Keempat, proses penyajian berita pada media cetak lebih sederhana, yang menentukan wartawan sendiri dan redakturnya.
Meningkatnya minat seksual membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang memperoleh informasi
tentang seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu, mereka selalu terdorong untuk mencari informasi seks melalui higienis seks, media cetak seperti majalah dan koran
yang menampilkan gambar-gambar vulgar, buku-buku seks dari temannya, internet, mengadakan eksperimen seksual, masturbasi, bercumbu, atau melakukan senggama.
Minat utama seks remaja yaitu pada hubungan seks, konteks, dan perilaku seksual Pieter dan Lubis, 2010.
Sarwono 2011 mengutip penelitian yang menghubungkan perilaku seksual dengan kadar informasi remaja tentang seks di Hongkong pada tahun 1981 terhadap
3.917 pelajar mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuannya terutama dari media cetak seperti surat kabar, majalah atau
ceramah-ceramah tentang seks. Hanya 11 yang menyatakan bahwa mereka bisa bertanya kepada orang tuanya.
2.5.2 Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses isinya. Istilah ini merupakan
kontras dari media statis terutama media cetak, yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna
akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain
Universitas Sumatera Utara
adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital walaupun media baru pada umumnya berbentuk
digital. Contoh media elektronik yaitu televisi, radio, HP, VCDDVD, internet Febrian, 2011.
Ciri-ciri media elektronik yaitu: menggunakan media massa dengan organisasi lembaga media yang jelas, komunikator memiliki keahlian tertentu, pesan searah
dan umum serta melalui proses produksi dan terencana, khalayak yang dituju heterogen dan anonim, kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan, ada
pengaruh yang dikehendaki, dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya, seperti halnya media yang dapat
memengaruhi remaja terutama dalam perilaku seksualnya Febrian, 2011. Rasa ingin tahu dari remaja terutama dalam hal seks kurang disertai dengan
pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup tentang akibat yang didapat dari perbuatan yang dilakukannya. Selain itu rasa ingin tahu dianggap sebagai manusia
dewasa, kaburnya nilai-nilai yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua berkembangnya naluri seks akibat berkembangnya alat-alat kelamin sekunder,
kurangnya informasi seks menyebabkan para remaja sering mengambil keputusan- keputusan yang kurang tepat. Hal ini pulalah yang mendorong remaja melakukan hal-
hal yang tidak seharusnya dilakukan pada masa remaja Asfriyati, 2005. Menurut Goleman 2006 ketika teknologi atau media menawarkan
komunikasi, sesungguhnya itu adalah sebuah isolasi karena manusia akan terkungkung dalam suatu autisme sosial. Media dapat memungkinkan jutaan orang
Universitas Sumatera Utara
mendengarkan cerita lucu yang sama, namun mereka tetap kesepian. Media seperti internet dan televisi akan memunculkan pola baru dalam hubungan antar manusia,
yaitu cara manusia membina hubungan dan memutuskan hubungan Ghozaly, 2011. Calzo dan Suzuki 2004 menyebutkan bahwa media elektronik sering
digunakan oleh remaja sebagai sumber informasi dan sebagai media komunikasi dengan teman sebayanya. Kenneavy et.al. 2006 menyebutkan bahwa pada usia
remaja, pencarian informasi merupakan salah satu hal yang paling penting, terutama informasi mengenai seks dan aturan orang dewasa. Media elektronik merupakan
sumber pencarian informasi yang paling banyak digunakan oleh remaja karena media masa sangat mudah diakses dan pesan yang disampaikan oleh media elektronik juga
sangat efektif dan atraktif. Selain memberikan informasi mengenai seks secara bebas, media elektronik juga memberikan contoh perilaku kekerasan bagi remaja Ghozaly,
2011. Banyak sekali informasi melalui media massa seperti media elektronik yang
ditayangkan secara gencar, vulgar seronok, dan bersifat tidak mendidik tetapi lebih cenderung memengaruhi dan mendorong perilaku seksual yang tidak
bertanggungjawab. Keterpaparan remaja terhadap pornografi dalam bentuk film porno semakin meningkat. Konsultasi seks yang diberikan melalui media elektronik
yang disebut sebagai pendidikan sekolah, penayangan film tertentu di televisi dapat menyebabkan salah persepsipemahaman yang kurang tepat terhadap kesehatan
reproduksi. Di sisi lain penerangan melalui media bersifat audio visual sangat terbatas dan kalaupun ada bentuknya kurang menarik remaja Pinem, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Media elektronik dapat menjadi wadah untuk menarik perhatian dan meningkatkan kesadaran berbagai pihak terhadap berbagai perkembangan situasi
positif dan negatif yang terjadi dewasa ini. Video porno selalu menjadi penyebab dari sebagian besar tindak kekerasan pemerkosaan dan pelecehan seksual. Video
game juga merupakan media yang sangat diminati anak-anak dan banyak mempunyai pengaruh negatif dengan gambar-gambar sensual dan cenderung porno
Dianawati, 2006.
