani, yaitu perencanaan terhadap peserta didik, pembinaan peserta didik, evaluasi peserta didik dan mutasi peserta didik. Berdasarkan tahapan kegiatan yang harus dijalani dalam manajemen peserta didik inilah yang menguatkan tahapan penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah, M. Amirin, dkk 2013: 51. 140 Monitoring atau evaluasi di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo dapat dilihat dari perwujudan fisik dan perilaku. Perwujudan fisik dari monitoring dari pihak sekolah dapat dilihat dari karya peserta didik yang dibuat di sekolah. Karya peserta didik dikumpulkan dan dipajang di rak pajang karya saat night camp dan penerimaan raport selama dua bulan sekali. Karya peserta didik berupa kerajinan tangan, laporan work sheet, lembar wawancara, gambar dan lain sebagainya yang disesuaikan denga tema setiap kelas. Selain pajang karya, fasilitator juga wajib melaporkan hasil proyek yang telah berjalan serta progres sikap setiap peserta didik dengan raport deskriptif serta diskusi langsung dengan orang tua wali mengenai perkembangan tingkah laku peserta didik di sekolah. Perwujudan perilaku dari monitoring dari pihak sekolah dapat dilihat dari diskusi fasilitator yang melaporkan perkembangan sikap peserta didik di sekolah. Diskusi seperti ini sering sekali terlihat saat penerimaan raport maupun sesudah pembelajaran biasa selesai. Evaluasi terhadap peserta didik secara personal tidak hanya dilakukan pada saat kegiatan penerimaan raport tematik saja tetapi dilakukan setiap hari ketika peserta didik melakukan perilaku yang tidak sesuai dan mengganggu temannya. Proses evaluasi karakter di SD SABS dilakukan secara kondisional apabila diperlukan ketika peserta didik sedang asik bermain atau ketika peserta didik sedang outing class dan lain sebagainya. Proses evaluasi secara kondisional ini mengantisipasi tindakan peserta didik yang melakukan perilaku kurang baik secara lebih besar. Apa bila perilaku yang dilakukan peserta didik mengancam atau tidak bisa ditangani oleh fasiitator, pihak sekolah membahasnya dalam forum besar seperti rapat setiap satu bulan sekali yang membahas beberapa 141 kegiatan seperti try out kelas enam, evaluasi proyek yang berjalan maupun perilaku peserta didik. Perwujudan fisik dari monitoring dari pihak orang tua wali peserta didik dapat dilihat dari karya peserta didik dengan orang tuanya work with parent yang dibuat di rumah. Karya peserta didik dan orang tuanya tersebut dikumpulkan dan dipajang di rak pajang karya sesuai dengan tema setiap kelas. Laporan tidak hanya dibuat oleh fasilitator saja tetapi orang tua juga wajib membuat laporan yang berbentuk deskriptif kepada pihak sekolah mengenai proyek yang diberikan kepada peserta didik yang dikerjakan bersama orang tua. Laporan yang dibuat oleh orang tua wali dapat diketik atau ditulis dengan tangan. Laporan tersebut diserahkan kepada wali kelas atau fasilitator senjutnya ikut dipajang di rak pajang karya saat night camp dan penerimaan raport. Perwujudan perilaku dari monitoring dari pihak orang tua wali dapat dilihat dari diskusi orang tua wali yang melaporkan perkembangan sikap peserta didik di rumah.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Karakter di Sekolah