Responsiveness Tingkat ResponDaya Tanggap

79 pembahasan dan penyusunan APBD tersebut juga mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk setiap anggota dewan. Pada penjelasan sebelumnya, salah seorang anggota dewan DPRD Kabupaten Karo yang memberikan keterangan terkait alasan mengapa anggota dewan jarang turun ke daerah. Anggota dewan tersebut menyatakan, kurangnya anggaran untuk kegiatan kunjungan ke daerah menjadi faktor penyebab program tersebut tidak berjalan. Sangat disayangkan tentunya bila anggaran untuk berkunjung ke daerah konstituen sangat minim, yang seharusnya program ini menjadi salah satu prioritas kerja anggota dewan. Di samping itu, proses penyusunan peraturan daerah yang seringkali memakan waktu yang cukup lama menjadi permasalahan efektifitas dan efisiensi kerja anggota dewan DPRD Kabupaten Karo.

2.5. Responsiveness Tingkat ResponDaya Tanggap

Frans Dante Ginting menyatakan tentang tingkat respon dan daya tanggap anggota DPRD Kabupaten Karo terhadap aspirasi masyarakat yang menyatakan: “Daya tanggap anggota DPRD terhadap aspirasi masyarakat dalam proses perumusan kebijakan daerah cukup rersponsif dengan memperhatikan kepentingan masyarakat secara umum sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Misalnya terhadap peraturan daerah tentang pajak hasil bumi dimana ada keluhan dari beberapa petani setelah dibahas dalam rapat DPRD maka disimpulkan perlu untuk dilakukan revisi terhadap perda tersebut.” 34 34 Wawancara dengan Frans Dante Ginting Ketua Komisi A tanggal 25 Agustus 2014. 80 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat responsibilitas anggota dewan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari perda yang dihasilkan masih banyak yang mementingkan kepentingan keuangan pemerintah daerah dibandingkan dengan kepentingan masyarakat. Ini dibuktikan dengan jumlah peraturan daerah yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah. Dalam prinsip good governance, salah satu poin penting yang harus dijalankan adalah Responsiveness. Artinya bagaimana setiap lembaga pengambil kebijakan harus memiliki respon cepat terhadap aspirasi masyarakat dan melayani setiap pengaduan yang masuk ke dewan. Dari kinerja DPRD Kabupaten Karo Lihat Tabel 5, dapat dikatakan bahwa DPRD Kabupaten Karo masih lambat dalam merespon dan menangani permasalahan masyarakat. Ini dibuktikan dengan jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke dewan berjumlah 10 pengaduan dan itu pun hanya pada tahun 2009, dan dari tahun 2010-2014 sama sekali kosong. Sebagai wakil rakyat, seharusnya DPRD tidak hanya duduk diam dan menunggu pengaduan dan aspirasi dari masyarakat, akan tetapi dewan harus memiliki inisiatif turun langsung ke masyarakat dan menanyakan langsung tentang apa yang menjadi kebutuhan dan permasalahan masyarakat. Dengan cara seperti ini tentunya akan mendukung kinerja dewan dalam proses penyusunan perturan daerah, khususnya berkaitan dengan kepentingan publik. Dengan kata lain, DPRD Kabupaten Karo tidak punya Responsiveness daya tanggap yang cepat sesuai dengan konsep good governance sehingga praktis penyelesaian masalah yang ada dalam masyarakat berjalan lamban. Namun anggota dewan DPRD Kabupaten Karo berpendapat, 81 “Sejauh ini anggota DPRD telah berperan aktif terhadap aspirasi masyarakat, dimana kita melihat banyaknya usulan-usulan ataupun pokok- pokok pikiran anggota DPRD yang ditampung pada saat pembahasan Ranperda baik itu APBD maupun ranperda lainnya.” 35 “DPRD Kabupeten Karo dalam menampung setiap pengaduan masyarakat berkaitan tentang ranperda yang sedang dibahas ketika pembahasan Ranperda tentang Pajak dan Retribusi daerah, dimana kelompok masyarakat datang menyampaikan aspirasi ke DPRD Kabupaten Karo menyampaikan keberatan mereka atas tarif retribusi yang dibebankan kepada mereka, dan DPRD Kabupaten Karo menindaklanjutinya.” Pada prinsip good governance yaitu responsiveness, dimana lembaga pengambil kebijakan harus melayani setiap aspirasi dari masyarakat atau stakeholder. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengaduan yang masuk ke DPRD Kabupaten Karo dalam periode 2009-2014. Dari data yang di dapat peneliti, jumlah pengaduan yang pernah masuk ke DPRD Kabupaten Karo berjumlah 10 pengaduan dan itu hanya terjadi pada tahun 2009 saja, dan pada tahun berikutnya sama sekali kosong. Dari penjelasan yang di dapat dari anggota dewan DPRD Kabupetan Karo terkait tentang pengaduan masyarakat menyatakan, 36 Dari penjelasan di atas, peneliti berpendapat bahwa anggota dewan DPRD Kabupaten Karo selalu saja memprioritaskan pengaduan masyarakat yang berkaitan pajak dan retribusi daerah. Kondisi ini menggambarkan bahwa anggota dewan DPRD Kabupaten Karo belum memahami dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan permasalahan masyarakat Karo. Peneliti berpendapat bahwa kondisi ketidaktahuan ini sebagai akibat dari rendahnya tingkat kunjungan 35 Wawancara dengan Onasis Sitepu. ST. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Karo tanggal 25 Agustus 2014. 36 Wawancara dengan Onasis Sitepu, ST, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Karo pada tanggal 25 Agustus 2014. 82 kerja anggota dewan Kabupaten Karo ke daerah pemilihan sehingga tidak mengetahui secara jelas apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Karo.

2.6. Rule of Law Sesuai Aturan Hukum