Sarwono 2011 mengatakan bahwa kecenderungan pelanggaran terhadap perilaku seksual remaja makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi
dan rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya teknologi canggih video cassette, fotokopi, satelit, VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain
menjadi tak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa,
khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah
seksual secara lengkap dari orang tuanya. 2.6 Landasan Teori
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar remaja di seluruh dunia. Pada saat ini banyak remaja beranggapan bahwa cinta dan seks merupakan
dua hal yang berhubungan erat. Bila cinta terhadap seseorang harus dibumbui dengan perilaku seks, dan seks yang dilakukan dengan pasangan harus berlandaskan cinta.
Tidak jarang masa depan remaja hancur karena masalah cinta dan seks. Perilaku
Universitas Sumatera Utara
remaja tersebut sering menimbulkan dampak yang tidak disadarinya seperti kehamilan remaja, aborsi, putus sekolah, perkawinan dini, perceraian, tertular
penyakit kelamin, dan lain-lain. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya perilaku seks pada remaja terutama faktor eksternal, karena pada masa remaja mudah
dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya seperti teman sebaya dan sumber informasi dari media massa yang kurang tepat.
Notoatmodjo 2007 mengatakan bahwa perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsang dari luar organisme orang, namun
dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan determinan perilaku. Faktor determinan perilaku ada
dua yaitu: 1 faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, 2 faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik
dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Hosland 1953 yang mengembangkan teori Skiner 1938 dalam Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
1. Stimulus rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif memengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
Universitas Sumatera Utara
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2.
3. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
4. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap.
Perubahan perilaku remaja dapat disandarkan pada teori perubahan perilaku dari Skiner 1938 yang dikembangkan Hosland 1953 dalam Notoatmodjo 2010
yang terkenal dengan teori Stimulus Organisme Respon Stimulus-Organism- ResponseSOR. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi dengan organisme, artinya kualitas dari sumber komunikasi sources misalnya kredibilitas
kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat.
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan
perilaku.
Stimulus yang memengaruhi remaja berperilaku seksual pranikah berupa rangsangan yang datang dari luar diri remaja tersebut seperti pengaruh teman sebaya,
mendengar, melihat, membaca, menonton, berfikir. Organisme akan memberi perhatian, pengertian, persepsi dan penerimaan terhadap stimulus. Akhirnya reaksi
Universitas Sumatera Utara
organisme direspons dalam bentuk perilaku yang dibedakan dalam perilaku tertutup covert behavior dan perilaku terbuka overt behavior. Perilaku tertutup masih
dalam bentuk sikap remaja, sedangkan perilaku terbuka yaitu perilaku seksual pranikah yang nyata.
Perilaku seseorang dapat berubah apabila stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor reinforcement
memegang peranan penting. Proses perubahan perilaku berdasarkan teori SOR digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Teori S-O-R
Stimulus 1. Pengaruh
teman sebaya 2. Mendengar
3. Melihat 4. Membaca
5. Menonton 6. Berfikir
Organisme : - Perhatian
- Pengertian - Penerimaan
Reaksi Perubahan sikap
Reaksi Perubahan praktik
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konsep