siapa saja menyebabkan banyak yang terjerumus ke dalam perilaku seks bebas seks pranikah.
5.3.1 Pengaruh Media Cetak terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA Negeri 2 Medan
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sebagian besar dalam kategori terpapar ringan yaitu 231 orang 89,9, dan selebihnya dalam kategori terpapar berat yaitu
26 orang 10,1. Tabel silang pengaruh media cetak sebagai sumber informasi seksual terhadap perilaku seksual pranikah remaja menunjukkan bahwa dari 231
responden dengan kategori terpapar ringan oleh media cetak sebagian besar perilaku seksual pranikah dalam kategori ringan yaitu 143 orang 61,9. Dari 26 responden
dengan kategori terpapar berat oleh media cetak sebagian besar perilaku seksual pranikah dalam kategori berat yaitu 18 orang 69,2. Hasil uji statistik dengan uji
regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan media cetak sebagai sumber informasi seksual terhadap perilaku seksual pranikah remaja, nilai
probabilitas p = 0,999. Variabel media cetak tidak berpengaruh karena banyak responden yang terpapar ringan media cetak tetapi perilaku seksual pranikah dalam
kategori berat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Murti 2008 yang menunjukkan
bahwa responden dengan frekuensi paparan pornografi dengan frekuensi tinggi berperilaku seksual berat 50,0, sedangkan yang memiliki frekuensi terpapar
pornografi rendah termasuk dalam kategori perilaku seksual ringan 9,5. Semakin tinggi frekuensi remaja terpapar pornografi maka akan semakin memiliki
kecenderungan perilaku seksual berat.
Universitas Sumatera Utara
Sarwono 2011 mengutip penelitian yang menghubungkan perilaku seksual dengan kadar informasi remaja tentang seks di Hongkong pada tahun 1981 terhadap
3.917 pelajar mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuannya terutama dari media cetak seperti surat kabar, majalah atau
ceramah-ceramah tentang seks. Hanya 11 yang menyatakan bahwa mereka bisa bertanya kepada orang tuanya.
Penelitian Indarsita 2006 mendapatkan hasil bahwa media cetak 19,5 mempunyai proporsi lebih sedikit dibandingkan dengan media elektronik 33,3
dalam meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi yang berisiko. Keadaan ini disebabkan oleh tersedianya sarana media massa seperti koran, majalah, televisi,
dan radio di setiap keluarga dan mudahnya responden mendapatkan semua informasi tentang kesehatan reproduksi tanpa ada batasan atau sensor.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nursal 2007 mendapatkan hasil bahwa responden yang terpapar media cetak mempunyai peluang 4,44 kali untuk
berperilaku seksual berisiko berat dibanding tidak terpapar dengan media cetak 95CI=1,04-8,94.
Bellak dalam Retnowati, 2008 secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan
pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti.
Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload.
Universitas Sumatera Utara
Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Dalam penelitian ini, media cetak tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah siswa SMA Negeri 2 Medan. Hal ini disebabkan media cetak saat ini lebih
selektif dalam menampilkan informasi seksual, walaupun diakui masih ada media yang menampilkan informasi seksual secara vulgar. Selain itu remaja juga takut
ketahuan keluarga jika mempunyai majalah, koran atau buku-buku yang dapat membangkitkan birahi mereka. Kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual
pranikah lebih banyak pada remaja yang kurang mendapatkan pengawasan dari orang tua sehingga mereka berani menyimpan atau memiliki gambar-gambar seronok yang
diperoleh dari media massa.
5.3.2 Pengaruh Media Elektronik terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA Negeri 2 Medan