2. Anak BoruBoru Penerima Istri
3. SaninaSapanganonkon Sanak saudara, individu semarga atau pembawa
garis keturunan. Dalam masyarakat Simalungun pengakuan atas seorang pria dewasa dapat
dilihat dari keikutsertaannya dalam kegiatan adat istiadat, menurut aturan adat yang berlaku, pria yang sudah menikah dan memiliki anak adalah syarat
seseorang agar dapat ikut serta dalam kegiatan adat-istiadat.
i. Marga-marga Simalungun
Dalam penggolongan marga pada masyarakat Simalungun terdapat empat bagian besar marga dengan akronim SISADAPURyaitu:
1. Damanik
2. Saragih
3. Purba
4. Sinaga
Keempat marga besar itu didapatkan dari Permusyawaratan Besar atau disebut dengan “Harungguan Bolon” yang dilakukan oleh empat raja besar
Simalungun yang berjanji untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan, Marsiurupan bani hasunsuhan na legan, rup mangimbang munsuh.
Raja-raja tersebut aalah: 1.
Raja Nagur bermarga Damanik 2.
Raja Banua Sobou bermarga Saragih 3.
Raja Banua Purba bermarga Purba 4.
Raja Saniang Naga bermarga Sinaga
Universitas Sumatera Utara
Adapun penjelasan mengenai keempat raja di atas adalah sebagai berikut : 1.
Raja Nagur bermarga Damanik Damanik berarti Simada Manik pemilik manik, dalam bahasa
Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan bersemangat, berkharisma, agungterhormat, paling cerdas.Raja ini
berasal dari kaum bangsawan Hindia Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja
Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian
sesuai dengan jumlah puteranya: Marah Silau yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja
Siantar dan Tuan Raja Damanik Soro Tilu yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih,
Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola Timo Raya yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik
Tomok. Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau
Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.
2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih
Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik
aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang. Keturunannya adalah :
Universitas Sumatera Utara
Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan
kembali ke Raya. Saragih Garingging kemudian pecah menjadi dua, yaitu: Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei, Dajawak
merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.
Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan
Bona ni Gonrang. Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada dua keturunan Raja Banua
Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih berafiliasi yaitu: Turnip, Sidauruk,
Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu
Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir.Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba Simalungun.
3. Raja Banua Purba bermarga Purba
Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pengatur, pemegang Undang-undang,
tenungan pengetahuan, cendekiawan atau sarjana. Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha Sidadolog, Sidagambir.
Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara
melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba.Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba
Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.
Universitas Sumatera Utara
4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga
Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor. Keturunannya adalah
marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14,
pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga.
Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia
mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu umpah Sibijaon. Tideman, 1922.
2.6 Sistem Kepercayaan.