Sistem Bahasa GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI

Para ahli berpendapat bahwa “Simalungun” memiliki beberapa makna, yang dibagi menjadi tiga penggalan suku kata yaitu, Si berarti “Orang”, ma sebagai kata sambung berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi, sepi, jarang dikunjungi”. Dengan demikian, Simalungun berarti “ia yang sedih hati, sunyi atau kesepian” A.D. Jansen, 2003:10.

D. Kenan Purba dan M. D Purba memberikan pengertian yang sama

mengenai asal nama Simalungun. Mereka menyebutkan bahwa istilah Simalungun berasal dari kata sima dan lungun.Sima atau sima-sima artinya “peninggalan” atau “sisa”.Lungun artinya sepi atau sedih.Sehingga penggabungan dari dua kata tersebut menjadikan Simalungun yang artinya peninggalan orang-orang sepi atau sedih. Pengertian lain adalah berawal dari si dan malungun. Si artinya “yang” dan malungun artinya “rindu”.Jadi Simalungun artinya yang dirindukan. Setia Dermawan Purba, 1994 : 31. Pada awalnya Desa Sarimatondang I merupakan tempat berdomisilinya masyarakat Simalungun, namun setelah beberapa dekade terakhir terjadi urbanisasi kependudukan, Desa Sarimatondang I menjadi desa yang bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai ragam suku dan etnis, antara lain : Simalungun, Toba, Jawa, melayu Mandaliling, Nias dan Tiongkok.

2.3 Sistem Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang kompleks yang dimiliki oleh setiap suku bangsa di dunia. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting sebagai sarana komunikasi antar penduduk yang tinggal disuatu daerah, Bahasa dalam konteks tradisi disebut sebagai “Bahasa Daerah”, penamaan bahasa dalam Universitas Sumatera Utara suatu etnis ditentukan berdasarkan nama etnis yang bersangkutan, misalnya etnis Batak Toba bahasa yang digunakan adalah bahasa Batak Toba,demikian juga halnya dengan etnis Simalungun bahasa yang digunakan adalah bahasa Simalungun. Bahasa Simalungun sendiri adalah bahasa rumpun austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang banyak sekali memperngaruhi bahasa- bahasa yang ada di indonesia, Dr. P. Voorhoeve: 1937, Voorhoeve menyebutkan kedekatan bahasa Simalungun dengan bahasa Sansekerta dapat ditemui dalam beberapa penggalan kata-kata Simalungun, antara lain dengan huruf penutup suku kata mati yaitu uy dalam kata apuy dan babuy, huruf G dalam kata dolog, huruf B dalam kata abab, huruf D dalam kata bagod, huruf AH dalam kata babah dan sabah, juga EI dalam kata simbei dan OU dalam kata sopou dan lopou. Dalam masyarakat Simalungun terdapat beberapa jenis bahasa yang disesuaikan dengan pemakaian penggunanya yaitu: 1. Bahasa simbol Bahasa simbol merupakan bahasa yang ditafsirkan dengan benda- benda untuk menyatakan maksud tertentu.Biasanya bahasa ini digunakan dalam permainan muda-mudi masyarakat Simalungun. 2. Bahasa Simalungun kasar Bahasa ini disebut juga dengan saitni hata yaitu bahasa yang dipakaiketika situasi emosional seseorang sedang marah atau menghina orang lain karena tersinggung atas sanggahan tertentu, misalnya kata tangan bahasa kasarnya tiput, babah bahasa kasarnya mulut, bodoh bahasa kasarnya tursik atau lossot, borhat artinya berangkat. Universitas Sumatera Utara 3. Bahasa yang digunakan oleh dukun Dalam bahasa Simalungun dukun disebut datu.Bahasa ini biasanya mengandung mantra-mantra dalam setiap pengucapannya. 4. Bahasa Simalungun Ratap Tangis Bahasa ini dikenal juga dengan guruni hata karena dipakai untuk pengucapan hal yang dianggap lebih halus.Misalnya Simahulsop artinya mulut, simakidop artinya mata, sihumoyon artinya perut, marhehenauli artinya berangkat. 5. Bahasa Tingkatan Bahasa tingkatan merupakan bahasa yang digunakan untuk berbicara kepada orang di masyarakat Simalungun secara umum. Bahasa tingkatan terbagi menjadi dua yaitu: • Bahasa Simalungun yang dipakai menurut tingkatan usia dalam pergaulan ataupun partuturan misalnya ho dan hanima biasanya digunakan oleh orang yang lebih tua sebagai panggilan untuk orang yang lebih muda. Ho sebagai penyebutan subjek tunggal dan hanima sebagai penyebutan subjek jamak. • sBahasa yang dipakai untuk berbicara kepada raja misalnya paramba yang berarti hamba.

2.4 Sistem Kesenian